Anda di halaman 1dari 16

LAMPIRAN TEKS

LABEL KOLEKSI

MUSEUM SUMPAH PEMUDA


Rizky Maulina Putri, S.Ds.
199508102019022010
2

DAFTAR ISI
TANDA INFORMASI _____________________________________________ 3
LABEL OBJEK __________________________________________________ 8
Label Patung Dada _______________________________________________________ 8
Label Vitrin _____________________________________________________________ 10
Label Diorama __________________________________________________________ 14
Label Marmer ___________________________________________________________ 16
3

TANDA INFORMASI

Semua tanda memberikan informasi namun Informational sign lebih menunjuk pada
spesifik dan detail tentang suatu informasi, dengan bentuk sign disesuaikan dengan informasi
yang ingin disampaikan. Label informasi terdiri dari label pengantar dan label bagian. Berikut
merupakan teks yang ditampilkan pada tanda informasi.
1. Ruang Pengenalan
Pada awal abad 20 Museum Sumpah Pemuda berfungsi sebagai pemondokan
mahasiswa milik Sie Kong Liong. Pada awalnya bernama gedung Langen Siswo karena
mayoritas dihuni oleh pelajar-pelajar dari Jawa, sejak tahun 1927 penghuni pemondokan
semakin ramai dari berbagai daerah seperti Amir Sjarifuddin, Mohammad Yamin, Soegondo
Djojopoespito, Abu Hanifah, A.K. Gani, Surjadi, F. Lumban Tobing, Kuntjoro, Mokoginta dan
lain-lain. sejak itu nama gedung berubah menjadi gedung IC Indonesische Clubhuis /
Indonesische Clubgebouw. Mereka adalah pemuda yang bercita-cita tinggi. Mereka bicara
tentang tanah air, bangsa, dan bahasa yang akan digunakan kelak ketika Indonesia sudah
merdeka. Semangat belajar mereka juga sangat tinggi. Prestasi belajar mereka tidak kalah
oleh pelajar bangsa Belanda.
In the early 20th century the Youth Pledge Museum functioned as a student’s
accommodation owned by Sie Kong Liong. From the beginning, this building has called
Langen Siswo, because this building mostly inhabited by student from Java, since 1927 the
boarders increasingly crowded and the students are from any country, such as; Amir
Sjarifuddin, Mohammad Yamin, Soegondo Djojopoespito, Abu Hanifah, A.K. Gani, Surjadi,
F. Lumban Tobing, Kuntjoro, Mokoginta and etc. This building’s name has changed to IC;
Indonesische Clubhuis / Indonesische Clubgebouw. They are big aspiring men. They talked
about the motherland, nation, and language that would be used later when Indonesia was
independent. Their learning enthusiasm and learning achievements is very high, not inferior
to Dutch students.
2. Ruang Organisasi Sebelum Sumpah Pemuda
Sejak berdirinya organisasi Budi Utomo 20 Mei 1908 gairah para pemuda untuk
berorganisasi begitu tinggi. Semangat berjuang untuk kemerdekaan sudah begitu disadari
oleh para pemuda, atas dasar itu mulai berdirilah organisasi para pemuda diawali oleh Tri
Koro Darmo yang kemudian menjadi Jong Java pada 1915 dan Jong Sumatranen Bond
pada 1917, sementara itu para pelajar yang sedang bersekolah di negeri Belanda telah lebih
4

dulu menggemakan semangat persatuan melalui organisasi Perhimpunan Indonesia


dengan manifesto politik 1925. Dalam konsep itu tercantum konsep nasion Indonesia,
negara-nasion, demokrasi, unitarianisme, otonomi, dan kemerdekaan. Pendeknya prinsip-
prinsip, unity, liberty, equality tercantum di dalamnya.
Since the establishment of the Budi Utomo organization on May 20th 1908, the
organized spirit of youth are so high. Independence spirit has already realized by the youth,
from that reason the youth organization grew up quickly. Start from Tri Koro Dharmo, as we
known become Jong Java at 1915 and Jong Sumatranen Bond at 1917. Meanwhile, student
aboard in Netherlands had already echoed the spirit before that, trough Perhimpunan
Indonesia Organization along with political manifesto at 1925. The concept included the
concepts of the Indonesian nation, nation-state, democracy, unitarianism, autonomy, and
independence. In short the principles, unity, liberty, equality are included
3. Ruang Kongres Pemuda ke I
Manifesto Perhimpunan Indonesia ini membawa dampak yang sangat besar ke dalam
negeri. Pada tanggal 15 November 1925 diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Sumarto,
Suwarso, Mohammad Tabrani (Jong Java); Bahder Johan, Djamaludin, Sarbaini (Jong
Sumateranen Bond); Jan Toule Soulehuwij (Jong Ambon); Sanusi Pane (Jong Bataks Bond)
(Tabrani, 1975: 4), Pelajar Minahasa, Sekar Rukun, dan peminat perorangan untuk
membentuk sebuah panitia yang mempunyai tugas menyelenggarakan Kongres Pemuda
Indonesia Pertama. Tujuannya adalah menggugah semangat kerja sama diantara
bermacam-macam organisasi pemuda di tanah air kita, supaya dapat mewujudkan dasar
pokok untuk lahirnya persatuan Indonesia, di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia.
The Manifesto of the Indonesian Association had a very big impact on the country. On
November 15th, 1925 a meeting was held which was attended by Sumarto, Suwarso,
Mohammad Tabrani (Jong Java); Bahder Johan, Djamaludin, Sarbaini (Jong Sumateranen
Bond); Jan Toule Soulehuwij (Jong Ambon); Sanusi Pane (Jong Bataks Bond) (Tabrani,
1975: 4), Minahasa Students, Sekar Rukun, and individual enthusiasts to form a committee
that has the task of holding the First Indonesian Youth Congress. The aim is to inspire the
spirit of cooperation among various youth organizations in our homeland so that it can realize
the basic foundation for the birth of Indonesian unity, among the nations of the world.
4. Ruang Kongres Pemuda ke II
Kongres diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 diketuai oleh Soegondo
Djoyopuspito. Kongres tersebut berlangsung di tiga tempat. Rapat pertama diselenggarakan
di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Rapat kedua bertempat di gedung Oost-
5

Java Bioscoop, Rapat yang ketiga diselenggarakan di gedung Indonesische Clubgebouw,


Kramat 106 pada hari Ahad 28 Oktober 1928. Di ruang ini Sebelum putusan kongres
dibacakan, terlebih dahulu diperdengarkan lagu Indonesia Raya gubahan W. R.
Soepratman. Dengan semangat ia memperdengarkan lagu yang sama berulang-ulang.
Semua peserta kongres menyambut lagu tersebut dengan sangat antusias.
Soepratman, pemuda kurus tadi, menerima ucapan selamat dan pelukan hadirin itu
dengan mata berkaca-kaca. Kongres ditutup dengan terlebih dulu diumumkan hasil
perumusan berdasarkan pokok-pokok pikiran yang berkembang dalam kongres. Oleh para
utusan dari organisasi pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai tanda sumpah
pemuda setia dan pengabdian kepada satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
The Congress was held on October 27-28th, 1928, chaired by Soegondo Djoyopuspito.
The congress held in three places. The first meeting was held in Katholieke Jongenlingen
Bond (KJB) Building, the second meeting was held in the Oost-Java Bioscoop building, the
third meeting was held in the Indonesische Clubgebouw building, Kramat 106 on Sunday
October 28th 1928. In this room Before the decision of the congress was read, first played
Indonesia Raya by WR Soepratman. He played that song over and over with enthusiasm.
All congress participants welcomed the song with great enthusiasm too.
Soepratman, the thin young man, received the congratulations and hugs from the
audience with tears in his eyes. The congress was closed by first announcing the results of
the formulation based on the ideas developed in the congress. By delegates from the youth
organizations present, the formulation was spoken as a sign of oath of loyal youth and
devotion to one homeland, one nation, and one language.
5. Ruang Kepanduan
Pada awal berdirinya organisasi kepanduan di Indonesia, masing-masing organisasi
Kepanduan memiliki masing-masing cara dan tujuan dalam mendidik anggota pandunya.
Banyaknya organisasi kepanduan membuktikan bahwa Kepanduan mampu mendidik para
pemuda, menjadi pemuda mandiri, dan bertanggung jawab, sehingga tidak mengherankan
hampir semua organisasi pergerakan memiliki kepanduan. Bagi organisasi Kepanduan,
pemuda merupakan aset bangsa seperti yang diungkapkan oleh salah satu organisasi
Kepanduan yaitu Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI): “Hidoep atoe matinja bangsa,
hantjoer atoe ma’moernja tanah air kita, terletak di tangan pemoeda”.
At the beginning of scouting organizations in Indonesia, each scouting organization
had its own ways and objectives in educating its members. Many scouting organizations
prove that Scouting was able to educate young people, become independent youth, and
6

responsible, so it is not surprising that almost all cellular organizations have scouted. For the
Scouting organization, the nation is an asset of the nation as demonstrated by one of the
Scouting organizations namely the Indonesian Scouting Organization (KBI): "Life or death
of our nation, the destruction or prosperity of our homeland, which is available in the hands
of youth".
6. Ruang Indonesia Muda
Sumpah Pemuda memberi semangat kepada pada organisasi pemuda untuk segera
membentuk sebuah organisasi gabungan dari beberapa organisasi pemuda yang terlibat
dalam kongres pemuda ke II. pada tanggal 23 April 1929 di gedung ini, yang saat itu
bernama gedung IC Indonesische Clubhuis jalan Kramat 106 Jakarta terbentuklah Komisi
Besar Indonesia Muda. Anggotanya berasal dari wakil-wakil organisasi tersebut. Jabatan
ketua diserahakan kepada Ketua Jong Java, sekretaris kepada Ketua Pemuda Indonesia.
Komisi Besar Indonesia Muda menyelenggarakan kongres untuk mendirikan Indonesia
Muda di Gedung Pertemuan Habiprojo, Solo, 30 Desember – 2 Januari 1931. Dalam kongres
itu nama-nama Jong Java, Jong Sumatranen Bonds, Pemoeda Indonesia, Jong Selebes,
dan Sekar Roekoen tidak boleh lagi dipakai. Sejak saat itu organisasi pemuda melebur
menjadi Indonesia Muda.
The Youth Pledge encourages youth organizations to immediately form a joint
organization of several youth organizations involved in the Second Youth Congress. On April
23, 1929, in this building, was called IC; Indonesische Clubhuis street Kramat 106 Jakarta,
the Great Indonesian Young Commission was formed. Its members come from
representatives of these organizations. The chairman's position was handed over to
Chairman Jong Java, the secretary to the Chairperson of Indonesian Youth. The Great
Indonesia Young Commission held a congress to establish Pemoeda Indonesia at the
Habiprojo Meeting House at Solo December 30th – January 2nd 1931. In the congress, the
names of Jong Java, Jong Sumatranen Bonds, Pemoeda Indonesia, Jong Selebes, and
Sekar Roekoen could no longer be used. Since then the youth organization has merged into
Indonesia Muda.
7. Ruang Indonesia Raya
Bersamaan dengan tumbuhnya semangat persatuan muncul pula gagasan untuk
mempunyai lagu kebangsaan sendiri di kalangan bangsa Indonesia. W.R. Soepratman ingin
menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan. Tetapi, ia tidak tahu bagaimana caranya karena
ia hanya seorang wartawan dan pemain musik. Secara kebetulan ia membaca artikel
“Manakah komponis Indonesia yang bisa menciptakan lagu kebangsaan Indonesia yang
7

dapat membangkitkan semangat rakyat?” dalam majalah Timboel terbitan Solo. Hati
Soepratman tergerak, tulisan itu seakan-akan ditujukan kepada dirinya. Pada malam
penutupan Kongres, 28 Oktober 1928, W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya
memainkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kali.
Along with the growing spirit of unity came the idea of having their own national anthem
among the Indonesian people. W.R. Soepratman wants to contribute something to the
struggle. However, he did not know how to do it because he was only a journalist and a
music player. Coincidentally, he read the article "Which Indonesian composer can create the
Indonesian national anthem that can arouse people's enthusiasm?" In the Timboel magazine
published in Solo. Soepratman's heart was moved, the writing seemed to be addressed to
him. On the closing night of the Congress, October 28th, 1928, W.R. Soepratman, with his
violi, played Indonesia Raya for the very first time.
8. Ruang Perenungan
Sumpah Pemuda tidak hanya dipelajari hari tanggal dan tahunnya tapi perlu direnungi
dan diresapi maknanya. Dalam ruang ini dapat dibaca bagaimana puisi Moh Yamin sebelum
Sumpah Pemuda yang masih menganggap tanah airnya sebagai Sumatera, setelah
sumpah pemuda tanah airnya menjadi Indonesia. Kata bersatu kita teguh bercerai kita
runtuh menjadi semboyan yang menggema dalam setiap pemuda bahwa persatuan adalah
kunci menuju kemerdekaan.
The Youth Pledge is not only studied on the date and year but needs to be
contemplated and impregnated with its meaning. In this space, it can be read how the poetry
of Moh Yamin before the Youth Pledge that still considers his homeland as Sumatra, after
the oath of youth his homeland became Indonesia. The word united, we steadfastly divorce,
we collapse into a slogan that echoes in every youth that unity is the key to independence.
8

LABEL OBJEK
Label Patung Dada
Yang dimaksud dengan patung dada adalah penampilan karya seni patung sebatas dada
ke atas /bagian kepala saja dan sering disebut patung baste. Berikut merupakan data dari label
patung dada:
1. Muhammad Yamin
Lahir : Sawahlunto (Sumatera Barat), 22 Agustus 1903
Aktivitas : anggota Jong Sumateranen Bond 1926-1928, perumus resolusi Kongres
Pemuda I, sekretaris Kongres Pemuda II, anggota Indonesische Clubgebouw, wakil ketua
Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM) dan salah satu tokoh pendiri Indonesia Muda.
Wafat : Jakarta, 17 Oktober 1962
2. Mohammad Hatta
Lahir : Bukittinggi (Sumatera Barat), 12 Agustus 1902
Aktivitas : anggota Jong Sumateranen Bond, anggota Perhimpunan Indonesia di Belanda,
salah seorang pendiri Pendidikan Nasional Indonesia yang kemudian menjadi Partai
Nasional Indonesia (PNI).
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980
3. Prof. Mr. Soenario
Lahir : Madiun (Jawa Timur), 28 Agustus 1902
Aktivitas : sekretaris II Perhimpunan Indonesia di Belanda, ketua Federasi Kepanduan
NPO, ketua Federasi Kepanduan Papi (Persatuan Antara Pandu Indonesia), peserta
Kongres Pemuda II.
Wafat : Jakarta, 18 Mei 1997
4. Mr. Sartono
Lahir : Wonogiri (Jawa Tengah), 5 Agustus 1900
Aktivitas : anggota Perhimpunan Indonesia di Belanda, anggota ASC (Agleemene Studied
Club) di Bandung, pendiri Jong Indonesia di Bandung, peserta Kongres Pemuda II.
Wafat : Jakarta, 15 Oktober 1968
5. Sutan Muhammad Amin
Lahir : Lok Ngah (Aceh), 22 Februari 1904
9

Aktivitas : anggota Jong Sumateranen Bond, Jong Islamieten Bond, dan Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), peserta Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II,
salah satu tokoh penggagas berdirinya Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM).
Wafat : Jakarta, 16 April 1993
6. Wage Rudolf Supratman
Lahir : Purworejo (Jawa Tengah), 19 Maret 1903
Aktivitas : guru Sekolah Angka Dua di Makassar, anggota ASC (Agleemene Studied Club)
di Bandung, wartawan surat kabar Shinpo dan pencipta lagu Indonesia Raya.
Wafat : Surabaya, 17 Agustus 1938
7. M. Rochjani Soe’oed
Lahir : Jakarta, 1 November 1906
Aktivitas : anggota Jong Java, Jong Islamieten Bond dan Pemoeda Kaoem Betawi, Panitia
Kongres Pemuda II sebagai Pembantu V.
Wafat :-
8. R. Katjasoengkana
Lahir : Pamekasan (Madura), 24 Oktober 1908
Aktivitas :anggota Indonesische Clubgebouw, pendiri Jong Indonesia di Bandung.
Wafat : Jakarta, 16 Agustus 1985
9. Johannes Leimena
Lahir : Ambon, 6 Maret 1905
Aktivitas : ketua umum Jong Ambon, peserta Kongres Pemuda I Tahun 1926, panitia
Kongres Pemuda II sebagai Pembantu VI.
Wafat : Jakarta, 29 Maret 1977
10. Mohammad Tabrani
Lahir : Pamekasan (Madura), 10 Oktober 1901
Aktivitas : anggota Jong Java, ketua Kongres Pemuda I Tahun 1926, pemimpin redaksi
Harian Pemadangan, Wartawan Hindia Baroe, dan Suara Rakyat.
Wafat : Jakarta, 12 Januari 1984
11. Soegondo Djojopuspito
Lahir : Tuban (Jawa Timur), 22 Februari 1904
Aktivitas : aktivis Jong Java, salah satu pendiri PPPI, ketua Kongres Pemuda II, guru di
Perguruan Rakyat dan Taman Siswa.
Wafat : Jogjakarta, 23 April 1978
10

Label Vitrin
1. Bendera Organisasi Pemuda
a. Vandel Organisasi Jong Java. Keris ligan berarti pemuda sebagai ksatria yang
dapat memberi manfaat. Padi dan kapas berarti sandang pangan rakyat. “Sakti Budi
Bakti” berarti dengan kekuatan leluhur serta akal suci dan keteguhan dalam gerak
untuk mencapai tujuan.
Vandel Jong Java Organization. Kris ligand means youth as a knight who can
benefit. Rice and cotton means food for the people. "Sakti Budi Bakti" means the
strength of the ancestors as well as the mind and sacred determination in the
movement to achieve goals.
b. Vandel Organisasi Jong Sumatranen Bond (J.S.B) bergambar lilin menyala
bertuliskan “Pelita Bangsa Senantiasa”. Makna “Pelita Bangsa Senantiasa” adalah
harapan agar Jong Sumatranen Bond senantiasa berkiprah sebagai pelita
bangsanya dalam berjuang.
Vandel Jong Sumatranen Bond (J.S.B) organization with a lit candle reading "Pelita
Bangsa Senantiansa". The meaning of "Pelita Bangsa Senantiasa" is the hope that
Jong Sumatranen Bond will always act as the lamp of his nation in the struggle.
c. Vandel Perhimpunan Indonesia, berwarna merah dan putih dengan kepala kerbau
di tengah-tengah. Kepala kerbau bermakna kerakyatan, merah melambangkan
keberanian, putih melambangkan kesucian.
Indonesian Vandel Association, red and white with buffalo head in the center.
Buffalo head means populist, red symbolizes courage, white symbolizes purity.
d. Vandel Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI)
Mempunyai lambang perhimpunan dengan wujud gambar berupa ujung tombak,
pegangan keris, dan sayap garuda. Ujung tombak bersatu dengan pegangan keris
berarti adanya persatuan dan gambar sayap garuda berarti merdeka. “Kita bersatu
untuk Merdeka”.
e. Vandel Organisasi Indonesia Moeda (I.M) warna biru tua mengartikan dalam dada
dan jantung Pemuda Indonesia tercantum cinta dan kasih kepada tanah air
Indonesia. Terdapat tiga gambar yang tertera di dalam vandel, yaitu tiga bunga
teratai, keris dengan pancaran sinar matahari bersinar, dan sayap garuda. Tiga
bunga teratai berarti dasar I.M , yakni persatuan tanah air, bangsa, dan bahasa.
Keris berarti menuju satu tujuan, yaitu Indonesia Raya. Matahari bersinar
melambangkan I.M berjuang menuju Indonesia Raya.
11

Vandel Organization of Indonesian Moeda (I.M) in dark blue means that in the chest
and heart of the Indonesian Youth there is love and love for Indonesia. There are
three images listed in the vandel, namely three lotus flowers, a dagger with a radiant
sun shining, and eagle wings. Three lotus flowers mean the basis of I.M, namely the
unity of the motherland, nation and language. Kris means towards one goal, namely
Indonesia Raya. The sun is shining symbolizing I.M struggling towards Greater
Indonesia.
f. Vandel Organisasi Pemoeda Indonesia (P.I)
Berwarna merah dengan gambar kepala banteng. Merah berarti berani. Kepala
Banteng berarti tenaga rakyat. Simbol pada vandel ini bermakna tenaga dan
keberanian rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.
Red in color with a bull's head. Red means brave. Bull head means the power of the
people. The symbol in this vandel means the strength and courage of the Indonesian
people to achieve independence.
g. Vandel Organisasi Jong Islamieten Bond
Warna dasar hitam, segi lima bergambar bintang dan bulan sabit bertuliskan JIB
warna emas, serta tulisan arab di atas bintang.
The basic color is black, the pentagon has a star and crescent display with gold JIB,
and Arabic letters on the star.
h. Vandel Organisasi Pandu Hizbul Wathan (HW)
Warna kuning. Bentuk segi lima bergambar sinar matahari. Lingkaran matahari
inisial HW di tengahnya dengan sinar matahari sebanyak dua belas yang bermakna
sebagai organisasi otonom dari Muhammadiyah, yang artinya bahwa setiap
anggota Pandu Hizbul Wathan diharapkan mampu memancarkan sinar
kepribadiannya sebagai umat muslim seharian penuh kepada masyarakat, bangsa,
dan negara.
Yellow. Pentagon shape illustrated by sunlight. HW initial sun circle in the middle
with as much as twelve sun rays which is meant as an autonomous organization of
Muhammadiyah, which means that every member of Pandu Hizbul Wathan is
expected to be able to radiate his personality as a Muslim all day long to the people,
nation and country.
12

2. Peristiwa Kongres Pemuda II


Kongres Pemuda II diadakan pada 27-28 Oktober 1928. Penggagas Kongres
Pemuda II adalah Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres ini dihadiri oleh
tujuh ratusan peserta yang berasal dari berbagai organisasi, seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten Bond, Jong
Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi. Kongres berlangsung di
tiga tempat berbeda dan dibagi dalam tiga rapat.
a. Rapat pertama, Sabtu , 27 Oktober 1928 diadakan di gedung Katholieke
Jongenlingen Bond (KJB). Muhammad Yamin, Mohammad Amir, Inoe
Martakusuma, Mr. Sartono, Siti Sundari, dan Emma Poeradiredja hadir sebagai
pembicara.
b. Rapat kedua, Minggu 28 Oktober 1928, diadakan di gedung Oost-Java Bioscoop.
Poernamawulan, A. Sigit, dan Sarmidi Mangoensarkoro hadir sebagai pembicara.
c. Rapat penutupan, Minggu 28 Oktober 1928 pukul 20.00 di gedung Indonesische
Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, merumuskan keputusan kongres yang telah
berjalan selama dua hari. Sebelum hasil keputusan kongres dibacakan, Wage
Rudolf Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya, Indonesia Raya. Kemudian
hasil keputusan kongres dibacakan oleh Ketua Panitia Sugondo Djojopuspito.
The Second Youth Congress was held on 27-28 October 1928. The initiator of the
Second Youth Congress was the Indonesian Students Association (PPPI). The congress
was attended by seven hundred participants from various organizations, such as Jong
Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten
Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, and Pemuda Kaum Betawi. The congress
took place in three different places and was divided into three meetings.
a. The first meeting, Saturday, October 27, 1928, was held at the Katholieke
Jongenlingen Bond (KJB) building. Muhammad Yamin, Mohammad Amir, Inoe
Martakusuma, Mr. Sartono, Siti Sundari, and Emma Poeradiredja were present as
speakers.
b. The second meeting, Sunday 28 October 1928, was held at the Oost-Java Bioscoop
building. Purnama Wulan, A. Digit, and Sarmidi Mangunsarkoro were present as
speakers.
c. The closing meeting, Sunday 28 October 1928 at 20:00 at the Indonesische
Clubgebouw building, Jalan Kramat Raya 106, formulated a congressional decision
that had been running for two days. Before the results of the congressional decision
13

were read out, Wage Rudolf Supratman played his song, Indonesia Raya. Then the
results of the congressional decision were read out by the Committee Chairperson
Sugondo Djojopuspito.
3. Biola
Biola ini digunakan oleh W.R. Supratman ketika melantunkan lagu Indonesia Raya
pada Kongres Pemuda II. Biola ini termasuk model amatus. Berukuran 4/4 atau standar
dengan panjang badan 36 cm. Lebar badan pada bagian terlebar 20 cm dan 11 cm pada
bagian tersempit. Tebal tepian biola 4,1 cm dan tebal bagian tengah 6 cm. Pada bagian
badan terdapat dua lubang berbentuk “S” terbalik, yang disebut “f hole”.
This violin is used by W.R. Supratman compiled to sing Indonesia Raya at the Second
Youth Congress. This violin is a model of Sangatus. Measuring 4/4 or standard with a body
length of 36 cm. The width of the body in the widest part of 20 cm and 11 cm in the narrowest
part. Violin edge thickness of 4.1 cm and thickness of the middle of 6 cm. On the body there
are two inverted "S" shaped holes, called "f holes".
4. Bendera INPO
INPO (Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie) atau Organisasi Pandu
Nasional Indonesia adalah peleburan dua organisasi kepanduan; Nationale Padvinderij
Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). NPO didirikan
di Bandung pada tahun 1923, sedangkan JIPO di Jakarta. Pada 1926 di Bandung
keduanya bergabung menjadi INPO. Sebagai lambang identitas INPO mempunyai
bendera berukuran 84 cm x 120 cm berwarna merah dan putih.
INPO (Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie) or Indonesian National Scout
Organization is a result of merging two scouting organizations; Nationale Padvinderij
Organisatie (NPO) and Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). NPO was
established in Bandung in 1923, while JIPO was in Jakarta. In 1926 these two organizations
merge into INPO. As a symbol of identity, INPO has a flag measuring 84 cm x 120 cm in
red and white.
5. Aksesoris Kepanduan
a. Duk/Dasi Hizbul Wathan warna hijau
b. Duk/Dasi KBI warna merah putih, terdapat tulisan tangan, 8 April 1939, Sabtu Pon di
Semarang dan tanda tangan anggota.
c. Pisau Belati. Perlengkapan dalam latihan, tugas lapangan atau saat berkemah.
d. Celana Pandu, Seragam KBI. Selalu dipakai pada saat upacara bendera.
e. Kotak PPPK. Perlengkapan latihan lapangan/perkemahan.
14

f. Buku catatan KBI yang dikeluarkan oleh cabang Semarang.


g. Tanda tingkatan KBI. Perlengkapan seragam petunjuk tingkat kemahiran pandu.
h. Tanda pengenal kepanduan Muhammadiyah. Perlengkapan seragam petunjuk
tingkat kemahiran pandu.
i. Pisau lipat. Perlengkapan Kepanduan Bangsa Indonesia dalam latihan atau saat
berkemah.
j. Peluit. Perlengkapan latihan/upacara bendera, kode sandi, dan morse.
k. Sabuk Hizbul Wathan. Perlengkapan seragam anggota Hizbul Wathan.
Scout Accessories
a. Green neckerchief of Hizbul Wathan
b. Red and white neckerchief of KBI, with scribbling and the date; Saturday, April 8 th
1939 in Semarang, autographed by members.
c. Knife, essential of training, field assignment and camping.
d. Uniform pant of KBI, mandatory for flag ceremony.
e. First-aid kit, gear for field training and camping.
f. Notebook for member of KBI, issued by Semarang chapter.
g. Badges and insignia, part of uniform, display the scouts rank and merits.
h. Badge of Muhamadiyah scouts and merits badges.
i. Pocket knives of Kepanduan Bangsa Indonesia.
j. Whistle, for training, flag ceremony, code, and morse.
k. Belt of Hizbul Wathan, part of Hizbul Wathan scouts uniform.

Label Diorama
1. Pemuda sedang berdiskusi
Pemuda sedang berdiskusi. Suasana keseharian pemuda di gedung Indonesische
Clubgebouw (I.C). Para pemuda yang bermukim di gedung I.C berasal dari berbagai
daerah, seperti Sumatera, Sulawesi, Madura, dan Ambon. Para pemuda itu antara lain
Muhammad Yamin, Amir Syarifuddin, Abu Hanifah, A.K. Gani, Assaat, dan Sugondo
Djojopuspito. Mereka mendiskusikan soal politik, sejarah dan kemasyarakatan. Diskusi itu
diadakan hampir setiap malam.
Youth are discussing
The youth are discussing. The daily atmosphere of youth in the Indonesische
Clubgebouw (I.C) building. The youth who settled in the I.C building came from various
regions, such as Sumatra, Sulawesi, Madura, and Ambon. The young men included
15

Muhammad Yamin, Amir Syarifuddin, Abu Hanifah, A.K. Gani, Assaat, and Sugondo
Djojopuspito. They discussed politics, history, and society. The discussion was held almost
every night.
2. Panitia Kongres Pemuda II
Ketua Kongres : Soegondo Djojopoespito (Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia)
Wakil Ketua Kongres : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris Kongres : Muhammad Yamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara Kongres : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Anggota :
a. R. Katjasoengkana (Jong Islamieten Bond)
b. Djohan Mohammad Tjaja (Pemuda Indonesia)
c. R.C.L. Senduk (Jong Celebes)
d. Johannes Leimena (Jong Ambon)
e. Rohyani Soe’oed (Pemuda Kaoem Betawi)
3. Mahasiswa dengan seragam kuliah yang membaca koran
Para pemuda sedang membaca Surat Kabar Benih Merdeka. Surat Kabar Benih
Merdeka diterbitkan di Medan pada November 1916 oleh Tengku Radja Sabaruddin.
Semboyan surat kabar Benih Merdeka adalah “Orgaan oentoek menoentoet keadilan dan
kemerdekaan. Surat Kabar ini merupakan koran pertama yang berani memuat kata
‘merdeka’ di Hindia Belanda.
Students in college uniforms reading a newspaper
The young men were reading the Merdeka Newspaper. The Merdeka Newspaper was
published in Medan in November 1916 by Tengku Radja Sabaruddin. The motto of the
Seed Merdeka newspaper is "The organ to demand justice and independence. This
newspaper is the first newspaper translated from the word 'Merdeka' in the Dutch East
Indies.
16

Label Marmer
1. Keputusan Kongres
Keputusan Kongres Pemuda II dikutip dari Surat kabar Persatoean Indonesia, edisi
15 November 1928. Rumusan keputusan ini dibuat oleh Sekretaris Panitia Kongres
Pemuda II, Muhammad Yamin dan dibacakan oleh Ketua Panitia Kongres Pemuda II,
Sugondo Djojopuspito. Kemudian hasil keputusan kongres dibawa ke setiap organisasi
pemuda untuk mendapatkan pengesahan.
The decision of the Congress
The decision of the Second Youth Congress was quoted in the Indonesian
Persatoean Newspaper, 15 November 1928 edition. The formulation of this decision was
made by the Secretary of the Second Youth Congress Committee, Muhammad Yamin and
read by the Chair of the Second Youth Congress Committee, Sugondo Djojopuspito. Then
the results of a congressional decision are taken for each youth organization to get the
endorsement.
2. Undangan Kongres
Undangan Kongres Pemuda II dalam Surat Kabar Persatoean Indonesia tahun
1928.
Invitation to Congress
Invitation to the Second Youth Congress in the 1928 Indonesian Persatoean
Newspaper.
3. Not Balok Lagu Indonesia Raya
“Indonesia” adalah judul pertama lagu Indonesia Raya yang digubah oleh W.R.
Supratman. Lagu ini dikumandangkan pertama kali di hadapan umum pada 28 Oktober
1928. Lirik dan notasi lagu ini dimuat di Surat Kabar Sin Po pada 10 November 1928. Pada
bagian refrain kata ‘moelia, moelia...’ kerap dinyanyikan ‘merdeka, merdeka...’ oleh para
pemuda saat itu.
Music symbol notation Indonesia Raya Songs
"Indonesia" is the first title of Indonesia Raya song composed by W.R. Supratman
This song was first announced in public on October 28, 1928. The word 'Kingdom' was
added when W.R. Supratman broadcast the song in November 1928. The lyrics and
notation of this song were published in Sin Po Newspaper. In the refrain section the use of
the word 'merdeka, merdeka ..' was forbidden by the Dutch colonial government, so it was
changed to 'mulia, mulia...'.

Anda mungkin juga menyukai