Indonesia Raya
Penyusun
4
Daftar lsi
Riwayat Hidup
W.R . Supratman 37
Indonesia Raya
Tiga Stanza 46
Potongan UU Nomor 24
Tahun 2009 60
Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 1958 66
5
Sumpah Pemuda dan Momentum Kelahiran
Indonesia Raya
6
Sebagai suratkabar pergerakan, Medan
Prijaji memuat laporan dan liputan .yang dituliskan
dari sudut pandang rakyat Indonesia. Metode
jurnalismenya dikenal sebagai jurnalisme advokasi,
yakni suatu cara kerja jurnalistik yang menekankan
pada pembelaan pada kaum tertindas yang tengah
diliput. Melalui kerja jurnalistik semacam inilah,
Tirto Adhi Soerjo mengobarkan semangat anti-
kolonial dan menyulut kesadaran berkebangsaan
yang mandiri . Generasi muda yang tumbuh melalui
bacaan atas suratkabar ini kemudian membawa
dalam diri mereka kesadaran tentang ketidakadilan
pemerintah kolonial dan situasi keterjajahan
bangsa Indonesia
Pada 20 Mei 1908, berdiri organisasi
pemuda pertama Boedi Oetomo yang digagas para
mahasiswa STOVIA di lapangan pengorganisasian
modern, Boedi Oetomo belum sampai pada usaha
menuntut kemerdekaan Indonesia. Barulah dengan
berdirinya lndische Partij pada 25 Desember
1912 tuntutan kemerdekaan menjadi eksplisit
sebagai tujuan partai . Tiga serangkai pendirinya,
yakni Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo
dan Soewardi Soerjaningrat tak lama kemudian
berurusan dengan polisi kolonial karena
mempropagandakan kemerdekaan Indonesia.
Kesadaran tentang bertanah air dan berbangsa
satu bangkit dari sana.
Maka, dimulailah apa yang disebut sebagai
"Zaman Bergerak", yakni era perlawanan rakyat
Indonesia yang terorganisasikan secara modern
terhadap pemerintahan kolonial, struktur feodal
dan pranata kapitalis di Hindia Belanda yang terjadi
7
antara 1912 dan 1926. Perlawanan ini dikatakan
'terorganisasikan secara modern· karena tak lagi
menggunakan pendekatan feodal seperti pepe
(berjemur] di halaman pembesar lokal memohon
kesudiannya untuk menjalankan perubahan
situasi, melainkan menggunakan instrumen politik
seperti organisasi/perserikatan (vereniging] dan
pemogokan [werkstaking] yang difungsikan secara
strategis untuk memaksa pemodal menerima
tuntutan gerakan. Berbagai gerakan pekerja dan
intelektual muda bergabung dalam aksi-aksi
bersama yang menentang tatanan kolonial yang
represif.
Pada masa inilah timbul kesadaran baru
bahwa tatanan politik kolonial bukanlah nasib yang
ditimpakan begitu saja ke bumi manusia, melainkan
dapat diubah sewaktu-waktu oleh tangan rakyat
Indonesia sendiri . Haji Misbach, seorang aktivis
pergerakan masa itu, berbicara tentang "djaman
balik boeono" (zaman terjungkir-baliknya dunial.
Dalam pidatonya di salah satu pemogokan ia
nyatakan : "Tjeritanja ja-itoe di negri Oostenrijk
(Austria]. dhoeloe djoega di kepalai oleh saorang
Radja tetapi sekarang soedah boeono baliknja-itoe
di kepalai Republiek, mendjadi waktoe itoe banjak
sekali ambtenaar-ambtenaar jang di-boenoeh
oleh republiek asal bekas ambtenaar kelihatan
djalan, teroes potong sadja lehernja, begitoelah
seteroesnja . Maka soedara, ajo! ingetlah, bila
tanah ini boekan poenjanja siapa-siapa, terang bila
poenja kita sendiri . Tida boleh tida, ini tanah temtoe
k-ombali pada kita lagi ." (Shiraishi 1997: 263-264)
Kesadaran tentang zaman yang telah berganti rupa
B
semacam ini terus muncul di kalangan pergerakan
kebangsaan Indonesia .
Dalam hiruk-pikuk semangat perubahan
inilah lahir gerakan para pemuda yang
mengupayakan ikatan komitmen bersama sebagai
bangsa.
9
Indonesia terinspirasi dari wacana persatuan yang
didengungkan oleh Perhimpunan Indonesia (Pl!.
Sebagai wadah para pelajar Indonesia
di negeri Belanda, Perhimpunan Indonesia
mengalami radikalisasi berkat bergabungnya Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat
pada 1913. Keduanya dibuang ke Belanda akibat
aktivitas mereka dalam lndische Partij. Berkat
kehadiran keduanya, Perhimpunan Indonesia yang
semula hanya menggelar forum silaturahim dan
pesta-pesta kemudian mulai aktif membicarakan
kemungkinan persatuan kebangsaan di dalam panji
Indonesia merdeka. Pada 1925, diskusi-diskusi
mereka tentang kondisi bangsa mengantar mereka
pada segugus kesimpulan yang kemudian dikenal
sebagai Manifesto Politik 1925:
1. Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah
oleh pemerintah yang dipilih sendiri oleh
mereka.
2.. _ Dalam memperjuangkan pemerintahan
sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari
pihak manapun .
3. Tanpa persatuan yang kokoh dari berbagai
unsur rakyat, tujuan perjuangan itu akan
sulit dicapai.
Semangat merdeka ini tercermin dalam terbitan
mereka. Perhimpunan Indonesia mengeluarkan
terbitan rutin berjudul Indonesia Merdeka yang
melontarkan seruan-seruan nasionalis untuk
kemerdekaan Indonesia. Seruan inilah yang ditangkap
oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia dan
mulai digencarkan di dalam negeri serta diwujudkan
dalam bentuk kongres persatuan Indonesia.
10
Pimpinan organi sasi pada Kongres Pemuda I. 2 Mei 1926,
diketuai Tabra ni. ISumber· Perpusnasl
11
Pimpinan dan pese rta Kongres Pemuda I di "gedung seta n" lkini
gedung farmasi) Jalan Budi Uto m o- Jakarta. 2 Me i 1926.
(Sumber : Perpu snasl
12
Kongres Pemuda Pertama diselenggarakan
di Jakarta antara 30 April dan 2 Mei 1926.
Susunan kepanitiaan Kongres ini adalah sebagai
berikut : Mohammad Tabrani (Jong Java] selaku
ketua, Soemarto !Jong Java] selaku wakil ketua,
Djamaluddin Adinegoro !Jong Soematranen Bond]
selaku sekretaris, dan Soewarso (Jong Java]
selaku bendahara . Anggota: Bahder Djohan !Jong
Soematranen Bondi. Jan Toule Soulehuwij !Jong
Ambonl. Paul Pinontoan Uong Celebesl. Achmad
Hamami (Sekar Roekoen, Sanoesi Pane [Jong
Bataks Bondi. Sarbaini Uong Soematranen Bondi.
Terna utama yang ditekankan dalam
Kongres ini adalah "penyebaran jiwa kebangsaan
Indonesia di kalangan pemuda Indonesia" (de
Nationaal lndonesische geest onder de lndonesische
Jeugdl. Kongres ini diselenggarakan dengan cita-
cita untuk :
1. Membentuk badan terpusat dari
organisasi-organisasi pemuda yang ada .
2. Memajukan gagasan persatuan nasional.
3. Menjalin kerjasama lebih erat antar-
organisasi pemuda yang bernafaskan
persatuan nasional.
Yang hadir dalam Kongres ini adalah perwakilan
dari berbagai organisasi pemuda kebangsaan
seperti Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong
Ambon, Sekar Roekoen, Jong lslamieten Bond,
Jong Minahasa, dan Jong Bataks Bond.
Kongres Pemuda Pertama kesulitan
menghasilkan keputusan yang tajam karena
perasaan kedaerahan masih sangat mewarnai
pandangan dari setiap delegasi pemuda. Meski
13
begitu, sudah ada usaha bersama untuk menggagas
cita-cita persatuan Indonesia dan kesadaran
bersama tentang perlunya menghilangkan
pandangan adat kedaerahan yang kolot dan sempit.
Tetapi, perwujudannya dalam bentuk komitmen
bersama yang positif belum berhasil dirumuskan
secara tegas.
Apa yang terjadi di sana lebih merupakan
pertemuan penjajakan tentang berbagai ide
terkait persatuan kebangsaan . Muhammad Yamin,
misalnya, menyampaikan pidato "'Kemungkinan-
Kemungkinan Masa Depan Bahasa dan Sastra
Indonesia·· yang berargumen bahwa bahasa Melayu
adalah bahasa yang paling cocok digunakan
sebagai bahasa persatuan. Sementara yang lain
berpendapat bahasa Jawa lebih tepat digunakan
sebagai bahasa persatuan. Sedangkan keseluruhan
· diskusi itu sendiri dilakukan dalam bahasa Belanda.
Kesulitan menyatukan pandangan amat terasa
dalam sidang-sidang Kongres Pemuda Pertama .
Bahkan pimpinan Kongres, Mohammad Tabrani,
berulang-kali mesti memediasi berbagai pendapat
yang menjurus pada sentimen kedaerahan
agar tidak pecah sebagai konflik terbuka antar-
organisasi pemuda .
14
Jamuan perp1sahan di Restoran lnsulinde. Jalan Petjenongan, Jakarta.
antara panitia dan sebag1an para peserta Kongres Pemuda I. 2 Mei 1926.
!Sumber. Perpusna sl
15
Kongres Pemuda Kedua
16
Dominee (pdt) van Hoorn. Dr. Pijper (Adviseur voor
lnlandsi::he Zakenl. Dr. Poerbatjaraka (Adviseur
voor lnlandsche Zakenl. Dr. Van der Plaas (Adviseur
voor lnlandsche Zakenl. Emma Poeradiredja, F.
Dahler. Hoofdcommissaris van Politie van der Plugt,
lnoe Martakoesoema, J.E. Stokvis. Jo Tumbuhan,
Joesoepadi Danoehadiningrat. John Lau Tjoan
Hok, Jos Masdani, Kadir, Karto Menggolo,
Kasman Singodimedjo, Koentjoro Poerbopranoto,
Kwee Thiam Hong, Ma 'moen Ar Rasjid, Moehidin
(Pasundanl. Moekarno. Moewardi, Mohammad Ali
Hanafiah. Mohammad Nazif, Mohammad Roem,
Mohammad Tamzil, Mr. Sartono, Muhammad
Husni Thamrin, Nona Tumbel, Oey Kay Siang, Patih
Batavia, Raden Achmad, Poernamawoelan, . R.M .
Djoko Marsaid, Raden Soeharto, Raden Soekamso,
Ramelan, S.M . Kartosoewirjo, Saerun (Keng Pol.
Sahardjo, Sarbaini, · Sarmidi Mangoensarkoro,
Setiawan , Siti Soendari, Sjahbuddin Latif. Sjahrial.
Soedjono Djoened Poesponegoro, Soehara, Soejono
(Volksraadl. Soekamto. Soekmono, Soelaeman,
Soemanang. Soemarto, Scenario (PAPI dan INPOI.
Soerjadi, Soewadji Prawirohardjo, Soewarni,
Soewirjo, Soeworo, Tjahija, Tjio Djien Kwie, Tjokorda
Gde Raka Sukawati (Volksraad). Wage Rudolf
Supratman. Wilopo, dan Koesoemo Oetojo (Rahman
2016 : 17-191.
17
Alas: Fata bersama panitia dan peserta Kangre s Pemuda II. 28
Oktaber 1928.
Bawah: Panit1a Kangres Pemuda II d1ketua1 Saeganda
Djajapaespi ta. 28 Ok taber 1928. [Sumber Perpusnasl
18
Rangkaian Kongres tersebut terbagi ke
dalam tiga rapat yang diselenggarakan di tempat
yang berbeda-beda . Rapat pertama diadakan pada
pukul 20.00 di gedung Katholieke Jongenlingen
Bond yang berlokasi di Waterlooplein !sekarang
Lapangan Bantengl. Oalam rapat pertama ini,
Muhammad Yamin berpidato tentang lima prasyarat
persatuan Indonesia yakni sejarah, bahasa, hukum,
pendidikan, dan kemauan .
