Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERISTIWA SUMPAH

PEMUDA

NAMA ANGGOTA:
1. Devi Murni Rahayu Putri (4)
2. Intan Nur Aini (8)
3. Rahma Nur Amalia (21)
4. Septi Anggraeni (24)
SUMPAH PEMUDA

Sumpah Pemuda berasal dari dua kata, yaitu sumpah dan pemuda. Sumpah berarti janji dan harus
ditepati. Sejak saat itu, mulai dibentuk berbagai perkumpulan pemuda Indonesia dan organisasi
pergerakan nasional di berbagai wilayah untuk melawan para penjajah.

Organisasi pergerakan nasional yang pertama kali terbentuk di Indonesia adalah Budi Utomo pada
1908.Sejak Budi Utomo berdiri, berbagai organisasi pemuda bersifat kedaerahan mulai muncul,
seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan sebagainya.

Pergerakan pemuda dari daerah lainnya yang muncul pada masa Pergerakan Nasional, antara lain
Sekar Rukun (1920) didirikan oleh para pemuda Sunda di Jakarta, Pemuda Betawi didirikan oleh para
pemuda asli Jakarta yang dipimpin oleh Husni Thamrin, Amorsch Verbond didirikan di Makassar (8
Juni 1922) untuk suku Timor, dan Jong Batak Bond didirikan untuk suku Batak pada tahun 1926
Pemuda-pemuda di daerah sangat bersemangat untuk berjuang, namun pada saat itu mereka masih
berjuang untuk daerah mereka sendiri-sendiri.

Organisasi-organisasi yang gencar melakukan mengumandangkan persatuan bangsa, khususnya


organisasi Perhimpunan Indonesia (PI). PI adalah organisasi pemuda yang terdiri atas pemuda dari
berbagai suku yang ada di Belanda. Para pemuda kemudian bersatu dan menjadi satu bangsa
Indonesia tanpa memikirkan sifat kedaerahan lagi. Para pemuda Indonesia menginginkan suatu upaya
penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami oleh
bangsa Indonesia selama masa penjajahan. Pertemuan awal dilaksanakan tanggal 15 November 1925
dengan membentuk panitia Kongres Pemuda I. Panitia ini bertugas menyusun tujuan kongres.

KONGRES I
Pelaksanaan kongres I dimulai sejak tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926, dilaksanakan di
Kawasan Lapangan Banteng (Weltevreden), Jakarta. Tujuan Kongres Pemuda I adalah untuk
membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di
antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Agenda pembicaraannya adalah tentang usulan
bahasa Indonesia yaitu bahasa Melayu.

Dalam kongres ini, dibahas beberapa persoalan, mulai dari pembentukan badan pusat, gagasan
persatuan, peran wanita, peran agama, serta peran bahasa untuk mencapai Indonesia merdeka.
Kepanitiaan Kongres Pemuda 1 juga terdiri dari Bahder Djohan, Jan Toule Soulehuwij, Paul
Pinontoan, Achmad Hamami, Sanusi Pane, dan Sarbani.

Bahder Djohan

Bahder Djohan merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada masa Kabinet Natsir
dan Kabinet Wilopo. Selain itu, Bahder Djohan juga merupakan salah satu tokoh yang ikut merintis
berdirinya Palang Merah Indonesia sejak 1932.

Bahder Djohan merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara pasangan Mohamad Rapal gelar
Sutan Boerhanoedin orang Koto Gadang, Agam, dengan Lisah yang berasal dari Alang Laweh,
Padang.

Jan Toule Soulehuwij

Jan Toule Soulehuwij adalah seorang tokoh dari Jong Ambon,yang ikut menjadi panitia di Kongres
Pemuda 1 1926.

Paul Pinotoan

Paul Pinotoan merupakan perwakilan dari Mahasiswa Minahasa,yang menjadi peserta dan panitia di
kongres pemuda I 1926.Dalam pidatonya di kongres pemuda I ia menekankan tentang pentingnya
toleransi dan kesatuan sebelum mencapai kemerdekaan Indonesia.
Achmad Hamami

Dr. Haji Achmad Hamami lahir di Tanjungsari Kab. Sumedang 22 Mei 1900 anggota sekar rukun,
panitia kongres pemuda I.

Sanusi Pane

Sanusi Pane adalah seorang sastrawan dan pujangga yang lahir di Muara Sipongi, Tapanuli
Selatan, Sumatra Utara pada 14 November 1905. Ia adalah tokoh pelopor yang mendorong
lahirnya bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia.

Panitia Kongres Pemuda I


Kongres Pemuda I diselenggarakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di jakarta,
dipimpin oleh Mohammad Tabrani, sementara Soemarmo ditetapkan sebagai wakilnya.
Sedangkan posisi sekretaris diisi oleh Djamaluddin Adinegoro dan Soewarso ditunjuk
sebagai bendahara.
Selain itu, ada pula anggota Kongres Pemuda I yang terdiri dari Bahder Djohan, Jan Toule
Soulehwij, Paul Pinontoan, Achmad Hamami, Sanusi Pane, dan Sarbani.
Hari pertama
Kongres Pemuda I dimulai pada tanggal 30 April 1926 di Gedung Vrijmetselaarsloge
(sekarang Gedung Bappenas), pada pukul 20.00. Kongres hari pertama dibuka dengan pidato
dari Ketua Kongres, Mohammad Tabrani, yang mengungkapkan bahwa ada banyak cara
untuk bisa membebaskan diri dari penjajah. Oleh sebab itu, Tabrani meminta kepada seluruh
peserta kongres yang hadir untuk menjadi tonggak kekuatan bagi kemerdekaan Indonesia.

Mengenai kongres, Tabrani juga menyampaikan bahwa tujuan kongres yaitu untuk
membangkitkan semangat kerja sama antarperhimpunan Indonesia. Setelah kongres dibuka,
para wakil dari setiap perkumpulan dipersilakan untuk menyampaikan pesan-pesan mereka.
Kongres hari pertama berakhir pukul 00:15.
Hari kedua
Pada hari kedua, 1 Mei 1926, kongres kembali dibuka pukul 20.00. Topik utama yang
dibahas adalah tentang kedudukan wanita, yang dilakukan oleh tiga pembicara, yaitu Bahder
Djohan, Stientje Ticoalu-Adam, dan Djaksodipoera. Pada kongres hari kedua, Tabrani
memasukkan pembahasan mengenai perempuan karena menurutnya perjuangan untuk
mencapai kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja. Bahder Djohan
menyampaikan bahwa tema perempuan juga sama pentingnya untuk dibahas, seperti cita-cita
politik dan ekonomi.

Hari ketiga
Kongres Pemuda I hari ketiga dilaksanakan pada 2 Mei 1926 dan dimulai pada pukul 09.00.
Susunan acara pada kongres hari ketiga ialah mendengar ceramah dari dua pembicara, yaitu
Muhammad Yamin dan Pinontoan.
Moh. Yamin berpidato soal bahasa yang ada di Indonesia, salah satunya bahasa Melayu,
yang menurutnya mudah dipelajari dan dapat disesuaikan penggunaannya secara meluas.
Oleh sebab itu, Moh. Yamin meyakini bahwa bahasa Melayu dapat dijadikan sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Pinontoan berpidato mengenai arti agama Islam dan Kristen di Indonesia.
Menurutnya, untuk mewujudkan persatuan bangsa, umat Muslim dan Kristen perlu
meninggalkan kefanatikan mereka akan agama.
Pinontoan menyatakan bahwa dalam gerakan persatuan, agama tidak boleh memiliki peran
secara langsung di dalamnya. Kongres hari ketiga berakhir pukul 12.30.
Hasil Kongres Pemuda I
Setelah tiga hari dilaksanakan pertemuan, Kongres Pemuda I menghasilkan beberapa poin
penting, sebagai berikut.
-Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita seluruh pemuda Indonesia
-Seluruh perkumpulan pemuda berupaya untuk menggalang persatuan organisasi pemuda
dalam suatu wadah
-Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia Hasil-hasil tersebut dapat
meningkatkan kemajuan yang mendukung betapa pentingnya kesatuan dan persatuan
antarpemuda Indonesia.

KONGRES PEMUDA 2

Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin tergerak untuk menindak
lanjuti tujuan itu dengan melakukan kongres berikutnya.Setelah diawali peertemuan
pendahuluan ini terbentuklah sebuah susunan panitia sebagai berikut.
Ketua:Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua:Djoko Marsaid
Sekertaris:Mohammad Yamin
Bendahara:Amir Syarifudin
Pembantu:-Djohan Tjain
-Kotjo Sungkono
-Senduk
-J.Leimena
-Rohjani
Kongres Pemuda dilaksanakan tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar-
Pelajar Indonesia yang beranggotakan dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres dihadiri
berbagai wakil organisasi kepemudaan, yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes,
Sumatranen Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dan sebagainya.
Rapat pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke
Jongenlingen Bond (KJB) Waterlooplein. Ketua PPPI Sugondo Djojo puspito berharap
kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara
dilanjutkan dengan uraian Muhammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan
pemuda, yaitu ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia. Kelima faktor
tersebut adalah sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat dilaksanakan pada Minggu, 28 Oktober di Gedung Oost Java membahas masalah
Mangoensarkoro berpendapat mendapat pendidikan kebangsaan, keseimbangan antara
pendidikan sekolah dan rumah. samping anak juga harus secara demokratis. terakhir yang
dilaksanakan Clubgebouw pentingnya nasionalisme demokrasi gerakan kepanduan. Ramelan
mengemukakan gerakan kepanduan bisa dipisahkan pergerakan Gerakan kepanduan dapat
mendidik anak-anak disiplin dan merupakan hal-hal yang dalam perjuangan.
Adapun tujuan Kongres Pemuda Indonesia II (yang kemudian dikenal degan tujuan Sumpah
Pemuda) adalah sebagai berikut:
1. Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia,
2. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,
3. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia memperteguh persatuan Indonesia.
Jalannya Kongres Pemuda II

Kongres Pemuda II dihadiri oleh lebih dari 700 orang yang berasal dari berbagai organisasi
dan agama.
Organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda II dikelompokkan dalam tiga
kategori. Kategori pertama yaitu yang bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, dan sebagainya.
Kategori kedua yang berbasis study club seperti Indonesische Studieclub. Lalu yang ketiga
berbasis nasionalisme dan agama, seperti Perhimpunan Indonesia, Jong Islamieten Bond, dan
masih banyak lainnya.
Kongres Pemuda II dilaksanakan selama dua hari dalam tiga rapat dan di tiga gedung
berbeda, sebagai berikut.
Rapat Pertama
Rapat pertama dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1928 antara pukul 19.30-23.30 di
Gedung Pemuda Katolik.
Dalam rapat kali ini, para peserta membahas mengenai pentingnya bahasa Melayu untuk
dijadikan sebagai bahasa politik guna menciptakan persatuan dan kebangsaan Indonesia.
Selain itu, dibahas juga gagasan untuk mewadahi perjuangan pergerakan dalam bentuk
organisasi yang bersifat nasional.
Rapat Kedua
Rapat kedua diselenggarakan tanggal 28 Oktober 1928 dari pukul 08.00-12.00 di Gedung
Oost Java Bioscoop (sekarang di Jalan Medan Merdeka Utara). Para peserta membahas
mengenai peran penting pendidikan untuk bisa membantu mewujudkan kemerdekaan
Indonesia.
Sarmidi Mangoensarkoro, Sarwono, dan Ki Hadjar Dewantoro, sebagai pembicara kongres
menyampaikan betapa pentingnya pendidikan nasional yang harus diberikan kepada setiap
anak Indonesia.

Rapat Ketiga
Masih di hari yang sama, tanggal 28 Oktober 1928, pukul 17.30-23.30 di Gedung
Indonesische Clubgebouw, dilaksanakan rapat ketiga. Rapat ini membahas tentang lima hal,
yaitu:
1.Arak-arakan pandu
2.Penyampaian hal mengenai kepanduan oleh Ramelan
3.Penyampaian dari Pergerakan Pemuda Indonesia dan Pemuda di Tanah Luaran oleh
Soenario
4.Mengambil keputusan
5.Mengakhiri kongres
Dalam peristiwa Kongres Pemuda II yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu
kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar
Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu
kebangsaan.Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda,namun para
pemuda tetap terus menyanyikannya.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh Muhammad Yamin pada sebuah kertas ketika
Mr.Sunario,sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres.Sumpah
tersebut pada awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan oleh Muhammad
Yamin.Isi sumpah pemuda hasil kongres pemuda kedua adalah sebagai berikut:
a.Pertama:Kami putra dan putri Indonesia,mengaku bertumpah darah yang satu,tanah air
Indonesia.
b.Kedua:Kami putra dan putri Indonesia,mengaku berbangsa yang satu,Bangsa Indonesia.
c.Ketiga:Kami putra dan putri Indonesia,menjunjung bahasa persatuan,Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai