Anda di halaman 1dari 9

C.

PROSES PENGUATAN JATI DIRI


1. KONGRES PEMUDA DAN SUMPAH PEMUDA
Sumpah pemuda baru tercetus setelah para pemuda melakukan dua kali
kongres.

A. Kongres I pemuda
Perkembangan golongan intelektual di Indonesia pada awal abad XX
ditandai dengan banyaknya pemuda yang berpikiran maju dan
memikirkan nasib bangsanya. Para pemuda mulai menumbuhkan benihbenih nasionalisme yng ditujukan ke arah persatuan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, para pemuda merasa membutuhkan wadah yang
mempu menampung aspirasi mereka dan memerlukan tempat untuk
bersama-sama menyusun rencana guna meraih kemerdekaan bangsa
yang sudah lama dicita-citakan.
Pada tanggal 15 November 1925 beberapa organisasi daerah
mengadakan konferensi. Organisasi tersebut antara lain Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, pelajar-pelajar Minahasa
(Minahasasische studeerenten), dan
Sekar Rukun. Tokoh yang hadir dalam
kongres tersebut, yaitu Bahder
Djohan, Sumarto, Jan Toule,
Soulehuwij, Paul Pinontoan, dan
Tabrani. Konferensi tersebut berhasil
membentuk sebuah komite untuk
mengadakan kongres pemuda yang
disebut komite kongres dimana Tabani
dipilih sebagai ketua. Tokoh yang hadir
salah satunya adalah Bahder Djohan,
Bahder Djohan merupakan salah satu
pimpinan Jong Sumatranen Bond.
Bahder Djohan dalam kongres ini bertugas sebagai pembicara. Dalam
Kongres Pemuda I, Djohan menyampaikan pidato tentang kedudukan
wanita. Pidatonya yang berjudul "Di Tangan Wanita," dilarang beredar
oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Tugas komite kongres adalah meyelenggarakan Kongres I Pemuda. Pada
tanggal 30 April-2 Mei 1926 para pemuda mengadakan Kongres I Pemuda
di Jakarta. Kongres I Pemuda bertujuan mencapai persatuan pemuda
Indonesia dan menanamkan semangat kerja sama antarperkumpulan
pemuda untuk mewujudkan persatuan Indonesia.
Pada tanggal 15 agustus 1926 para pemuda mengadakan konferensi.
Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan-perwakilan organisasi pemuda
daerah seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Ambonsche
Studeerenten, dan Minahasasische. Konferensi ini memutuskan untuk
membentuk sebuah badan permanen untuk keperluan persatuan Indonesia.
Badan tersebut diberi nama Jong Indonesia. Pembentukan Jong Indonesia
disetujui oleh semua peserta konferensi, kecuali Jong Islamieten Bond.

Jong Indonesia mengadakan rapat pada tanggal 31 Agustus 1926. Rapat


ini berhasil merumuskan dan mengesahkan anggaran dasar Jong Indonesia.
Tujuan Jong Indonesia adalah menanamkan
dan mewujudkan cita-cita persatuan seluruh
Indonesia. Dasar gerakan Jong Indonesia
adalah nasionalisme yang mengarah
terwujudnya Indonesia Raya. Dalam
perkembangannya, Jong Indonesia berubah
nama menjadi Pemuda Indonesia.

B. Kongres II Pemuda
Kongres kedua ini diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dan
keputusannya dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ketua Kongres Pemuda II
dipimpin oleh Sugondo Joyopuspito (PPPI) dan wakilnya Joko Marsaid (Jong
Java). Dan, penyelenggaraan kongres pemuda hari pertama di gedung
Katholikee jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katolik). Hari kedua di gedung
Oost Java (sekarang di Medan Merdeka Utara Nomor 14). Rapat ketiga di
gedung Susunan Panitia Kongres Pemuda II adalah:

Ketua: Sugondo Joyopuspito

Wakil ketua: Joko Marsaid (alias Tirtodiningrat)

Sekretaris: Muhammad Yamin

Bendahara: Amir syarifuddin

Pembantu I : Johan Muh. Cai

Pembantu II : Kocosungkono

Pembantu III : Senduk

Pembantu IV: J. Leimena

Pembantu V : Rohyani

Keputusan Kongres II Pemuda sebagai berikut.


1) Lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
2) Bendera Merah Putih ditetapkan sebagai bendera Indonesia.
3) Pengucapan ikrar Sumpah Pemuda yang berbunyi sebagai berikut.
a. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia.

b. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,


bangsa Indonesia.
c. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk
menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda
Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa
Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi
asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan
dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulanperkumpulan".
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres
tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga
keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding
Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.
Kongres III Pemuda baru dilaksanakan pada tahun 1938 di Yogyakarta.
Keputusan kongres tersebut sebagai berikut
1) Pembentukan federasi organisasi-organisasi pemuda yang berpusat di
Jakarta.
2) Kata Kemerdekaan Nusa dan Bangsa diganti Menjunjung martabat
Nusa dan Bangsa karena pemerintah kolonial Belanda melarang
penggunaan kata Kemerdekaan

2. Bangkitnya Nasionalisme Modern


Sebagai seorang terpelajar Sukarno,muncul sebagai seorang pemuda cerdas
yang memimpin pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan nama
Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai itu bersifat revolusioner,
sebelumnya partai itu bernama klub studi umum. Sukarno memimpin partai
itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000
orang.
Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan PerhimpunanPerhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober
1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu,
berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah
Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat untuk menumbuhkan
nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah munculnya nasionalisme yang
digerakkan oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi oleh oleh para
pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.

Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus mendapat tekanan dari
Belanda. Sukarno sebagai pimpinan PNI karena aksi-aksi yang dengan radikal
terhadap pemerintah Belanda, akhirnya ditangkap dan diadili. Menjelang vonis
pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan untuk
membakar semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian
dibukukan dengan judul: Indonesia Menggugat.
Putusan pengadilan akhirnya menjatuhkan hukuman kurungan kepada
Sukarno. Ia ditahan di Penjara Sukamiskin selama empat tahun terhitung
Desember 1930. Selama Sukarno menjalani masa penahanannya PNI pecah
menjadi dua, Partai Indonesia (Pertindo) dan Pendidikan Nasional Indonesia
atau PNI Baru. Sukarno masuk dalam Partai Indonesia dan PNI Baru dipimpin
oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir.
Partai Indonesia pimpinan Sukarno lebih menekankan pada mobilisasi massa,
sedangkan Hatta dan Sjahrir lebih menekankan pada organisasi kader yang
akan menentang tekanan pemerintah kolonial Belanda dengan keras dan lebih
menanamkan pemahaman ide nasionalisme. Namun demikian kedua strategi
politik itu belum mencapai hasil yang maksimal. Akhirnya ketiga tokoh itu
ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dan ditahan serta diasingkan pada
1933. Kedua organisasi yang didirikan oleh ketiga tokoh itupun dibubarkan oleh
pemerintah kolonial.
Sukarno ternyata tidak hanya diisolasi, sebagai tahanan pemerintah, Sukarno
justru masih harus berjuang untuk menghidupi anggota keluarganya. Inilah
perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan Sukarno di pengasingan.
Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergearkan
untuk menentang Belanda terus berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis
mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo) di bawah kepemimpinan Amir
Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini cenderung menampakkan faham fasisme
internasional. Di Sumatera Timur, PNI, PKI, Permi, dan Partindo pemimpinnya
berasal dari organisasi-organisasi radikal dari tahun-tahun sebelumnya.
Gerindo sebagai partai yang berpaham marxis lebih menunjukkan sikap anti
kolonialisme, anti-Eropa dan antikapitalisme. Desakan-desakan untuk
kemerdekaan nasional sangat kuat dan radikal. Organisasi itu juga tidak
sepaham dengan sistem feodalisme, nasionalisasi perusahaan-perusahaan
kapital dan restorasi hak-hak tanah pribumi.
Sementara itu Gabungan Politik Indonesia (GAPI) didirikan pada tahun 1939.
Tokoh pendiri GAPI adalah Muhammad Husni Thamrin. Dalam gabungan itu,
Gerindo berada dalam satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh Thamrin
dan sebelumnya oleh Sutomo. Parindra adalah partai politik Indonesia yang
paling berpengaruh di Hindia, karena keberhasilannya dalam pemilihan di
volksraad. Thamrin kemudian memimpin front Indonesia bersatu di dalam
Volksraad yang disebut Fraksi Nasional.

3. Perjuangan Melalui Volksraad

Volksraad sebagai dewan rakyat yang didirikan tahun 1918, menjadi wadah
bagi pemimpin organisasi untuk menyalurkan aspirasi perjuangan tanpa takut
adanya penangkapan dan pembuangan seperti yang diberlakukan pada kaum
pergerakan yang radikal. Ini tidak berarti bahwa di luar volksraad tidak ada
aksi perjuangan. Organisasi pergerakan tetap giat melakukan akitivitas di
berbagai bidang dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti
mendirikan Rukun Tani, Rukun Pelayaran, mengusahakan bank, koperasi dan
sebagainya. Walaupun volksraad tidak mempunyai kekuasaan legislatif dan
wewenangnya hanya terbatas memberi advis, sehingga tidak pernah
memuaskan harapan rakyat Indonesia, namun volksraad merupakan satusatunya tempat yang aman untuk mencurahkan kecaman terhadap pemerintah
Hindia Belanda. Untuk itu organisasi pergerakan kooperatif telah membentuk
suatu kesatuan aksi di volksraad yang disebut Fraksi Nasional. Fraksi ini
didirikan pada tanggal 27 Januari 1930 di Jakarta, berdasarkan ide Muhammad
Husni Thamrin, ketua Perkumpulan kaum Betawi. Berdirinya Fraksi Nasional
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yakni:
A. Sikap pemerintah Belanda terhadap gerakan politik diluar Volksraad
khususnya terhadap partai Nasional Indonesia. Tindakan keras Pemerintah
Kolonial Belanda lebih menonjol setelah terjadi pemberontakan PKI pada
tahun 1926.
B. B.
Anggapan dan perlakuan yang sama oleh Pemerintah belanda
terhadap semua gerakan baik yang non maupun kooperasi. Kejadian ini
sangat menghalangi penggalangan kekuatan pada organisasi yang
moderat. Pada saat terjadi penangkapan terhadap tokoh PNI, ternyata
anggota-anggota perkumpulan yang moderatpun juga ikut diinterogasi.
Dengan demikian tindakan pengawasan politik tidak pandanng bulu.
C.
Berdirinya Vaderlandsche Club (VC) pada tahun 1929 sebagai protes
terhadap pelekasanaan "etsch belied", Gubernur Jendral de Graef. Tindakan
Zentgraaff dengan VC merupakan usaha kearah pengingkaran terhadap
Etthishe Koers dari desakan Fraksi Sosial Demokrat (Troelstra dan kawankawan) dalam Tweede Kamer Parlemen Belanda.
Fraksi Nasional bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia secepatcepatnya, dan untuk mencapai tujuan tersebut dilakukanlah usaha-usaha sebagai
berikut :
A. Berusaha mencapai perubahan ketatanegaraan,
B.
Berusaha melenyapkan semua perbedaan-perbedaan politik, ekonomi,
dan tingkat pendidikan yang diakibatkan oleh antithesis colonial,
C.
Menggunakan semua jalan yang sah untuk mencapai tujuan tersebut.
nggota
Fraksi Nasional berjumlah 10 orang, mereka terdiri dari berbagai perkumpulan
dan suku. Berikut Susunan kepengurusan Fraksi Nasional di dewan rakyat.
1.
Ketua
: Muhammad Husni Thamrin
2.
Wakil ketua
: Kusumo Utoyo
3.
Anggota
: Dwidjosewojo
4.
Anggota
: Datuk Kajo
5.
Anggota
: Muchtar Prabu Negara
6.
Anggota
: Cut Nyak Arief
7.
Anggota
: Suangkopon
8.
Anggota
: Pangeran Ali

9.
Anggota
10. Anggota

: Suradi
: Suroso.

Kegiatan pertama yang dilakukan oleh fraksi ini adalah pembelaan terhadap
pemimpin-pemimpin PNI yang di tangkap di dalam sidang-sidang Volkstraad,
Moh. Husni berpendapat bahwa tindakan penggeledahan dab penangkapan
terhadap pemimpin-pemimpin PNI oleh pemerintah tidak dapat
dipertanggungjawabkan bahkan banyak di antaranya bukan anggota PNI juga
digeledah dan dicurigai. Dengan peristiwa ini terbukti bahwa pemerintah dalam
tindakkannya telah berlaku tidak bijaksana dan tidak adil terhadap pergerakan
rakyat Indonesia.

