Referensi:
Abdul Rahman, M., Darmansyah, Suswadi, Wiyadi, S.S., Misman, 2008. Sumpah
Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional. Jakarta:
Museum Sumpah Pemuda.
Ahdiyat, M., 2021. Gelombang Semangat Sumpah Pemuda. Dalam: Hayat, ed. 2021.
Menggali Pondasi Karakter Bangsa dengan Semangat Sumpah Pemuda.
Malang: Unisma Press.
Sejarah singkat Sumpah Pemuda
Sejarah Sumpah Pemuda bermula dari Kongres Pemuda II yang digagas oleh
Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan dihadiri oleh organisasi pemuda. Di
antaranya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia,
Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum
Betawi. Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali
rapat untuk menghasilkan Sumpah Pemuda.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
(KJB), Lapangan Banteng.
Dalam rapat tersebut terdapat uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas
masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan.
Selain itu, anak harus dididik secara demokratis dan ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dengan di rumah.
Rapat ketiga, Minggu, 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat
yang kini diabadikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Pada rapat ketiga inilah
detik-detik diumumkan rumusan hasil kongres yang dikenal sebagai Sumpah
pemuda.
Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf
Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres.