Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH INDONESIA

"LATAR BELAKANG SUMPAH PEMUDA"

GURU BIDANG STUDI


KOSIM S.SOS

DI SUSUN OLEH :
1. TITIK RAHAYU
2. TUTI LESTARI
3. WINDY NOVISYA
4. BAGUS SATRIA ROMADONA

SMA NEGERI 2 HALMAHERA TIMUR


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penyusunan “Makalah Latar Belakang Sumpah Pemuda” ini dapat
terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan makalah ini berdasarkan data-data
yang diperoleh selama melakukan penyusunan . kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan maklaah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat,
khususnya bagi diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan dahulu ini kita sering menjumpai pemuda yang berjuang demi
Indonesia dengan cara bertempur dimedan perang. Mereka rela mati demi kemerdekaan
Indonesia. Kita sebagai pemuda-pemudi generasi sekarang juga harus meniru kerjakeras mereka
berjuang membela bangsa Indoneisa, tak harus berperang seperti para pahlawan. Kita dapat
menjadi pemuda-pemudi yang berprestasi dan mengharumkannama bangsa. Kegigihan pemuda
jaman dahulu berhasil melahirkan sesuatu yangdisebut “sumpah pemuda”
Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar dari para pemuda yang dijadikan buktiotentik
bahwa pada tangga 28 oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karenaitu sudah
seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya
bangsa Indonesia.
Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang
selama ratusan tahun tertindas dibawahkekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi
ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan
tekad demi mengangkatharkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang
menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17
tahunkemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.Sekarang ini banyak pemuda yang lupa akan sejarah
para pemuda terdahulu.Sehingga banyak pemuda yang mudah terkontaminasi oleh hasutan
orang-orang jahat.
Alhasil banyak pemuda yang memilih berdemo ketimbang membuat musyawarah antara petinggi
negeri ini dengan rakyat. Selain berdemo, para pemuda juga melakukan aksitawuran yang telah
merajalela dikalangan siswa SD,SMP, dan SMA.
Di zaman yang modern ini para pemuda seakan di jajah kembali namun bukan secara
terang-terangannamun di jajah secara psikis.Solusi untuk mengatasi sikap pemuda ini adalah
dengan memperkenalkan merekadengan sejarah dan akhlak dari kecil hingga dewasa. Sehingga
pemuda Indonesiamampu membangun negeri ini dengan kepala dingin. Melihat kejadian
pemuda yang makin agresif maka akan dibahas dalam makalahini agar dapat mengetahui
bagaimana sejarah pemuda membangun bangsa ini serta bentuk pengaplikasian tepat yang
dilakukan dalam era modern ini. Secara jelas mengenai sejarah, arti, dan pengaplikasiannya akan
dibahas pada Bab II.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Bagaimanakah latar belakang sejarah sumpah pemuda?
2. Bagaimana politik etis dan perbaikan pendidikan bumiputra?
3. Bagaimana pengaruh media masa sebagai benih semangat kebangsaan?
4. Bagaimana tonggak kebangkitan nasional bangsa?
C. Tujuan Umum

Memperoleh agar para siswa memperoleh gambaran tentang makna & sejarah yang terkandung

dalam sumpah pemuda dan dapat mengambil motivasi pelajaran dari makna yang dikandung

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Agar para pembaca mengetahui makna yang sebenarnya dari sumpah pemuda

2. Mengetahui arti penting peristiwa 28 Oktober 1928 bagi bangsa Indonesia.

3. Dapat mengambil hikmah dari peristiwa 28 Oktober 1928 bagi masa yang akan datang.

4. Menambah wawasan kita terhadap sejarah perjuangan bangsa.


BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sumpah Pemuda
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan
dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928. Hasil rumusan dari Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga
tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang
beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java,
Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb
serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey
Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie. Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota
pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang
berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
(KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo
Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para
pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan
Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas
masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoela dan Sarmidi Mangoensarkoro,
berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan
antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106,
Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan
nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang
dibutuhkandalam perjuangan.
1) Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
2) Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
3) Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
4) Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
5) Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
6) Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
7) Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
8) Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
9) Peserta: Abdul Muthalib Sangadji; Purnama Wulan; Abdul Rachman; Raden Soeharto;
Abu Hanifah; Raden Soekamso; Adnan Kapau Gani; Ramelan; Amir (Dienaren van
Indie); Saerun (Keng Po); Anta Permana; Sahardjo; Anwari; Sarbini; Arnold Manonutu;
Sarmidi Mangunsarkoro; Assaat; Sartono; Bahder Djohan; S.M. Kartosoewirjo; Dali;
Setiawan; Darsa; Sigit (Indonesische Studieclub); Dien Pantouw; Siti Sundari; Djuanda;
Sjahpuddin Latif; Dr.Pijper; Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken); Emma
Puradiredja; Soejono Djoenoed Poeponegoro; Halim; R.M. Djoko Marsaid; Hamami;
Soekamto; Jo Tumbuhan; Soekmono; Joesoepadi; Soekowati (Volksraad); Jos Masdani;
Soemanang; Kadir; Soemarto; Karto Menggolo; Soenario (PAPI & INPO); Kasman
Singodimedjo; Soerjadi; Koentjoro Poerbopranoto; Soewadji Prawirohardjo;
Martakusuma; Soewirjo; Masmoen Rasid; Soeworo; Mohammad Ali Hanafiah; Suhara;
Mohammad Nazif; Sujono (Volksraad); Mohammad Roem; Sulaeman; Mohammad
Tabrani; Suwarni; Mohammad Tamzil; Tjahija; Muhidin (Pasundan); Van der Plaas
(Pemerintah Belanda); Mukarno; Wilopo; Muwardi; Wage Rudolf Soepratman; Nona
Tumbel.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr.
Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut
awalnya dibacakan oleh soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Isi dari
Sumpah pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut:
1. PERTAMA: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang
Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah
Yang Satu, Tanah Indonesia).
2. KEDOEA: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa
Indonesia).
3. KETIGA: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.

B. Politik Etis Dan Perbaikan Pendidikan Bumiputra

Politik etis yang diberlakukan di Hindia Belanda sejak tahun 1901 membawa dampak
positif bagi kemajuan rakyat Indonesia, salah satunya adalah dengan munculnya kaum elite
terpelajar. Keberadaan kaum elite terpelajar tersebut kelak akan menjadi motor penggerak
pembebasan bangsa Indonesia dari penjajahan. Salah satu program politik etis yang memberikan
kesadaran terhadap nasib bangsa Indonesia yang dibedakan kedudukannya dalam masyarakat
kolonial adalah edukasi. Edukasi atau pendidikan dinilai sebagai jalan satu-satunya yang dapat
ditempuh untuk memperbaiki nasib rakyat, karena dengan adanya perbaikan pendidikan maka
nasib rakyat akan menjadi lebih baik.

Pemberlakuan politik etis di Hindia Belanda melahirkan sekolah-sekolah bagi kaum


pribumi. Bukan hanya sekolah rendah, tetapi dibangun pula sekolah menengah, sekolah
keguruan, dan sekolah tinggi. Namun pengajaran di sekolahsekolah tersebut hanya
diperuntukkan bagi anak laki-laki, sedangkan bagi anakanak perempuan hanya memperoleh
pendidikan di rumah dan di lingkungan keluarga. Anak-anak perempuan dididik untuk
mempersiapkan diri menjadi ibu rumah tangga, mereka diharuskan belajar memasak, menjahit,
dan membatik yang merupakan rutinitas di rumah.

Politik Etis (Etische Politiek) atau Politik Balas Budi adalah pemikiran progresif bahwa
pemerintah Belanda mempunyai kewajiban moral menyejahterakan penduduk Hindia Belanda
sebab telah memberikan kemakmuran bagi masyarakat dan kerajaan Belanda. Pemikiran baru
tentang Politik Etis berasal dari kaum sosialis-liberalis yang prihatin terhadap kondisi sosial
ekonomi kaum pribumi (inlander). Pada 1863 sistem tanam paksa dihapus dan Belanda
menerapkan sistem ekonomi liberal sehingga modal-modal swasta masuk nusantara. Politik
ekonomi ini secara tidak langsung membuka ruang bagi swasta untuk bersatu di usaha-usaha
ekonomi di Hindia Belanda. Perkebunan swasta semakin meluas bahkan mencapai wilayah
Sumatera Timur. Tetapi sistem ekonomi ini tidak mengubah nasib rakyat, sebab mengejar
keuntungan tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat pribumi. Kondisi buruk kaum
pribumi terjadi akibat eksploitasi ekonomi oleh pemerintah dan swasta Belanda khususnya sejak
1870. Kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial pada masa itu umumnya tidak memberikan
perlindungan maksimal terhadap penduduk setempat. Sehingga menimbulkan kritik dari kaum
sosialis di Belanda. Tetapi menimbulkan dampak buruk terhadap masyarakat pribumi, yaitu
tekanan terhadap rakyat semakin kuat, pembelaan hak rakyat terhadap kapitalisme modern
semakin lemah dan kemerosotan kesejahteraan hidup.

Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam
pidato pembukaan Parlemen Belanda bahwa pemerintah Belanda mempunyai kewajiban moral
dan hutang budi terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Kebijakan baru yang dikeluarkan
Ratu Wilhelmina bagi masyarakat Hindia Belanda tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pada awal perumusan Kebijakan Politik Etis, terjadi pro dan kontra di
kalangan intelektual, politisi dan rohaniawan (kalangan gereja) di Belanda. Sebagian anggota
Parlemen Belanda menentang tetapi ada juga yang mendukung program ini. Sebab dinilai
mengandung tujuan manusiawi bahkan sebagai kewajiban moral terhadap rakyat.

C. Media Masa Sebagai Benih Semangat Kebangsaan

Media massa memiliki peran penting dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Tidak
dapat disangkal, informasi merupakan salah satu kebutuhan publik, dan media massa merupakan
sarana bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Terdapat banyak faktor yang mendorong
timbulnya fenomena pergerakan nasionalisme pada awal abad ke-20 di Indonesia.

Dalam buku Munculnya Elit Modern Indonesia (1984) karya Van Niel, faktor yang mendorong
timbulnya gerakan nasionalisme di Indonesia adalah :

1. Kebijakan Politik Etis di Hindia Belanda telah membentuk terbentuknya golongan elite
modern atau priyayi cendekiawan.
2. Persamaan rasa dan nasib sebagai bangsa terjajah membentuk sebuah komunitas yang
mengarah pada integrasi kebangsaan.
3. Berkembangnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti Liberalisme,
Demokrasi dan Komunisme.
4. Keberhasilan revolusi dan perlawanan terhadap kolonialisme di seluruh penjuru dunia.
Gagasan dan gerakan nasionalisme di Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan
pers di Indonesi

Dalam sejarahnya, pers menjadi salah satu media utama yang digunakan oleh golongan
elit modern Indonesia dalam menyampaikan perlawanan, kritik terhadap kebijakan Belanda serta
mobilisasi massa.

Peran pers Perkembangan pers bumiputra di Indonesia berkaitan erat dengan pengaruh
perkembangan pers yang dikelola Belanda dan etnis Tionghoa. Orang Belanda dan Tionghoa
telah memanfaatkan pers untuk membela kepentingan sosial dan politik mereka. Tirto Adhi
Soerjo adalah salah satu bumiputra yang sadar akan pentingnya pers dalam membela
ada tahun 1906, Tirto Adhi Soerjo mendirikan Sarekat Priyayi dan menerbitkan surat kabar
Medan Prijaji di Bandung pada 1907. Selain itu, Tirto juga menerbitkan Poetri Hindia sebagai
majalah perempuan pertama di Indonesia tahun 1908.

Kritik terhadap kebijakan Belanda dan perkembangan gagasan kebangsaan semakin


ramai diberitakan pers bumiputra Nusantara menjelang 1920. Di kawasan Sumatera, keberadaan
surat kabar Oetoesan Melajoe (1913) dan Soeara Perempuan (1918) menjadi wadah untuk
melawan kolonialisme di Indonesia bagian barat dengan semboyan kemerdekaan. Dilansir dari
Perhimpunan Indonesia dan Pergerakan Nasional (1993) karya John Ingleson, kritik dan
perlawanan priyayi melalui pers mendapat tindakan represif dari Belanda sekitar dasawarsa
kedua abad ke-20. Pada tahun-tahun tersebut, banyak terjadi pemberedelan surat kabar dan
penahanan tokoh pergerakan nasional seperti Ki Hadjar Dewantara, Ciptomangunkusumo, Abdul
Moeis, Semaoen, Tirto Adhi Soerjo dll. irto Adhi Soerjo pada 1912 diasingkan oleh Belanda ke
Maluku karena kritik dan tulisan yang ia muat dalam surat kabar miliknya.

Selain itu, Ki Hadjar Dewantara juga ditangkap pada 1913 karena kritik tajamnya yang
dimuat di surat kabar De Express yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya saya
seorang Belanda). Semaoen juga menerima nasib serupa, ia mengkritik kebijakan kolonial
dengan haatzaai artikelen dan membuatnya dipenjara oleh pemerintah Belanda.

Di Indonesia peran media massa terutama pers berbahasa Melayu/Indonesia sangat penting
dalam pergerakan kebangsaan, karena dapat bersentuhan langsung dengan penduduk bumiputera. Oleh
karena itu, pers berbahasa Melayu seringkali dijadikan alat komunikasi politik oleh para elite Indonesia
baru. Banyaknya kasus persdelict (tulisan yang dianggap menentang atau menghasut terhadap
pemerintah, hingga dapat dituntut hukuman di pengadilan) di masa Hindia Belanda, larangan terbit bagi
surat kabar dan majalah antara lain karena disadari bahayanya pengaruh tulisan dalam bahasa Melayu
dalam pers itu segera dapat dipahami oleh penduduk bumiputera.

Begitupula halnya yang terjadi di Kalimantan Selatan, pertumbuhan organisasi pergerakan


kebangsaan juga dipengaruhi oleh perkembangan media massa. Keberadaan surat kabar dan majalah
telah mendorong perkembangan kebudayaan dan kemajuan peradaban, karena melalui media massa
itulah masyarakat mendapatkan informasi dan ide-ide tentang kemerdekaan, liberalisme,
parlementarisme dan sebagainya yang merupakan bagian dari pergerakan nasional di daerah ini.
Pemerintah Hindia Belanda sangat membatasi kekebasan mengeluarkan pikiran secara lisan maupun
tulisan serta penyebaran surat kabar dan majalah yang dicetak dan diedarkan oleh bumiputera, namun
perkembangan selanjutnya pembatasan itu tidaklah memperlemah aktivitas para tokoh pers dan
organisasi pergerakan di Kalimantan Selatan..

Para pemuda dapat memperoleh berbagai informasi melalui Taman Bacaan (Het Leesgezelschap)
seperti yang dimiliki oleh organisasi Srie di Banjarmasin, maupun organisasi Persatuan Pemuda
Marabahan (PPM) tahun 1929. Diadakannya taman bacaan berkaitan erat dengan keinginan tokoh
masyarakat setempat agar kegiatan dapat mengurangi jumlah penduduk yang buta huruf.
Pada masa itu, para aktivis organisasi pergerakan telah berlangganan atau membaca berbagai surat kabar
dari Jawa yang beredar di Kalimantan Selatan seperti Harian Oemoem, Tempo, PNI Soeloeh Indonesia,
Bintang Timoer, Soeara Persatoean Goeroe Indonesia, Hindia Baroe, Bintang Baroe, Bintang Islam,
Kemadjoean Hindia, Terang Boelan, Soeara Parindra, majalah bulanan Taman Siswa, dan lain-lain.
Selain itu tokoh pers maupun tokoh pergerakan di Kalimantan Selatan menerbitkan pula surat kabar,
harian, mingguan, bulanan baik yang berhaluan nasional, Islam, nasional sekaligus Islam, ataupun netral.

Diantaranya ada yang berdiri sendiri, organ dari partai politik, atau berdiri sendiri namun
redaksinya diisi oleh anggota organisasi pergerakan, seperti majalah Malam Djoema’at, surat kabar
Soeara Rakyat Kalimantan (SORAK), Soeara Kalimantan, Tjanang, Oetoesan Kalimantan, Pembangoenan
Semangat, Berita N.Oe, Soeara Pakat Dajak, Soeara M.Th, Soeara B.I.C, Bingkisan, Kesadaran
Kalimantan, Pelita Masjarakat, dan Panggilan Waktoe, dan lain-lain.

Pada umumnya isi surat kabar dan majalah yang terbit di Kalimantan Selatan tidak berbeda jauh
dengan pemberitaan yang terdapat dalam surat kabar atau majalah di Jawa, yakni menginformasikan
perkembangan politik kebangsaan, menyuarakan pentingnya persatuan, memberitakan dan mengkritik
ketidakadilan yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda, dan sebagainya yang merupakan bagian dari
pergerakan nasional di daerah ini.

Amir Hasan Bondan dalam tulisannya di surat kabar Indonesia Merdeka edisi Nomor 99 Tahun
ke VII, Sabtu 28 April 1951, berjudul “Pers di Kalimantan” menceritakan sekilas perkembangan
pergerakan tahun 1920-an dengan mengangkat kembali tulisannya yang pernah terbit dalam majalah
Malam Djoema’at terbitan tanggal 24 November 1927 dengan judul “Perasaan Bandjar Totok”. Amir
Hassan Bondan membandingkan pemberitaan Malam Djoema’at dengan koran yang ia baca di Jawa, dan
ternyata menurutnya terdapat persamaan antara isi surat kabar di Jawa dengan Borneo. Menurutnya
koran-koran di Borneo tidak kalah dengan koran-koran di Jawa karena sama-sama hangat bunyi
beritanya. Dalam tulisannya Amir Hasan juga menggelorakan semangat untuk maju seperti di Jawa
dengan menganjurkan perlunya anak-anak Banjar bersekolah dan bergotong royong mengadakan sekolah
bagi kaum perempuan (Wajidi, 2007a: 83-84).

C. Tonggak Kebangkitan Nasional Bangsa

Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20
di Nusantara (kini Indonesia), ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran
nasional sebagai "orang Indonesia". Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu
berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Untuk
mengejar keuntungan ekonomi dan menguasai administrasi wilayah, Belanda menerapkan sistem
pemerintahan kolonial pada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki kesamaan identitas
politik. Pada awal abad ke-20, Belanda menetapkan batas-batas teritorial di Hindia Belanda,
yang menjadi cikal bakal Indonesia modern. Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah
organisasi kepemimpinan yang baru.
Melalui kebijakan Politik Etis, Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia
yang terpelajar. Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut
sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia". Peristiwa ini dibarengi dengan peningkatan aktivitas
politik hingga mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945. Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei ditiap tahunnya,
sebenarnya merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo. Kebangkitan Nasional yang
merupakan kebangkitan bangsa Indonesia yang mulai memiliki rasa kesadaran nasional ditandai
dengan berdirinya Boedi Utomo tanggal 20 Mei 1908 dan lahirnya Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Masyarakat Indonesia bersatu dalam kelompok-kelompok kecil bahkan semakin
kuat untuk melakukan pergerakan dalam organisasi. Kemunculan organisasi-organisasi yang
membawa pergerakan nasionalisme Indonesia ternyata datang dari berbagai golongan. Mulai dari
golongan pelajar, kaum nasionalis, aliran sekuler, gerakan profesi, sampai gerakan wanita.

Pergerakan organisasi-organisasi inilah yang kemudian menjadi sejarah penting bagi bangsa
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia bersatu dalam sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masih untuk melawan penjajah demi kemerdekaan bangsa. Banyak
kisah dan konsep pemikiran mereka yang menarik untuk dipelajari. Kita bisa banyak belajar dari
sejarah organisasi pergerakan nasional yang melibatkan banyak tokoh hebat dan inspiratif.
Berikut ini Grameds bisa simak sejarah bagaimana organisasi-organisasi ini berjuang dan
mempelajari konsep tujuan organisasi pergerakan tersebut dibuat

1. Budi Utomo
Budi Utomo adalah organisasi pergerakan nasional yang muncul akibat kondisi
kehidupan yang sangat memprihatinkan sejak diberlakukannya politik etis karena penduduk
pribumi sudah bisa mengenyam pendidikan, namun masih terhalang dana. Itulah yang membuat
dr. Wahidin Sudirohusodo berusaha mengumpulkan dana dengan cara propaganda keliling Pulau
Jawa. Ide itu kemudian diterima oleh dr. Sutomo yang saat iu sedang belajar di stovia dan
akhirnya pada 20 Mei 1908 ia dan rekan-rekannya mendirikan organisasi di Jakarta bernama
Budi Utomo. Hari itu kemudian kita peringati sekarang sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Kemunculan organisasi ini kemudian mengakibatkan respon dan reaksi dari Belanda. Ada yang
kurang setuju dari golongan priyayi, namun para bupati ternyata sangat mendukung organisasi
Budi Utomo.

2. Sarekat Islam
Sarekat Islam (SI) adalah perkumpulan para pedagang yang sebelumnya diberi nama Sarekat
Dagang Islam yang dipelopori oleh K.H. Samanhudi yang merupakan seorang pengusaha batik
dari kampung Lawean (Kolo). Latar belakang munculnya organisasi ini diawali karena ingin
mengimbangi agar persaingan dapat diatasi saat menghadapi pedagang asing. Namun pada tahun
1912 Sarekat Dagang Islam ini berubah menjadi Sarekat Islam dibawah kepemimpinan H.O.S
Cokroaminoto yang beranggotakan semua kalangan masyarakat yang beragama islam. Dari
sinilah kemudia organisasi ini mulai fokus pada masalh-masalah keagamaan. Tujuan organisasi
Sarekat Islam adalah mengembangkan ekonomi Islam seperti yang dikemukakan oleh Haji Umar
Said Cokroaminoto. Organisasi ini pun semakin berkembang dan membuat Belanda khawatir
karena dianggap membahayakan kedudukan pemerintah belanda. Untuk detail sejarah organisasi
pergerakan nasional Sarekat Islam, Grameds bisa membaca buku Gerakan Sarekat Islam yang
mengungkapkan awal mula berdirinya Sarekat Dagang Islam

3. Indische Partij
Indische Partij adalah organisasi pergerakan nasional yang didirikan oleh Ernest Eugene
Francois Douwes Dekker atau dikenal juga dengan nama Dr. Danudirja Setiabudi, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat atau populer kita kenal dengan nama Ki Hajar
Dewantara. Pendiri organisasi ini kemudian dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai yang pada
25 Desember 191 membuat Indische Partij di Bandung. Organisasi ini memiliki keistimewaan
karena menjadi organisasi yang memiliki usia pendek namun anggaran dasarnya dijadikan
sebagai peletak dasar politik Indonesia dengan status organisasi campuran antara orang asing dan
pribumi. Karena tujuan dan prinsipnya yang sangat radikal menginginkan Indonesia merdeka,
maka organisasi ini ditentang oleh pemerintah Belanda. Akhirnya pada 4 Maret 1913 organisasi
ini ditutup dan dianggap sebagai organisasi yang terlarang.

4. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia adalah organisasi pergerakan nasional yang awalnya didirikan dengan
nama Indische Vereeniging oleh Belanda pada tahun 1908 yakni Soetan Kasajangan Soripada
dan RM Noto Suroto. Namun pada tahun 1923, organisasi ini justru berjuang dari jauh untuk
mempelopori kemerdekaan untuk Indonesia saat itu. Selanjutnya pada tahun 1925 organisasi ini
berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia yang menunjukan identitas diri bangsa dan
negara serta menggantikan kata Hindia Belanda. Tokoh yang terlibat dalam organisasi ini adalah
Mohammad Hatta, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.
5. Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)
Indische Social democratische Vereeniging (ISDV) adalah organisasi yang berdiri pada 9 Mei
1914 oleh Henk Sneevliet yang merupakan anggota dari Partai Buruh Sosial Demokrat Belanda.
ISDV merupakan organisasi yang menganut paham marxisme. ISDV inilah yang kemudian
menjadi cikal bakal terbentuknya Partai Komunis Indonesia pada Desember 1920.Tujuan ISDV
adalah membawa sosialisme di masyarakat Bumiputra yang tidak hanya didapat oleh kepala
anggota yang berasal dari Eropa. Organisasi ini juga menyebarkan paham sosial demokrat ke
masyarakat Hindia saat ini Indonesia. Populernya ideologi kapitalisme dan liberalisme juga di
Indonesia juga dipelopori oleh ISDV.

6. Partai Nasional Indonesia


Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah organisasi bentukan Ir. Soekarno pada 4 Juli 192 yang
bergerak dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Kemudian setelah kongres 1928,
keanggotaan PNI semakin meningkat. Hal inilah yang membuat pemerintah Belanda khawatir.
Akhirnya empat tokoh PNI, yakni Soekarno, Gatot Mangkoepradja, Maskoen, dan Supradinata
ditangkap dan dihukum oleh pengadilan Bandung pada 29 Desember 1929. Tujuan utama PNI
adalah keinginan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Namun berkat tertangkapnya
Soekarno membuat seluruh pengikut nasionalis takut bertindak dan berangsur membubarkan diri.

7. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi pergerakan nasional yang berakar pada keagamaan yang
didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan. Tujuan dari
organisasi ini adalah tanggapan atas saran Budi Utomo untuk memberi pelajaran agama kepada
anggotanya, sehingga membuat kelompok Muhammadiyah menjadi organisasi agama yang
modern. Organisasi ini mulai bergerak dengan mendirikan sekolah agama yang modern, panti
asuhan, panti jompo, dan fakir miskin, sampai balai pengobatan dan rumah sakit. Proses panjang
serta berliku dari organisai Muhammadiyah juga diceritakan dalam buku karya Agus Purwanto
Dkk dengan judul Becoming Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki peran penting dalam
mempersiapkan perlawanan terhadap dominasi asing dan pengaruh Belanda. Organisasi ini juga
efektif meningkatkan pendidikan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik.

8. Gerakan Pemuda Seluruh Indonesia


Gerakan Pemuda Seluruh Indonesia adalah organisasi yang muncul berkat titik terang pengaruh
adanya Budi Utomo yang membawa dampak bagi seluruh pemuda yang ada di Indonesia. Tahun
1914 kemudian berdiri perkumpulan Pasundan dengan tujuan mempertinggi derajat kesopanan,
kecerdasan, dan memperluas kesempatan kerja. Selanjutnya pada 16 Agustus 1927 dibentuklah
organisasi Persatuan Minahasa di bawah pimpinan dr. Tumbelaka dan Sam ratulangi. Akibat
Adanya kesalahpahaman, kemudian berdiri pula Sarekat Celebes. Berkat semangat pemuda
bangsa Indonesia Saat itu membuat banyak organisasi pemuda muncul, mulai dari Sarekat
Madura, Perserikatan Timor, dan Sarekat Sumatra. Organisasi Pemuda di Seluruh Indonesia ini
berkembang berkat terbentuknya perkumpulan pemuda kedaerahan.
9. Organisasi Kepanduan
Lahir pula organisasi perkumpulan kepanduan, selain organisasi pemuda yang berupa lanjutan
dari induk organisasi-organisasi asalnya. Organisasi ini awalnya hanya menghimpun kelompok
pemuda yang gemar olahraga saja. Organisasi yang pertama kali lahir adalah Javaansche
Padvinders Organisatie (JPO) pada tahun 1916 di Solo. Setelah itu lahir pula organisasi bernama
Neda Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) pada tahun 1917 di kalangan anak-anak
keturunan Eropa dengan. Selanjutnya, setelah tahun 1920, organisasi kepanduan ini semakin
berkembang yang mengikuti perkembangan paham nasionalisme.

10.Taman Siswa
Taman Siswa adalah organisasi pergerakan nasional yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara
pada tahun 1922 yang bertujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan secara kultural yang
diselenggarakan dengan baik. Taman siswa menjadi tonggak penataan pengembangan
pendidikan nasional untuk sampai seperti saat ini. Organisasi ini dijalankan dengan demokratis
dan mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia. Organisasi ini pulalah yang meningkatkan
kesadaran peran pendidikan nasional penting untuk mencapai kemerdekaan.

11.Partai Komunis Indonesia


Partai Komunis Indonesia adalah organisasi yang muncul akibat pecahnya organisasi Sarekat
Islam. Hadirnya golongan revolusioner ini membentuk SI merah menjadi berpengaruh terhadap
perkembangan pemikiran sosialis di Indonesia. Organisasi ini diketuai oleh Semaun pada
Desember 1920. Hingga kemudian pada 13 November 1926 partai ini melakukan pemberontakan
di Jawa dan Sumatera, namun tetap bisa dikalahkan oleh Kolonial Belanda. Bersamaan dengan
munculnya PKI ini juga lahir Marxisme Belanda di bawah pimpinan Sneevliet. Pergerakan
politik partai ini adalah organisasi politik yang radikal,sehingga keberadaannya dilarang oleh
pemerintah Belanda. Namun Semaun, Darsono, dan Alin tetap diam-diam menjalankan aktivitas
politik organisasi ini.

12.Partai Indonesia (Partindo)


Partai Indonesia lahir karena Partai Nasional Indonesia (PNI) telah menjadi partai terlarang,
sehingga tokoh-tokoh nasionalis membentuk panitia untuk membentuk partai baru. Pada 1 Mei
1931, dibawah kepemimpinan Sartono lahirlah perkumpulan baru yang bernama Partai
Indonesia. Organisasi ini berharap agar pengikut PNI dulu ikut bergabung kembali.Tujuan
organisasi ini adalah mencapai kemerdekaan Indonesia. Setelah Soekarno bergabung dalam
organisasi ini, pengikut Partindo pun semakin berkembang. Hal tersebut rupanya membuat
pemerintah Belanda kembali was-was, hingga akhirnya Soekarno kembali ditangkap dan
dibuang ke Ende pada 1 Agustus 1933

Anda mungkin juga menyukai