Pidato ini ditanggapi secara positif oleh
lnoe Martakoesoema yang menekankan pentingnya
persatuan agar Indonesia bisa sejajar dengan
lnggris dan Belanda. Secara tidak langsung, lnoe
mau mengatakan bahwa persatuan berguna buat
kemerdekaan Indonesia. Maksud ini ditangkap oleh
Hoofdcommissaris van Politie bernama van der
Plugt. Agen polisi itu memotong tanggapan lnoe
dan mengimbaunya untuk meninggalkan kongres .
Mr. Sartono kemudian memberikan tanggapan
yang mempersoalkan polisi Belanda yang doyan
main larang.
Rapat kedua diadakan di gedung bioskop
Oost Java yang terletak di Koningsplein Noord
!sekarang Jalan Medan Merdeka Utaral. Dalam
rapat kali ini Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro berbicara tentang pentingnya
pendidikan kebangsaan yang membawa semangat
demokratis di rumah dan sekolah . Selain itu, Siti
Soendari mengajukan pandangannya tentang
kondisi perempuan yang tertindas dalam
masyarakat.
Rapat terakhir diadakan di gedung
lndonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya
19
106, yang merupakan rumah indekos kepunyaan
Sie Kong Liang, di mana aktivis-aktivis pemuda
seperti Muhammad Yamin dan Amir Sjarifuddin
pernah menyewa. Dalam pertemuan itu, Soenario
Sastrowardoyo menyampaikan pidato yang
menekankan perlunya nilai-nilai nasionalisme dan
demokrasi serta mengingatkan pentingnya gerakan
pramuka dalam konteks pembentukan gerakan
pemuda yang berorientasi kebangsaan.
Ketika itu, sempat terjadi insiden yang
membawa risiko pembubaran Kongres oleh
aparat keamanan. Pasalnya, terlontar frase
'"Indonesia merdeka'" dari peserta Kongres.
Pejabat kepolisian van der Plugt beserta barisan
aparat intel kolonial [Politieke lnlichtingen Dienst)
mengancam akan membubarkan Kongres seketika
itu juga. Menghadapi ketegangan itu, Soegondo
Djojopoespito selaku pimpinan Kongres segera
menengahi dengan menyatakan bahwa pernyataan
itu lmaksudnya "'Indonesia merdeka '" ] tidak perlu
dilontarkan secara eksplisit, cukup tahu sama tahu
saja . Para peserta pun menyambutnya dengan riuh,
gembira dan sesekali melontarkan nada mengolok-
olok barisan aparat keamanan kolonial.
Dalam rapat terakhir itulah lagu Indonesia
Raya dibawakan lewat gesekan biola Wage Rudolf
Supratman dan sesudah itu dibacakan sebuah
maklumat yang dinamai '"Poetoesan Congres
Pemoeda-Pemoeda Indonesia''. lnilah dokumen
yang kemudian kita kenal sebagai Sumpah Pemuda,
sebuah dokumen historis pernyataan komitmen
bersama tentang persatuan yang dirumuskan
dalam tiga keputusan:
20
'Pert ama
Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia mengaku
menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia . ..
21
selaku administratur I, Mohammad Tamzil (Pemoeda
Indonesia] selaku administratur II, G.R. Pantouw Uong
Celebes] selaku pembantu I, Su~adi selaku pembantu II
(Gunawan 2005: 29-30].
Tugas Komisi Besar ini adalah membentuk
badan fusi bernama Indonesia Muda yang dirancang
sebagai peleburan seluruh organisasi pemuda seluruh
Indonesia.
Melalui kongresdi gedung Habiprojo, Surakarta,
antara 28Oesember1930 dan 2 Januari 1931, berdirilah
badan fusi Indonesia Muda. Dengan begitu, organisasi-
organisasi pemuda kedaerahan seperti Jong Java, Jong
Celebes, Jong Soematranen Bond, Sekar Roekoen dan
sebagainya resmi dihapus. Seluruh anggota organisasi-
organisasi tersebut dilebur ke dalam Indonesia Muda.
Saat pendiriannya Indonesia Muda memiliki
25 cabang di seluruh Indonesia dengan keanggotaan
sebesar 2.393 orang. Tokoh-tokoh yang aktif dalam
organisasi ini antara lain Muhammad Yamin, aktivis
kemerdekaan Sukarni, penyair Amir Hamzah, novelis
Armijn Pane dan aktivis buruh Suparna Sastra Oiredja.
Walaupun Indonesia Muda tidak secara langsung
bergerak di lapangan politik, organisasi tersebut
mendorong tercapainya prakondisi bagi perjuangan
kemerdekaan. Hal ini dicapai lewat usaha-usaha
Indonesia Muda dalam memberikan kursus-kursus
bahasa persatuan, memberantas buta huruf dan terus
menjalankan koordinasi dengan para pemuda se-
lndonesia.
22
Setelah Sumpah Pemuda
24
Pada 1958, menjelang masa Demokrasi
Terpimpin, rumusan Sumpah Pemuda pun bergeser
kembali :
25
Api perjuangan melawan kolonialisme yang tersirat
dalam Sumpah Pemuda dan dipertahankan selama
era Presiden Sukarno kemudian digantikan dengan
visi pembangunan ekonomi dan internalisasi nilai-
nilai Pancasila. Rumusan Sumpah Pemuda yang
digunakan sepanjang era Orde Baru pun adalah
rumusan ··satu tanah air, satu bangsa dan satu
bahasa·· yang sebetulnya melenceng dari rumusan
asli Sumpah Pemuda.
Gerakan pemuda dan mahasiswa yang
menggulirkan Reformasi memberikan warna
baru pada Sumpah Pemuda. Di kalangan aktivis
mahasiswa ini dikenal suatu versi Sumpah Pemuda
yang berbunyi [Foulcher 2008: 741:
26
Sumpah Pemuda dan Jiwa Merdeka
27
· semangat kemerdekaan itu sendiri. Tidak ada
kemerdekaan tanpa usaha terus-menerus untuk
mewujudkan kesetaraan. '
Hal itu diperjelas lagi dalam pidato
.. Lahirnya Pancasila" yang disampaikan Presiden
Sukarno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato tersebut,
ia menyatakan:
28
Dua dasawarsa setelah Sumpah Pemuda,
pada 1948, seorang pemuda 26 tahun menulis sajak
pada Presiden Sukarno:
29
Disarikan dari:
30
Hari Ulang Tahun lndonesische Studiclub keenam dimeriahkan
dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya menyambul
tibanya Dr. Soetomo. 12-13 Juli 1930. [Sumber: Perpusnasl
31
Peserta sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya d1 halaman
lstana Negara dan d1 saksikan Presiden Soekarno, lbu Fatmawat1,
Wapres Moh. Hatta , dan lbu Rachm1 Hatta, 28 Oktobe r 1948.
!Sumber Perpu snasl
32
Upacara peringatan 25 lahun lahirnya lagu Indonesia Raya di
Lapangan IKAOA, 28 Oktober 1953. ISumbero Perpusnasl
33
34
Kiri dan kanan : Upacara peringatan Sum pah Pemuda di
Pegang saa n Timur no. 56, 28 Oktober 1959. ISumber· Perpusnasl
35
WR Su pratma n pa da umur 21 tahun.
ISumber Mu seum Sumpah Pemudal
36
Riwayat Hidup W.R. Supratman
37
yang sudah muncul semasa ia di Makassar semakin
menguat dan ia pun mulai bergaul dengan para
tokohnya. Dalam suasana perjuangan kebangsaan
inilah Supratman menciptakan sejumlah lagu-
lagu perjuangan yang membangkitkan semangat
patriotik. Gubahan pertamanya adalah sebuah lagu
berjudul Dari Barat Sampai Ke Timur:
38.
Pada 8 September 1944, Panitia Lagu
Kebangsaan menetapkan sejumlah perubahan kecil
atas lagu Indonesia Raya dengan ketentuan umum:
apabila dinyanyikan satu stanza saja, maka ulangannya
dinyanyikan dua kali, sedangkan jika dinyanyikan
tiga stanza, maka ulangannya dinyanyikan satu kali
pada dua stanza pertama dan dua kali pada stanza
ketiga . Pada 26 Juni 1958, dikeli.Jarkanlah Peraturan
Pemerintah No. 44 yang menetapkan gubahan, irama,
nada dan tata tertib dalam membawakan lagu tersebut.
Kisah dikumandangkannya lagu Indonesia
Raya dalam Kongres Pemuda II punya latar
yang menarik. Sebagai wartawan koran Sin Po,
Supratman pernah meliput Kongres Pemuda I yang
diselenggarakan antara 30 April dan 2 Mei 1926.
Ketika akan diselenggarakan Kongres Pemuda II yang
nantinya menghasilkan Sumpah Pemuda, Supratman
pun ditugasi meliputnya kembali.
Mula-mula, demi keperluan liputan,
Supratman bertemu dengan Soegondo Djojopoespito,
salah seorang tokoh muda dan kawan satu indekos
Sukarno · ketika di Surabaya. Dalam pertemuan itu,
ia diminta Soegondo membawakan lagu Indonesia
Raya dalam suatu acara di gedung lndonesische
Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106. Acara inilah
yang kemudian digelar sebagai Kongres Pemuda II.
Pada malam 28 Oktober 1928, tepat sebelum putusan
Kongres dibacakan, W.R. Supratman membawakan
Indonesia Rayadalamgesekan biola.Ataspertimbangan
Soegondo, demi menghindari represi oleh agen-agen
kolonial yang terus memantau keseluruhan acara, lagu
itu pun sengaja tidak dinyanyikan.
39
"Selamat tinggal tanah airku
Tanah tumpah darahku
Indonesia tanah berseri
Tanah yang aku sayangi
Selamat tinggal bangsaku!"
W.R. Supratman. 1938.
41
Pada 1930, lagu Indonesia Raya dilarang
dinyanyikan di depan umum . Pemerintah kolonial
menganggap lagu itu subversif dan mengganggu
"ketenangan dan ketertiban" (rust en orde]. Lagu
tersebut dikhawatirkan dapat memicu semangat
kemerdekaan atau pemberontakan terhadap
pemerintah yang sah. Seiring dengan pelarangan
lagu Indonesia Raya, Supratman pun ditangkap polisi
dan diinterogasi badan intelijen kolonial (Politieke
lnlichtingen Dientsl. Pelarangan tersebut memicu
protes yang meluas sampai menjadi perdebatan
keras di Volksraad.
Dalam menyuarakan cita-cita
kemerdekaan. Supratman tak hanya berhenti pada
gubahan musik. la juga menulis novel berjudul
Perawan Desa yang ditulis dan diterbitkan pada
1929. Novel itu berkisah tentang kesengsaraan
hidup di bawah kolonialisme yang dipotret melalui
cerita para .kuli kontrak di tanah perkebunan
Deli, Sumatra Utara. Karena mengandung kritik
atas pemerintah kolonial, novel itu pun disita dan
dimusnahkan oleh aparat Belanda.
Selain menggubah Indonesia Raya, Dari
Barat Sampai Ke Timur, serta sejumlah lagu mars
pergerakan, W.R. Supratman juga mencipta /bu
Kita Kartini. yang terinspirasi dari liputannya atas
Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta.
22-25 Desember 1928, dan Matahari Terbit. Lagu
terakhir itu dianggap subversif oleh pemerintah
kolonial dan menggiring Supratman dijebloskan
ke penjara Kalisosok, Surabaya, pada Agustus
1938. Kelelahan fisik dan psikis membuat W.R.
Supratman jatuh sakit dan akhirnya meninggal di
42
Surabaya, Jawa Timur, pada 17 Agustus 1938. Pada
detik-detik penghabisannya, ia menulis secarik
surat wasiat (Rahman 2016 : 34]:
43
Pada bagian dalam biola tertulis "Nicolaus
Amatus Fecit in Cremona 16". Biola ini dibeli van
Eldik di sebuah toko alat musik Makassar pada 1914.
Kemungkinan biola itu merupakan salinan dari
model biola buatan Nicolo Amati, seorang pembuat
biola terbaik dari keluarga Amati yang hidup di
Cremona, Italia, pada abad ke-17. Berkat nama
besarnya , model biola Nicolo Amati (atau Nicolaus
Amatus dalam versi Latin namanya] banyak disalin
di Jerman dan beberapa negara lain pada akhir
abad ke-19 . Salinan itulah yang kemungkinan dibeli
van Eldik dan diberikan kepada W.R. Supratman .
Dengan biola inilah W.R . Supratman
menjadi anggota Black and White Jazz Band di
Makassar dan anggota orkes Gedung Societet
Concordia di Bandung, pada 1924. Dengan biola
inilah pula ia maju ke hadapan hadirin Kongres
Pemuda Kedua dan membawakan untuk pertama
kalinya sebuah komposisi musik instrumental yang
kita kenal sebagai Indonesia Raya.
Sepeninggal W.R. Supratman, biola itu
dirawat oleh kakaknya , Rukiyem. sebelum akhirnya
diserahkan ke Museum Sumpah Pemuda pada 1974.
Oleh pihak Museum. biola tersebut dirawat dengan
perhatian khusus karena merupakan aset negara.
Sesekali biola itu dibawa keluar untuk dimainkan pad a
acara-acara khusus. misalnya dimainkan oleh Idris
Sardi pada peringatan Hari Sumpah Pemuda pada
2005 dan 2007. Sampai hari ini. biola Amatus W.R.
Supratman itu disimpan dalam ruang penyimpanan
tertutup Museum Sumpah Pemuda. Karena alasan
keamanan. para pengunjung hanya diperbolehkan
melihat replika dari biola tersebut di ruang pamer.
44
Disarikan dari:
45
Indonesia Raya
(Tiga Stanza]
Indonesia kebangsaanku ,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu .
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya ,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
Ulangan
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, negriku yang kucintal
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
46
II
Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya , semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya ,
Untuk Indonesia Raya .
Ulangan
Indonesia Raya,
Merdeka , merdeka,
Tanahku, negriku yang kucinta'
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
47
Ill
S'lamatlah rakyatnya,
S'lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya ,
Majulah negrinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya .
Ulangan
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka ,
Tanahku, negriku yang kucintal
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya
48
' - -,,...,. • • "-' ,,.. I
IINDONESIA
_- - -- RAJA_
I
W . R . SOEl' RATMAN
P 8L l f' I T ,
W ELT E V 1l_£0E N
"'""'y,,,
i. i I ; 1. ; Ii t-:-JI
A;. - -;tf>a. ... ,..~... ~.~ ,.. ..,.\ .. "-)• 1
.. ~Cl! :
50
u.
lndonesi.a. 1anah jang rrioillia, ·:1Ind . ~ _.,.,
lllnah. 1'!"'91
Ollfl8l8, ~
Tanah kita jq kaja. Bagi kita diBili. ' .
Disanmalr' akoe hidoep, Di8analah kili ~
Oentoek s'lama-lalilanja. Mendjaga Ibo!! aeitjati.
. ' Indonesia, 1anah poesaka,
f>oesaka ·kita semoeanja
Marilah kita berseroe :
~
' Tanah
IOOooesla, llmll -
jang fel'koetjinl&t.
~ Marilah kita bemjanji :
,,Indonesia Bersatoe". 11 ~Indonesia Bersatoe".
51
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
Gunawan Wiradi
Pengamatan Umum
52
arus dominan dunia yaitu "era globalisasi". Bahkan
lebih jauh lagi, mereka ini sampai mempertanyakan
keabsahan konsep ··negara-bangsa" [nation-state].
Disadari atau tidak, dengan kemasan "ilmiah"
ataupun bukan, langsung atau tidak langsung,
sengaja atau tidak sengaja, mereka ini dapat menjadi
perpanjangan tangan dari kekuatan kapitalisme
internasional dan kolonialisme baru yang memang
menghendaki agar negara-negara berkembang
menjadi tercabik-tabik sehingga mudah dikuasai.
Pandangan kedua adalah dari mereka
yang agaknya berusaha untuk kompromi, yaitu
dengan melemparkan istilah "nasionalisme baru" .
Namun isinya seperti apa, tidak terlalu jelas, kecuali
sekedar menganggap bahwa seolah-olah konsep
nasionalisme yang dirumuskan para pendiri bangsa
ini adalah nasionalisme sempit. lnilah cermin
bahwa di antara kita memang masih banyak yang
ternyata tidak memahami benar apa yang pernah
dipikirkan oleh para pendahulu kita. Atau, barangkali
kelompok kedua ini sebenarnya secara tak sadar
hanya mencerminkan sikap defensif. Artinya, bawah
sadarnya sebenarnya masih tebal nasionalismenya
[dan karenanya akan tersinggung jika dituduh
a-nasionall, namun karena dalam . kesehariannya,
langsung atau tak langsung sudah terlanjur turut
serta terlibat dalam praktek-praktek a-nasional,
maka lantas melontarkan istilah ··nasionalisme
baru ".
Pandangan ketiga adalah dari mereka
yang menganggap perlunya kita kembali kepada
kh itah perjuangan kemerdekaan. Oleh para pendiri
republik kita ini, sudah berkali-kali dijelaskan
53
bahwa nasionalisme kita tidak bersifat chauvinistic,
bukan "fanatical unreasoning devotion to one race,
etc"! Nasionalisme kita adalah nasionalisme
pembebasan rakyat, yaitu pembebasan dari
/'exploitation de l'homme par l'homme [penindasan
manusia oleh manusia-ed.l. Bukan nasionalisme
sempit.
Catatan renungan 1n1 tidak akan
membahas adu argumen secara rinci mengenai
masalah nasionalisme, melainkan sekedar
mencoba mengidentifikasi gejala-gejala apa
sajakah yang memberikan tanda-tanda lunturnya
semangat nasionalisme itu. lnipun tidak akan
. semuanya dipaparkan di sini, melainkan hanya
satu dua contoh saja, khususnya yang berkaitan
dengan pemaknaan perilaku simbolik bangsa kita.
Kadangkala kita mendengar pernyataan
orang bahwa di zaman modern ini kita tidak
membutuhkan simbol-simbol, slogan-slogan,
semboyan-semboyan, dan sebagainya. ltu tak ada
gunanya lagi, katanya, karena banyak semboyan
kosong . Namun seorang antropolog kenamaan
pernah menyatakan bahwa kita jangan sekali-kali
melecehkan adanya slogan-slogan, semboyan,
ritual-ritual, simbol-simbol, dan sebagainya,
karena bagaimanapun juga, masyarakat
membutuhkan hal itu, dan selalu punya makna .
Semua itu kadang memang tampak
"kosong" karena dilakukan , ditempatkan atau
diucapkan, pada tempat dan/atau waktu yang
salah . [Lihat juga Clifford Geertz dalam David
Apter, 1964: 47-76].
54
Dua contoh gejala perilaku simbolik
bangsa kita yang barangkali dapat ditafsirkan
sebagai gejala atau tanda-tanda [akan) lunturnya
semangat nasionalisme dan kerakyatan kita
[baik secara sadar sengaja ditanamkan, ataupun
mungkin secara tak sadar, sehingga dalam proses
menjadi "tertanam "kanl, adalah:
Pertama, setiap kali ada acara resmi,
pembukaannya selalu diisi dengan upacara
simbolik : "memukul gong ". Tanpa sadar, kita
dituntut untuk menjadi "yes men"! Dalam gamelan
Jawa, setelah semua instrumen berbunyi riuh
rendah. setiap gending [lagu) ditutup dengan
gong . Dalam setiap musyawarah, tiap orang ramai
berbicara. Tapi kemudian ... .. mufakat?! .. .. .. yes!
Jadi, gong itu adalah penutup! Bukan pembuka!
Kenapa dijadikan simbol pembuka? Karena
penguasa memang menghendaki agar belum-
belum rakyat sudah menurut saja.
Kedua, sudah menjadi tradisi, setiap
tanggal 17. tiap bulan, di istana dilakukan upacara
pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih
memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan,
walaupun sangat sederhana [tidak seperti 17
Agustus tiap tahunl. TVRI hampir tak pernah
menyiarkannya. Namun selama Orde Baru, yang
selalu disiarkan adalah bukan upacara pagi
harinya, melainkan justru upacara serius di sore
hari yang disebut Parade Senja, yaitu penurunan
Sang Merah Putih . Apa artinya ini? Dalam budaya
Jawa (khususnya Solo-Yogyal. kiasan sindiran
terhadap orang yang ingin menonjolkan diri
adalah "ngerek gendero·· [mengibarkan benderal.
55
Jadi, dapat ditafsirkan, bahwa penurunan bendera
dalam Parade Senja yang khidmat itu seolah
mengamanatkan agar kita bersikap rendah
hati, tidak menonjolkan diri. Amanat yang luhur!
Namun eksesnya, lama-lama kita melecehkan
··harga diri'", mengingkari identitas kita sebagai
Bangsa Indonesia.
Seperti kita ketahui simbol-simbol yang
paling penting dan mendasar dari setiap negara
[bangsal adalah tiga, yaitu, Bendera, Lambang
Negara, dan Lagu Kebangsaan . Nah, di samping
dua contoh tersebut di atas, salah satu gejala yang
menandai surutnya semangat nasionalisme adalah
bagaimana sikap kita terhadap lagu kebangsaan
Indonesia Raya . lnilah tema pokok '"Renungan'" ini.
56
Bahkan kadang mundurnya sampai lebih dari satu
jam. Bukankah itu justru jauh membuang waktu?
Dahulu, hampir semua orang hafal
dengan lirik lagu Indonesia Raya . Sekarang, mulai
banyak orang yang tidak lagi hafal terhadap lirik
lagu tersebut. Padahal, yang setiap kali kita
nyanyikan itu barulah stanza [couplet] pertama.
Sedangkan Indonesia Raya itu sebenarnya terdiri
atas 3 [tiga] stanza. Jika stanza pertama saja tidak
hafal, bagaimana mungkin bisa menghafal tiga
stanza yang memang panjang-panjang itu .
Sebagai sekedar perbandingan, lagu
kebangsaan lnggris terdiri dari 4 stanza, yang
masing-masing terdiri dari 7 baris pendek.
Amerika mempunyai dua lagu kebangsaan, yang
resmi dan yang tak resmi. Yang resmi hanya satu
stanza, tapi panjang . Yang tidak resmi terdiri
dari 6 stanza, masing-masing 7 baris pendek .
Indonesia Raya termasuk lagu kebangsaan yang
memang sangat panjang [seperti juga India ,
Honduras, dan umumnya negara-negara Amerika
Latini. Jepanglah satu-satunya negara yang lagu
kebangsaannya sangat pendek: satu stanza dan
hanya empat baris pendek.
Perlu ditekankan di sini bahwa masalahnya
memang bukan sekedar hafal-menghafal lirik
lagu, seperti anak kecil, melainkan bagaimana
sikap kita terhadap lagu kebangsaan sebagai
simbol identitas bangsa .
Pengalaman pribadi saya menunjukkan
bahwa, terutama orang-orang Eropa, Jepang,
Amerika Latin, dan lain-lain - tentu tidak semua
orang - jika mereka sedang jalan-jalan, atau
57
duduk di restoran, lantas suatu saat terdengar
di radio lagu kebangsaan negerinya, mereka lalu
mengambil sikap, diam, serius dan khidmat.
Bahkan ada yang semula duduk, lantas berdiri.
Bagaimana dengan kita, terutama sekarang?
Cuek, acuh tak acuh!
Sekali lagi, semuanya itu barangkali
memang tidak penting. Yang jauh lebih penting
adalah bagaimana kita memahami secara
mendalam dan menghayati tiga stanza itu. Jika
dicermati, ternyata lirik lagu Indonesia Raya itu dari
stanza-I sampai dengan stanza-Ill itu bukanlah
sekedar rekaan-rekaan sajak agar enak didengar,
melainkan mengandung alur filosofi yang
berkesinambungan. Kunci untuk memahami hal
ini bisa dilihat dari lirik baris 4, 5, dan 6 dari setiap
stanza.
Dalam stanza-I [yaitu satu-satunya
stanza yang biasa kita nyanyikanl. di baris ke-4,
liriknya berbunyi: "'Marilah kita berseru. Indonesia
bersatu'". Lalu baris ke-6: ··sangunlah jiwanya,
bangunlah badannya'". lni dapat diartikan bahwa
stanza-I itu mencerminkan bahwa kita sedang
membentuk sebuah bangsa. Kita baru berseru,
agar bangkit dan bersatu.
Jika baris ke-4 dan ke-6 dari stanza-I
itu ditarik sejajar ke stanza-II, liriknya tak lagi
berbunyi '"berseru'", melainkan [baris ke-4]:
"'Marilah kita mendo·a . Indonesia bahagia'". lni
cermin bahwa kita juga memakai landasan moral.
Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan.
Mudah-mudahan, doa itu terkabul. Karena itu,
baris ke-6: ··sadarlah hatinya, sadarlah budinya !'"
58
Setelah kita berhasil membentuk sebuah
bangsa, dan kemudian mendqa, maka mulailah
kita bersikap realistis. lni tercermin dalam stanza-
111 di baris ke-4. Tak lagi ··berseru·· dan "mendoa",
melainkan "Marilah kita berjanji, Indonesia
Abadi". Agar dapat melaksanakan janji terse but,
maka dalam baris ke-5 bunyi liriknya : "Slamatkan
. tanahnya, slamatkan rakyatnya, pulaunya, lautnya,
semuanya!" Baris ke-6 : "Majulah negerinya,
majulah pandunya, untuk Indonesia Raya" . Pandu
adalah penunjuk jalan . Artinya kepemimpinan.
Jadi , dalam stanza-Ill itulah
terkandung amanat perjuangan kemerdekaan:
"menyelamatkan semuanya". Rakyatnya, tanahnya
[yang di dalamnya tentu saja sudah terkandung
hutan, tambang, sungai, air, dan sebagainya),
pulaunya, lautnya, semua harus diselamatkan.
Sayang, karena kita tidak pernah
menyanyikan stanza-II dan Ill, maka barangkali
kita memang tidak pernah merasa "berjanji" untuk
menyelamatkan semua itu . Yang terjadi kemudian
adalah:
59
Potongan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009
BAB V
LAGU KEBANGSAAN
Bagian Kesatu
Um um
Pasal58
Bagian Kedua
Penggunaan Lagu Kebangsaan
Pasal59
60
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah;
e. untuk menghormati kepala negara atau kepala
pemerintahan negara sahabat dalam kunjungan
resmi;
f. dalam acara atau kegiatan olahraga
internasional; dan
g. dalam acara ataupun kompetisi ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni internasional
yang diselenggarakan di Indonesia .
Bagian Ketiga
Tata Cara Penggunaan Lagu Kebangsaan
Pasal60
61
(21 Lagu Kebangsaan yang diiringi alat musik,
dinyanyikan lengkap satu strafe, dengan satu kali
ulangan pada refrein.
Pasal61
Pasal62
Pasal63
62
negara lain tiba, dan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya diperdengarkan pada saat duta besar negara
lain akan meninggalkan istana.
Bagian Keempat
Larangan
Pasal64
BABVll
KETENTUAN PIDANA
Pasal 70
63
Pasal 71
64
Upacara penngatan Hari Sumpah Pemuda d1 halaman Gedung
DPR, 28 Oktober 1958. !Sumber Perpusnasl
65
Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 1958
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal2
66
BAB II
PENGGUNMN LAGU KEBANGSAAN
Pasal3
Pasal4
Pasal5
Dilarang :
a] Menggunakan Lagu Kebangsaan untuk reklame
dalam bentuk apapun juga.
bl Menggunakan bagian-bagian daripada Lagu
Kebangsaan dalam gubahan yang tidak sesuai
dengan kedudukan Lagu Indonesia Raya sebagai
lagu kebangsaan .
67
BAB Ill
PENGGUNAAN LAGU KEBANGSAAN BERSAMA-
SAMA DENGAN LAGU KEBANGSAAN
ASING
Pasal6
68
BAB IV ·
PENGGUNAAN LAGU KEBANGSAAN NEGARA
ASING SENDIRI
Pasal 7
BAB V
TATA TERTIB DALAM PENGGUNAAN LAGU
KEBANGSAAN
Pasal8
69
I atau dinyanyikan dengan nada-nada, irama, iringan,
kata -kata dan gubahan-gubahan lain daripada yang
tertera dalam lampiran-lampiran Peraturan ini .
Pasal9
BABVI
ATURAN HUKUMAN
Pasal 10
70
Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di halaman Gedung
DPR, 28 Oktober 1958. [Sumber, Perpusnas l
71
72
Kiri dan Kanan : Upacara peringatan Tri Windu 124 tahun) lagu
Indonesia Raya di lstana Merdeka. 28 Oktober 1952.
(Sumber· Perpu snasl
73
74
Pre si den Soekarno berp1dato pada upacara pe n ngatan Sumpah
Pe muda di Gelo ra Bung Karn a Senayan . 28 Oktobe r 1963.
!Sumber Perpusnasl
75
Tentang Gita Bahana Nusantara
Edi lrawan
76
Upacara peringatan Tri Windu 124 tahunl lagu Indonesia Raya di
lstana Merdeka, 28 Oktober 1952. ISumber ' Perpusnasl
77
patriotisme [semangat kejuangan). Oleh karena
itu, pada 2002 gagasan itu dimatangkan oleh Dr.
Sri Hastanto [Direktur Jenderal Nilai Budaya,
Seni dan Film] untuk mewujudkan suatu wadah
paduan suara dan orkestra yang khas Indonesia,
. ser ta merumuskan teknis pelaksanaan GBN.
Teknis pelaksanaan GBN diawali oleh audisi
peserta, baik paduan suara maupun orkestra,
pemusatan latihan, gelar perdana, dan
pergelaran pada pidato kenegaraan Presiden
Republik Indonesia dalam Sidang Pleno DPR/
MPR 2003 . Puncaknya adalah pada peringatan
Det ik-Detik Kemerdekaan Republik Indonesia
di lstana Merdeka Jakarta pada 2003 juga . Sejak
2003 GBN mengawali debutnya berkumandang
hingga saat ini .
Lahirnya gagasan GBN dilatarbelakangi
tujuan untuk [a] menguatkan jati diri dan
karakter bangsa, [b] untuk menumbuhkan
rasa kebangsaan, menghormati perbedaan,
dan memupuk rasa kebersamaan di kalangan
generasi muda, dan [c] membentuk paduan
suara dan orkestra nasional yang tangguh .
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wadah tersebut untuk menyalurkan bakat dan
potensi kreativitas generasi muda di bidang
seni musik, yang pada akhirnya tumbuh rasa
nasionalisme dan patriotisme, menghargai
keberagaman, dan menguatnya jati diri dan
karakter bangsa.
Dari 2003 sampai 2011, GBN difasilitasi
oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata .
Di awal pelaksanaannya terasa berat, karena
78
melibatkan seluruh provinsi di Indonesia yang
tidak sama pemahaman akan pentingnya
pembangunan karakter bangsa, khususnya
di kalangan generasi muda. Namun berkat
dorongan semangat dari lbu Megawati sebagai
penggagas awal, tim kerja Kembudpar mampu
mewujudkan pelaksanaan GBN dengan baik.
Pada perkembangan selanjutnya, Bapak Dr.
H. Susilo Bambang Yudhoyono memberikan
perhatian dan dukungan penuh, sehingga
kegiatan GBN dapat dilaksanakan lebih baik
dalam mekanisme pelaksanaannya.
Pada Oktober 2011, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata berganti
nomenklatur menjadi Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, sedangkan '" kebudayaan'"
berintegrasi kembali dengan '"pendidikan "
menjadi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Sejak itu, pelaksanaan GBN
difasilitasi oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dari 2012-2014 . Tujuan GBN
pun ditambah dengan memasukkan unsur
kreativitas dan pemahaman ekonomi kreatif.
Penyenggaraan GBN diharapkan dapat menjadi
sarana untuk memotivasi dan memberikan
pemahaman kepada generasi muda tentang
ekonomi kreatif.
Pada Maret 2015, Direktur Jenderal
Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
menyerahkan penyelenggaraan Gita Bahana
Nusantara kepada Direktur Jenderal
Kebudayaan, yang selanjutnya menugaskan
79
Direktur Kesenian untuk melaksanakan
kegiatan GBN pada 2015 tersebut. Walaupun
waktu yang sangat mendesak, panitia
pelaksana Direktorat Kesenian mampu
menyelenggarakan GBN tahun 2015 secara
baik berkat dukungan dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan dan
Direktur Jenderal Kebudayaan, Bapak Kacung
Maridjan . Pada 2016, Direktorat Kesenian
kembali menyelenggarakan GBN secara
sukses dengan pejabat baru di lingkungan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu
Bapak Muhadjir Effendy sebagai menteri dan
Bapak Hilmar Farid sebagai Direktur Jenderal
Kebudayaan .
Penyelenggaraan GBN oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sejak 2015, merupakan kembalinya anak hilang
ke habitat aslinya. Tujuan awal dibentuknya
GBN adalah membangun karakter dan jatidiri
bangsa, khususnya di kalangan generasi
muda. Hal ini sejalan dengan visi dan misi
Kementerian Pendidikan dan , Kebudayaan
khususnya yang berkaitan dengan pendidikan
karakter yang gencar dikumandangkan. Nilai-
nilai pendidikan karakter antara lain : religius,
nasionalisme, kemandirian , gotong royong,
dan integritas juga merupakan nilai-nilai yang
diinternalisasikan kepada setiap peserta Gita
Bahana Nusantara.
Gita Bahana Nusantara merupakan
gabungan vokalis dan pemusik terbaik
dari seluruh Indonesia yang perekrutan
80
Upacara peringatan Empat Windu Sumpah Pemuda di lstana
Negara, 28 Oktober 1960. ISumber Perpusnasl
81
anggotanya dilaksanakan melalui audisi
yang diselenggarakan di seluruh provinsi di
Indonesia. Mereka adalah putra-putri terbaik
yang berusia 15 - 25 tahun, memenuhi berbagai
persyaratan baik umum . maupun teknik
musikalitas . Audisi paduan suara memilih
peserta yang akan mewakili provinsinya
dengan jenis suara sopran, alto, tenor dan
bass. Sedangkan audisi orkestra dilaksanakan
di sekolah-sekolah musik dan perguruan tinggi
dengan menitikberatkan pada kemampuan
teknis bermusik dan kemampuan prima vista
[membaca notasi pada saat itu jugal. Secara
spesifik dalam proses audisi, para juri memilih
calon peserta dengan kriteria : [a] memiliki
bakat musikalitas, [b] menguasai teknik prima
vista [cl, memiliki karakter suara dan artikulasi
yang prima, (d] memiliki prestasi di sekolah,
dan [e] mengenal dan memahami budaya
daerah asalnya. Penyelenggaraan audisi di
daerah dilaksanakan oleh pemerintah provinsi
melalui dinas yang terkait dengan pembinaan
kebudayaan di daerah masing-masing .
Setelah proses audis i selesai, para
peserta yang terpilih untuk mewakili provinsi
masing-masing, dipanggil untuk masuk
pemusatan latihan selama kurang lebih tiga
minggu . Selama karantina tersebut, selain
jadwal latihan musikalitas , peserta diberi
materi pembekalan bela negara, pembinaan
karakter, kunjungan belajar, dan rekreasi ke
berbagai obyek yang meridukung pembentukan
karakter bagi peserta.
82
Setelah melalui karantina dan latihan
yang intensif, awaldari pelaksanaan tu gas utama
GBN adalah Gelar Perdana di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan
untuk menguji kesiapan dan kelayakan tampil.
Pergelaran Utama GBN adalah pada Pidato
Kenegar:aan Presiden Republik Indonesia di
83
84
Kiri dan Kanan : Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di
Stadion IKADA. 28 Oktober 1961 . ISumber Perpusnasl
85
Penanggung Jawab
Direktur Jenderal Kebudayaan
Hilmar Farid
Pengarah
Oirektur Sejarah
Triana Wulandari
Kontributor
Kasubdit Sejarah Nasional
Amurwani Dwi Lestariningsih
Koordinator
Mirwan Andan
Penulis
Martin Suryajaya
Gunawan Wiradi
Edi lrawan
Editor
M. Fauzi
Periset Foto
Barak Azis Malinggi
Percetakan
Panel Barus !Serpico)