Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Sejarah Sumpah Pemuda

Disusun Oleh
Khanza Alexandria Hutasoit
X-1
SMA Negeri 1 Matauli Pandan
T.P. 2023/2024
Kata pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Makalah
Sejarah Peristiwa Sumpah Pemuda, dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah Sejarah Peristiwa Sumpah Pemuda disusun sebagai media
untuk menperdalam pengetahuan tentang peristiwa bersejarah yang
terjadi di dunia khususnya di Indonesia dan untuk mencapai tujuan serta
sasaran yaitu menyebarluaskan ilmu pengetahuan kepada Masyarakat
Indonesia khusunya anak muda.
Makalah Sejarah Peristiwa Sumpah Pemuda disusun berdasarkan
informasi informasi yang dipastikan tepat dan terpercaya. Sangat
disadari bahwa makalah ini belum sempurna seperti yang diharapkan,
namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak dapat memperoleh
gambaran bagaimana terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kepada banyak pihak dan berguna sebagai bahan masukan bagi
pengelolaan, penataan, serta peningkatan informasi tentang Peristiwa
Bersejarah di Indonesia.

Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Gambaran Umum
Sejarah Sumpah Pemuda
Isi Sumpah Pemuda
Makna Sumpah Pemuda
Fakta tentang Sumpah Pemuda

A. Gambaran Umum
Sumpah Pemuda adalah pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia yang
dilakukan oleh pemuda-pemudi Indonesia. Kala itu mereka menyatakan janji satu
tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
Janji dalam Sumpah Pemuda tersebut bertujuan untuk membangkitkan semangat
rakyat Indonesia, terutama para anak muda untuk menegaskan kemerdekaan
Republik Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan sebuah tekad dan semangat para
pemuda-pemudi Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari
jajahan negara asing.
Sumpah Pemuda tercetus pada 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Sumpah
Pemuda tercipta dari Kongres Pemuda II yang diselenggarakan dua hari, yaitu pada
27 dan 28 Oktober 1928. Situasi tersebut yang menjadikan setiap tanggal 28
Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

B. Sejarah Sumpah Pemuda


Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928
berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi
pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres bertujuan
memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia yang telah tumbuh di dalam
benak dan sanubari pemuda-pemudi. Sebelum kongres digelar, para pemuda
mengadakan pertemuan terlebih dahulu pada 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928.
Mereka membahas tentang pembentukan panitia, susunan acara kongres, waktu,
tempat, dan biaya.
Kemudian pertemuan menyepakati bahwa Kongres Pemuda Kedua akan
diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi, yaitu gedung Katholieke
Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische
Clubgebouw (Rumah Indekos, Kramat No. 106). Keseluruhan biaya akan
ditanggung oleh organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbanga
dan sukarela.
Selain itu, pertemuan juga menyepakati pembentukan kepanitiaan kongres dengan
susunan sebagai berikut:
 Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
 Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
 Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
 Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
 Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
 Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
 Pembantu III: R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)
 Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
 Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi)
RAPAT PERTAMA, GEDUNG KATHOLIEKE
JONGENLINGEN BOND
“Perceraiberaian itu wajiblah diperangi, agar kita bisa bersatu” (Sambutan
Sugondo Djojopuspto dalam pembukaan kongres)

Rapat pertama, malam hari Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke


Jongenlingen Bond (KJB), Ketua Kongres, Sugondo Djojopuspito, memberi
sambutan. Ia berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam
sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Mohammad Yamin
tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor
yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat,
pendidikan, dan kemauan.

RAPAT KEDUA, GEDUNG OOST-JAVA BIOSCOOP


“Di Indonesia ini, mesti lebih banyak perubahan-perubahannya dalam segala
apapun juga. Kita harus membuang jauh-jauh itu tabiat mempermanja anak-anak
kita” (Poernomowoelan)

Rapat kedua, pagi hari, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java


Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan
dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat
pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah
dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

RAPAT KETIGA, GEDUNG INDONESISCHE


CLUBGEBOUW
“Pramuka tanpa semangat kebangsaan bukanlah Pramuka…” (Theo
Pangemanan)

Rapat ketiga, sore hari, Minggu, 28 Oktober 1928, Soenario menjelaskan


pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Kemudian
Ramelan mengemukakan tentang gerakan kepanduan yang tidak bisa dipisahkan
dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak
disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan. Theo
Pengamanan menyampaikan bahwa pandu sejati adalah pandu berdasarkan
semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air Indonesia.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” oleh Wage Rudolf
Supratman melalui lantunan biola. Lagu tersebut disambut dengan sangat antusias
oleh peserta kongres. Kemudian kongres ditutup dengan pembacaan sebuah
keputusan oleh Sugondo Djojopuspito. Keputusan ini dirumuskan oleh Mohammad
Yamin.

PUTUSAN KONGRES
PEMUDA-PEMUDA INDONESIA
Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan
pemuda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan dengan namanya Jong Java, Jong
Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong
Islamieten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan
Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia.

Membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahun 1928 di negeri Djakarta:

Sesudahnya mendengar pidato-pidato pembicaraan yang diadakan didalam


kerapatan tadi;

Sesudahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembicaraan ini.

Kerapatan lalu mengambil keputusan:

PERTAMA.

KAMI PUTERA DAN PUTRI INDONESIA,


MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU,
TANAH INDONESIA.
KEDUA.

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,


MENGAKU BERBANGSA YANG SATU,
BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,


MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN,
BAHASA INDONESIA.

Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan azas ini wajib
dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia.

Mengeluarkan keyakinan persatuan Indonesia diperkuat dengan memperhatikan


dasar persatuannya:

KEMAUAN
SEJARAH
BAHASA
HUKUM ADAT
PENDIDIKAN DAN KEPANDUAN

dan mengeluarkan pengharapan, supaya putusan ini disiarkan dalam segala surat
kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpoelan kita.

Istilah ‘Sumpah Pemuda’ melekat pada keputusan kongres ini. Makna yang
terkandung adalah agar pemuda-pemudi Indonesia senantiasa mencintai tanah air
Indonesia, menjaga dan merawat persatuan kita sebagai sebuah bangsa, serta
menjunjung penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

C. Makna Sumpah Pemuda

1. Menyatukan Perjuangan Indonesia


Kelahiran Sumpah Pemuda menjadi titik awal mulainya perjuangan bangsa secara
kesatuan untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajah. Titik awal ini adalah
langkah penting bagi perjuangan bangsa Indonesia.
Pada saat itu para pemuda dan pemudi yang terlibat dalam peristiwa Sumpah
Pemuda dengan tulus merelakan diri untuk berkorban waktu, tenaga, pikiran,
bahkan harta benda untuk menyatukan Indonesia.
Tekad seperti ini tentu merupakan sesuatu yang sangat berharga dan tidak
tergantikan. Tanpa makna dari Sumpah Pemuda dan perjuangan dari para pemuda
serta pemudi terpelajar, bisa saja Indonesia pada saat itu tidak mencapai kesatuan
yang diperlukan untuk melawan penjajah.

2. Mendorong Semangat Juang

Kemerdekaan yang didapatkan rakyat Indonesia ini bukanlah hasil dari pemberian
melainkan hasil dari perjuangan selama ratusan tahun yang melibatkan
pengorbanan nyawa serta harta benda rakyat.

Latar belakang Sumpah Pemuda itu sendiri adalah sebuah pengakuan akan rasa
cinta tanah air yang mendorong para pemuda untuk berjuang dalam satu kesatuan.
Mencintai tanah air harus diwujudkan dalam tindakan yang nyata dan tulus,
termasuk mencintai semua keragaman budaya, masyarakat, dan agama yang ada
agar tidak menjadi sarana untuk konflik sosial.

3. Menumbuhkan Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia

Makna Sumpah Pemuda berikutnya adalah menumbuhkan kebanggaan sebagai


bagian dari bangsa Indonesia di kalangan generasi muda yang baru saja mengenal
sejarah bangsa.
Pada saat ikrar Sumpah Pemuda diucapkan, terlihat jelas kebanggaan tersebut pada
diri para pemuda dan pemudi dalam kalimat-kalimat yang terkandung pada isi ikrar
tersebut.
Sudah sewajarnya generasi muda saat ini bangga akan tanah air dan negaranya
sendiri karena Indonesia adalah negara yang unik dan memiliki keragaman
kekayaan alam dan budaya yang perlu dihargai dan dilestarikan oleh rakyatnya
sendiri.

4. Menekankan Kebanggaan akan Bangsa Indonesia

Berkembangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah makna


peristiwa Sumpah Pemuda yang lainnya. Sejak itu bangsa Indonesia
mempergunakan bahasa ini sebagai sarana untuk berkomunikasi.
Bahasa Indonesia dapat mempersatukan suku-suku yang berbeda dalam
berkomunikasi, dan ditetapkan sebagai bahasa resmi yang tercantum pada UUD
1945 pasal 36.

5. Ajakan untuk Menjaga Keutuhan Bangsa

Indonesia menganut asas demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bertanah


airnya. Landasan untuk pelaksanaan demokrasi adalah asas-asas pokok demokrasi
yang berguna untuk menjaga demokrasi tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Proses demokrasi juga dilibatkan pada Kongres Pemuda II dalam pengambilan
keputusan hasil kongres sehingga dapat menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda yang
terkenal tersebut dan memunculkan makna Sumpah Pemuda sebagai ajakan untuk
mempersatukan bangsa, dimulai dengan persatuan organisasi pemuda di Indonesia
pada waktu itu.
Makna dari Sumpah Pemuda bagi generasi muda di era milenial ini haruslah
ditanamkan kembali secara mendalam agar dapat kembali menumbuhkan rasa
nasionalisme yang dewasa ini mulai luntur di tengah kemajuan era globalisasi.

D. Fakta tentang Sumpah Pemuda


1. Awalnya tidak memiliki nama “Sumpah Pemuda”
Sumpah Pemuda kini dikenal sebagai tonggak sejarah pergerakan kemerdekaan.
Namun pada saat kongres berlangsung, rumusan yang ditulis oleh Mohammad
Yamin itu tidak disebut sebagai Sumpah Pemuda.
Meski telah dibacakan pada kongres, rumusan ikrar itu tidak memiliki judul
tertentu. Istilah Sumpah Pemuda baru muncul setelah kongres berlangsung
beberapa hari. Akan tetapi, peringatan Sumpah Pemuda tetap didasarkan pada
tanggal pembacaan ikrar, yakni 28 Oktober.
2. Pembukaan acara di Gereja
Kongres Pemuda II berjalan dalam 3 putaran. Pembukaan berlangsung di
Khatolieke Jongenlingen-Bond, Kompleks Katedral Jakarta, Sabtu, 27 Oktober
1928, mulai pukul 21.30. Gereja dipilih karena memiliki aula dengan banyak
bangku untuk menampung ratusan peserta.
3. Sudah dipersiapkan 2 Tahun sebelumya
Isi sumpah pemuda sebenarnya sudah mulai dirumuskan pada saat resolusi
Kongres Pemuda I pada tanggal 2 Mei 1926 yang berbunyi :
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Melayu.
Dari tiga klausul tersebut hanya poin yang menyebutkan bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan yang menjadi kontroversi.
4. Menggunting Topi Eropa Seperti Peci
Peci, yang diperkenalkan oleh Bung Karno sebagai identitas pergerakan nasional,
banyak dipakai oleh peserta Kongres. Ini juga menandai awal penggunaan peci
sebagai identitas pergerakan di forum resmi yang bersifat luas. Namun, karena saat
itu peci masih langka di Hindia-Belanda, maka sebagian peserta kongres
menggunting pinggiran topi Eropanya sehingga menyerupai peci

5. Bahasa Belanda Mendominasi


Pada saat kongres berlangsung, rupanya bahasa Belanda masih mendominasi
pembicaraan. Sebagian pembicara dalam Kongres Pemuda II menggunakan bahasa
Belanda, misalnya Siti Soendari yang turut menyampaikan pidatonya dalam
kongres itu.
Tak hanya pembicara, notulen rapat dalam kongres pun ditulis menggunakan
bahasa Belanda. Meski begitu ada juga yang mahir berbahasa Melayu yang kelak
menjadi bahasa Indonesia, yakni Mohammad Yamin. Ia bertugas sebagai
Sekretaris Sidang dan menerjemahkan pidato serta kesepakatan sidang ke dalam
bahasa Melayu.
6. Lagu Indonesia Raya Pertama Kali Diperdengarkan Meski Tanpa Syair
Kongres Pemuda juga dihadiri oleh Wage Roedolf Soepratman, pencipta lagu
Indonesia Raya yang semula berjudul 'Indonesia" Pada saat itu ia telah
menciptakan lagu tersebut dan membawakannya dalam kongres.
Sayangnya kongres itu dijaga ketat oleh kepolisian Belanda sehingga menimbulkan
kekhawatiran jika kata Indonesia dan Merdeka dalam syair lagu maka kongres bisa
jadi dibubarkan. Alhasil WR Supratman hanya membawakan lagu Indonesia Raya
ciptaannya dengan irama biola saja. Kesempatan ini turut menandai kali pertama
lagu Indonesia Raya dibawakan oleh penciptanya.
7. Hanya 6 Perempuan yang Ikut Kongres
Peran perempuan dalam Kongres Pemuda II tidak begitu menonjol. Begitu pula
dengan jumlah peserta pemudi yang hadir dalam kongres yang melahirkan Sumpah
Pemuda tersebut.
Berdasarkan buku resmi Panduan Museum Sumpah Pemuda, peserta kongres yang
tercatat hanya ada 82 orang. Padahal sejatinya ada 700-an peserta yang hadir di
gedung yang digunakan untuk melangsungkan kongres. Peserta perempuan sendiri
hanya ada enam orang, yaitu Dien Pantow, Emma Poeradiredjo, Jo Tumbuan,
Nona Tumbel, Poernamawoelan, dan Siti Soendari.
Dari keenam peserta perempuan tersebut, hanya tiga peserta yang turut
menyampaikan pidatonya dalam kongres, yakni Mardanas Safwan, Emma
Poeradiredjo dan Siti Soendari.

8. Naskah Sumpah Pemuda Ditulis oleh satu Orang


Mohammad Yamin yang menjadi Sekretaris dalam kongres turut mengikuti rapat
marathon yang digelar 27-28 Oktober 1928. Ia juga berdiskusi bersama utusan lain
dari berbagai daerah. Berdasarkan diskusi dalam rapat tersebut, tercetuslah Ikrar
Pemuda.
Yamin sendiri bertugas untuk meramu rumusan dari hasil diskusi. Hebatnya, tak
butuh waktu lama bagi Yamin merumuskan Ikrar Pemuda yang kemudian ia
serahkan kepada kepala Kongres, Soegondo Djojopoespito.
Soegondo kemudian membaca rumusan Yamin dan memandang ke arahnya.
Yamin tersenyum dan dengan spontan Soegondo membubuhkan parafnya.
Seterusnya rumusan Yamin disetujui oleh seluruh utusan organisasi pemuda.
Rumusan yang menjadi Ikrar/Sumpah pemuda selanjutnya dibacakan oleh
Soegondo dan dipaparkan oleh Yamin yang kemudian disahkan sebagai Sumpah
Pemuda.
9. Tidak boleh ada kata Merdeka
Kongres Pemuda II dijaga ketat oleh kepolisian Belanda. Saat kongres
berlangsung, para peserta tidak diizinkan menyuarakan kata merdeka. Kata
tersebut pada saat itu memang merupakan kata ‘terlarang’. Untungnya, meski
peserta yang hadir merupakan dara muda, mereka masih bisa mengkondisikan diri.
Cerdiknya mereka juga mampu merumuskan Ikrar atau Sumpah Pemuda yang
menjadi pergerakan kemerdekaan meski tanpa penggunaan kata merdeka.
Larangan kata meredeka pada saat itu juga turut menjadi alasan lagu Indonesia
Raya yang didendangkan oleh WR Supratman, hanya dibawakan dengan iringan
biola tanpa menyertakan syair.
10. Rumah tempat kongres jadi Museum Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda dilangsungkan di sebuah rumah di jalan Kramat Raya nomor
106, Jakarta Pusat. Gedung ini merupakan pemondokan untuk pelajardan
mahasiswa waktu itu.
Berkat Kongres itu, pada 1972, rumah itu ditetapkan sebagai cagar budaya dan
dijadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Hingga saat ini, museum tersebut bisa dikunjungi untuk mempelajari berbagai hal
terkait sejarah kemerdekaan Indonesia serta sejarah Sumpah Pemuda khususnya.

Fakta tambahan.
Dari berbagai sumber
Beberapa catatan lain menyatakan syair lagu "Indonesia" sesungguhnya digubah
oleh Muhammad Yamin. Menurut A.A. Navis dalam buku Otobiografi A.A.
Navis : Satiris dan Suara Kritis dari Daerah. "Komposisi nadanya disusun W.R.
Soepratman dan kata-katanya oleh Muhammad Yamin. Informasi tersebut
didapatkan dari Mohammad Nazif dan Anwar Sutan Saidi. Nazif adalah peserta
kongres Pemuda II, sedangkan Anwar merupakan pendiri penerbit Nusantara, yang
kerap menerbitkan buku Yamin.
Menurut Restu Gunawan, penulis buku Muhammad Yamin dan Cita-cita
Persatuan, Jejak Yamin dalam syair Indonesia juga dapat dilihat pada frasa " tanah
air" dan "tumpah darah". Pada tahun 1920, Yamin telah menulis puisi berjudul
"Tanah air" dan "Indonesia Tumpah Darahku" pada 28 Oktober 1928. Menurut
Restu kalau dianalisis dari sudut pandang tersebut lirik lagunya mengikuti pola
pikir Yamin. Sehingga dugaan lirik lagu "Indonesia Raya" diciptakan oleh Yamin
ada benarnya juga.
Sejarawan senior Taufik Abdullah mengaku pernah dikirimi potongan artikel yang
menyebutkan Yamin menghibahkan syair "Indonesia Raya" kepada W.R.
Soepratman sebelum Kongres Pemuda II dimulai, sehingga Yamin tidak pernah
mempersoalkan hak cipta.

Daftar Pustaka
Sejarah Sumpah Pemuda – Museum Sumpah Pemuda
https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/sejarah-sumpah-
pemuda/
Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda
https://www.bola.com/ragam/read/5212900/sejarah-lahirnya-sumpah-
pemuda
Makna Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 – Ragam Bola.com
https://www.bola.com/ragam/read/5316475/makna-peristiwa-sumpah-
pemuda-28-oktober-1928?page=7
10 Fakta tentang Sumpah Pemuda
https://pekalongankab.bawaslu.go.id/berita/detail/10-fakta-tentang-
sumpah-pemuda

Anda mungkin juga menyukai