Anda di halaman 1dari 10

Nama : Tegar Pratama

NIM : 20407144022

Kelas : Ilmu sejarah B 2020

UAS Teori Sosial

Kerjakan 5 dari 10 soal dibawah ini !

1. Apakah yang dimaksud teori fenomenologi? Jelaskan beserta contohnya !


Istilah fenomenologi dalam bahasa Yunani disebut dengan phainomenon yang berarti “apa
yang tampak” dan logos yang berarti studi. Sedangkan, istilah fenomenologi dalam bahasa
Latin disebut dengan phenomenologia yang dikenalkan oleh Christoph Friedrich
Oetinger (1736). Fenomenologi bisa diartikan sebagai studi tentang pengalaman hidup
seseorang atau metode untuk mempelajari bagaimana individu secara subjektif merasakan
pengalaman dan memberikan makna dari fenomena tersebut1. Teori fenomenologi
menurut Rijadh Djatu Winardi, S.E., Ak., M.Sc., CFE adalah sebuah teori yang mencoba
untuk menangkap tidak hanya sesuatu yang kita perceive secara indrawi, tetapi juga
mencoba mempelajari struktur dari pikiran kita mengenai suatu objek yang kita lihat. Teori
fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-
pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya.2 Stanley
Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi. Pertama, Pengetahuan ditemukan
secara langsung dalam pengalaman sadar, kita akan mengetahui dunia ketika kita
berhubungan dengannya. Kedua, makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam
kehidupan seseorang. Dengan kata lain, bagaimana anda berhubungan dengan benda
menentukan maknanya bagi anda. Asumsi ketiga adalah bahwa bahasa merupakan
kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk
mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. Asumsi pokok fenomenologi adalah
manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas
sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu, interpretasi merupakan proses aktif yang

1
Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Malang: Kelompok Intrans Publishing, 2015), 64.
2
Phen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi Theories Of Human Communication, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012), 57.
memberikan makna atas sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju pemaknaan. Dapat
disimpulkan kajian fenomenologi ini Sebuah kesadaran dari pengalaman didefinisikan
sebagai keadaan yang memberikan sudut pandang pengalaman dari orang pertama. Jadi
fenomenologi berusaha untuk memahami bagaimana seseorang mengalami dan memberi
makna pada sebuah pengalaman. Inilah yang disebut dengan metode fenomenologi yang
sesungguhnya. Sederhananya saja seperti duka cita Duka cita adalah fenomena yang
dialami oleh individu secara universal. Duka cita memiliki esensi universal yang dialami
oleh individu terlepas dari siapa objek yang hilang atau meninggalkannya sehingga
sekelompok individu tersebut berduka. Entah orang terdekatnya yang hilang atau hewan
peliharaan yang disayanginya, duka cita memiliki esensi universal sehingga sangat
mungkin diteliti secara fenomenologis. Secara khusus contohnya contoh fenomena HIV
atau AIDS. Penelitian kita fokuskan pada fenomena berupa perlakuan diskriminatif yang
menjadi pengalaman hidup para penderita HIV. Fokus penelitian demikian bisa dilakukan
dengan mengaplikasikan metode fenomenologi. Studi fenomenologis tentang fenomena
perlakuan diskriminatif berusaha untuk mengungkap apa kesamaan pengalaman hidup
yang dialami oleh para penderita HIV/AIDS yang mendapat perlakuan diskriminatif dalam
masyarakat serta bagaimana mereka mengalaminya
2. Apakah yang dimaksud teori etnometodologi? Jelaskan beserta contohnya !

Etnometodologi berakar keilmuan fenomenologi, Teori ini berhubungan erat


dengan fenomenologi (Langsdorf, 1995 cit Ritzer, 2012: 371)karena pencetusnya, Harold
Garfinkel, merupakan murid Alfred Schutz, pencetus fenomenologi, yang sebelumnya
pernah menjadi murid Parsons. Dengan demikian teori yang diutarakannya menjadi
peleburan teori kedua gurunya tersebut. Etnometodologi sangat penting dalam studi- studi
sosiologi. Ada yang beranggapan ‘etnometodologi’ sebagai metode mengumpulkan data,
karena ada istilah ‘metodologi’ di dalamnya. Ada juga ada yang mengartikan
etnometodologi sebagai sebuah pendekatan untuk meneliti kelompok masyarakat atau
etnik atau suku primitif tertentu, karena ada kata ‘etno’ di dalamnya. Ini semua adalah salah
kaprah yang perlu diluruskan. Etnometodologi menunjuk pada materi pokok (subject
matter) yang diteliti. Etnometodologi berasal dari tiga kata Yunani, ‘etnos’, ‘metodas’, dan
‘logos’. ‘Etnos’ artinya orang, ‘metodas’ artinya metode dan ‘logos’ berarti ilmu. Secara
harfiah etnometodologi diartikan sebagai studi atau ilmu tentang metode yang digunakan
untuk meneliti bagaimana individuindividu menciptakan dan memahami kehidupan
mereka sehari-hari, seperti cara mereka menyelesaikan pekerjaan di dalam hidup sehari-
hari3. Berbeda dengan etnografi yang lebih berfokus pada budaya kelompok masyarakat,
etnometodologi ini lebih kepada dunia konstruksi individuindividu di dalam memahami
sesuatu sesuai akal sehat (common sense) yang berlaku dan makna yang diterima secara
bersama-sama. Inti etnometodologi tidak terletak pada pernyataan teoritis saja, tetapi
terletak pada studi empiris. Apa yang diketahui secara teoritis berasal dari hasil studi.
Berikut contoh-contoh studi empiris etnometodologis:

a. Eksperimen Pelanggaran

Eksperimen pelanggaran dialkukan untuk melukiskan cara orang mengatur kehidupan


sehari-hari mereka. Contohya beberapa mahasiswa diminta untuk tinggal dirumah mereka
masing-masing antara 15 menit dan 1 jam untuk menghayalkan bahwa mereka seolah-olah
sedang kost kemudian di asumsikan bertingkahlaku seperti itu. Mereka diperintahkan
untuk bertindak hati-hati, sopan, saling menjauhkan diri, berbicara secara resmi dan
berbicara ketika di tegur. Dalam kebanyakan kasus keluarga akan heran oleh prilaku
demikian dan menimbulkan berbagai macam reaksi dan berbagai macam tuduhan terhadap
mahasiswa tersebut. Reaksi ini menandakan betapa pentingnya orang harus bertindak
sesuai asumsi akal sehat mengenai bagaimana tindakan mereka yang diharapkan.
Meski eksperimen ini nampak tidak bersalah namun sering menimbulkan reaksi emosional
yang tinggi. Reaksi emosional yang ekstrem ini mencerminkan betapa pentingnya bagi
orang untuk senantiasa terlibat dalam kegiatan rutin berdasarkan akal sehat.

b. Prestasi menurut jenis kelamin

Pandangan etnometodologi mengenai jenis kelamin dapat ditelusuri ke salah satu


demonstrasi Garfinkel (1967) yang kini telah menjadi klasik tentang kemanfaatan orientasi
etnometodologi. Pada tahun 1950 Garfinkel bertemu dengan seseorang yang bernama

3
Har Ritzer, G. Dan Goodman, D. J. 2008. Teori Sosiologi Modern (Terjemahan Alimandan). Jakarta: Kencana
Prenada Media . Hlm 417
Agnes, jika dilihat dari rupa, bentuk tubuh, corak kulit dan make up yang digunakannya,
jelaslah terlihat bahwa dia terlihat seorang wanita. Kenyataannya sejak lahir dia
ditakdirkan sebagai seorang laki-laki. Pada saat berusia 16 tahun dia merasa serba salah
karena dengan fisik seorang laki-laki tetapi jiwanya wanita, keadaan tersebut merasa
dirinya serba salah, hingga pada saat itu agnes lari dari rumah dan mulai berpakaian seperti
seorang gadis. Dia segera mengetahui bahwa dengan berpakaian wanita saja beum cukup,
dia belajar bertindak seperti wanita karena dia ingin diterima sebagai wanita. Garfinkel
tertarik pada penerimaan kebiasaan yan memungkinkan agnes berfungsi sebagai seorang
wanita dalam masyarakat. Pendapat yang lebih umum disini adalah bahwa kita tak lahir
semata-mata laki-laki atau wanita, kita semua juga belajar dan membiasakan diri dengan
kebiasaan sehari yang memungkinkan kita diterima sebagai laki-laki atau wanita. Menurut
pengertian sosiologi, hanya dengan mempelajari dan menggunkan kebiasaan inilah kita
dapat menjadi seorang laki-laki atau wanita. Jadi, penggolangan seperti ini yang selama ini
dipikirkan sebagai status yang diwarisi dapat dipahami sebagai kecakapan menyusun
kebiasaan yang ditetapkan.

c. Interview kerja

Beberapa pakar etnometodologi mengalihkan perhatian mereka ke dunia pekerjaan.


misalnya, Button (1987) meneliti wawancara pekerjaan. Tidak mengherankan, ia melihat
wawancara sebagai percakapan yang berurutan dan “sebagai kepandaian praktis yang
diletakkan kedua belah pihak pada suasana itu”(B utton,1987:160). Persoalan yang dibahas
dalam studi ini meliputi hal-hal yang dapat dilakukan pewawancara, setelah jawaban
diberikan, beralih kepertanyaan lain, dan dengan cara demikian mencegah orang yang
diwawancarai kembali dan mengoreksi jawabannya semula. pertama, pewawancara dapat
menyatakan bahwa wawancara secara keseluruhan sudah selesai. kedua, pewawancara
dapat mengajukan pertanyaan lain yang mengalihkan pembicaraan ke arah yang berlainan.
ketiga, pwawancara dapat menilai jawaban yang diberikan sedemikian rupa sehingga orang
yang diwawancarai menghindar dari keinginan untuk ditanyai kembali.

d. Negosiasi Eksekutif
Anderson, Hugnes dan Sharrock (1987) meneliti ciri negoisasi di kalangan eksekutif bisnis.
Salah satu temuan mereka tentang negoisasi di kalangan eksekutif bisnis ini adalah mereka
sangat logis, obyektif dan impersonal:
Segala sesuatu di selesaikan dengan penuh pertimbangan, terukur, masuk akal. dalam
bernegosiasi ini mereka tidak melibatkan rasa permusuhan pribadi. ini adalah sekedar
pekerjaan mereka, bagian dari kerja sehari-hari mereka…… rasa permusuhan, perselisihan
pendapat, dan percekcokan selalu ditahan, dikuasai, dikendalikan bila kesepakatan tidak
dapat dicapai kini, ditangguhkan dulu.(Anderson,Hugnes dan Sharrock,1987:155)
e. Menelpon pusat gawat darurat
Whalen dan zimmerman (1987) meneliti panggilan telepon demikian mengarahkan pada
pengurangan kata pembukaan percakapan telepon. Dalam percakapan telopon normal kita
biasanya menemukan secara berurutan jawaban panggilan, pengenalan, jati diri, salam, dan
“apa kabar”. Dalam panggilan darurat, rentetan pembukaan percakapan dikurangi dan
pengenalan, salam dan “apa kabar” ditiadakan.
Dalam studi serupa, Whalen Zimmerman dan Whalen (1988) melihat kepercakapan
telepon gawat darurat yang gagal, yang menyebabkan keterlambatan pengiriman ambulans
dan kematian seorang wanita. Meski media massa mengutuk penerimah telepon dalam
insiden ini, Whalen Zimmerman dan Whalen menemukan masalahnya pada sifat khusus
dari percakapan telopn gawat darurat :
Penelitian kami mengungkapkan bahwa pemahaman peserta agak berbeda mengenai apa
yang terjadi dan mereka mempunyai perkiraan yang berbeda mengenai apa yang di sangka
terjadi dalam percakapan telepon itu. Selama percakapan berlangsung, baik penelpon
maupun perawat yang menerimah (dan pengawasannya), terus memperluas dan
memperdalam perbedaan pemahaman ini. perbedaan pemahaman ini menyebabkan cekcok
yang memperburuk dan mengubah aktivitas kedua pihak (Whalen,Zimmerman.dan
Whalen,1988:358).
Jadi, sifat percakapan khusus itulah, bukan kemampuan penerimah telepon, yang menjadi
“penyebab”perbedaan pemahaman.
f. Resolusi perselisihan dalam mediasi
Angela garcia (1991) menganalisi penyelesaian konflik dalam sebuah program di carfornia
yang dirancang untuk mengetahui berbagai jenis percekcokan-antara tuan tanah dan
penyewa menyangkut sejumlah kecil uang, dan percekcokan dikalangan anggota keluarga
atau teman. Tujuan akhir analisis garcia adalah untuk membandingkan cara penyelesaian
konfilik yang sudah terlembaga yang terjadi dalam percakapan biasa. Kesimpulan utama
garcia adalah bahwa lembaga penengah membuat penyelesaian konflik yang jauh lebih
mudah dengan melenyapkan proses yang menyebabkan meningginya tingkat percekcokan
dalam percakapan biasa. Bila argumen muncul dalam mediasi, prosedur yang ada, yang tak
ada dalam percakapn biasalah yang membuat konflik berakhir.
Mediator terutama berupaya membatasi kemungkinan dakwaan dan sangkalan langsung
oleh kedua belah pihak yang bercekcok perang mulut seperti itu besar kemungkinanannya
menyebabkan konfilik dan mediator berupaya mencegah terjadinya dan segera bertindak
begitu mulai.untuk menghentikan perang mulut,mediator dapat mencobah mengubah
pokok pebicaraan,mengalihkan arah pertanyaan atau sanksi percekcokan.
Berbeda dengan Clayaman dalam studinya tentang ejekan, garcia tak menyatakan bahwa
struktur interaksi dalam mediasi serupah dengan struktur interaksi dalam kehidupan sehari-
hari. Menurut garcia, aturan interaksi dalam stem mediasi sangat berbeda. Tetapi, seperti
Clayaman dan analis percakapan, Garcia (1991:883) melihat kunci untuk memahami apa
yang terjadi dalam struktur sosial atau normatif mediasi.

3. Apakah yang dimaksud teori pilihan rasional? Jelaskan beserta contohnya !


Rasionalitas mucul ketika dihadapkan sama banyaknya suatu pilihanpilihan yang ada di
depan mata, yang memberi kebebasan untuk menentukan pilihan, dan menuntut adanya
satu pilihan yang harus ditentukan. Suatu pilihan dapat dikatakan rasional apabila pilihan
tersebut diambil dengan maksud untuk memaksimalkan kebutuhannya. Pilihan rasional
yang diambil akan menghasilkan konsekuensi tertentu berupa sikap maupun tindakan.
Teori pilihan rasional ini menekankan bahwa aktor menjadi kunci terpenting di dalam
melakukan sebuah tindakan. Aktor disini bisa dikatakan sebagai individu atau Negara yang
melakukan suatu tindakan untuk mencapai kepentingannya dan berusaha memaksimalkan
kepentingannya. Hal tersebut dilakukan oleh aktor dengan cara mengambil atau memilih
suatu pilihan yang dianggap membawa hasil untuk mencapai kepentinganya tersebut.
Sebagai contoh, jika pilihan 1 dianggap lebih penting dan lebih bermakna dari pada pilihan
2, dan 3, maka aktor akan memilih pilihan 1. Sebagai contohnya saja Sebagai contoh, jika
seorang anggota DPRD melihat jalan-jalan di kotanya rusak, sehingga ia tak nikmat
menyetir mobil, dan lalu mengusulkan perbaikan jalan kepada wali kota, maka bukan
hanya si anggota DPRD yang diuntungkan, tetapi juga masyarakat umum di kota itu. Jika
demikian yang terjadi, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan adanya motivasi
kepentingan pribadi dalam diri politikus.
4. Apa yang dimaksud dengan teori strukturasi? Jelaskan dan berikan contohnya
Teori strukturasi merupakan teori yang menepis dualism (pertentangan) dan mencoba
mencari likage atau pertautan setelah terjadi pertentangan tajam antara struktur fungsional
dengan konstruksionismefenomenologis4. Giddens tidak puas dengan teori pandangan
yang dikemukakan oleh struktural-fungsional, yang menurutnya terjebak pada pandangan
naturalistik. Pandangan naturalistik mereduksi aktor dalam stuktur, kemudian sejarah
dipandang secara mekanis, dan bukan suatu produk kontengensi dari aktivitas agen. Tetapi
Giddens juga tidak sependapat dengan konstruksionisme-fenomenologis, yang baginya
disebut sebagai berakhir pada imperalisme subjek. Oleh karenanya ia ingin mengakiri
klaim-klaim keduanya dengan cara mempertemukan kedua aliran tersebut. Untuk contoh
yang termasuk bisa dikaji dalam mempergunakan teori strukturasi di masyarakat. Misalnya
saja, Kemerdekaan Indonesia dan Sukarno. Ir Sukarno adalah sosok yang memiliki peran
penting dalam kemerdekaan Indonesia. Kasus ini menjelaskan bahwa Sukarno hadir
sebagai agen yang melakukan knowledgeable dengan mendirikan partai PNI dan
pergerakan politik Kemerdekaan RI. Subjek yang menjadi alasan Ir Soekarno mendirikan
tersebut ialah menggerakan rasa nasionalime di masyarakat dengan bertujuan
memunculkan semangat kemerdekaan. Lalu ada Pemberdayaan Masyarakat di Pedesaan
Kasus lainnya tentang adanya proses pemberdayaan masyarakat yang akhir-akhir ini
sangatlah gencar dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Melihat kasusnya seperti
Kampung Inggris Pare yang dimana awalnya masyarakat disana awam bahkan tidak tahu
mata pelajaran Bahasa Inggris namun lambat launnya karena banyak berdiri tempat kursus
pada akhirnya banyak masyarakat belejar. Bahkan dalam proses lapangan pekerjannya
awalnya menjadi petani kini sudah ada yang menyediakan jasa, seperti adanya jasa sewa
sepeda, jasa pendirian tempat kursus, sampai dengan jasa sewa kost ataupun kontrakan.
5. Apakah yang dimaksud teori sosial profetik? Jelaskan !

4
Rvan Januta, Nim. 99513171 (2003) Teori Strukturasi Anthony Giddens. Skripsi Thesis, Uin Sunan Kalijaga.
Kata profetik berasal dari bahasa Inggris “prophet”, yang berarti nabi. Menurut Ox-ford
Dictionary “prophetic” adalah (1) “Of, pertaining or proper to a prophet or prophe-cy”;
“having the character or function of a prophet”; (2) “Characterized by, containing, or of
the nature of prophecy; predictive”. Jadi, makna profetik adalah mempunyai sifat atau ciri
seperti nabi, atau bersifat prediktif, memrakirakan.Profetik di sini dapat kita terjemahkan
menjadi “kenabian”5. Ilmu sosial profetik ingin ditampilkan sebagai ilmu sosial yang tidak
hanya memberikan penjelasan tentang realitas sosial dan mentransformasikannya, tapi
sekaligus memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan dan untuk tujuan apa.
Ilmu sosial profetik tidak sekedar merubah demi perubahan sendiri tepi merubah
berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu.Teori Profetik adalah salah satu gagasan
penting Kuntowijoyo. Baginya, ilmu sosial tidak boleh berpuas diri dalam usaha untuk
menjelaskan atau memahami realitas dan kemudian memaafkannya begitu saja tetapi lebih
dari itu, ilmu sosial harus juga mengemban tugas transformasi menuju cita-cita yang
diidealkan masyarakatnya. Ia kemudian merumuskan tiga nilai dasar sebagai pijakan ilmu
sosial profetik, yaitu: humanisasi, liberasi dan transendensi. Humanisasi merupakan
landasan ontologis, kemudian liberasi adalah landasan epistemologis, dan transendensi
sebagai landasan aksiologis. Oleh karena transendensi dipandang sebagai nilai yang dituju,
maka keberadaan manusia dan kehidupan mereka diabdikan kepada tujuan-tujuan
transendensi itu.

Humanisasi dimaknai sebagai upaya memanusiakan manusia. Posisi manusia di sini adalah
sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Apabila dipakai pendekatan humanisme, maka humanisme
seperti ini disebut sebagai humanisme teosentris, yang bertolak belakang dengan
humanisme era modern, terlebih-lebih pandangan kaum materialis seperti Ludwig
Feuerbach (1804 – 1872) yang memandang Tuhan sebagai hasil proyeksi manusia belaka.
Jadi, alih-alih manusia sebagai proyek teosentris, justru Tuhan menjadi proyek
antroposentris. Humanisme dalam ilmu sosial profetik juga tidak sejalan dengan
rasionalisme yang berkembang di Barat, yang menjadikan manusia sebagai penentu
segalanya. Dengan “kecerdasan”-nya manusia menjadi pencipta mesin-mesin perang dan
mengeksploitasi alam, sehingga humanisme yang ditawarkan era modern malahan

5
Kuntiwijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Jakarta:Mizan, 2004). Hal 97
mendegradasi kemanusiaan itu sendiri. Menurut Barker (2011) Strukturasi mengandung
tiga dimensi, yaitu sebagai berikut: Pertama, pemahaman (interpretation / understanding),
yaitu menyatakan cara agen memahami sesuatu. Kedua, moralitas atau arahan yang tepat,
yaitu menyatakan cara bagaimana seharusnya sesuatu itu dilakukan. Ketiga, Kekuasaan
dalam bertindak, yaitu menyatakan cara agen mencapai suatu keinginan.

Liberasi adalah upaya membebaskan manusia dari sistem pengetahuan, sosial, ekonomi,
dan politik yang membelenggu manusia. Kuntowijoyo melihat manusia banyak yang masih
hidup dalam hegemoni kesadaran palsu. Sebagai contoh, manusia hidup berdasarkan mitos,
bukan logos. Beragama juga dengan cara-cara bermitos, meyakini ajaran agama itu tetapi
tidak mengamalkannya. Liberasi juga ingin membebaskan manusia dari dominasi
struktural, yang membuat manusia terjerat dalam pemerasan dan kemiskinan.

Transendensi adalah upaya mengarahkan tujuan hidup manusia agar bisa hidup secara
bermakna. Nilai-nilai transendental ini adalah nilai-nilai ketuhanan sebagaimana diajarkan
di dalam Islam. Nilai-nilai ketuhanan ini yang mengarahkan manusia untuk menemukan
nilai-nilai luhur kemanusiaan; atau dengan perkataan lain mengajak manusia menjalankan
nilai-nilai kemanusiaan itu menuju ke nilai-nilai ketuhanan.

Daftar Pustaka

Ashaf, F. Abdul. 2006. Pola Relasi Media, dan Masyarakat: Teori Strukturasi Anthony Giddens
Sebagai Alternatif. Jurnal Sosiohumaniora Universitas Lampung. Vol 8, No. 2. Juli.
Sugeng Pujileksono. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Kelompok Intrans
Publishing
Phen W. Littlejohn, Karen A. Foss. 2012. Teori Komunikasi Theories Of Human
Communication. Jakarta: Salemba Humanika, 2012)
Har Ritzer, G. Dan Goodman, D. J. 2008. Teori Sosiologi Modern (Terjemahan Alimandan).
Jakarta: Kencana Prenada Media .
Rvan Januta, Nim. 99513171 (2003) Teori Strukturasi Anthony Giddens. Skripsi Thesis, Uin
Sunan Kalijaga.
Kuntiwijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Jakarta:Mizan, 2004).
Sadullah. Uyoh. 2003. Pengantar filsafat pendidikan. Bandung: Alfabeta
Polak. Mayor, 1985. Sosiologi, Jakarta :PT. Ichtiar Baru
Kuper, Adam, Kuper, Jesika 2000.Ensklopedi ilmu-ilmu sosial. (Jakarta: Raja
Grapindo Persada).

Anda mungkin juga menyukai