ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Volume 16, No 2, September 2020

Tersedia Online: https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria

PROSES KEMERDEKAAN TIMOR LESTE

Tegar Pratama
Fakultas Ilmu Sosial, Prodi Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: Tegarpratama.2020@student.uny.ac.id
Abstrak-tujuan artikel ini ditulis adalah (1) mengetahui bagaimana sejarah kemerdekaan Timor
Leste, latar belakang berpisahnya Timor Leste dari Indonesia, (2) peran partai Fretilin dalam
kemerdekaan Timor Leste, (3) upaya dari pemerintah Indonesia untuk mempertahankan Timor
Timur dan menyelesaikan konflik. Metode dalam penulisan artikel ini adalah metode penulisan
menurut Permendikbud nomor 69 tahun 2016 tentang pedoman penulisan peristiwa sejarah yang
memiliki tahapan seperti pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, intepretasi. Republik Demokratik
Timor Leste atau juga bisa disebut Timor Lorosa’e, merupakan sebuah negara yang berada di sebelah
tenggara Indonesia dan utara Australia. Timor Leste ini berada di timur pulau Timor, secara
astronomis negara ini terletak pada 8° LS – 10° LS dan 124° Bt -127° 30’ BT. Timor Leste dahulunya
merupakan bagian dari negara Indonesia yaitu Timor Timur, namun pada 30 Agustus 1999 Timor
leste melepaskan diri dari Indonesia sesuai dengan isi Referendum Kemerdekaan Timor Leste. ada
berbagai macam peristiwa yang melatar belakangi lepasnya timor timur ini salah sataunya insiden
santa cruz. Partai Fretilin atau Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente, memiki peran
penting karena partai ini merupakan sebuah gerakan kemerdekaan bagi Timor leste.
Kata kunci: Timor Leste, Timor Timur, Kemerdekaan, Fretilin, Politik

East Timor’s Independence Process

Tegar Pratama
Faculty of Social Sciences, History Study Program, Yogyakarta State Universitye-mail: e-mail:
Tegarpratama.2020@student.uny.ac.id

Abstract-the purpose of this article is written to find out about the history of Timor Leste's
independence, the background of the separation of Timor Leste from Indonesia, the role of the
Fretilin party in the independence of Timor Leste, and also the efforts of the Indonesian government
to defend East Timor. The method in writing this article is the writing method according to
Permendikbud number 69 of 2016 concerning guidelines for writing historical events which have
stages such as topic selection, heuristics, source criticism, interpretation. The Democratic Republic
of Timor Leste or also known as Timor Lorosa'e, is a country located in the southeast of Indonesia
and north of Australia. Timor Leste is located in the east of the island of Timor, astronomically this
country is located at 8 ° latitude - 10 ° latitude and 124 ° Bt -127 ° 30 'east longitude. Timor Leste
was formerly part of the Indonesian state, namely East Timor, but on August 30, 1999 Timor Leste
separated itself from Indonesia in accordance with the contents of the East Timor Independence
Referendum. There are various kinds of events that underlie the release of East Timor, one of which
is the Santa Cruz incident. The Fretilin Party or Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente,
played an important role because this party was an independence movement for Timor-Leste.
Keywords: Timor Leste, East Timor, Independence, Fretilin, Politics

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

p-ISSN: 1858-2621 e-ISSN: 2615-2150
2 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah
Pendahuluan
Sejarah merupakan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lalu dan
membawa perubahan dalam kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial. Sejarah juga
bisa berarti kejadian atau peristiwa yang tidak
dapat terulang kembali yang terangkai dalam
satu kesatuan fakta-fakta yang saling berkaitan
dan berpengaruh besar terhadap kehidupan
(Sartono Kartodirdjo). Salah satu fungsi
sejarah adalah fungsi edukatif atau pendidikan.
Artinya sejarah dapat dijadikan pelajaran agar
generasi sekarang mengambil pelajaran dari
sebuah peristiwa. Adapun salah satu jenis-jenis
sejarah adalah sejarah politik. Menurut Sir
John Seeley, sejak kemunculan ilmu sejarah
tema-tema tentang politik menjadi perhatian
utama.
Peristiwa Kemerdekaan Timor Leste
adalah salah satu contoh peristiwa sejarah
berjenis sejarah politik. Timor Timur
merupakan sebuah wilayah bekas koloni
portugis yang dianeksasi oleh militer Indonesia
menjadi sebuah provinsi yang pernah menjadi
bagian Indonesia antara 17 Juli 1976 sampai 19
Oktober 1999. Invasi dan anekasi Timor Timur
ini dilakukan militer indonesia melalui operasi
Seroja pada 7 Desember 1975. Pada akhirnya
Timor Timur berintergasi dengan Indonesia
pada 30 November 1975 melalui deklarasi
Balibo tentang kesepakatan rakyat Timor
Timur memproklamasikan pengintegrasian
bekas Timor Portugi ke NKRI (Kuntari,
Parengkuan, Gusmão, & Baiquni, 2008, hal.
40). Kala itu provinsi ini menjadi provinsi
Indonesia yang ke-27 malalui UU No. 7 Th.
1976 (LN.1976-36) oleh presiden Soeharto
(Perserikatan Bangsa-Bangsa, 2000). Timor
Timur dianeksasi dengan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia setelah dijajah
selama 450 tahun oleh Portugal. Wilayah
provinsi ini meliputi bagian timur pulau Timor,
pulau Kambing atau Atauro, pulau Jaco dan
sebuah eksklave di Timor Barat yang
dikelilingi oleh provinsi Nusa Tenggara Timur.
Namun pada Agustus 1999 rakyat Timor
Timur mendapatkan kesempatan untuk
melakukan referendum yang diberikan oleh
presiden Indonesia kala itu B.J. Habibie. dalam
referendum tersebut masyarakat Timor Timur
bisa memilih untuk tetap menjadi wilayah
Indonesia ataupun memilih untuk menjadi
sebuah negara baru yang merdeka. Dan
Volume
akhirnya setelah referendum benar-benar
dilakukan Pada tanggal 30 Agustus 1999,
rakyat Timor Timur memilih merdeka (78,5%)
Setelah merdeka, namanya berubah menjadi
Republik Demokratik Timor Leste juga disebut
Timor Lorosa'e yang sebelum merdeka
bernama Timor Timur.
Dalam proses kemerdekaan Timor
Leste ini tidak lepas kaitannya dengan partai
Fretilin atau yang dahulunya Associacao
Social Democratica Timorense (ASDT) yang
didirikan oleh beberapa orang, termasuk Jose
Manuel Ramos Horta, yang kemudian
menjabat sebagai sekretaris urusan luar negeri,
sedangkan ketuanya, Fransisco Xavier do
Amaral (Soekanto, 1976, hlm. 88).
Pada saat akan lepasnya Timor Timur
dari Indonesia, pemerintah Indonesia juga
tidak tinggal diam. Adapun pemerintah
Indonesia untuk mempertahankan timur timur
contohnya saja pemberian opsi otonomi luas
bagi Timor Timur, kebebasan jajak pendapat,
berbagai operasi militer serta diplomatis dan
pemberian opsi referndum.
Metode Penelitian
Penelitian sejarah ini merupakan
sebuah penelitian kualitatif. John W. Creswell
berpendapat dalam bukunya bahwa penelitian
kualitatif merupakan metode-metode untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang
oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan berdasarkan data yang ada
(Creswell, 2010, hlm. 4). Untuk itu maka pada
artikel ini Metode yang dipakai peneliti dalam
penelitian karya tulis ini adalah metode
sejarah. Sebagaimana yang dipaparkan
Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu
Sejarah serta yang telah ditulis dalam
Permendikbud No. 69 tahun 2016 tentang
penulisan peristiwa sejarah, penelitian sejarah
memiliki lima tahapan antara lain, pemilihan
topik, pengumpulan sumber, verifikasi (Kritik
sumber,seabsahan sumber, relevansi sumber),
interpretasi (analisa dan sitesis), dan penulisan
sejarah (historigrafi) (Kuntowijoyo, 2013, hlm.
