Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

SEJARAH KAJIAN BAHASA INDONESIA


KONGRES PEMUDA DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Ainul Fikri Saintiany J1B018041

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
SASTRA INDONESIA
PURWOKERTO
2019
Gagasan peleburan (fusi) semakin lama semakin dirasakan perlunya oleh
pemimpin-pemimpin pemuda di Indonesia, bahkan secara mendesak. Suara yang ditiupkan
oleh Pemuda Indonesia dan PPPI, serta PI di negeri Belanda semakin tertanam dalam
sanubari pemuda-pemuda Indonesia.

Dalam hal ini Kongres Pemuda “ejaan van Ophuysen: Congres Pemoeda”
merupakan kongres nasional yang pernah diadakan 2 kali di Jakarta (Batavia), Kongres
pemuda I diadakan tahun 1926 dan menghasilkan kesepakatan bersama tentang kegiatan
pemuda pada segi sosial, ekonomi dan budaya. Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi
pemuda saat itu seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Betawi dan sebagainya, selanjutnya
disepakati untuk mengadakan kongres yang kedua. Kongres pemuda II, yang diadakan
pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dipimpin oleh pemuda Soegondo Djojopoespito dari
PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), menghasilkan keputusan penting yang
disebut sebagai Sumpah Pemuda. Selain itu pada kongres tersebut Indonesia Raya ciptaan
Wage Rudolf Supratman juga ditetapkan sebagai lagu kebangsaan.

Kongres Pemuda I

Kongres Pemuda Pertama dilaksanakan pada 30 April sampai 2 Mei 1926,

merupakan penanda awal cita-cita kesatuan Indonesia. Kongres ini dihadiri lebih kurang

11 organisasi kepemudaan, semisal Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Isamieten

Bond, Sekar Roekoen, Jong Batak, Jong Theosofen Bond, Ambonsche Studeerenden,

Minahassasche Studeerenden, Studieclub Indonesia, Boedi Oetomo, Muhammadiyah,

berlangsung di Weltevreden, salah satunya di Loji Vrijmetselaar (kini menjadi Jalan Boedi

Oetomo I).

Kongres tersebut merupakan tindak lanjut dari konferensi setahun sebelumnya, 15

November 1925, di Hotel Lux Orientis, melibatkan beberapa organisasi kepemudaan.

Kongres dengan nama resmi Het eerste Indonesische Jeugdcongres. Kongres ini

mengusung tiga pokok bahasan, seperti :

1. Cita-cita kesatuan
2. Masalah perempuan, dan
3. Agama.
Pengundang dari Kongres Pemuda I ini ialah suatu panitia yang terdiri dari
pengurus organisasi pemuda, dan kongres ini dipimpin oleh Mohammad Tabrani. Tujuan
Kongres Pemuda I ialah mencari jalan membina perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu
membentuk sebuah badan sentral dengan maksud :

1. Memajukan persatuan dan kebangsaan.


2. Menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan-perkumpulan pemuda
kebangsaan.

Peserta kongres selama sidang seluruhnya, dan laporan kongres pun disusun

menggunakan bahasa Belanda dengan judul Verslag van het Eerste Indonesisch

Jeugdcongres, Gehouden te Weltevreden van 30 April tot 2 Mei 1926.

Bahasa Belanda kala itu, menurut Dhakidae, merupakan bahasa pergaulan

intelektual, sementara bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca, bahasa pergaulan dan

bahasa niaga. Mohammad Tabrani, ketua kongres, bahkan mengatakan bahasa Belanda

bisa menjadi senjata bagi keperluan Indonesia, seperti di surat kabar sebagai alat

perjuangan untuk mempertahankan, melindungi, dan memenangkan hak-hak Indonesia.

Di samping ketiga tema khusus, cita-cita kesatuan, masalah perempuan, dan agama,

seorang pemuda bernama M Yamin justru memberikan uraian lengkap mengenai bahasa

sebagai identitas persatuan. Dia mengungkapkan mengenai pentingnya bahasa dan

kemampuan berbahasa Melayu menjadi bahasa persatuan.

Bahasa Melayu, menurut Yamin, sangat cocok bagi kegiatan ilmu pengetahuan,

untuk prosa dan puisi modern dan pengetahuan bahasa Melayu memberikan kesempatan

kepada setiap orang untuk berhubungan.

Rumusan kongres menyarankan membuat suatu badan permanen dengan tujuan

untuk mengusahkan terwujudnya konsep kesatuan Indonesia dan memperkuat tali

hubungan antara semua organisasi pemuda se-tanah air.

Kongres Pemuda II
Upaya mempersatukan organisasi-organisasi pemuda pergerakan dalam satu
wadah telah dimulai sejak Kongres Pemuda Pertama 1926. Sebagai kelanjutannya, tanggal
20 Februari 1927 didadakan pertemuan, namun pertemuan ini belum mencapai hasil yang
final. Sebagai penggagas Kongres Pemuda Kedua ialah Perhimpunan pelajar-pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Hindia
Belanda. Pada tanggal 3 Mei 1928 diadakan pertemuan lagi untuk persiapan kongres kedua
dan dilanjutkan pada 12 Agustus 1928.

Pada pertemuan terakhir ini telah hadir perwakilan semua organisasi pemuda dan
diputuskan untuk mengadakan kongres pada bulan Oktober 1928 dengan susunan panitia
yang membagi jabatan pimpinan kepada satu organisasi pemuda “tidak ada organisasi yang
rangkap jabatan” sebagai berikut:

1. Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI).


2. Wakil Ketua: R.M. Joko Marsaid “Jong Java”.
3. Sekretaris: Muhammda Yamin (Jong Soematranen Bond).
4. Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond).
5. Pembantu I: Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond).
6. Pembantu II: R. Katjasoengkanan (Pemoeda Indonesia).
7. Pembantu III: R.C.I. Sendok (Jong Celebes).
8. Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon).
9. Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi).

Peserta

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda
yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong
Sumatranen Bonda, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, pemuda Kaum Betawai,
dan lain-lain. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai
penagamat yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun
sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka.

Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen
Bond. Turut hadir juga 2 perwakilan dari Papua yakni Aitai Karubaba dan Poreu Ohee.
Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres
di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.
Pelaksanaan
Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

 Rapat pertama, Sabtu 27 Oktober 1928 diadakan di Gedung Katholieke


Jongenlingen Bond (KJB, Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam
sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat
memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan
dengan uraian Muhammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan
pemuda. Menurutnya ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia
yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan.

 Rapat kedua, Minggu 28 Oktober 1928 kongres diadakan di Gedung Oost-Java


Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan
dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat
pendidikan kebangsaan, harus pula mendapat keseimbangan antara pendidikan di
sekolah dan di ruamh. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutupan digedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya


106. Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan
kepanduan. Ramelan mengemukakan gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari
pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan
mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu Indonesia raya karya Wage Rudolf
Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair atas saran Sugondo kepada
Supratman. lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres
akhirnya ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang
hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

Hasil Keputusan

Kongres Pemuda II berhasil mengambil keputusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda,
yang isinya sebagai berikut:

 Pertama: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
 Kedua: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa
Indonesia.
 Ketiga: Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.

Rumusan tersebut dibuat oleh sekretaris panitia, Moh. Yamin dan dibacakan oleh
ketua kongres, Sugondo Joyopuspito, secara hikmat didepan kongres. Selanjutnya
diperdengarkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan dan dibawakan oleh. W.R. Supratman
dengan gesekan biola. Peristiwa bersejarah itu merupakan hasil kerja para pemuda pelajar
Indonesia. Walaupun organisasi peserta kongres masih merupakan organisasi pemuda
kedaerahan, mereka ikhlas melepaskan sifat kedaerahannya secara konsekuen meleburkan
diri kedalam satu wadah yang telah disepakati bersama yaitu Indonesia Muda.
DAFTAR PUSTAKA

LAMAN

Dikutip dari merahputih.com pada tanggal 25 September 2019

https://merahputih.com/post/read/kongres-pemuda-pertama-1926-merajut-cita-

cita-kesatuan-indonesia

Dikutip dari kebudayaan.kemendikbud.go.id pada tanggal 25 September 2019

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/msp/kongres-pemuda-tahun-1926/

Dikutip dari gurupendidikan.co.id pada tanggal 25 September 2019

https://www.gurupendidikan.co.id/kongres-pemuda-ii-pengertian-persiapan-pelaksanaan-
peserta-hasil-keputusan/

Anda mungkin juga menyukai