Anda di halaman 1dari 33

Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah

Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment


Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

URGENSI SISTEM HUKUM BERBASIS LEGAL COMMUNITY


EMPOWERMENT DALAM UPAYA MEMINIMALISASI KORBAN
PERDAGANGAN UNTUK TUJUAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DI
INDONESIA
Hansel Kalama Ng
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara)
(E-mail: hansel.ihang@gmail.com)

Hery Firmansyah
(Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara. Meraih Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada, Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, dan Master of Public Administration Universitas Gadjah Mada)
(E-mail: heryf@fh.untar.ac.id)

Abstract
Along with the development of this era due to the tecnological advances, it grows the variety types of
criminal modus operandi including the trafficking of women for sexual purposes. The rise of trafficking of
women for sexual purposes was recorded at 1.359 cases since 1998-2010, it shown that Indonesia is
vulnerable to this issue. The amount mentioned above only shows the cases which has exposed, in fact
there are a lot of unexposed cases relating to the hidden victims who do not want to report their cases.
Therefore, the urgency to seek for solutions in order to minimizing this crime will be very needed. One of
the efforts is by improving the legal system by emphasizing on Legal Empowerment Community concept.
The purpose of this concept is empowering the community based on participatory theory to persuade them
for participating together to minimizing this crime. Thus, the prevention and repression on the Trafficking
of Womer for Sexual Purposes not only done by Government but the community as well.

Keywords: Trafficking of Women for Sexual Purposes, Hidden Victims, Legal Empowerment Community

I. PENDAHULUAN berkaitan dengan asas perlindungan


A. Latar Belakang hukum secara merata. Hal ini membuat
Seiring dengan perkembangan seolah-olah hukum selalu tertinggal dari
zaman akibat kemajuan teknologi, maka kejadian yang muncul nyatanya, seperti
tak dapat dipungkiri pula dengan sebuah adagium hukum yang dikenal
berkembangnya kejahatan. Hal ini dapat dengan “Het Recht Inackhter de Feiten
kita lihat dengan semakin banyaknya Aan”, 1 seyogyanya hukum merupakan
bentuk dan modus baru yang dilakukan salah satu alat fundamental yang
oleh para pelaku kejahatan dengan digunakan demi tercapainya ketertiban
memanfaatkan berbagai macam akses di dalam masyarakat.
dan fasilitas yang tersedia. Dengan 1
“Het Recht Inackhter de Feiten Aan” artinya
semakin maraknya tindak kejahatan, “hukum selalu tertatih-tatih tertinggal dibelakang
kejadia atau peristiwa yang muncul di
seringkali membuat hukum itu sendiri masyarakat nyatanya” sebagaimana
dikemukakan oleh Van Kan, Prof. Romli
belum dapat menjangkau Atmasasmita, 2014. Hukum Kejahatan Bisnis
permasalahan-permasalahan yang Teori dan Praktik di Era Globalisasi. Jakarta:
Prenadamedia Group. hlm. 5
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 234
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Selain itu, sebuah adagium hukum (selanjutnya disingkat sebagai KUHP)


“Ubi Societas Ibi Ius” sebagaimana sebagai peraturan perundang-undangan
yang dieksponenkan oleh Marcus yang bersifat umum (lex generalis), yang
Tullius Cicero, yang berati “dimana ada juga didapati dalam bentuk peraturan
masyarakat disitu ada hukum”, hukum perundang-undangan yang bersifat
itu dinamis, maka sudah seharusnya khusus (lex specialis) dengan
hukum terus berkembang secara dinamis undang-undang. Kejahatan itu sendiri
mengikuti perubahan-perubahan yang dapat dikatakan suatu perbuatan yang
terjadi di dalam masyarakat tersebut. mengakibatkan adanya nestapa dan
Sejalan dengan teori hukum progresif kerugian.3
yang dikemukakan oleh Profesor Dewasa ini, telah banyak munculnya
Stajipto Rahardjo, yang berarti hukum permasalahan kejahatan terhadap
terus berubah dan berkembang sesuai perempuan khususnya dalam kekerasan
dengan perkembangan zaman. seksual. Seperti kasus siswi SMP Yuyun
4
Sudah seharusnya hukum itu di Bengkulu yang mengalami
mengatur setiap perbuatan hukum dan penyiksaan yang berakhir tragis oleh
menyesuaikan dengan perkembangan sekelompok pria yang bahkan beberapa
masyarakat pada saat ini, terutama pelakunya masih dibawah umur sesuai
mengenai kejahatan seksual mengenai dengan Undang-Undang Nomor 35
perdagangan perempuan untuk tujuan Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
seksual yang menjadi fokus dalam karya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tulis ini dan akan dielaborasikan lebih tentang Perlindungan Anak (yang
lanjut oleh penulis. selanjuntya disingkat sebagai
Bentuk kejahatan dalam hukum Undang-Undang Perlindungan Anak). 5
pidana sebagai tindak pidana merupakan
3
suatu perbuatan yang dilarang oleh Arif Gosita, 1983, Masalah Korban Kejahatan
Kumpulan Karangan Edisi Pertama, Akademika
peraturan hukum pidana dan disertai Pressindo, Jakarta, hal.77
4
http://www.dw.com/id/pemerkosaan-berjamaah
dengan adanya sanksi pidana untuk yang -indonesia-darurat-kekerasan-seksual/a-1923380
7 diakses pada tanggal 01/09/2016 pukul 14:31
melanggarnya.2 Hal ini diatur oleh Kitab WIB
5
Undang-Undang Hukum Pidana Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang
Perlindungan Anak, Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas)
2
Bambang Poernomo, 1988, Asas-Asas Hukum tahun, termasuk anak yang masih dalam
Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 18 kandungan.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 235
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Kemudian, di Sukabumi sejak awal terkait dengan trafficking atau


tahun 2016 sudah terhitung terdapat 61 perdagangan orang.
kasus kekerasan seksual6, siswi Sekolah Kekerasan seksual terhadap
Dasar yang diperkosa oleh 21 pemuda7, perempuan merupakan bagian dari dalam
dan lain sebagainya. Di dalam Lembar kekerasan terhadap perempuan.
Fakta Catatan Tahunan Komisi Nasional Kekerasan terhadap perempuan itu
Perempuan (yang selanjutnya disingkat sendiri memiliki pengertian setiap
sebagai CATAHU Komnas Perempuan perbuatan berdasarkan pembedaan
8
2016) tindakan kekerasan seksual berbasis gender yang berakibat atau
terhadap perempuan, terdiri dari 3 (tiga) mungkin berakibat kesengsaraan atau
ranah, yakni Ranah Rumah Tangga 9 penderitaan perempuan secara fisik,
yang mencapai 3.325 kasus; Ranah seksual atau psikologis, termasuk
10
Komunitas mencapai 1.657, kasus ancaman terjadinya perbuatan tersebut,
perkosaan 1.064 kasus, pelecehan pemaksaan atau perampasan kebebasan
seksual 268 kasus, kekerasan seksual lain secara sewenang-wenang, baik yang
130 kasus, dan percobaan perkosaan 6 terjadi diruang publik maupun di dalam
kasus; dan Ranah Negara 11 6 kasus kehidupan pribadi.12
Maraknya kekerasan seksual
6
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016
/06/09/61-kasus-kekerasan-seksual-terjadi-di-su terhadap perempuan, maka diperlukan
kabumi-sejak-awal-2016-371346 diakses pada suatu pendekatan yang berbasis keadilan
tanggal 01/09/2016 pukul 14:32 WIB
7
http://www.suara.com/news/2016/05/31/104804 bagi para korban kekerasan seksual.
/dari-21-pemerkosa-bocah-sd-di-semarang-6-ber
hasil-ditangkap diakses pada tanggal 01/09/2016 Sudah saatnya kekerasan seksual
pukul 14:35 WIB
8
http://www.komnasperempuan.go.id/wp-conten terhadap perempuan dimaknai sebagai:13
t/uploads/2016/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahun
an-_CATAHU_-Komnas-Perempuan-2016.pdf
diakses pada tanggal 01/09/2016 pukul 14:56 Termasuk di dalam kasus di ranah negara
WIB adalah ketika pada peristiwa kekerasan, aparat
9
Ranah personal atau KDRT/RP artinya pelaku negara berada di lokasi kejadian namun tidak
adalah orang yang memiliki hubungan darah berupaya untuk menghentikan atau justru
(ayah, kakak, adik, paman, kakek), membiarkan tindak kekerasan tersebut berlanjut.
12
kekerabatan, perkawinan (suami) maupun relasi Berdasarkan Pasal 1 Deklarasi Penghapusan
intim (pacaran) dengan korban. Kekerasan Terhadap Perempuan.
10 13
Ranah komunitas jika pelaku dan korban tidak Rumusan dirangkum dari penafsiran
memiliki hubungan kekerabatan, darah ataupun Pengadilan Kriminal Internasional tentang
perkawinan. Bisa jadi pelakunya adalah majikan, kekerasan seksual yang dikutip dalam tulisan
tetangga, guru, teman sekerja, tokoh masyarakat, Patriacia Viseur Seller. The Prosecution of
ataupun orang yang tidak dikenal. Sexual Violence in Conflict, The Importance of
11
Ranah negara artinya pelaku kekerasan adalah Human Rights as Means of Interpretation.
aparatur negara dalam kapasitas tugas. Diunduh pada 20 Agustus 2010.hal.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 236
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