69-80).
Pemilihan topik dari penelitian ini
mengenai Proses Kemerdekaan Timor Timur
berdasarkan dengan kedekatan emosional .
karena penulis memiliki seorang sanak
keluarga yang dahulunya ditugaskan di

Operasi Seroja dan juga keingin tahuan penulis
mengenai sejarah kemerdekaan Timor Leste.
Hasil dan Pembahasan
Timor Leste sebelum merdeka
merupakan sebuah provinsi bagian dari NKRI
yaitu Timor Timur, tetapi hanya dari tahun
1976-1999. Sebelum menjadi bagian NKRI
dahulunya daerah Timor Timur merupakan
daerah jajahan dari portugis kurang lebih 450
tahun. Negara ini terletak di bagian tenggara
Indonesia dan bagian timur pulai Timor. Timor
Leste memiliki populasi penduduk sekitar
1.060.00 jiwa dengan mayoritas penduduknya
beragama Katolik (Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia, 2018).
Timor Leste dahulunya dapat
berintegrasi dengan Indonesia pada awalnya
menjadi konflik karena setelah perginya
Portugis dari Timor Timur, munculah beberapa
partai politik disana. UDT (Uniao Democratica
Timorense) salah satu parpol disana
menginginkan Timor Timur tetap berada di
bawah kekuasaan Portugal. Sedangkan
APODETI (Associacao Popular Democratica
Timorense) menginginkan Timor Timur
berintegrasi dengan Indonesia. Dan partai
FRETILIN (Frente Revolucionaria de Timor
Leste Independente) menginginkan Timor
Timur merdeka sebagai sebuah negara
berdaulat. Setelah melalui berbagai macam
konflik akhirnya UDT pun akhirnya menyerah
menghadapi FRETILIN karena sebagian besar
anggota FRETILIN merupakan bekas tentara
pada masa Portugis. UDT pun akhitnya
bergabung dengan APODETI untuk melawan
partai FRETILIN.
Pada masa ini partai Fretilin diduga
melakukan banyak pembunuhan baik warga
sipil dan para anggota partai yang pro-integrasi
(Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan
Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste, 2010,
hal. 1006). Pada tanggal 29 November 1975
partai FRETILIN mendeklarasikan
kemerdekaannya secara sepihak, namun tidak
diakui oleh Portugis dan ditentang oleh
Indonesia. Lalu pada tanggal 30 November
1975 UDT dan APODETI mengadakan
proklamasi tandingan di Balibo pada yang
Judul Artikel ... 3
Penulis
Pengumpulan sumber dilakukan dengan
mencari artikel jurnal, buku, maupun dokumen
yang berkaitan dengan topik.
Dan selanjutnya saya validasi kemudian saya
interpretasikan.
menyatakan bahwa Timor Timur menjadi
bagian dari Indonesia. Hal ini didukung penuh
oleh pemerintah Indonesia dan didukung pula
oleh Pemerintah Amerika dan Australia.
Karena pihak Amerika tidak mau Timor Timur
merdeka di tangan FRENTILIN sebab
FRENTILIN merupakan sebuah partai yang
bernafaskan komunis.
Setelah peristiwa Integrasi pada
tanggal 7 Desember 1975 militer Indonesia
mulai menginvasi daerah Timor Timur, invasi
ini dinamakan dengan Operasi Seroja yang
dilakukan untuk meruntuhkan FRETILIN atau
pihak pihak yang pro-kemerdekaan. Setelah
integrasi itu tadi masih ada berbagai macam
konflik yang terjadi akibat beberapa faktor,
contohnya saja ketimpangan yang terjadi di
Timor Timur serta masih adanya partai Fretilin
yang masih menginginkan Timor Leste
merdeka. Insiden yang cukup menggemparkan
adalah Insiden Santa Cruz yang diduga
pembataian warga Timor Timur yang pro-
kemerdekaan oleh militer Indonesia
Peristiwa yang melatar belakangi lepasnya
Timor-Timur
Ada beberapa peristiwa yang melatar
belakangi lepasnya timor timur dari Indonesia.
Contohnya saja peristiwa integrasi timor timur
dengan indonesia serta insiden santa cruz.
Integrasi Timor Leste dengan
Indonesia terjadi setelah perginya Portugis
yang dahulunya menjajah Timor Leste pada
tahun 1975. Setelah perginya portugis maka
terjadilah kekosongan kepemimpinan di
Timor Leste, karena kosongnya kepemimpinan
ini maka muncullah beberapa partai politik
disana. Ada 3 partai politik yang paling kuat
saat itu yaitu UDT (Uniao Democratica
Timorense), APODETI (Associacao Popular
Democratica Timorense, dan FRETILIN
(Frente Revolucionaria de Timor Leste
Independente) (Komisi Penerimaan,
Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di
Timor-Leste, 2010, hal 8-10).
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume
2 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah
Proses integrasi ini menuai banyak
sekali konflik, seperti pembunuhan terhadap
warga dan para pejabat yang pro-integrasi serta
banyaknya rakyat yang menolak adanya
integrasi Timor Leste-Indonesia. FRETILIN
merupakan kelompok yang paling kuat
dibandinhkan dengan UDT dan APODETI.
FRETILIN juga merupakan kelompok radikal
yang kejam tiga kuburan masal sebagai bukti
pembantaian FRETILIN terhadap pendukung
integrasi terdapat di Kabupaten Aileu (bagian
tengah Timor Leste), masing-masing terletak
di daerah Saboria, Manutane dan Aisirimoun.
Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor
Leste pada tanggal 7 Desember 1975,
FRETILIN memaksa ribuan rakyat untuk
mengungsi ke daerah pegunungan untuk
dijadikan tameng hidup atau perisai hidup
(human shields) untuk melawan tentara
Indonesia. Lebih dari 200.000 orang dari
penduduk ini kemudian mati di hutan karena
penyakit dan kelaparan. Selain terjadinya
korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga
pembantaian oleh kelompok radikal
FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang
lebih moderat. Sehingga banyak juga tokoh-
tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama
FRETILIN selama di Hutan. Semua cerita ini
dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti
Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama
Timor Leste yang mendeklarasikan
kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975.
Pada akhirnya UDT pun bersatu dengan
APODETI untuk melawan FRENTILIN.
Konflik ini dimulai ketika FRETILIN
menurunkan bendera Portugis dan
mendeklarasikan secara sepihak kemerdekaan
Timor Timur pada tanggal 28 November 1975
(Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan
Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste, 2010, p.
11), pada deklarasinya FRETILIN
menyebutkan Timor Leste República
Democrática de Timor-Leste (bahasa Portugis
untuk "Republik Demokratik Timor Leste").
Namun hal tersebut mendapat pertentangan
dari berbagai pihak. Portugis sebagai negara
yang dahulunya memegang pemerintahan
disana tidak mengakui kemerdekaan itu.
Indonesia sebagai pihak yang akan berintegrasi
dengan timor timur pun juga menentang
dibantu oleh pihak Amerika dan Australia.
Pihak Amerika dan Australia menentang ini
karena takut akan berkembangnya komunisme
disana, mengingat FRETILIN merupakan
Volume
partai yang bernafaskan komunisme. Sebagai
tandingan deklarasi FRETILIN pihak UDT dan
APODETI dibantu oleh pihak Indonesia dan
Amerika serta Australia mendeklarasikan
bergabungnya timor timur dengan indonesia
dan membentuk pemerintahan sementara timor
timur pada 30 November 1975 (Kuntari,
Parengkuan, Gusmão, & Baiquni, 2008, p. 42).
Akan tetapi PBB menolak putusan
upaya integrasi tersebut, keputusan PBB ini
mendapat dukungan 72 suara, dengan 20
menolak, serta 52 abstain (Carey, 1995, p.
238). Namun Indonesia menghiraukan
keputusan PBB tersebut dan mengesahkan UU
No. 7 Th. 1976 (LN.1976-36) oleh presiden
Soeharto, dan mengesahkan Timor Timur
menjadi provinsi ke-27 indonesia. Serta
mengirimkan pasukan militenya untuk
menginvasi dan meanekasi daerah Timor
Timur pada 7 Desember 1975 yang disebut
dengan Operasi Seroja (Kuntari, Parengkuan,
Gusmão, & Baiquni, 2008, p. 43-44). Dalam
operasi tersebut mengakibatkan konflik antara
militer Indonesia dengan FRETILIN atau
pihak-pihak pro-kemerdekaan. Dalam operasi
tersebut militer Indonesia melakukan operasi
besar besaran kepada pihak yang pro-
kemerdekaan.
Dari pemaparan tadi dapat
disimpulkan Integrasi Timor-Timor menjadi
latar belakang lepasnya Timor Timur dan
merdeka karena banyaknya masyarakat timor
timur yang ingin merdeka dan juga banyaknya
tekanan bagi Indonesia oleh banyak pihak
untuk memerdekakan timor timur atas dasar
banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi
dalam operasi seroja dan juga ketidak merataan
pembangunan disana. Selanjutnya peristiwa
lain yang menjadi latar belakang berpisahnya
Timor Leste adalah insiden Santa Cruz.
Insiden Santa Cruz merupakan sebuah
peristiwa pembantaian pada tanggal 12
November 1995 terjadi di pekuburan umum
Santa Cruz, Dili. Kejadian ini merupakan titik
balik dalam perjuangan rakyat Timor leste
untuk memperjuangkan kemerdekaannya.
Insiden ini dilatar belakangi atas kunjungan
delegasi portugis, hal tersebut mendatangkan
harapan yang tinggi pada masyarakat pro-
kemerdekaan karena aspirasinya akan didengar
oleh pihak internasional. Menanggapi berita
kedatangan tersebut, pihak pro-kemerdekaan
mempersiapkan sebuah demonstrasi. Tetapi,
desas-desus demonstrasi tersebut diketahui

oleh Intelejen Indonesia, sehingga terjadikah
keributan antara pihak pro-kemerdekaan
denganpro-integrasi saat organisasi pro-
kemerdekaan itu sedang mempersiapkan
demonstrasi pada 28 Oktober 1995.
Buntut atas keributan tersebut adalah
tertembaknya seorang aktivis pro-
kemerdekaan yaitu Sebastião Gomes.
Kunjungan delegasi portugis pun dibatalkan
oleh pemerintah Indonesia karena hadirnya
seorang wartawan pro-Fretilin yaitu Jill
Joleffe. Akan tetapi, demonstrasi tersebut tetap
berlangsung untuk mengenang kepergian
Sebastião Gomes (Komisi Penerimaan,
Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di
Timor-Leste, 2010, p. 293). Pada 12
November setelah misa pemakaman Sebastião
Gomes, ratusan bahkan ribuan demonstran pun
melanjutkan demonstrasinya menuju
pemakaman umum Santa Cruz. Demonstrasi
tersebut dijaga sangat ketat dan sungguh
sungguh dipastikan agar berjalan dengan
damai dan tertib. Menurut pernyataan dari
pemerintah Indonesia insiden Santa Cruz ini
diawali dengan penusukan seorang tentara
Indonesia yaitu Geerhan Lantara, hal ini
memancing amarah militer dan militer pun
terprovokasi sehingga melakukan penembakan
tersebut. Akan tetapi tidak ada bukti yang
mendukung pernyataan pemerintah tersebut.
Akan tetapi ada pernyataan berbeda
dari seorang wartawan Max Stahl ia
mengatakan bahwa Geerhan Lantara
melakukan kekerasan pada pengunjuk rasa
termasuk seorang anak wanita yang
mengibarkan bendera Timor Leste (Kubiak,
2008). Pada saat itu di pemakaman Santa Cruz
para demonstran terus berdatangan. Militer
Indonesia pun diperintahkan untuk menyekat
masa dengan membentuk barisan di belakang
demonstran. Militer pun terus bergerak maju
mendekati masa yang terkepung. Dirasa
demonstrasi semakin tidak terkendali
Komandan Kompi Gabungan Letda Sugiman
Mursanib memerintahkan pasukannya untuk
memberikan tembakan peringatan ke udara
guna membubarkan masa, namun hal lain
terjadi rentetan tembakan semjata otomatis pun
mulai terdengar. Para demonstran bagian
belakang pun mulai roboh dan sisanya
membubarkan diri (Habibie, Jusuf, &
Moerdani, 2009, p. 89-90). Insiden ini
mengakibatkan 271 orang meninggal dunia
Judul Artikel ... 3
Penulis
dan 250 diantaranya menghilang serta ribuan
luka-luka.
Pembantaian inipun sontak menjadi
sorotan dunia, banyak sekali pihak yang
mengecam tindakan dari militer Indonesia.
Banyak simpati yang datang dari berbagai
pihak dan negara untuk para rakyat Timor
Leste. Hal ini menjadikan 12 November
menjadi tema perjuangan diaspora Timor
Leste, dan juga menjadi latar belakang ingin
segera lepasnya Timor leste dari Indonesia.
Kedua hal tersebut merupakan 2
peristiwa paling penting menurut saya yang
menjadi latar belakang ingin lepasnya timor
leste dari Indonesia. Di dalam masih banyak
lagi hal-hal yang menjadikan masyarakat
timor-timur ingin merdeka contohnya saja:
1. Berbagai pelanggaran HAM oleh
militer Indonesia seperti pembunuhan
dan penganiayaan
2. Tidak meratanya pembangunan di
Timor Timur dengan wilayah
Indonesia lainnya.
3. Tidak terpenuhinya hak-hak dasar
rakyat seperti Kesejahteraan,
Keadilan, Keamanan,
Pendidikan, dan Kesehatan. Belum
lagi minimnya Sarana Pendidikan,
Kesehatan,maupun Transportasi di
sana.
4. Lemahnya kesadaran politik
masyarakat. Ide-ide disintegrasi yang
dimainkan oleh asing gampang
diterima masyarakat, padahal
disintegrasi merupakan alat permainan
negara-negara kapitalis penjajah
Peranan Partai Fretilin dalam kemerdekaan
Timor Leste
FRETILIN memegang peranan yang
sangat penting dalam kemerdekaan Timor
Leste, sebagai partai pro-kemerdekaan fretilin
terus memperjuangkan kemerdekaan Timor
Leste melalui perjuangan dengan senjata
maupun diplomasi.
Peranan ini dapat dilihat ketika
pendeklarasian kemerdekaan Timor Leste.
Partai yang mendalangi pendeklarasian
tersebut adalah FRETILIN. FRETILIN juga
memperjuangkan hak-hak rakyat secara masif
hal ini dibuktikan dengan FRETILIN
menciptakan struktur-struktur baru yang
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume
4 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

melayani kepentingan rakyat, bidang yang East Timor (UNTAET) untuk mengurusi
paling penting yang dperhatikan oleh Partai urusan administrasi Timur Leste pada masa
Fretilin adalah pertanian, pendidikan, transisi ini. UNTAET ini juga beranggotakan
kesehatan, kebudayaan, dan emansipasi 8.950 prajurit tentara. Sekjen PBB, Kofi Anan,
wanita. menunjuk Sergio Vieira de Mello dari Brazil,
Dalam perjuangan ini FRETILIN juga yang sebelumnya merupakan Ketua UNMIK,
membentuk koalisi-koalisi yang memudahkan sebagai perwakilan khusus dan mengatur
perjuangannya. urusan administrasi transisi. Persiapan
kemerdekaan Timtim dimulai dengan
Upaya dari pemerintah Indonesia untuk diadakannya pemilihan konstituante pada 30
mempertahankan Timor Timur dan Agustus 2001. Akhirnya terpilihlah presiden
menyelesaikan konflik. Timor Leste yang pertama yaitu Xanana
Atas desakan dari berbagai pihak Gusmao. Bersamaan dengan itu, UNTAET
pemerintahan Indonesia yang pada saat dibubarkan dan digantikan oleh United Nations
dipegang oleh B.J Habibie karena Soeharto Mission of Support in East Timor (UNMISET)
telah diturunkan dari jabatannya. B.J. Habibie
mengeluarkan beberapa kebijakan seperti Simpulan
rencana menjadikan Timor Leste menjadi
Peristiwa Kemerdekaan Timor leste
daerah istimewa, memberikan daerah otonomi
merupakan contoh dari sejarah bertema politik.
yang luas bagi Timor Leste, dan berbagai
Konflik yang ada di Timor Leste ini beawal
operasi militer sebagai pembersihan massa
dari perginya Portugis dari Timot Timur akibat
pro-kemerdekaan.
dari revolusi bunga. Setelah peristiwa itu
Dirasa berbagai kebijakan tadi tidak
Timor Leste sempat memproklamasikan
menemukan jalan tengah maka B.J. Habibie
kemerdekaannya namun hanya sepihak meluli
mengadakan pertemuan antara massa pro-
partai Fretilin, dan proklamasi itu tdak diakui
integritas dan pro-kemerdekaan untuk
oleh berbagai pihak. Lalu dengan deklarasi
menandatangani perjanjian perdamaian pada
balibo timor timur menyatakan ikut bergabung
21 April 1999 (Raditya, 2018). Setelah
dengan wilayah NKRI. Konfrontasi di timo
pertemuan itu B.J. Habibie mengadakan
timur ini banyak juga melalui operasi operasi
pertemuan dengan PBB membahas tentang
militer, operasi militer terbesar merupakan
kesepakatan Indonesia dan Portugis untuk
operasi Seroja pada 7 Desember 1975.
membuat kesepakatan tentang pembuatan
Integrasi timor timur dengan indonesia
perjanjian referendum untuk Timor Leste
ini juga menuai berbagai banyak konflik,
(Mukaromah, 2019). Indonesia mengirimkan
karena banyaknya pertentangan dengan
sekjen PBBnya pada saat itu Kofi Anan.
keputusan itu. Kobflik akibat integrasi itu yang
Kesepakatan indonesia dan portugal itu
paling besar adalah insiden Santa Cruz yaitu
diberinama “New York Agreement”.
tentang pembantaian rakyat timor leste yang
Referendum Timor Leste diberikan 2
menewaskan sekitar 250 orang. Namun Sznta
opsi, yaitu tetep ikut dalam bagian Indonesia
Cruz ini menjadikan titik balik perjuangan
dan diberi daerah otonomi kusus atau berdiri
Timur Leste, karene dengan insiden ini bnyak
sendiri dan merdeka sepenuhnya. Pada 30
pihak yang simpati pada timor leste karena
Agustus 1999 dilaksanakanlah referendum ini
banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di
sebanyak 344.580 penduduk atau 78,5 persen
sana dan berusaha membantu Timor Leste
memilih untuk merdekan dan sisanya memilih
untuk merdeka.
opsi otonomi kusus.
Upaya pemerintah untuk
Selanjutnya hasil referendum ini
mempertahankan Timor Timur ini dilakukan
disahkan oleh MPR melalui sidang Majelis
dengan berbagai cara mulai dari usaha
Permusyawaratan Rakyat (MPR), pada 19
diplomasi sampai dengan operasi militer. Pada
Oktober 1999, dan disetujui lalu memutuskan
masanya B.J Habibie mengeluarkan berbagai
bahwa Timor Timur bukan lagi wilayah
kebijakan supaya Timor leste kembali ke indo
Indonesia. Setelah keputusan itu PBB pun
nesia contohnya saja seperti tawaran
membuat sebuah organisasi yang bernama
pemberian daerah istimewa, lalu pemberian
United Nations Transitional Administration in
wilayah otonom yang luas dan juga referendum
Volume
 Judul Artikel ... 5
Penulis

dengan 2 opsi yaitu merdeka atau bertahan. (2010). Chega 2: sebuah kesaksian
Namun dengan propaganda dari Fretilin yang meresahkan. Jakarta:
rakyatnya bnyak yang memilih merdeka, dan Kepustakaan Populer Gramedia.
pada akhirnya Timor Leste merdeka pada 19
Kubiak, W. (2008). 20 Year of Terrors in
oktober melalui keputusan setelah sidang
Indonesia Timor. Kyoto Jurnal, 28.
MPR.
Diambil kembali dari
Walaupun Timor Leste sudah merdeka
http://www.nancho.net/fdlap/maxstahl
tapi pemerintahannya masih dalam naungan
.html
PBB dengan diutusnya UNTEAT. Konfrontasi
Timor Leste ini meninggalkan banyak sekali Kuntari, C. M., Parengkuan, A., Gusmão, X.,
kasus-kasus dan masalah yang belum & Baiquni, A. (2008). Timor Timur
terselesaikan, contohnya saja banyaknya satu menit terakhir: catatan seorang
pelanggaran HAM disana yang belum wartawan. Jakarta: Mizan Publika.
terselesaikan sampai sekarang Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
DAFTAR PUSTAKA
Mukaromah, V. F. (2019, Oktober 19). Hari Ini
Carey, P. (1995). East Timor at the Crossroads dalam Sejarah: Indonesia Akui Hasil
: the forging of a nation. Honolulu: Referendum Timor Timur. Dipetik
University of Hawai'i Press. Januari 4, 2021, dari Kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/20
Creswell, J. W. (2010). hal 4 Research Design
19/10/19/101448165/hari-ini-dalam-
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
sejarah-indonesia-akui-hasil-
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka
referendum-timor-timur?page=all
Pelajar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa. (2000).
Habibie, B., Jusuf, M., & Moerdani, L. (2009).
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
Sintong & Prabowo: dari 'kudeta L.B.
Timor Lorosae. New Yorl:
Moerdani' sampai 'kudeta Prabowo' :
Departemen Penerangan Publik
beberapa kisah kudeta dan kontra-
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
kudeta berdasarkan versi Prabowo
Subianto. Yogyakarta: Media Raditya, I. N. (2018, Desember 28). Sejarah &
Pressindo. Kronologi Timor Timur Lepas dari RI
yang Diungkit Prabowo. Dipetik 1 3,
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
2021, dari tirto.id: tirto.id/sejarah-
(2018). Profil Negara Timor Leste.
kronologi-timor-timur-lepas-dari-ri-
Dipetik Januari 2, 2021, dari
yang-diungkit-prabowo-dcJi
Kemenlu.go.id:
https://kemlu.go.id/dili/id/pages/profil Soekanto. (1976). Integrasi kebulatan tekad
_negara_timor-leste_/1748/etc-menu Rakyat Timor Timur. Jakarta: Bumi
Restu.
Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan
Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste.
(2010). Chega 1 (Indonesia). Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan
Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume