1.Amelia Permata Sari (04) 2. Kesya variska (21) 3. Nila Ameliya (27) 4. Teguh Frasetyo (35) latar belakang Perangkat lunak untuk membangun dan memperkokoh persatuan sudah disepakati, yakni bahasa. Namun, dalam rangka melawan penjajahan harus juga diwujudkan secara kongkret organisasi atau partai yang berjalan sendiri- sendiri tentu tidak efektif. Begitu juga organisasi pemuda yang terpisah-pisah tidak akan bisa melawan penjajahan oleh karena itu, setelah Kongres Pemuda I berakhir, berkembang usulan agar dilakukan penggabungan berbagai organisasi pemuda yang ada. Sebagai realisasinya maka pada tanggal 15 Agustus 1926 diadakan pertemuan organisasi-organisasi pemuda di Jakarta. Hadir dalam pertemuam itnmu perwakilan antara lain dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, dan Penghimpunan Pelajar Berkaitan dengan usulan ini maka tanggal 31 Agustus 1926 telah disahkan Anggaran Dasar untuk suatu perkumpulan atau organisasi pemuda yang baru yang diberi nama Jong Indonesia. Namun realisasinya belum memuaskan seperti yang diharapkan para pemuda. Baru pada tanggal 20 Februari 1927 ada pertemuan yang digagas oleh Algemene Studie Club di Bandung. Pertemuan tersebut berhasil mendirikan organisasi pemuda yang diberi nama Jong Indonesia. Organisasi ini berdasarkan pada asas kebangsaan atau nasionalisme. Tokoh-tokoh yang ada di dalam Jong Indonesia itu antara lain: Sutan Syahrir, Suwiryo, Halim, Moh. Tamzil, Yusupadi, dan Notokusumo Di samping organisasi itu, pada bulan September 1926 juga diadakan pertemuan para pelajar atau mahasiswa. Dalam pertemuan itu berhasil dibentuk perkumpulan yang diberi nama Perhimpunan Pelajar-pelajar di Indonesia (PPPI)Anggota umumnya dari para mahasiswa STOVIA dan Sekolah Tinggi Hukum. PPPI bertujuan untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Cita-cita hanya dapat tercapai bila paham kedaerahan dihilangkan dan perselisihan pendapat di antara kaum nasionalis harus dihapuskan. Aktivitas PPPI meliputi gerakan pemuda, sosial, dan politik. Ketua perkumpulan itu Soegondo Djojopoespito, tokoh-tokoh lainnya adalah Muh. Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.KGani, Sunarko, Amir Syarifuddin, dan Sumanang. Perhimpunan itu sering berkumpul di Indonesische Clubgebouw yang terletak di Jl.Kramat No 106, Weltevreden. Mereka mempunyai hubungan antaranggota yang sangat dekat dan tidak formal. PPPI memliki peran penting dalam pertemuan-pertemuan berikutnya dalam rangka mewujudkan persatuan Indonesia untuk melawan penjajahan Belanda. Pada tanggal 28 Desember 1927, Jong Indonesia menyelenggarakan kongres di BandungDalam kongres ini IrSukarno memberikan ceramah yang dapat menambah semangat para pemudaDalam kongres ini juga menetapkan nama Jong Indonesia diganti dengan Pemuda Indonesia. Beberapa keputusan penting dalam kongres ini antara lain:
1. Menetapkan nama Jong Indonesia diganti dengan Pemuda Indonesia
2. Bahasa Indonesia (akhirnya dipilih bahasa Melayu) dijadikan bahasa
pengantar organisasi Pemuda Indonesia.
3. Pemuda Indonesia menyetujui usul PPPI tentang dibentuknya fusi semua organisasi-organisasi lainnya yang berasaskan kebangsaan. Tokoh-tokoh Jong Indonesia:
Sultan Suwiryo Halim
Syahrir Pada bulan Juni 1928, panitia kongres dibentuk. Terpilih sebagai Ketua Kongres Pemuda II adalah Soegoendo Djojopoespito dari PPPI. Kongres Pemuda II ini dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Yang diundang dalam kongres ini adalah semua organisasi pemuda dan mahasiswa, serta berbagai organisasi dan partai yang sudah ada. Tampak hadir beberapa tokoh pemuda ataupun tokoh seniorsepertiSoegoendo Djojopoespito, Djoko Marsaid, Muh. Yamin, Amir SyarifuddinSartono, Kartokusumo, AbdulrahmanSunarioKartosuwiryoSMangunsarkoro, Nonan PurnomowulanSiti Sundari, Muh. Roem, Wongsonegoro, Kasmansingodimedjo, dan A.KGaniKongres itu juga dihadiri perwakilan dari Volksraad dan juga dari pemerintah Hindia Belanda. Diperkirakan hadir lebih dari 750 orang. Kongres itu dilaksanakan dalam tiga tahapan sidang. 1. Rapat pertama. Dilaksanakan hari Sabtu, 27 Oktober 1928 malam bertempat di gedung Katholik Jongelingen Bond, WaterloopenRapat dibuka oleh Ketua Panitia Kongres Pemuda II. Dalam ceramahnya itu Yamin menegaskan ada lima faktor yang dapat memperkuat persatuan bangsayakni faktorsejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. 2. Rapat Kedua. Rapat kedua dilaksanakan pada hari Minggu28 Oktober 1928berlangsung pukul 08.00-12.00 Sidang dilaksanakan di Oost Java Bioscoop Koningsplein Rapat membahas hal-hal yang berkait dengan pendidikanBeberapa tokoh tampil berbicara misalnya Nona Purnomowulan, SMangunsarkoroKi Hajar Dewantoro diharapkan dapat tampil sebagai pembicara tetapi berhalangan hadir. 3. Rapat Ketiga. Rapat ketiga dialksanakan pada hari Minggu 28 Oktober 1928 17.30-20.00 Rapat ini dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw., JIKramat Raya 106Pada rapat ketiga ini rencananya akan diramaikan dengan acara pawal atau arak-arakan organisasi kepanduan. Setelah istirahat kemudian rapat dilanjutkanPada puncak Kongres Pemuda Il ini diikrarkan sebuah sumpah yang kemudian kita kenal dengan nama Sumpah Pemuda senantiasa menjadi keputusan penting yang historis- monumental dalam Kongres Pemuda II. Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan: Pertama: “Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesi”.
Kedua: “Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe
berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia”.
Ketiga: “Kami poetra dan poetri Indonesia,
mendjoenjoeng bahasa persatoean, bangsa Indoseia Thank you!