(1) Sebuah pelanggaran hak asasi sebagaimana dapat ditemukan di dalam


manusia yang berakar pada diskriminasi Pasal 185 KUHP. Perkosaan adalah
berbasis gender; (2) Tindakan seksual, serangan yang diarahkan pada bagian
atau percobaan untuk mendapatkan seksual dan seksualitas seseorang dengan
tindakan seksual, atau ucapan yang menggunakan organ seksual (penis) ke
menyasar seksual, atau tindakan untuk organ seksual (vagina), anus atau mulut,
memperdagangkan atau tindakan yang atau dengan menggunakan bagian tubuh
menyasar seksualitas seseorang yang lainnya yang bukan organ seksual atau
dilakukan dengan paksaan, intimidasi, pun benda-benda lainnya. Serangan itu
ancaman, penahanan, tekanan psikologis dilakukan dengan kekerasan, dengan
atau penyalahgunaan kekuasaan, atau ancaman kekerasan ataupun dengan
dengan mengambil kesempatan dari pemaksaan sehingga mengakibatkan rasa
lingkungan yang koersif, atau atas takut akan kekerasan, di bawah paksaan,
seseorang yang tidak mampu penahanan, tekanan psikologis atau
memberikan persetujuan yang penyalahgunaan kekuasaan atau dengan
sesungguhnya; (3) tindakan yang bersifat mengambil kesempatan dari lingkungan
seksual itu tidak terbatas pada serangan yang koersif, atau serangan atas
fisik kepada tubuh seseorang dan dapat seseorang yang tidak mampu
termasuk tindakan-tindakan yang tidak memberikan persetujuan yang
melibatkan penetrasi ataupun kontak sesungguhnya; 15 (2) Pelecehan seksual,
fisik. merujuk pada tindakan bernuansa
Kekerasan seksual terhadap seksual yang disampaikan melalui
perempuan ini sebetulnya ada beberapa kontak fisik maupun non fisik yang
macam bentuknya, Komnas Perempuan menyasar pada bagian tubuh seksual atau
mengenali 15 bentuk kekerasan seksual. seksualitas seseorang, termasuk dengan
Kelima belas jenis kekerasan seksual menggunakan ucapan bernuansa seksual
14
tersebut adalah: (1) Perkosaan, dan mempertunjukan materi-materi

http://www2.ohchr.org/english/issues/women/do -Tangani.pdf diakses pada tanggal 01/09/2016


cs/Paper_Prosecution_of_Sexual_Violence.pdf pukul 15:38 WIB.
15
diakses pada tanggal 01/09/2016 pukul 15:35 Op. Cit.
14
http://www2.ohchr.org/english/issues/women/do
http://www.komnasperempuan.go.id/wp-content cs/Paper_Prosecution_of_Sexual_Violence.pdf
/uploads/2013/12/Kekerasan-Seksual-Kenali-dan diakses pada tanggal 02/09/2016 pukul 15:35
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 237
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

pornografi dan keinginan seksual, diskriminasi atas alasan apapun, apabila


sehingga mengakibatkan rasa tidak rasa sakit dan penderitaan tersebut
nyaman, merendahkan martabat ditimbulkan oleh, atas hasutan dari,
seseorang, dan mungkin sampai dengan persetujuan, atau sepengetahuan
menyebabkan masalah kesehatan dan pejabat publik;18(5) Perbudakan seksual,
keselamatan; 16 (3) Eksploitasi seksual, sebuah tindakan penggunaan sebagian
segala bentuk pemanfaatan organ tubuh atau segenap kekuasaan yang melekat
seksual atau organ tubuh lain dari korban pada “hak kepemilikan” terhadap
untuk mendapatkan keuntungan, seseorang, termasuk akses seksual
termasuk tetapi tidak terbatas pada melalui pemerkosaan atau bentuk-bentuk
semua kegiatan pelacuran dan lain kekerasan seksual. Perbudakan
percabulan; 17 (4) Penyiksaan seksual, seksual juga mencakup situasi-situasi
perbuatan yang secara khusus dimana perempuan dewasa dan
menyerang organ dan seksualitas anak-anak dipaksa untuk menikah,
perempuan yang dilakukan dengan memberikan pelayanan rumah tangga
sengaja, sehingga menimbulkan rasa atau bentuk kerja paksa yang pada
sakit atau penderitaan yang hebat, baik akhirnya melibatkan kegiatanseksual
jasmani, rohani maupun seksual, pada paksa termasuk perkosaan oleh
seseorang untuk memperoleh pengakuan penyekapnya;19 (6) Intimidasi / serangan
atau keterangan darinya, atau dari orang bernuansa seksual termasuk ancaman
ketiga, dengan menghukumnya atas atau percobaan perksoaan, tindakan yang
suatu perbuatan yang telah atau diduga menyerang seksualitas untuk
telah dilakukan olehnya ataupun oleh menimbulkan rasa takut atau penderitaan
orang ketiga, untuk mengancam atau psikis pada perempuan. Serangan dan
memaksanya atau orang ketiga, dan intimidasi seksual disampaikan secara
untuk suatu alasan yang didasarkan pada langsung maupun tidak langsung melalui

16
Komnas Perempuan. Perempuan dalam
18
Jeratan Impunitas: Pelanggaran dan Merujuk pada definisi penyiksaan
Penanganan, Dokumentasi Pelanggaran HAM sebagaimana tercantum dalam UU No 5 Tahun
Perempuan Selama Konflik Bersenjata di Poso 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Menentang
1998-2005, 2009, hal. 132 Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman
17
Merujuk pada Pasal 1 angka 8 lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Merendahkan Martabat Manusia, Pasal 1.
19
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Dirumuskan dari pengertian penyiksaan
Orang seksual dalam Pasal 7(2)(c) Statuta Roma
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 238
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

surat, sms, email, dan lain-lain; 20 (7) agama, hal ini mencakup berbagai tindak
Prostitusi paksa; (8) Pemaksaan kekerasan secara langsung maupun tidak
kehamilan; (9) Pemaksaan aborsi, langsung, dan tidak hanya melalui
pengguguran kandungan yang dilakukan kontak fisik, yang dilakukan untuk
karena adanya tekanan, ancaman, mengancam atau memaksakan
maupun paksaan dari pihak lain;21 (10) perempuan mengenakan busana tertentu
Pemaksaan perkawinan; (11) atau dinyatakan melanggar hukum
Perdagangan perempuan untuk tujuan karena cara ia berbusana atau berelasi
23
seksual, merupakan tindakan perekrutan sosial dengan lawan jenisnya; (13)
pengangkutan, penampungan, Penghukuman tidak manusiawi dan
pengiriman, pemindahan, atau bernuansa seksual, cara menghukum
penerimaan seseorang dengan ancaman yang menyebabkan penderitaan,
kekerasan, penggunaan kekerasan, kesakitan, ketakutan, atau rasa malu yang
penculikan, penyekapan, pemalsuan, luar biasa yang tidak bisa tidak termasuk
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan dalam penyiksaan;24 (14) Praktik tradisi
atau posisi rentan, penjeratan utang atau bernuansa seksual yang membahayakan
memberi bayaran atau manfaat, sehingga atau mendiskriminasi perempuan; (15)
memperoleh persetujuan dari orang yang Pemaksaan kontrasepsi/sterilisasi.
memegang kendali atas orang lain Berkenaan dengan itu, pembahasan
tersebut, baik yang dilakukan di dalam akan difokuskan kepada pembahasan
negara maupun antar negara, untuk mengenai tindak pidana perdagangan
tujuan prostitusi ataupun eksploitasi perempuan atau poin ke-11 dari
seksual lainnya; 22 (12) Kontrol seksual bentuk-bentuk kekerasan seksual diatas
termasuk pemaksaan busana dan tetapi hal tersebut terkait kepada poin
kriminalisasi perempuan lewat aturan ke-3 dan ke- 7 yaitu mengenai eksploitasi
diskriminatif beralasan moralitas dan seksual dan prostitusi paksa.

20
Dikutip dari buku Perempuan Pembela HAM,
23
Komnas Perempuan, 2007 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
21
Pelapor Khusus Komnas Perempuan Untuk Perempuan (Komnas Perempuan) KEKERASAN
Poso. Hal. 132 SEKSUAL: KENALI&TANGANI
22 24
Definisi perdagangan orang yang diadopsi Lihat penjelasan Konvensi Menentang
dalam Pasal 1 Angka 1 Undang Undang No. 21 Penyiksaan dan Perlakuan Atau Penghukuman
Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Pidana Perdagangan Orang. Merendahkan Martabat Manusia 1984.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 239
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Berdasarkan pencatatan kekerasan Kejahatan serupa juga terjadi pada


seksual berdasarkan jenisnya sejak tahun seorang gadis 15 tahun di Bogor yang
1998-2010 perdagangan perempuan diberdayakan untuk melakukan tindakan
untuk tujuan seksual telah mencapai seksual.27 Lebih lanjut berdasarkan data
25
angka 1.359 kasus. Angka ini Komisi Perlindungan Anak Indonesia
merupakan urutan kedua terbanyak dari (yang selanjutnya disingkat menjadi
setelah kasus perkosaan yang terjadi di KPAI) telah terjadi peningkatan kasus
Indonesia. yang terjadi menimpa anak di Indonesia
Data Catatan Kekerasan Seksual dalam hal kejahatan perdagangan untuk
berdasarkan jenisnya (tahun 1998-2010): tujuan seksual, yakni pada tahun 2010
sebanyak 410 kasus, tahun 2011 480
kasus dan 673 kasus di tahun 2012.
Penelitian tahun 2013 oleh ECPAT
Indonesia telah menemukan 150 ribu
kasus yang dialami anak Indonesia dalam
kasus perdagangan tujuan seksual. Tentu
hal ini merupakan angka yang
Gambar 1. memilukan untuk Bangsa Indonesia
Data Catatan Kekerasan Seksual
Berdasarkan Jenisnya bahkan bukan hanya perempuan dewasa
(Sumber: komnasperempuan.go.id)
tetapi sampai kepada anak yang telah

Dewasa ini juga telah terjadi menjadi korban.

beberapa kasus perdagangan orang untuk Berikutnya berdasarkan Fakta

tujuan seksual, pada bulan Februari 2016 Tentang Eksploitasi Seks Komersil Dan

Bareskrim Polri telah mendapati kasus Perdagangan Anak, di Indonesia

perdagangan orang untuk tujuan seksual ditemukan ada banyak gadis yang

di Hotel daerah Jakarta Barat. 26 memalsukan umurnya, yang


diperkirakan sebesar 30% pekerja seks
25
http://www.komnasperempuan.go.id/wp-conte
nt/uploads/2013/12/Kekerasan-Seksual-Kenali-d
an-Tangani.pdf diakses pada tanggal 12/09/2016 diakses pada tanggal 12/09/2016 pukul 19:06
pukul 16:34 WIB WIB
26 27
http://ecpatindonesia.org/berita/studi-kasus-per
http://www.cnnindonesia.com/nasional/201 dagangan-anak-untuk-tujuan-seksual-di-indonesi
60217192853-12-111634/bareskrim-ungkap-per a-3/ diakses pada tanggal 12/09/2016 pukul 19:08
dagangan-dan-eksploitasi-seks-perempuan/ WIB
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 240
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

komersil wanita berumur kurang dari 18 Oleh karena itu penulis merasa ada
tahun. Bahkan ada beberapa yang masih suatu urgensi yang mendesak dalam
berumur 10 tahun. Sekitar 40.000-70.000 membuat suatu formulasi untuk dapat
anak menjadi korban eksploitasi seks dan meminimalisasi kejahatan perdagangan
sekitar 100.000 anak diperdagangkan orang untuk tujuan seksual terhadap
tiap tahun. Sebagian besar dari mereka perempuan yang terjadi di negeri ini.
telah dipaksa masuk dalam perdagangan Agar jangan sampai berikutnya terjadi
seks.28 lagi angka yang demikian tinggi
Lebih lanjut, walaupun tidak ada menimpa para perempuan di Indonesia.
data memadai untuk memberikan Merujuk kepada teori hukum
penjelasan mengenai jumlah pasti dari integratif yang dikemukakan oleh Prof.
pekerja seks anak di Indonesia, Irwanto Romli Atmasasmita bahwa perlu
dari PKPM Atma Jaya, Jeffry Anwar dari dilakukan usaha untuk mewujudkan law
Mitra Masyarakat Kota jakarta dan in books dengan law in action yang
Mohamad Farid aktivis hak-hak anak diturutsertakan tindakan pengendalian
Yogyakarta memperkirakan 30% pekerja masyarakat dengan metode social
seks anak di Indonesia berusia di bawah engineering dan social control untuk
18 tahun. Presentasi ini apabila dapat mencapai suatu keadilan, kepastian
digunakan perkiraan yang dilakukan oleh hukum, dan ketertiban di dalam
Jones, Sulistyaningsih dan Hull maka masyarakat. Perlu dipahami bahwa
sebesar 40.000 sampai dengan 70.000 tindak pidana perdagangan orang untuk
orang anak perempuan dan jika tujuan seksual yang terjadi terhadap
menggunakan perkiraan data yang dibuat perempuan salah satunya dikarenakan
oleh Wanger dan Yatim berarti 150.000 mereka sebagai kaum rentan (potential
perempuan di Indonesia yang menjadi victim) dikarenakan sebagai target yang
pekerja seks.29 rendah atau mudah dilumpuhkan atau
dikuasai oleh pelaku kejahatan. Sehingga
dalam mencegah dan meminimalisasi
28
Lembar Fakta Tentang Eksploitasi Seks
Komersil Dan Perdagangan Anak, UNICEF. terjadinya kejahatan ini khususnya
29
Yustinus Suhardi Ruman, Exploitasi Seks terhadap perempuan penulis merasa
Terhadap Anak Perempuan Yang Menjadi
Korban Perdagangan Orang Di Lokasi
Prostitusi. Jurnal Humanoria Vol. 2 No. 2
Oktober 2011: 932-943. hal. 932.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 241
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

perlu untuk melakukan kajian yang lebih System Theory, maka upaya untuk
mendalam terhadap permasalahan ini. meminimalisasi kejahatan perdagangan
Berdasarkan hal diatas, dalam upaya orang untuk tujuan seksual terhadap
melakukan minimalisasi terhadap tindak perempuan dapat ditinjau dari 3 sudut
pidana perdagangan orang untuk tujuan pandang:
seksual maka penulis mencanangkan 2 1. Pertama, dari instansi-instansi serta
langkah dalam pencegahan tindak pidana aparatur negara yang berwenang
a quo antara lain dengan metode legal dalam hal ini;
empowerment serta upaya-upaya 2. Kedua, dari peraturan
pembenahan sistem hukum yang perundang-undangan itu sendiri
dilakukan untuk dapat meminimalisasi (dalam hal ini pengaturan secara
tindak pidana perdagangan perempuan khusus ada di dalam
dalam konteks perdagangan seksual. Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Langkah pertama, legal 2007 tentang Pemberantasan Tindak
empowerment community yakni langkah Perdagangan Orang beserta dengan
ini berfokus pada pemberdayaan kepada peraturan perundang-undangan
masyarakat sebagaimana pandangan lainnya); dan
Profesor Romli Atmasasmita mengenai 3. Ketiga, dari masyarakat itu sendiri,
social enginering. Dalam upaya ini, sejauh mana mereka memahami,
maka akan dilakukan berbagai macam mengerti, serta mencegah tindak
program melalui kegiatan-kegiatan yang pidana tersebut.
dapat mengedukasi masyarakat sehingga Merujuk pada hal diatas, penulis
kemudian masyarakat dapat ikut akan membahas langkah-langkah untuk
berperan aktif / berpartisipasi di dalam memaksimalkan dan memperbaiki
pencegahan tindak pidana a quo dan sistem hukum diatas dalam konteks
tidak akan mudah untuk terkena tipu tindak pidana perdagangan orang untuk
daya sehingga menjadi korban tujuan seksual terhadap perempuan
selanjutnya. Hal ini akan dijelaskan lebih melalui 3 sudut pandang tersebut sesuai
lanjut pada Bab II Pembahasan Poin A. dengan teori sistem hukum diatas yang
Langkah kedua, sebagaimana teori berada pada Bab II Pembahasan Poin B.
Lawrence M. Friedman mengenai Legal

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 242


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Namun, pada Bab II Pembahasan Pemikiran ini juga diungkapkan oleh


akan dimulai terlebih dahulu mengenai Profesor Romli Atmasasmita bahwa
gambaran umum perlindungan hak asasi disamping ada bureuchratic
manusia, sebagaiman tindak pidana enginering, social enginering juga
perdagangan orang untuk tujuan seksual harus dilakukan di dalam menangani
terhadap perempuan ini sebagai salah suatu tindak pidana. Dalam hal ini,
satu bentuk dari pelanggaran HAM yang masyarakat harus diberdayakan
diatur baik secara internasipnal maupun dengan berbagai edukasi dan
nasional. pengayaan akan pemahaman terkait
konteks permasalahan tindak pidana
B. Landasan Pemikiran perdagangan orang untuk tujuan
Beberapa pandangan yang menjadi seksual sehingga jangan sampai
landasan pemikiran terkait Legal masyarakat dapat dengan mudah
Empowerment Community beserta terkena tipu muslihat atau menjadi
dengan pembenahan dalam sistem objek dari tindak pidana ini bahkan
hukum di Indonesia khususnya dalam lebih jauh menjadi pelaku dari tindak
konteks sistem hukum dalam tindak pidana a quo;
pidana perdagangan orang untuk tujuan 2. Mengenai pembenahan dalam sistem
seksual terhadap perempuan, sebagai hukum tentunya hal ini menjadi salah
berikut: satu hal fundamental lain yang harus
1. Konsep Legal Empowerment ditangani untuk dapat meminimalisir
Community, hal ini berangkat dari tindak pidana a quo. Jika sistem
pemikiran bahwa dalam upaya hukum yang mengatur mengenai
pencegahan tindak pidana a quo, permasalahan ini sudah menjadi kuat
tentunya tidak hanya merupakan dan baik tentu tindak pidana ini juga
tugas dan kewajiban dari pemerintah akan menjadi lebih terminimalisasi.
untuk mengatasinya tetapi Konsep ini sebagaimana teori sistem
masyarakat secara luas juga harus hukum yang dikemukakan oleh
mengacu pada teori partisipatoris Lawrence M. Friedmann yang
yakni ikut berpartisipasi dalam mengedepankan pada pembenahan
mencegah permasalahan terkait. suatu sistem hukum untuk dapat

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 243


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

memperbaiki hukum yang ada dalam perdagangan perempuan untuk


menangani permasalahan yang tujuan seksual?
dihadapi. 2. Upaya apa saja yang dapat dilakukan
3. Selain itu, Profesor Mochtar untuk meminimalisasi tindak pidana
Kusumaatmadja juga perdagangan seksual terhadap
mengemukakan suatu teori yakni perempuan di Indonesia?
hukum sebagai pembangunan
nasional. Oleh karena itu, hukum di II. PEMBAHASAN
Indonesia khususnya dalma Perdagangan orang bukanlah suatu
menghadapi tindak pidana a quo hal yang baru di muka bumi ini, bahkan
harus dapat menjadi kunci di dalam negara-negara yang kini dianggap
mengatasi permasalahan terkait, sebagai negara besar pada awalnya
karena tanpa disadari tentunya banyak berhutang pada penduduk
permasalahan ini akan berpengaruh ‘negara miskin dan lemah’ yang dibawa
dalam pembangunan nasional secara paksa untuk bekerja di
Indonesia dalam konteks keamanan. perkebunan ataupun pabrik.30 Kejahatan
Jika negara ini tidak dapat perdagangan untuk tujuan seksual
memberikan keamanan bagi merupakan bagian dari kejahatan
31
masyarakatnya bagaimana Indonesia terhadap kemanusiaan , yang juga
dapat menjamin akan kesejahteraan
30
terhadap masyarakat sebagaiman Prof. Dr. Harkristuti Harkrisnowo, Laporan
Perdagangan Manusia di Indonesia, Sentra
yang diamanatkan dalam Sila Kelima HAM UI draf tanggal 28. Februari 2003. Hal. 4.
31
Eddy O.S Hiarej, 2009, Pengantar Hukum
dalam Pancasila yang merupakan Pidana Internasional, Penerbit Erlangga, Jakarta,
hlm. 61-62; London Charter of Internatonal
Ideologi Bangsa ini. Military Tribunal 1945, hal. 2; Charter of The
International Military Tribunal for The Far East
1946, hlm.2; UN General Assembly 2391
C. Perumusan Masalah (XXIII), 26 November 1968, art. 1(b); Adnan
Buyung Nasution dan A. Parta M. Zen,
Beberapa hal yang perlu diungkap (Penyunting), 2006, Instrumen Internasional
Pokok Hak Asasi Manusia, Yayasan Obor
dalam karya tulis ini sebagai berikut: Indonesia, Jakarta, hlm. 672.
Kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan
1. Bagaimanakah konsep Legal perbuatan-perbuatan tidak manusiawi, yang
Community Empowerment dalam diakibatkan dari apartheid, dan kejahatan
genosida seperti yang didefinisikan dalam
konteks meminimalisasi Konvensi 1948 tentang Pencegahan dan
Penghukuman terhadap Kejahatan Genosida,
sekalipun perbuatan-perbuatan tersebut tidak
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 244
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

merupakan cakupan dari bidang hukum 464 tahun setelah itu yaitu tahun 1679
pidana internasional, dimana menurut berhasil dibuat Habeas Corpus Act.
hukum pidana internasional kejahatan yang merupakan dokumen bersejarah
ini termasuk sebagai Delicta Jure dalam perjuangan menegakkan HAM.
Gentium atau kejahatan terhadap Kemudian setelah zaman Glorius
masyarakat internasional.32 Revolution, pada tahun 1689 lahir Bill of
Sebelum memasuki penjelasan Rights. 87 tahun setelah Bill of Rights
mengenai perdagangan seksual dalam lahir, maka tahun 1776 di Amerika lahir
kacamata hukum positif Indonesia Bill of Rights of Virginia yang membuat
(nasional) penulis ingin memberikan daftar HAM agak lengkap yang pertama.
penjelasan singkat mengenai kejahatan 13 tahun setelah itu sebagai hasil
terhadap kemanusiaan yang merupakan revolusi Prancis pada tahun 1789 lahir
pelanggaran terhadap hak asasi manusia Declaration des droit des hommes et des
sebagaimana yang diakui dan diatur citoyens, deklarasi ini dijadikan
secara internasional yang kemudian pedoman bagi banyak pernyataan
menimbulkan kesadaran bagi setiap mengenai HAM. Kemudian pada
negara untuk memberikan pengaturan tanggal 10 Desember 1948 majelis
terhadap hal ini, salah satunya Indonesia Umum PBB akhirnya telah menerima
dengan hukum positifnya. konsepsi HAM yang dibuatkan suatu
Secara Internasional, perjuangan deklarasi yang disebut sebagai Universal
menegakkan hak asasi manusia telah Declaration of Human Rights
melalui perjalanan sejarah yang panjang. (“UDHR”).
Pada tahun 1215 di Inggris para Penetapan UDHR dilakukan pada
bangsawan berhasil memaksa raja untuk tanggal 10 Desember 1948 UDHR yang
memberikan Magna Charta Libertatum. juga dijadikan sebagai hari peringatan
hak asasi manusia yang diperingati oleh
merupakan kejahatan terhadap hukum domestic
dari negara tempat kejahatan-kejahatan itu berbagai bangsa setiap tahunnya.
dilakukan. Pada perkembangannya kejahatan
kemanusiaan tidak hanya dari kejahatan Instrumen-instrumen internasional
genosida, seiring dengan berkembangnya zaman
dan bertambahnya kejahatan di dunia ini, maka tersebut tentunya menjadi pemicu bagi
kejahatan perdagangan seksual pun masuk dalam negara-negara di dunia terutama
klasifikasi kehatan terhadap kemanusiaan yang
menunjukkan adanya pelanggaran dari hak asasi Indonesia, untuk melakukan penegakkan
manusia yang diakui secara internasional.
32
Eddy O.S Hiarej, 2009, Lok. Cit., hlm. 5.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 245
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

hukum terhadap kejahatan servitude; slavery and the slave


trade shall be prohibited in all their
kemanuasiaan terutama kejahatan
forms”, 37 “No one shall be
perdagangan seksual yang secara jelas subjected to torture or to cruel,
inhuman or degrading treatment or
merupakan pelanggaran hak asasi
punishment.”38
manusia.
Lahirnya perjuangan untuk sebuah Dengan kutipan diatas sudah sangat
kemerdekaan yang terdapat di Inggris jelas bahwa peraturan tersebut
dengan Habeas Corpus Act telah terlihat memberikan perlindungan terhadap
secara expressive verbis pada judul dan korban kejahatan perdagangan bahwa
preamble yang menyatakan bahwa Act setiap manusia memiliki hak asasi untuk
tersebut dibuat untuk memberikan tidak diperdagangkan. Bagi bangsa
“Liberty” atau “Kemerdekaan” terhadap Indonesia pelaksanaan HAM
setiap orang untuk mempertahankan dan mempunyai landasan ideal konstitusi,
memperjuangkan hak asasinya,33 hal ini konsep HAM yang dianut bangsa
juga tercantum di dalam UDHR, yang Indonesia adalah sebagai penjabaran
tertulis: dari sila kemanusiaan yang adil dan
“all human beings are born free and beradab yang disemangati oleh
equal in dignity and rights. They are
keseluruhan sila-sila lain dari pancasila.
endowed with reason and
conscience and should act towards Konsep HAM di negara Indonesia
one another in a spirit of
bertitik tolak dari keseluruhan martabat
brotherhood”, 34 “everyone is
entitled to all the rights and manusia secara menyeluruh, disamping
freedoms set forth in this
martabat seorang demi seorang. Oleh
Declaration, without distinction of
any kind, such as race, colour, sex, karena itu paham HAM di Indonesia
language, religion, political or other
tidak bersifat secara individualis yang
opinion, national or social origin,
property, birth or other status…”,35 mengabaikan kepentingan masyarakat,
“everyone has the right to life,
bangsa dan negara.
liberty and security of person”, 36
“No one shall be held in slavery or Kodrat manusia adalah sebagai
makhluk individu dan sekaligus
33
The Habeas Corpus Act of 1679
34
Universal Declaration of Human Right, 1948, makhluk sosial. Konsep HAM sebagai
Art. 1.
35 37
Universal Declaration of Human Right, 1948, Universal Declaration of Human Right, 1948,
Art. 2. Art. 4.
36 38
Universal Declaration of Human Right, 1948, Universal Declaration of Human Right, 1948,
Art. 3. Art. 5.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 246
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

penjabaran pancasila dituangkan suatu perbuatan keji yang diharamkan


kedalam pembukaan dan batang tubuh dan sangat bertentangan dengan HAM.
UUD 45. Pada pembukaan UUD 45 Bahwa pada tahun 2004 juga
dengan tegas dinyatakan kemerdekaan pemerintah Amerika Serikat
adalah hak segala bangsa. Lalu memperkirakan ada 600.000 - 800.000
mengerucut pada batang tubuh UUD 45 orang menjadi korban perdagangan
seperti Pasal 28 D ayat 139, Pasal 28 G dalam lingkup internasional. Dimana
ayat 140, dan Pasal 28 I ayat 141 UUD 80%-nya merupakan perempuan, dan
45. Dengan pemikiran tersebut diatas, sebesar 50% adalah anak-anak serta
memperlihatkan bahwa Indonesia 70%-nya ditujukan untuk eksploitasi
memiliki konsepsi yang sudah sejalan seksual.43
dengan sebuah adagium hukum yang
menyatakan Salus Populi Suprema A. Konsep Legal Community
Lex42. Empowerment dalam Menangani
Sudah sepatutnya setiap manusia Perdagangan Perempuan Untuk
menjunjung tinggi dan menghormati hak Tujuan Seksual
asasi yang dimiliki oleh setiap manusia Prostitusi merupakan bagian
bukan malah melakukan kejahatan yang daripada eksploitasi seksual dan
bertentangan dengan HAM. Perdagangan eksploitasi seksual terdapat di dalam
orang untuk tujuan seksual merupakan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jika
dilihat secara argumentum a contrario
maka Tindak Pidana Perdagangan Orang
39
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil memiliki bagian di dalamnya yakni
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”
40
“Setiap orang berhak atas perlindungan diri eksploitasi seksual, dan salah satu
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan bagian dari eksploitasi seksual adalah
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta
berhak atas rasa aman dan perlindungan dari prostitusi.
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.” Tindak pidana perdagangan orang
41
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak yang bertujuan seksual pasti memilki
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak
43
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang Louise Shelley, Human Trafficking: A Global
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak Perspective, New York: Cambridge University
dapat dikurangi dalam keadaan apapun” Press, 2010. Dalam: Prof. Drs. Budi Winarno,
42
“Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat MA, PhD, Isu-isu Global Kontemporer,
adalah hukum yang tertinggi pada suatu negara“ Yogyakarta: CAPS, 2011, hlm. 312.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 247
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

korban, karena dalam hal ini ada objek memberitahukan, melaporkan


manusia yang diperdagangkan. Tanpa penderitaannya kepada yang
adanya korban (orang yang berwajib untuk diselsaikan
diperdagangkan), tindak pidana tersebut secepatnya.
juga tidak dapat terjadi. Hal ini terlepas Hal ini seringkali terjadi pada
dari berhasil atau tidaknya tindak pidana kehidupan masyarakat, dalam hal
perdagangan tersebut. Karena objek dari banyak korban dari kejahatan
tindak perdagangan orang pasti adalah seksual yang merasa malu, atau
orang. Orang tersebut merupakan tertekan apabila memberitahukan
korban. permasalahan ini kepada yang
Di dalam ilmu viktimologi, korban berwajib. Bahkan tidak jarang juga
terbagi 4 macam yakni:44 dalam konteks yang lebih spesifik
a) Korban Ganda dalam perdagangan seksual korban
Korban ganda merupakan korban seringkali mendapatkan ancaman
yang mengalami berbagai macam bahkan kekerasan fisik agar tidak
penderitaan diluar dari tindak pidana memberitahukan atau tidak
yang dilakukan oleh pelaku. melaporkan hal tersebut kepada
Misalnya, korban perkosaan selain pihak berwajib.
korban sudah menderita akibat c) Pelaku sebagai Korban
perkosaan yang terjadi terhadap Pelaku sebagai korban disini
dirinya, korban masih mengalami dimaksudkan dalam konteks lebih
penderitaan secara mental maupun spesifik perempuan yang telah
sosial sebelum, selama, maupun menjadi korban melakukan suatu
sesudah proses pengadilan. tindakan kekerasan atas dasar
b) Korban yang Tak Nampak pembalasan karena tidak adanya
(Hidden Victim) peraturan atau peraturan yang dapat
Korban yang tak nampak adalah menjadi landasan ia diperlakukan
mereka yang sebetulnya menderita secara adil.
tindakan kekerasan tetapi karena d) Korban Kekerasan
situasi dan kondisi tertentu tidak Korban kekerasan adalah korban
yang telah mengalami perwujudan
44
Arif Gosita, Op. Cit. hlm. 46-47.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 248
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

tindak kekerasan seperti orang yang bertujuan seksual ini tidak


penganiayaan, perkosaan dan lain hanya terbatas pada perempuan
sebagainya. melainkan ada juga laki-laki yang
menjadi korban. Namun intensitas
UU TPPO juga telah mendefinisikan kejadian itu memang lebih jarang
pengertian korban secara konkret dalam ditemukan daripada kejadian
Pasal 1 Angka 3 yakni Korban adalah perdagangan yang dilakukan terhadap
seseorang yang mengalami penderitaan perempuan. Seperti yang telah dijelaskan
psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, pada latar belakang bahwa terdapat 1.359
dan/atau sosial, yang diakibatkan tindak kasus kejahatan perdagangan perempuan
pidana perdagangan orang.45 yang bertujuan seksual.
Maka korban dalam UU TPPO Terjadinya tindak pidana tersebut
sejalan dengan macam-macam korban terhadap perempuan tentunya memiliki
yang telah dibahas sebelumnya baik penyebabnya. Permasalahan ini memiliki
dapat berupa salah satu dari korban kaitan erat dengan konsepsi yang berada
tersebut maupun salah dua atau salah tiga di dalam ilmu viktimologi mengenai
atau bahkan keseluruhan dari keempat kaum rentan. Kaum rentan merupakan
macam korban tersebut kaum yang memiliki kerentanan atau
Namun, dalam pembahasan ini kaum yang lemah sehingga dengan
korban yang dimaksud adalah korban mudah pelaku dapat melakukan
dalam hal tindak pidana perdagangan kejahatan terhadap mereka. Kaum rentan
orang untuk tujuan seksual yang sendiri merupakan anak-anak,
ditujukan terhadap perempuan. perempuan, dan orang tua. Seringkali
Perempuan dibawah umur maupun yang dalam kejahatan perdagangan orang
tidak dibawah umur sesuai dengan batas untuk tujuan seksual kaum rentanlah
usia anak dalam UU TPPO. 46 Tidak yang dijadikan menjadi korban. Terlebih
dapat dipungkiri bahwa perdagangan lagi jika ditambah dengan faktor lain
seperti keluarga miskin yang berasal dari
45
Lihat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 pedesaan atau daerah kumuh perkotaan;
tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. mereka yang berpendidikan dan
46
Pasal 1 Angka 5 UU TPPO tertulis bahwa yang
dimaksud anak adalah seseorang yang belum berpengetahuan terbatas; yang terlibat
berusia 18 tahun maupun masih di dalam
kandungan.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 249
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

masalah ekonomi, politik dan sosial yang memacari, menculik, menyekap, atau
serius; anggota keluarga yang memperkosa. Modus lain berkedok
menghadapi krisis ekonomi; korban mencari tenaga kerja untuk mendapatkan
kekerasan fisik, psikis, seksual; para upah besar.
pencari kerja (termasuk buruh migran). Melihat mirisnya kondisi ini, tentu
Faktor lain dikarenakan banyak perlu dilakukan suatu upaya-upaya untuk
tempat-tempat yang membutuhkan meminimalkan terjadinya perdagangan
perempuan sebagai objek untuk menarik orang untuk tujuan seksual ini khususnya
pengunjung (di kafe, bar dan terhadap perempuan yang akan dibahas
sebagainya), atau yang lebih parah lagi pada bagian berikut.
perempuan yang digunakan sebagai alat Konsep Meminimalisasi dengan
untuk memperoleh keuntungan finansial metode pembenahan sistem hukum dan
dengan melakukan eksploitasi terhadap legal empowerment community:
mereka dan memperjual belikannya
Upaya
termasuk prostitusi. Hal ini tidak dapat Meminimalisasi
dipungkiri dikarenakan lebih banyak Kejahatan
Perdagangan Seksual
jumlah laki-laki berhidung belang yang
suka mencari perempuan untuk
memuaskan hasrat mereka, daripada
perempuan yang mencari laki-laki.
Sehingga ketertarikan oknum dan pelaku
untuk memanfaatkan kondisi ini sebagai
usaha untuk memperoleh keuntungan
dilakukan mereka dengan berbagai
modus operandi rekrutmen terhadap Legal Sistem
Empowerment Hukum
kaum rentan tersebut yang berupa Community (Menekankan kepada
(Menekankan kepada aspek pemerintah)
rayuan, menjanjikan berbagai aspek masyarakat)

kesenangan dan kemewahan, menipu


Gambar 2.
atau janji palsu, menjebak, mengancam,
Upaya Meminimalisasi Kejahatan
menyalahgunakan wewenang, menjerat Perdagangan Seksual

dengan hutang, mengawini atau

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 250


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Adapun pelaksanaan dari konsep didapatkan melalui instansi


Legal Community Empowerment ini pemerintahan yang telah melakukan
mecakup semua pihak, baik pemerintah survey lapangan. Selain itu, perolehan
maupun non pemerintah. Hal ini data tersebut bisa didapatkan dengan cara
dikarenakan pemerintah sebagai organ memberdayakan setiap fakultas hukum
negara yang memegang roda dari berbagai universitas yang ada di
pemerintahan yang memiliki tanggung Indonesia47. Dalam perolehan data setiap
jawab dalam mempertahankan dan fakultas hukum tersebut dapat
melindungi hak asasi yang dimilki oleh membentuk sebuah klinik hukum
setiap warga negaranya. Maka dari itu, sebagai pengkaji yang terfokus kepada
pemerintah tidak boleh absen (lepas permasalahan kejahatan perdagangan
tangan) dalam hal ini, terlebih lagi seksual ini. Klinik hukum ini dapat
kejahatan perdagangan seksual ini dapat berkerja sama dengan Lembaga Bantuan
dikategorikan sebagai kejahatan luar Hukum yang dimilki oleh fakultas
biasa. Bahkan seperti yang telah maupun diluar fakultas yang bertugas
dijelaskan sebelumnya, pemasalahan ini dalam memberikan konsultasi terhadap
telah menjadi perhatian masyarakat para korban. Setiap fakultas hukum
internasional. tersebut dapat melakukan kerjasama
Sejalan dengan hal ini penulis dengan fakultas lainnya yang memiliki
menawarkan sebuah solusi yang berbasis keterkaitan dengan permasalahan yang
kepada Legal Empowerment Community ditawarkan48.
yang dinilai sebagai salah satu cara yang Hal diatas bila dilaksanakan akan
efektif dalam meminimalisasi kejahatan sejalan dengan teori parsipatoris
perdagangan orang untuk tujuan seksual masyarakat dimana segala lapisan
khususnya terhadap perempuan. masyarakat dapat berpartisipasi dalam
Konsep ini dapat dilakukan dengan 47
Fakultas Hukum dinilai sebagai salah satu
diadakannya kegiatan penyuluhan organ yang dapat diberdayakan dikarenakan
terdapatnya kesesuaian ranah fakultas hukum
hukum dimulai dari dengan pemerintah pada praktinya dengan permasalahn kejehatan
perdagangan seksual ini.
melakukan pendataan terhadap para 48
Seperti fakultas psikologi misalnya, jika
korban kejahatan perdagangan seksual ditinjau dari sisi korban, ilmu psikologi dinilai
sebagai ilmu yang dapat membantu dikarenakan
terhadap perempuan. Data-data tersebut ilmu psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai pikiran dan tingkah laku
manusia.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 251
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

menimalisasi kejahatan perdagangan melakukan penanganan terhadap korban,


seksual. Sejalan dengan hal ini akan melakukan pendataan yang
sebagaimana termaktub didalam Pasal 23 nantinya data tersebut akan diberikan
UU TPPO49 dimana setiap orang wajib kepada instansi pemerintah yaitu,
memberikan keterangan atau informasi Kementerian Hukum dan HAM
mengenai tindak ini yang jelas (Kemenkumham).
diketahuinya. Dari setiap perolehan data yang
Perlu diperhatikan dalam diterima oleh pemerintah
memperoleh korban untuk memberikan (Kemenkumham), pemerintah akan
keterangan untuk menceegah banyaknya menyediakan pelatihan untuk diberikan
hidden victim maka diperlukan adanya kepada korban maupun pihak-pihak yang
pelatihan kepada semua pihak-pihak akan melakukan penyuluhan hukum
50
yang menyediakan jasa tersebut. terkait perdagangan seksual.
Dalam hal ini fakultas hukum dapat Setelah dilakukannya pelatihan,
menjadi inisiator dalam kegiatan maka setiap kegiatan penyuluhan hukum
pelatihan ini yang sekaligus dapat yang berkaitan dengan permasalahan
memberikan pelatihan terhadap perdagangan seksual, selain dihadirkan
pihak-pihak sebagaimana yang telah oleh berbagai ahli yang dapat meninjau
disebutkan, jika hal ini berjalan baik, dari keahliannya masing-masing korban
maka pelatihan tersebut dapat diajukan yang telah dilatih tersebut dapat
kepada pemerintahan, agar instansi dihadirkan juga untuk menjadi
pemerintahan turut campur tangan dalam narasumber dalam penyuluhan tersebut.
pelatihan ini sebagai upaya Pelatihan ini dapat dilakukan setiap satu
meminimalisir kejahatan perdagangan tahun sekali sesuai dengan jadwal yang
seksual ini. Klinik hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

49
Dengan adanya hal tersebut, maka
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana menurut penulis penyuluhan dapat
Perdagangan Orang.
50
Hal ini dikarenakan tidak semua korban berjalan lebih efektif karena selain
bersifat terbuka dan langsung mau berbicara
mengenai hal itu, ada tipe korban yang tidak mau adanya pemaparan yang diberikan oleh
berbicara karena takut, malu maupun tidak para ahli dari berbagai sudut pandang
berani. Sehingga pelatihan ini dibutuhkan bagi
pihak-pihak yang melaksanakan agar korban pun dalam teori dan praktis, namun
mau untuk berbicara terbuka mengenai
pengalamannya.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 252
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

dihadirkan juga korban agar dapat memberikan ajaran kepada


menjadi saksi hidup dalam kejahatan anak-anaknya mengenai kesusilaan
perdagangan orang untuk tujuan seksual agar sang anak dapat mengerti
tersebut. mengenai norma kesusilaan.
Adapun permasalahan kriminalitas Kemudian, kehangatan yang
sebagai suatu kenyataan sosial yang tidak diberikan keluarga juga berperan
berdiri sendiri, tetapi juga berkaitan penting dalam menciptakan
dengan masalah-masalah lain yakni, kenyamanan dan psikologi anak.
sosial ekonomi, politik dan budaya Dalam hidup bermasyarakat
sehingga upaya lain juga harus dilakukan kebiasaan hidup mewah misalnya
51
untuk mengatasi permasalahan ini. dapat menciptakan kesenjangan
Aspek lain tersebut antara lain: masyarakat dan menimbulkan
a) Aspek Ekonomi kecemburuan-kecemburuan bagi
Aspek ekonomi ini berkenaan masyarakat tidak mampu sehingga
dengan permasalahan kemiskinan, berniat untuk melakukan cara apapun
yang berkaitan pula dengan lapangan untuk dapat mendapatkan uang
pekerjaan. Sehingga pemerintah seperti dengan prostitusi. Masyarakat
dapat melakukan upaya-upaya yang juga berperan penting dan harus aktif
membuat semakin meningkatnya dalam melakukan laporan-laporan
pertumbuhan ekonomi seperti mengenai perkara yang diketahuinya
menciptakan lapangan kerja yang terkait dengan kejahatan
baru, bukan sebaliknya membuat perdagangan seksual ini.
kebijakan-kebijakan yang mengarah
c) Aspek Budaya
kepada penyengsaraan masyarakat.
Dalam suku tertentu, seperti Batak,
b) Aspek Sosiologis Tionghoa, dan lain sebagainya juga
Aspek sosiologis berkaitan dengan harus diajarkan mengenai walaupun
masalah sosial dimulai dari ranah memang pria dikategorikan sebagai
yang kecil yaitu keluarga sampai gender yang lebih kuat tetapi bukan
kepada ranah komunitas masyarakat. berarti perempuan dapat
Dimulai dari keluarga yang diperlakukan seenaknya. Tetap
perempuan harus dihormati dan
51
Arif Gosita. Op. Cit. Hlm. 2
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 253
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

diperlakukan dengan hormat. empowerment community sebelumnya,


Berkaitan dengan teori legal upaya lain yang dapat dilakukan adalah
feminism dimana kekerasan seksual dengan melakukan pembenahan
yang terjadi terhadap perempuan terhadap sistem hukum di Indonesia.
dikarenakan kaum pria merasa Sebagaimana dikatakan Lawrence M.
bahwa dirinya lebih tinggi derajatnya Friedmann bahwa sistem hukum terdiri
daripada perempuan sehingga dari tiga dimensi yakni: (1) Legal
memperlakukan sebagaiman Structure; (2) Legal Substance; dan (3)
dikehendakinya. Padahal Legal Culture.
berdasarkan Pasal 29 Upaya meminimalisasi tindak
Undang-Undang Dasar 1945 yang pidana perdagangan orang atas tujuan
merupakan dasar hukum berlakunya seksual ini harus dibenahi dari
asas equality before the law bahwa ketiganya:
semua orang memiliki kedudukan
yang sama dihadapan hukum. a) Meningkatkan mutu pelayanan
dan penegakkan oleh aparatur
Dalam hal ini, apabila negara (legal structure)
pemberdayaan terhadap masyarakat Konsepsi pertama ini adalah penting
(Legal Community Empowerment) dapat bagi para aparatur negara untuk dapat
berjalan dengan baik maka dapat membantu melakukan pelayanan dan
membantu untuk meminimalisasi penegakkan terhadap tindak pidana ini.
kejahatan perdagangan perempuan untuk Dimulai daripada mutu pelayanan yang
tujuan seksual ini terjadi. dilakukan harus sesuai dengan kondisi
yang dialami korban. Karena seperti
B. Upaya yang dapat Dilakukan
yang telah dibahas sebelumnya, bahwa
untuk Meminimalisasi Tindak
korban dari perdagangan seksual tersebut
Pidana Perdagangan Perempuan
pasti telah mengalami penderitaan yang
untuk Tujuan Seksual di
tidak hanya sekedar fisik bahkan juga
Indonesia
mental dan psikis. Dalam hal ini,
Sebagaimana pada gambar Konsep
aparatur negara harus dapat mengetahui
Meminimalisasi dengan metode
bagaimana cara melakukan pelayanan
pembenahan sistem hukum dan legal
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 254
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

yang tepat agar korban dapat berterus penunjuk arah atau tahapan yang
terang untuk membantu dalam berbentuk seperti peta atau mapping agar
kepentingan penyelidikan maupun korban yang ingin melakukan pelaporan
penyidikan agar para pelaku dapat kasus terkait dapat lebih mengerti dan
diungkap atas tindakan kejahatan tahu kemana mereka harus melaporkan
tersebut. perkara yang menimpanya.
Misalnya, dalam hal ini korban Hal-hal yang telah disebutkan diatas
adalah perempuan dan pasti akan merupakan sangat penting mengingat
merasakan tabu untuk membahas adanya tipe korban yang tak nampak,
persoalan terkait karena berkaitan sebagaimana telah dibahas sebelumnya.
dengan permasalahan keintiman Bahwa terkadang kondisi korban tidak
pribadinya (hidden victim). Tentu dalam melaporkan karena korban merasa malu
hal ini penyidik yang menjadi lawan untuk melaporkan atau korban tidak
bicara dari korban akan lebih pantas mengerti harus melaporkan kemana atau
apabila perempuan (penyidik bahkan korban merasa tidak nyaman
perempuan) juga sehingga penyidik pun untuk berbicara hal tersebut kepada
dapat lebih mengerti akan persoalan yang penyidik karena pelayanan yang
dihadapi oleh korban, dan korban pun diberikan.
dapat merasa lebih nyaman dalam Selain permasalahan terkait,
bercerita permasalahan tersebut. penyidik juga harus lebih sigap dalam
Kemudian, untuk jam terbang dari bertindak agar permasalahan tersebut
penyidik yang menangani tentu akan dapat secepatnya terpecahkan. Penyidik
berbeda antara penyidik yang telah juga siap membantu korban dalam hal
memiliki jam terbang ataupun memiliki korban mendapatkan ancaman atau
pendidikan lebih tinggi ketimbang dari tekanan dari pihak pelaku sesuai dengan
penyidik yang lulusan SMP/SMA saja. Pasal 43 UU TPPO mengenai
Hal ini akan menjadi salah satu upaya perlindungan saksi dan korban.
yang dapat dilakukan oleh pihak Instansi-instansi lain seperti
penyidik yang menangani agar kasus Komnas Perempuan dan Komnas
tersebut dapat terungkap. Penyidik juga Perlindungan Anak Indonesia (dalam hal
dapat menyiapkan fasilitas seperti korban dibawah umur) juga dapat

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 255


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

membantu hal tersebut. Dilakukan pelaku kejahatan perdagangan seksual


sinergi antara lembaga tersebut bukan ini dipidana. Sehingga hal ini dapat
saling mengkritik. Apabila korban lebih memberikan shock therapy bagi orang
nyaman untuk melaporkan hal tersebut lain untuk tidak melakukan tindak pidana
kepada Komnas Perempuan maupun perdagangan orang untuk tujuan seksual
Komnas Perlindungan Anak Indonesia tersebut. Hal ini merupakan tujuan
tentu secepatnya komisi terkait untuk pemidanaan dalam teori relatif yang
melaporkan perkara itu dan mendukung bersifat prevensi umum (general
untuk menyelesaikan permasalahan preventie).53
terkait. Lebih lanjut, sesuai dengan
Bagi pihak aparatur negara juga Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 2008
tidak melakukan pembiaran atau Tentang Tata Cara dan Mekanisme
pendiaman apabila telah mengetahui atau Layanan Terpadu bagi Saksi dan/atau
mendapati laporan mengenai perkara korban Tindak Pidana Perdagangan
tersebut sebagaimana dicatat dalam Orang dan Peraturan Presiden No 69
catatan tahunan Komnas Perempuan Tahun 2008 Tentang Pembentukan
bahwa terdapat 6 kasus perdagangan Gugus Tugas Pencegahan dan
52
yang terjadi dalam Ranah Negara. Penanganan Tindak Pidana Perdagangan
Sehingga aparat penegak hukum Orang, maka para aparat yang bertugas
benar-benar dapat menjadi pihak yang dalam gugus tersebut harus diberikan
netral walaupun pelaku / oknum adalah suatu pengayaan akan materi yang
berasal dari lembaga pemerintahan dihadapi antara lain tindak pidana
negara sendiri tetapi kepolisian perdagangan orang yang di dalamnya
khususnya dapat melakukan penegakkan mencakup tindak pidana perdagangan
secara profesional tanpa pandang bulu. orang untuk tujuan seksual.
Semakin banyaknya kasus yang Banyaknya oknum-oknum
terungkap maka akan semakin banyak penegakkan hukum yang sering terjadi
di Indonesia, tentunya harus bisa diatasi
52 salah satunya dengan metode yang
http://www.komnasperempuan.go.id/wp-content
/uploads/2016/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahuna
53
n-_CATAHU_-Komnas-Perempuan-2016.pdf Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana
diakses pada tanggal 12/09/2016 pukul 14:56 Bagian 1, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
WIB 2002. hlm. 158-161.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 256
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

dikemukakan oleh Profesor Romli Indonesia telah memiliki berbagai


Atmasasmita yakni dilakukan macam peraturan perundang-undangan
54
buareucratic engineering sehingga sebagai berikut:
pemberdayaan bukan hanya dilakukan 1) Undang-Undang No 32 Tahun 2004
terhadap masyarakat tetapi juga para Jo Undang–Undang No 23 Tahun
aparatur negara sehingga mereka 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mengetahui hak dan kewajiban mereka 2) Undang-Undang No 21 Tahun 2007
dan sanksi-sanksi yang akan dikenakan Tentang Pemberantasan Tindak
bagi mereka yang melanggarnya, yang Pidana Perdagangan Orang
kemudian akan menimbulkan 3) Peraturan Pemerintah No 38 Tahun
pemahaman bagi mereka agar tidak 2007 Tentang Pembagian Urusan
melakukan perbuatan tersebut. Perlu Pemerintah, Pemerintah Daerah
ditekankan juga mengenai konsepsi Provinsi, Pemerintahan Daerah
negara ini yang sangat luar biasa yang Kabupaten/Kota.
ditemukan oleh para founding fathers 4) Peraturan Pemerintah No 9 Tahun
kita yakni pancasila yang berlandaskan 2008 Tentang Tata Cara dan
pada kebersamaan, bahwa pemikiran Mekanisme Layanan Terpadu bagi
individualisme harus dijauhkan untuk Saksi dan/atau korban Tindak
dapat lebih mengutamakan kepentingan Pidana Perdagangan Orang.
masyarakat dan orang banyak. Ketika 5) Peraturan Presiden No 69 Tahun
aparatur negara dapat memahami dan 2008 Tentang Pembentukan Gugus
menjiwai konsepsi ini dengan baik maka Tugas Pencegahan dan Penanganan
penulis yakin aparatur negara dapat Tindak Pidana Perdagangan Orang
melakukan kewajibannya dengan sesuai 6) Peraturan Menteri Koordinator
pada peraturan perundang-undangan. Kesejahteraan Rakyat No 25 Tahun
2009 Tentang Rencana Aksi
b) Peraturan Perundang-undangan Nasional Tindak Pidana
(Legal Substance) Perdagangan Orang.
Dalam hal ini, terkait dengan 7) Peraturan Menteri Negara
permasalahan perdagangan orang, Pemberdayaan Perempuan No 8

54
Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Profesor Romli Atmasasmita, S.H., LL.M. Op.
Cit. Hlm. 5.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 257
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Sub-Gugus Tugas Pencegahan dan orang untuk tujuan seksual sebagaimana


Penanganan Tindak Pidana tersebut diatas. Bahwa legal substance
Perdagangan Orang. ini tidak kalah penting dengan dimensi
8) Peraturan Menteri Negara lainnya karena merupakan substansi
Pemberdayaan Perempuan No 1 daripada hukum itu sendiri. Pengaturan
Tahun 2009 Tentang SPM di dalam peraturan perundang-undangan
Pelayanan Terpadu bagi Saksi tersebut sudah dapat dinilai cukup baik.
dan/atau korban Tindak Pidana Namun, sebagaimana terdapat
Perdagangan Orang di pengaturannya di dalam
Kabupaten/Kota. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
9) Peraturan Menteri Negara tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Pemberdayaan Perempuan dan Perdagangan Orang. Penulis merasa
Perlindungan Anak No 1 Tahun bahwa peraturan daripada
2010 Tentang SPM bidang Undang-Undang ini sudah mengatur
Pelayanan Terpadu bagi Perempuan secara komprehensif mengenai
dan Anak korban kekerasan. permasalahan terkait, namun tetap
10) Peraturan Kepala Kepolisian RI No implementasi daripada peraturan ini
10 Tahun 2007 Tentang Organisasi menjadi kunci utama. Mengingat dengan
dan Tata Kerja Unit Pelayanan adanya perbedaan antara Das Sein Das
Perempuan dan Anak (Unit PPA) di Solen (Law in Books Law in Actions)
Lingkungan Kepolisian Negara RI. antara hukum yang ada dalam buku atau
11) Peraturan Kepala Kepolisian RI No hukum yang dicita-citakan dengan
3 Tahun 2008 Tentang Mekanisme kenyataannya.
dan Tata Cara Pemeriksaan Saksi Seperti permasalahan mengenai
dan/atau korban Tindak Pidana perlindungan saksi dan korban juga
Perdagangan Orang pada Unit menjadi persoalan utama terlebih lagi
Perempuan dan Anak. korban merupakan kaum rentan yang
dapat dengan mudah diintimidasi oleh
Indonesia telah memiliki berbagai
pelaku. Kemudian juga sangat
perundang-undangan yang terkait tindak
disayangkan bahwa pengaturan
pidana perdagangan orang yang
mengenai undang-undang perlindungan
didalamnya termasuk perdagangan

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 258


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

anak dan undang-undang perdagangan memberi bayaran atau manfaat


walaupun memperoleh persetujuan
orang kurang memberikan perlindungan
dari orang yang memegang kendali
terhadap korban. Di dalam atas orang lain, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di
pengaturannya hanya ada pengaturan
wilayah negara Republik Indonesia,
sampai memberikan kesaksian, tetapi dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan
tidak ada bagaimana pemulihan kondisi
paling lama 15 (lima belas) tahun
psikis atau mental korban sampai setelah dan pidana denda paling sedikit
Rp120.000.000,00 (seratus dua
tindak pidana itu. Serta ganti kerugian
puluh juta rupiah) dan paling banyak
yang bisa diterima oleh mereka. Oleh Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah).”
karenanya, fasilitas-fasilitas yang belum
ditemukan dalam aturan kita ini
Pasal 2 ayat (2):
melemahkan peraturan
“Jika perbuatan sebagaimana
55
perundang-undangan kita. dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang tereksploitasi,
Selanjutnya juga ada dua poin yang
maka pelaku dipidana dengan
ingin penulis kritisi mengenai pidana yang sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).”
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Melihat kepada kedua rumusan
Perdagangan Orang ini. tersebut, memang sudah tepat mengenai
(a) Pasal 2 ayat 1 dan 256 adanya sanksi pidana yang diberikan.
Pasal 2 ayat (1): Namun, permasalahan yang mengganjal
“Setiap orang yang melakukan adalah mengapa di dalam ayat 1 dan ayat
perekrutan, pengangkutan,
2 memiliki ancaman pidana yang sama
penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau besarnya. Sedangkan, berdasarkan
penerimaanseseorang dengan
rumusan tersebut padahal secara jelas
ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, bahwa yang dikategorikan sebagai tindak
pemalsuan, penipuan,
pidana dalam ayat 2 adalah telah terjadi
penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau eksploitasi. Apakah memang telah
terjadinya eksploitasi tidak menjadi
55
Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan
Wakil Ketua Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi ukuran daripada ancaman pidana yang
Perempuan Indonesia di Denpasar, Bali bernama diberikan terhadap suatu perbuatan
Luh Putu Anggreini, S.H. pada tanggal 5 Juni
2016. tersebut?
56
Lihat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
Tentang Pemberantasan Perdagangan Orang
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 259
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Rumusan dalam Pasal 2 ayat 1 kerja sama internasional sangat tepat. 58


57
merupakan delik formil, sehingga Hal ini berguna untuk menjadi payung
dengan atau tidak adanya akibat yang hukum bagi Indonesia ketika ingin
telah terjadi yakni tereksploitasi atau menjalankan kerjasama terkait dengan
tidaknya seseorang tersebut tidak pemberantasan tindak pidana
menjadi tolak ukur dari pemberian sanksi perdagangan orang. Yang mana
pidananya. Namun dalam ayat 2 itu perdagangan dapat mencakup yurisdiksi
merupakan delik materil yang mana dari negara lain, sehingga akan
sudah terjadi akibat dari tindak pidana berkenaan dengan permasalahan baru
tersebut yakni sudah tereksploitasinya yakni kedaulatan negara berdasarkan
seseorang yang berarti sudah ada pihak hukum internasional.
yang telah menerima kerugian atau sudah Indonesia dalam hal ini pemerintah
mendapatkan nestapa dari tindakan yang harus lebih sigap dan cepat dalam
dilakukan oleh pelaku. Ketika kita menjalin kerjasama internasional agar
melihat dari sudut pandang viktim mencegah terjadinya hal-hal yang
(korban) maka jelas bahwa kerugian nantinya dapat menganggu ketertiban
telah dialami dan jauh kerugiannya yang masyarakat dan masyarakat
diderita daripada belum terjadinya internasional. Sebagaimana yang
eksploitasi terhadapnya. dikatakan oleh Hans Kelsen bahwa
Hal ini akan menjadi jauh lebih baik hukum internasional terkait dengan
apabila ancaman pidana yang prefensi politis sehingga akan penting
dicantumkan dalam ayat 2 ditambahkan bagi Indonesia untuk dapat bekerja sama
dengan jumlah melebihi dari ancaman dengan negara lain sebanyak-banyaknya
pidana dalam ayat 1. untuk dapat menanggulangi
permasalahan perdagangan orang
(b) Menjalin kerjasama terhadap khususnya dalam tujuan seksual.
negara-negara lain Hal ini sejalan dengan
Rumusan yang terdapat dalam Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006
59 Undang-Undang TPPO mengenai tentang Bantuan Timbal Balik Dalam
Masalah Pidana, dimana negara
57
Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 21
58
Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Lihat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
Perdagangan Orang Tentang Pemberantasan Perdagangan Orang
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 260
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Indonesia dapat meminta bantuan kepada pencegahan ini maka masyarakat harus
negara lain dalam hal penyelesaian ikut berperan aktif demi terwujudnya
masalah pidana yang melibatkan upaya ini.
yurisdiksi negara lain.59 Masyarakat juga harus
mendapatkan edukasi yang cukup dan
(c) Edukasi Terhadap Masyarakat tepat agar dapat mengetahui mengenai
(Legal Culture) permasalahan perdagangan orang
Permasahalan ini bukan hanya khususnya tujuan seksual ini. Apabila
menjadi masalah pemerintah untuk masyarakat dapat mengerti dan berperan
melakukan upaya-upaya untuk aktif tentu ini akan menjadi hal yang
menanggulangi dan meminimalisasinya, efektif dalam membantu menekan angka
tetapi juga peran serta masyarakat kriminalitas terhadap kejahatan ini.
menjadi hal yang krusial. Edukasi ini berkaitan erat dengan
Tentu tindakan pencegahan adalah konsepsi legal community empowerment
lebih baik daripada tindakan represif dan yang telah dijelaskan sebelumnya.
koreksi60, hal ini berkaitan dengan teori Namun, mengingat bahwa kondisi
relatif dimana pidana bertujuan untuk pendidikan yang masih tergolong rendah
melakukan penertiban terhadap di Indonesia khususnya di daerah-daerah
masyarakat dan bersifat mencegah terpencil yang jarang terjangkau oleh
dalam 2 hal yakni pencegahan umum pemerintah. Maka penting untuk
(general preventie) dan pencegahan dilakukannya berbagai macam edukasi
61
khusus (speciale preventie), karena oleh kaum akademisi, lembaga bantuan
dengan melakukan pencegahan maka hukum 62 , dan instansi-instansi lainnya
tidak akan perlu adanya kerugian yang baik negara maupun swasta.
diderita terlebih dahulu, serta proses Penyuluhan hukum merupakan
yang berbelit di dalam proses acara salah satu alternatif yang dapat
pidana yang diketahui akan memakan dilakukan untuk dapat mengedukasi
waktu yang lama. Dalam hal masyarakat khususnya masyarakat yang

59 62
Lihat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 Sebagaimana salah satu tugas dari Lembaga
Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Bantuan Hukum untuk memberikan penyuluhan
Pidana. hukum dan pemberdayaan terhadap masyarakat
60
Arif Gosita. Op. Cit. Hlm. 7. sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
61
Adami Chazawi, Op. Cit. hlm. 158-161. 2011 tentang Bantuan Hukum
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 261
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

berada jauh dari perkotaan. Hal ini dapat mengetahui bahwa ada ancaman
dilakukan agar masyarakat dapat pidananya apabila mereka berbuat
memahami mengenai apa itu tindak tindakan seperti itu. Serta dapat
pidana perdagangan orang khususnya dijelaskan bahwa bagaimana kondisi
tujuan seksual, dan agar masyarakat para pelaku yang telah diadili dan
cermat dalam melihat suatu peluang dipidana agar masyarakat pun juga lebih
pekerjaan yang ditawarkan agar tidak memahami agar jangan sampai mereka
salah dalam memilih pekerjaan yang mengalami posisi seperti itu menjadi
ternyata merupakan penipuan dan pelaku dari tindak pidana perdagangan
diberdayakan untuk dieksploitasi secara orang.
fisik bahkan seksual atau lainnya. Masyarakat juga diajarkan untuk
Metode ini dapat dilakukan juga untuk mengajari keluarganya sedari kecil
mengedukasi masyarakat apa saja yang mengenai edukasi yang berkaitan
menjadi hak-hak korban dalam hal dengan seksual. Masyarakat sering
sudah terjadinya tindak kejahatan keliru dalam hal memahami edukasi
tersebut dan kewajiban korban dalam seksual yang diartikan dalam konotasi
membantu proses penyidikan agar dapat negatif dan membiarkan seorang anak
terselesaikannya perkara tersebut. mengetahuinya sendiri ketika besar
Melalui penyuluhan hukum juga nanti. Padahal hal itu akan menjadi
dapat diajarkan mengenai apa dampak berbahaya karena anak tersebut tidak
daripada tindak pidana perdagangan mengerti mengenai apa yang benar atau
orang khususnya tujuan seksual tersebut salah, apa yang boleh atau tidak boleh.
dan apa ancaman pidananya. Sehingga Sehingga penting bagi orangtua ataupun
bukan hanya pencegahan agar sekolah melakukan pendidikan tersebut
masyarakat tidak menjadi korban tetapi guna memberikan pemahaman terhadap
juga agar masyarakat tidak menjadi masyarakat dimulai dari kecil sudah
63
pelaku. Karena mereka sudah mengerti dan diajarkan mengenai
berpakaian yang sopan dan rapi,
63
Hal ini mengacu kepada sifat pencegahan
khusus dari teori relatif, yang mana mencegah mengenai bagian-bagian tidak boleh
agar orang yang telah memiliki niat untuk disentuh atau ditampilkan dan lain
melakukan kejahatan dapat mengurungkan
niatnya untuk tidak mewujudkannya dalam sebagainya.
perbuatan nyata. Adami Chazawi, Op. Cit. hlm.
161.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 262
Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Dapat juga dilakukannya seminar membantu meminimalisasi kejahatan ini


nasional mengenai hal ini agar hal ini khususnya dari segi pencegahannya.
dibahas secara komprehensif oleh para Di dalam upaya meminimalisasi
ahli dalam bidang-bidang yang terkait kejahatan perdagangan seksual, maka
dengan permasalahan ini dan dapat terdapat 3 dimensi yang harus dilihat
dengan mudah diakses oleh masyarakat sesuai dengan teori sistem hukum
Indonesia untuk mengerti mengenai Lawrence M Friedman; legal structure,
permasalahan terkait. legal substance, dan legal culture.
Ketiga hal ini memiliki keterkaitan satu
III. PENUTUP dengan yang lain sehingga
A. Kesimpulan pembenahannya pun juga harus melalui

Konsep Legal Community ketiganya. Dimulai dari aparatur negara

Empowerment yang merupakan konsep dalam hal pelayanan, penindakan serta

untuk melibatkan partisipasi masyarakat penegakkan dalam hukum dengan tepat

secara langsung untuk aktif dalam dan sesuai prosedur. Peraturan

membantu meninmalisasi permasalahan perundang-undangan yang baik dan juga


pemahaman masyarakat menjadi hal
ini akan menjadi efektif. Peran serta
masyarakat tentunya akan menjadi yang fundamental untuk dapat

sangat penting mengingat bahwa memahami dan mengerti mengenai

Indonesia memiliki wilayah yang sangat perdagangan seksual. Sehingga

luas dan jumlah penduduk yang besar. pencegahan pun dapat dilakukan

Oleh karenanya, dengan dilakukannya daripada tindakan represif ataupun

pemberdayaan masyarakat tentu mereka koreksi.

akan menjadi lebih mampu dan


memahami mengenai permasalahan B. Saran

tindak pidana perdagangan untuk tujuan Berikut ini saran yang dapat disampaikan

seksual, sehingga tidak hanya berdasarkan hasil penelitian tersebut di

pemerintah yang melakukan upaya atas:

penanganan kejahatan ini, tetapi 1. Saran untuk pemerintah

masyarakat juga akan ikut terlibat dalam Agar dapat dilakukan revisi
terhadap Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 263


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Nomor 21 Tahun 2007 untuk


meningkatkan ancaman pidana agar 3. Saran untuk masyarakat
tidak sama dengan ayat 1. serta Para tokoh masyarakat / tokoh
melakukan kerja sama internasional agama perlu secara aktif melakukan
yang luas dengan sebanyak-banyaknya pendampingan dan pencerahan melalui
negara sehingga tidak menjadi kendala berbagai forum sebagai warga
apabila dikemudian hari terdapat masyarakat memiliki sikap kritis
permasalahan perdagangan seksual yang terhadap berbagai iming-iming oknum
berbenturan dengan yurisdiksi negara tertentu dalam balut tawaran kerja diluar
lain karena telah ada dasar hukum untuk kota / luar negeri.
kerja sama dalam pemberantasannya.
Pemerintah juga diharapkan dapat DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan perekonomian Indonesia
dimulai dari menciptakan lapangan Buku
Atmasasmita, Romli, Hukum Kejahatan
pekerjaan secara luas untuk
Bisnis Teori dan Praktik di Era
mensejahterakan masyarakat
Globalisasi. Jakarta: Prenadamedia
sebagaimana diamanatkan
Group, 2014.
Undang-Undang Dasar 1945.
Buyung, Adnan Nasution dan A. Parta M.
Zen. Instrumen Internasional Pokok
2. Saran untuk kaum akademisi Hak Asasi Manusia. Jakarta: Yayasan
maupun instansi pemerintah dan Obor Indonesia, 2006.
swasta Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana
Agar dilakukan kegiatan-kegiatan Bagian 1. Jakarta: PT Rajagrafindo
yang bertujuan untuk dapat Persada, 2002.

memberdayakan dan mengedukasi Gosita, Arif. Masalah Korban Kejahatan


Kumpulan Karangan Edisi Pertama.
masyarakat untuk dapat lebih
Jakarta: Akademika Pressindo, 1983.
memahami dan mengerti bahaya
Hiariej, O.S. Eddy. Pengantar Hukum
perdagangan perempuan untuk tujuan
Pidana Internasional. Jakarta:
seksual sehingga masyarakat pun dapat
Penerbit Erlangga, 2009.
ikut berperan aktif dalam mencegah, dan
menindaki persoalan ini.

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 264


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

Poernomo, Bambang. Asas-Asas Hukum Penyiksaan dan Perlakuan atau


Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia, Penghukuman lain yang Kejam, Tidak
1988. Manusiawi, dan Merendahkan
Martabat Manusia
Winarno, Budi, MA, PhD, Isu-isu Global United Nations General Assembly 2391
Kontemporer. Yogyakarta: CAPS, (XXIII), 26 November 1968, art. 1(b).
2011. Universal Declaration of Human Right,
1948
Peraturan Perundang-Undangan dan The Habeas Corpus Act of 1679
Konvensi Internasional
Charter of The International Military Jurnal
Tribunal for The Far East 1946 Harkrisnowo Harkristuti. Laporan
Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan Perdagangan Manusia di Indonesia.
Terhadap Perempuan 1993 Sentra HAM UI draf tanggal 28.
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Februari 2003.
Perlakuan Atau Penghukuman Lain Komnas Perempuan. Perempuan dalam
Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Jeratan Impunitas: Pelanggaran dan
Merendahkan Martabat Manusia 1984 Penanganan. Dokumentasi
London Charter of Internatonal Military Pelanggaran HAM Perempuan
Tribunal 1945 Selama Konflik Bersenjata di Poso
Statuta Roma 1998 1998-2005. 2009
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Komnas Perempuan. Perempuan Pembela
tentang Bantuan Hukum HAM. 2007
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Laporan Komnas Perempuan. Pelapor
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Khusus Komnas Perempuan Untuk
Perdagangan Orang Poso. 2014.
Lembar Fakta Tentang Eksploitasi Seks
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Komersil Dan Perdagangan Anak,
tentang Perlindungan Anak UNICEF.
sebagaimana diubah dan ditambah Patricia Viseur Sellers, The Prosecution of
dengan Undang-Undang Nomor 35 Sexual Violence in conflict: The
Tahun 2014 Importance of Human Rights as
Undang-Undang No 5 Tahun 1998 tentang Means of Interpretation.
Ratifikasi Konvensi Menentang http://www.ohchr.org/Documents/Iss

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 265


Hansel Kalama Ng & Hery Firmansyah
Urgensi Sistem Hukum Berbasis Legal Community Empowerment
Dalam Upaya Meminimalisasi Korban Perdagangan Untuk Tujuan Seksual
Terhadap Perempuan di Indonesia

ues/Women/WRGS/Paper_Prosecutio l-terjadi-di-sukabumi-sejak-awal-201
n_of_Sexual_Violence.pdf 6-371346 diakses pada tanggal
Ruman Suhardi Yustinus, Exploitasi Seks 01/09/2016
Terhadap Anak Perempuan Yang http://www.suara.com/news/2016/05/31/104
Menjadi Korban Perdagangan Orang 804/dari-21-pemerkosa-bocah-sd-di-s
Di Lokasi Prostitusi. Jurnal emarang-6-berhasil-ditangkap diakses
Humanoria Vol. 2 No. 2 Oktober pada tanggal 01/09/2016
2011: 932-943.

Internet
http://www.cnnindonesia.com/nasional/201
60217192853-12-111634/bareskrim-u
ngkap-perdagangan-dan-eksploitasi-s
eks-perempuan/ diakses pada tanggal
12/09/2016
http://www.dw.com/id/pemerkosaan-berjam
aah-indonesia-darurat-kekerasan-seks
ual/a-19233807 diakses pada tanggal
01/09/2016
http://ecpatindonesia.org/berita/studi-kasus-
perdagangan-anak-untuk-tujuan-seks
ual-di-indonesia-3/ diakses pada
tanggal 12/09/2016
http://www.komnasperempuan.go.id/wp-co
ntent/uploads/2013/12/Kekerasan-Sek
sual-Kenali-dan-Tangani.pdf diakses
pada tanggal 01/09/2016
http://www.komnasperempuan.go.id/wp-co
ntent/uploads/2016/03/Lembar-Fakta-
Catatan-Tahunan-_CATAHU_-Komn
as-Perempuan-2016.pdf diakses pada
tanggal 01/09/2016
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2
016/06/09/61-kasus-kekerasan-seksua

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 266

Anda mungkin juga menyukai