Petisi sutardjo
Petisi Soetardjo ialah sebutan untuk petisi yang diajukan oleh Soetardjo
Kartohadikoesoemo, pada 15 Juli 1936, kepada Ratu Wilhelmina serta Staten
Generaal (parlemen) di negeri Belanda. Petisi ini diajukan karena makin
meningkatnya perasaan tidak puas di kalangan rakyat terhadap pemerintahan
akibat kebijaksanaan politik yang dijalankan Gubernur Jenderal de Jonge. Petisi
ini ditandatangani juga oleh I.J. Kasimo, G.S.S.J. Ratulangi, Datuk Tumenggung,
dan Ko Kwat Tiong.Usul yang dicetuskan oleh Soetardjo
Kartohadikoesoemo (Soetarjo Kartaningprang) dan beberapa rekannya pada
sidang Volksraad bulan Juli 1936. Soetardjo pada saat itu
menjabat KetuaPersatuan Pegawai Bestuur/pamongpraja Bumiputra (PPBB).
Petisi atau usul tersebut berisi permohonan agar diadakan suatu musyawarah
(konferensi) antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda (Nederland) yang
anggota-anggotanya mempunyai hak sama dan sederajat. Tujuan
diadakannya konferensi tersebut adalah membicarakan kemungkinan Hindia
Belanda (Indonesia) diberi suatu pemerintahan otonom dalam kerangka
konstitusi Belanda dalam jangka waktu 10 tahun mendatang. Dalam surat
kabar Tjahaja Timoer (3 Agustus 1936) disinggung adanya orangorang Belanda dari kalangan pemerintah Belanda yang menyetujui Petisi
Soetardjo. Tetapi dari kalangan masyarakat Belanda banyak yang tidak
menyetujui petisi tersebut, seperti golongan Vaderlandse
Clubyang berpendapat bahwa Indonesia belum matang untuk berdiri sendiri
atau mendapat hak otonomi. Di pihak Indonesia juga timbul sikap pro dan
kontra terhadap Petisi Soetardjo.
Saat diperdebatkan kembali dalam Volksraad pada 29 September 1936, petisi
ini mendapat 26 suara setuju dan 20 suara menolak. Dengan demikian tanggal
1 Oktober 1936 petisi itu menjadi Petisi Volksraad dan dikirim kepada
ratu, staten generaal, dan menteri jajahan di negeri Belanda. Pada Februari
1938, Petisi Sutardjo dibicarakan pula dalam Tweede Kamer Nederland.Menteri
jajahan, Welter, sebagai wakil pemerintah Belanda berpendapat bahwa jalan
terbaik untuk perubahan pemerintah Hindia Belanda adalah dengan
menjalankan asas desentralisasi, yakni dengan meletakkan dasar otonomi

pada tingkat bawah (pemerintahan daerah). Setelah


mengutarakan pendapatnya itu, Welter mengharapkan agar petisi Sutardjo
tidak lagi dipersoalkan atau dibicarakan dalam Tweede Kamer.
Sementara itu Gubernur Jenderal Tjarda yang mengetahui situasi politik
di Hindia Belanda, memberi saran kepada Welter agar menolak Petisi
Soetardjo. Penolakan petisi tersebut dilakukan dengan alasan petisi tersebut
kurang jelas. Di samping itu, mengingat ketidakpastian kejadian-kejadian di
masa yang akan datang, konferensi (musyawarah) sebagaimana diusulkan
dalam Petisi Soetardjo tidak perlu diadakan agar tidak ada perubahan
mendasar bagi kedudukan Indonesia.
Gagalnya perjuangan Petisi Soetardjo menjadi salah satu cambuk bagi
kaum pergerakan nasional untuk menuntut dan menyusun barisan kembali
dalam wadah organisasi persatuan, yakni Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
yang menuntut "Indonesia Berparlemen".
Isi petisi adalah permohonan supaya diselenggarakan suatu musyawarah
antara wakil-wakil Indonesia dan negeri Belanda dengan kedudukan dan hak
yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian
kepada Indonesiasuatu pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom) dalam
batas Undang-undang Dasar Kerajaan Belanda. Pelaksanaannya akan
berangsur-angsur dijalankan dalam waktu sepuluh tahun atau dalam waktu
yang akan ditetapkan oleh sidang permusyawarahan.
Berikut penjabaran isi petisi Sutardjo
1.
Volksraad sebagai parlemen sebenarnya. Menghendaki harus segera
diadakan pemilihan umum untuk membentuk volksraad. Supaya terbentuknya
volksraad benar-benar demokratis atas kehendak rakyat.
2.
Direktur departemen diberi tanggung jawab Menteri-menteri harus
diberdayakan dan diberi tanggung jawab
3.
Dibentuk dewan kerajaan sebagai badan tertinggi antara negeri belanda
dan indonesia yang anggotanya merupakan wakil kedua belah pihak.
Mengehndaki dibentuknya uni indonesia-belanda yaitu hindia-belanda
(indonesia) digabung dengan kerajaan negeri belanda tetapi atas dasar
kesejajaran derajat atau persamaan derajat
4.
Penduduk indonesia adalah orang-orang yang karena kelahirannya, asalusulnya, dan cita-citanya memihak Indonesia. Dalam petisi sutarjo siapapun
yang lahir di indonesia disebut pribumi bukan insulinde/inlander. Maka harus
berjuang hingga titik darah penghabisan.Insulinde / inlander adalah anak

keturunan asing sehingga dikhawatirkan rasa nasionalismenya tidak ada.


Setelah petisi sutarjo diharapkan tidak ada lagi insulinde.

Indonesia (GAPI) dan Partai Indonesia Raya (Parindra)


Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
TekananPemerintahan Kolonial Belanda mengakibatkan PPPKI sebagai suatu
federasi tidak dapat menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, dalam rapat
pendirian Concentrasi Nasionalyang diadakan tanggal 21 Mei 1939 di Batavia,
didirikan GAPI, sebuah federasi baru. Yang menjadi anggotanya adalah
Parindra, Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai Katolik.
Yang menjadi latar belakang berdirinya GAPI adalah:

kegagalan Petisi Sutardjo,


kegentingan nasional akibat timbulnya bahaya fasis, dan
sikap pemerintah kolonial Belanda yang kurang memperhatikan
kepentingan Bangsa Indonesia.

Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan


sendiri, persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia.
Semboyan yang dikumandangkan dalam konferensi pertamanya tanggal 4 Juli
1939 adalah Indonesia berparlemen. GAPI mengeluarkan pernyataan yang
dikenal dengan nama Manifesto GAPI yang isinya menyerukan kepada semua
pihak untuk waspada terhadap bahaya fisis. Untuk pertama kalinya, GAPI
dipimpin oleh M.H. Husni Tamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono.
tujuan GAPI adalah:
1) Menghimpun organisasi-organisasi politik bangsa Indonesia untuk bekerja
bersama-sama.
2) Menyelenggarakan kongres Indonesia.
Keberhasilan GAPI antara lain sebagai berikut :

Berhasil menyatukan organisasi-organisasi pergerakan dalam satu wadah


perjuangan.

Berhasil memperkuat rasa kebangsaan sebagai modal pokok untuk


mewujudkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Partai Indonesia Raya (Parindra)


Adanya tekanan terhadap organisasi politik non cooperativeoleh pemerintah
kolonial Belanda, menyebabkan Studie Club mulai memfungsikan dirinya
dalam membina kader-kader bangsa. Karena itulah,Indonesische Studie Club
Surabayayang dipimpin oleh dr. Sutomo mulai mengembangkan pengaruhnya
di kalangan masyarakat. Diubahlah Indonesische Studie Club menjadi

Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan salah satu
cikal bakal dari Parindra.

4. Berakhirnya Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia


Semakin hari, kehidupan rakyat Indonesia tidak bertambah baik.
Perkembangan perkebunan yang cukup pesat di Indonesia pada tahun 1936
ternyata tidak berdampak buruk terhadap lingkungan kesejahteraan rakyat.
Keadaan ini memnyebabkan protes dari golongan nasionalis semakin kuat.
Pemerintahan kolonial Belanda tidak memberikan solusi bagi permasalahan yang
timbul, tetapi malah menagkap beberapa tokoh golongan nasionalis yang gencar
melakukan protes.
Pada tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang dibawah pimpinan Letnan Hitoshi
Imamura mendarat di Banten. Kedatangan Imamura diikuti pendaratan puluhan
ribu pasukan Jepang di Indramayu dan Rembang. Dalam waktu satu minggu,
Jepang berhasil menguasai Batavia, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta.
Pada tanggal 8 Maret 1942 akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang. Prosesi penyerahan tanpa syarat Belanda kepada Jepang dilakukan
dengan penandatanganan Kapitulasi Kalijati.
Demikianlah perjuangan bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional.
Secara tidak langsung, semangat pergerakan nasional telah memberikan
pengaruh besar bagi perjuangan pada masa sesudahnya terutama saat
berkumandangnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai