1
Abdullah, Taufik (2001) Nasionalisme & Sejarah, Bandung : Satya Historika. Hal 84
Indonesia. Di sisi lain kita juga dapat melihat apa yang telah
dipaparkan oleh Niwandhono (2011) bahwa nasionalisme jauh telah
ada sejak adanya kebudayaan Indis. Namun, dari beberapa
pemaparan tentang sejarah nasionalisme yang telah dilakukan oleh
para peneliti tersebut, ternyata secara eksplisit ada sebuah
kesepakatan bulat yang menyatakan benihbenih nasionalisme
ataupun faktor-faktor pembangun nasionalisme adalah karena
terjadi sebuah penjajahan sebelumnya pada suatu komunitas bangsa.
Perkembangan nasionalisme yang ada di Indonesia kalau meminjam
istilah yang telah disampaikan oleh Kahin (2013) yang menyatakan
pertumbuhan embrionya berjalan secara laten memang bisa
dirasionalkan. Dari beberapa catatan sejarah yang ada dikatakan
bahwa nasionalisme sudah ada di Nusantara sejak kerajaan
Majapahit berkuasa. Semangat nasionalisme pada saat itu telah
digelorakan oleh Maha Patih Gajah mada dengan visi globalisasinya
yaitu yang terkenal dengan istilah “Sumpah Palapa” yang bertujuan
untuk menyatukan wilayah Majapahit dengan seluruh wilayah
Nusantara. Melalui kajian yang telah dilakukan oleh Niwandhono
juga dapat merekam tentang jejak-jejak nasionalisme yang ada di
Nusantara, yaitu dimulai dari periode nasionalisme Indis (Indisch
Nationalisme). Niwandhono (2011) memberikan sebuah definisi
tentang nasionalisme yaitu, Nasionalisme Indis adalah suatu
kesadaran yang dilatarbelakangi oleh persoalan yang muncul dalam
wilayah orang-orang Eropa atau Indis (sebutan untuk kelompok
masyarakat Eropa di Indonesia yang telah mengalami hibridasi baik
secara biologis maupun sosio-kultural). Banyak pendapat awal
munculnya nasionalisme modern dicetuskan oleh R.Soetomo dan
para pelajar stovia yang mendirikan organisasi Budi Utomo yang
menjadi tonggak bangkitnya nasionalisme2. Sebelum R. Soetomo
dkk. mendirikan Perkumpulan Budi Utomo, terlebih dahulu terjadi
pertemuan antara dr. Wahidin Sudirohusodo dengan R. Soetomo dan
M. Soeradji pada akhir tahun 1907, di dalam gedung STOVIA.
Dalam pertemuan tersebut dr. Wahidin banyak mengemukakan
tentang ide-ide untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui "st
udiefonds" (dana pendidikan). Kalau bangsa sudah cerdas maka
banyak wawasan yang timbul, sehingga tidak mudah untuk
diadudomba dan diatur oleh pihak penjajah. Sedangkan dari pihak
R. Soetomo dan para pelajar STOVIA telah tertanam rasa
nasionalisme , untuk berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan
bahwa para pelajar STOVIA telah banyak mengetahui perjuangan di
negara-negara lain, melalui berbagai buku bacaan yang
diperolehnya . Dengan demikian antara gagasan dr. Wahidin dengan
gagasan R. Soetomo dkk itu, sangat cocok bagaikan "tumbu
menemukan tutupnya". Tidak lama kemudian , akhirnya R. Soetomo
dengan M. Soeradji berhasil mengadakan pertemuan dengan kawan-
kawan pelajar STOVIA lainnya , untuk membicarakan tentang
berdirinya organisasi yang bersifat nasional itu. Pertemuan tersebut
diselenggarakan secara non-formal pada hari senggang (tidak ada
pelajaran). dengan mengambil tempat di salah satu ruang, yaitu
Ruang Anatomi STOVIA. Hasil pertemuan itu sangat positif dan
berhasil mendirikan organisasi yang diberi nama "Perkumpulan
Budi Utomo". Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah
kesadaran lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi
modern, dalam arti bahwa organisasi itu mempunyai pimpinan,
ideologi yang jelas dan anggota. Lahirnya Budi Utomo, telah
2
Santoso, Ayi Budi (2008) Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional (Dari Budi Utomo 1908 Hingga
Proklamasi Kemerdekaan 1945), Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 15
merangsang berdirinya oragnisasi-organisasi pergerakan lainnya
yang menyebabkan terjadinya perubahan sosio-politik Indonesia.
3
Verelladevanka Adryamarthanino .2021."Kongres Pemuda I: Latar Belakang, Tujuan, Ketua, dan
Hasil", diakses dari : https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/090000779/kongres-pemuda-
i-latarbelakang-tujuan-ketua-dan-hasil?page=all.
kemudian melahirkan beragam organisasi nasional, yakni seperti, Budi
Utomo, Sarekat Islam, hingga Indische Partij.
3. Di dalam pergerakan nasional terdapat pula organisasi yang tak semata-
mata politik, seperti PKI, partai buruh, partai Murba. Apa persamaan dan
perbedaan ketiganya untuk mencapai tujuannya!
Pergerakan nasional terdapat pula organisasi yang tak hanya berorientasi
pada politik, seperti PKI, partai buruh, partai Murba. PKI (Partai Komunis
Indonesia) merupakan sebuah partai terbesar di Indonesia yang telah
dibubarkan karena dikategorikan sebagai partai terlarang. Bahkan saking
besarnya, keberadaan PKI saat itu menjadi partai yang diikuti banyak orang
dari berbagai kalangan mulai dari intelektual, buruh, hingga petani. Partai
Buruh adalah partai politik yang program-program politiknya difokuskan
kepada upaya untuk merealisasikan penyelesaian permasalahan yang
dihadapi oleh kaum buruh, seperti masalah jam kerja, upah, perlindungan
hak-hak buruh untuk berserikat, dan lain sebagainya. Program-program
politik yang berkaitan dengan isu perburuhan itu kemudian diupayakan
perwujudannya terutama melalui mekanisme kelembagaan yang
konstitusional.4 PKI atau Partai Komunis Indonesia sendiri merupakan
sebuah partai di Indonesia yang berpaham komunis dimana pada awalnya
memiliki tujuan untuk menantang imperialisme dan kapitalisme pemerintah
Belanda dengan membangun serikat pekerja dan untuk mempromosikan
pentingnya kesadaran politik di antara para petani, namun PKI sendiri
Dalam bidang ideologi PKI telah melancarkan upaya perubahan yang
mendasar terhadap Pancasila. PKI berusaha mengganti sila pertama dari
Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa” dengan rumusan
“kemerdekaan beragama”, seperti yang diungkapkan oleh Njoto dalam
sidang – siding Konstituante padatahun 1958.5 Saat zaman awal
4
Endra Wijaya, Pendekatan Historis Dan Politik Hukum Terhadap Keberadaan Partai Kaum Buruh
Di Indonesia (Historical And Legal Policy Approaches To The Existence Of Labour Party In
Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia 13 (03), 2016, Hlm 311
5
Soedarmo, U. R. (2019). Perkembangan politik Partai Komunis Indonesia (1948- 1965). Jurnal
Artefak, 2(2), 129-138.
kemerdekaan (1945- 1965), bahkan saat zaman kolonial, gerakan buruh
begitu aktif dalam dinamika politik. Misal saat tahun 1920-an, setelah
kegagalan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap
pemerintah kolonial, Partai Sarekat Islam (PSI) dan Partai Nasional
Indonesia (PNI) menjadi partai yang aktif membangun serikat buruh. buruh
sendiri pada masa itu sangatlah mendominasi seperti halnya buruh-buruh
kereta api, Gerakan-gerakan buruh pun berpusat dari adanya serikat yang
ada, dengan tujuan-tujuanya untuk mensejahterakan buruh dan menjadikan
buruh selalu mendapatkan hak-hak nya. Sedangkan untuk partai murba
sendiri atau Musyawarah Rakyat Banyak adalah partai politik indonesia
yang didirikan pada 7 November 1948 oleh Tan Malaka, Chaerul shaleh,
sukarni, dan adam malik dengan tujuan awal sebagai wadah pembelajaran
politik berdasar pemikiran-pemikiran yang bisa dipertanggungjawabkan.
Namun seiring berkembangnya partai ini dan situasi perpolitikan yang
semakin memanas diwaktu itu, Partai Murba diklaim sebagai salah satu
partai yang tidak berasaskan pancasila. Sehingga, hal itu membuat Partai
Murba diburu dan akhirnya berakhir dengan pembekuan partai serta
pemikiran-pemikiran Tan Malaka. Dari ketiga hal diatas dapat disimpulkan
bahwa ketiga partai diatas memiliki kesamaan tujuan yang ada yakni
sebagai wadah untuk menyatukan golongan yang memiliki ideologi yang
sama untuk memperoleh hak-hak yang sudah seharusnya mereka dapatkan
seperti kemerdekaan, maupun keadilan yang mereka inginkan namun
dengan cara-cara yang berbeda baik secara pemikiran maupun tindakanya.
4. Apa yang dimaksud dengan organisasi kooperatif dan nonkooperatif, dan
bagaimana sikap pemerintah Hindia Belanda?
Organisasi Kooperatif dan nonkooperatif sendiri merupakan sebuah
istilah yang digunakan pada masa pemerintahan colonial belanda di
Indonesia untuk membedakan/ mengkatogorikan organisasi-organisasi
yang ada pada saat itu, untuk organisasi kooperatif sendiri diartikan sebagai
organisasi yang mau untuk bekerjasama dengan pemerintahan kolonial
seperti contohnya, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Boedi Utomo dan
lainya.
Organisasi Non-Kooperatif adalah organisasi yang tidak mau
bekerja sama dengan pemerintah kolonial belanda, karna mereka tidak ingin
ada campur tangan dengan kolonial lain untuk mencapai tujuannya. tokoh-
tokoh yang berjuang dengan cara non kooperatif di antaranya adalah
Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir dan Tan Malaka6.
Sikap pemerintah belanda pun sudah jelas bahwa mereka juga tidak
kooperatif dengan adanya organisasi-organisasi nonkooperatif ini dengan
salah satunya mempersulit hak-hak organisasi yang diinginkan, begitupun
sebaliknya dengan organisasi kooperatif. Kelompok yang memilih jalan non
kooperatif kerapkali pergerakan mereka dipatahkan oleh Pemerintah Hindia
Belanda dengan berbagai cara. Berbeda dengan kelompok yang memilih
jalan kooperatif, kerapkali mereka mendapat konotasi negatif. Dengan
berjuang di dalam sistem pemerintahan kolonial, mereka seringkali
dianggap sebagai kaki tangan Belanda. Kecurigaan tersebut tidak
sepenuhnya salah, terdapat beberapa di antara mereka yang setia dan patuh
kepada Pemerintah Hindia Belanda dengan sikap lebih Belanda daripada
Belanda. Namun tidak semua demikian, banyak juga tokoh-tokoh
kooperatif yang berpihak kepada rakyat Indonesia. Mereka berjuang
meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia dan memperjuangkan
kemerdekaan bangsa.
6
Meyrasari Dewi, DARI GEMEENTERAAD SAMPAI VOLKSRAAD Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2015, hlm 2-3
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik (2001) Nasionalisme & Sejarah, Bandung : Satya
Historika.
Santoso, Ayi Budi (2008) Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional (Dari
Budi Utomo 1908 Hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945),
Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas
Pendidikan Indonesia.
Verelladevanka Adryamarthanino (2021) "Kongres Pemuda I: Latar
Belakang, Tujuan, Ketua, dan Hasil", diakses dari :
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/090000779/kongre
s-pemuda-i-latarbelakang-tujuan-ketua-dan-hasil?page=all.
Endra Wijaya, (2016) Pendekatan Historis Dan Politik Hukum Terhadap
Keberadaan Partai Kaum Buruh Di Indonesia (Historical And Legal
Policy Approaches To The Existence Of Labour Party In Indonesia,
Jurnal Legislasi Indonesia 13 (03)
Soedarmo, U. R. (2019). Perkembangan politik Partai Komunis Indonesia
(1948- 1965). Jurnal Artefak, 2(2), 129-138
Meyrasari Dewi, (2015) DARI GEMEENTERAAD SAMPAI
VOLKSRAAD Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Sudiyo, (1998), Sejarah pergerakan nasional Indonesia : dari Budi Utomo
sampai dengan pengakuan kedaulatan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Museum Kebangkitan Nasional,