Anda di halaman 1dari 10

Sumpah Pemuda

Sejarah Sumpah Pemuda


Sumpah Pemuda merupakan tonggak utama dalam sejarah gerakan
kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai roh kristalisasi untuk
menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Yang dimaksud dengan
“Sumpah Pemuda” adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diadakan
selama dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).

Keputusan ini menegaskan cita-cita akan menjadi “tanah air Indonesia”,


“rakyat Indonesia”, dan “Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan dapat
menjadi dasar untuk “asosiasi kebangsaan Indonesia” dan bahwa “di semua
surat kabar yang diterbitkan dan dibaca dalam pertemuan asosiasi antar
muka”.

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai pemuda yang berjuang
demi Indonesia dengan cara berprestasi mengharumkan nama Indonesia.
Terlepas dari itu semua,pada jaman sebelum kemerdekaan pemuda
mengahargai negeri ini dengan cara rela mati demi kemerdekaan indonesia
yang saat itu tengah dijajah oleh kaum nonpribumi. Kegigihan pemuda kala itu
dapat menghasilkan sebuah kemerdekaan bagi Indonesia dengan cara
membuat organisasi pemuda sehingga menghasilkan – sumpah pemuda.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, merupakan momentum kebangkitan
nasionalisme yang luar biasa. Sesuda pergelaran Sumpah Pemuda maka
semangat kenasionalan ini muncul dalam jiwa pemuda-pemuda bangsa
sehingga tercipta kemerdekaan setelah beratus-ratus tahun negara ini
dibawah kekuasaan asing. Peran serta kontribusi dari Sumpah Pemuda
terhadap bangsa Indonesia merupakan topik yang menari untuk dikaji lebih
mendalam.
Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda merupakan pengakuan Pemuda Indonesia
yang berjanji satu negara, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda
dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan kerapatan Pemuda-
Pemudi atau Kongres Pemuda Indonesia, yang hingga kini diperingati sebagai
Hari Pemuda. Kongres Pemuda yang diadakan tiga sesi di tiga tempat
berbeda oleh organisasi Mahasiswa Indonesia Himpunan Mahasiswa (GN)
yang terdiri dari mahasiswa dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres ini
dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi pemuda.
Ide penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan
Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota
pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga
gedung yang berbeda dan dibagi menjadi tiga pertemuan.
Sejarah Sumpah Pemuda

Tanggal 28 oktober 1928, sebagai tanggal yang dijadikan Hari Sumpah


Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa Bangsa Indonesia
telah lahir. Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada
sebuah kertas. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan
kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Moehammad Yamin.

Sejarah Hari Sumpah Pemuda


Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda
yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres
dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen
Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam
sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat
memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara
dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa
memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat,
pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop,
membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan
Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat
pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di
sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat
Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi
selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan
kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan
kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang
dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” karya Wage
Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran
Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah
oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil
kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai
Sumpah Setia.
Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi
pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong
Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar
Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula
beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang,
John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak
diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee
Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond.
Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia
mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda
Keturunan Arab.
Johanna Masdani Tumbuan termasuk di antara 71 pemuda yang hadir dalam
Kongres Pemuda Kedua, Oktober 1928 dan turut serta mengikrarkan Sumpah
Pemuda yang berlangsung di sebuah gedung yang terletak di Jalan Kramat
Raya no. 106 Jakarta Pusat.
Johanna Masdani Tumbuan menjadi seorang saksi sejarah detik-detik
Proklamasi Indonesia yang dilakukan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada
17 Agustus 1945. Johanna Masdani Tumbuan juga ikut serta menyusun
konsep pembangunan Tugu Proklamasi yang sederhana di depan rumah
Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur (kini Jl. Proklamasi) no. 56, Jakarta.
Tugu ini kemudian dibongkar oleh Bung Karno, namun dibangun kembali pada
tahun 1980-an. Baca juga pada Sejarah Perjuangan Pemuda Indonesia dan
Sumpah Pemuda oleh David DS Lumoindong.
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda,
adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok
Liong.
Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973
dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai
Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah
Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata.

 Pertemuan pertama, Sabtu, 27 Oktober, 1928, di laksanakan di


Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (GOC), Waterlooplein sekarang
Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Ketua GN Sugondo
Djojopuspito berharap konferensi ini akan memperkuat semangat
persatuan di benak pemuda. Acara dilanjutkan dengan penjelasan tentang
makna dan Moehammad Yamin  hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurut dia, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia,
sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
 Pertemuan kedua, Minggu, 28 Oktober, 1928, di laksanakan di Gedung
Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara,
Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa
anak-anak harus menerima kewarganegaraan pendidikan, harus ada
keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak-anak
juga perlu dididik secara demokratis.

 Pada pertemuan Ketiga, di laksanakan di gedung Indonesische


Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya
nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sementara
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari
pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak
dan disiplin diri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Panitia Kongres Lahirnya Sumpah Pemuda Adalah


:
Ketua                  : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua      : R.M Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris          : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara         : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I        : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II      : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III :Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV    : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V      : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta              : Abdul Muthalib Sangadji, Purnama Wulan, Abdul
Rachman, Raden Soeharto, Abu Hanifah, Raden Soekamso, Adnan Kapau
Gani, Ramelan, Amir (Dienaren van Indie), Saerun (Keng Po), Anta Permana,
Sahardjo, Anwari, Sarbini, Arnold Manonutu, Sarmidi Mangunsarkoro, Assaat,
Sartono, Dr.Pijper, Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken), Emma
Puradiredja, Soejono Djoenoed Poeponegoro, Halim, R.M. Djoko Marsaid,
Hamami, Soekamto, Jo Tumbuhan, Soekmono, Joesoepadi, Soekowati
(Volksraad), Jos Masdani, Soemanang,
Kadir, Soemarto, Karto Menggolo, Soenario (PAPI & INPO), Kasman
Singodimedjo, Soerjadi, Koentjoro Poerbopranoto, Soewadji Prawirohardjo,
Martakusuma, Soewirjo, Masmoen Rasid, Soeworo, Mohammad Ali Hanafiah,
Suhara, Mohammad Nazif, Sujono (Volksraad), Mohammad Roem, Sulaeman,
Mohammad Tabrani, Suwarni, Mohammad Tamzil, Tjahija, Muhidin
(Pasundan), Van der Plaas (Pemerintah Belanda), Mukarno, Wilopo, Muwardi,
Wage Rudolf Soepratman, Nona Tumbel. Dll.
Formulasi Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik
kertas yang disajikan untuk Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato
pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) berbisik ke
Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (saya memiliki
formulasi yang lebih elegan untuk ini keputusan Kongres), yang kemudian
Soegondo memberi tanda tangan setuju pada selembar kertas, kemudian
diteruskan kepada orang lain untuk inisial setuju juga. sumpah tersebut
dibacakan oleh Soegondo awalnya dan kemudian dijelaskan panjang lebar
oleh Yamin.
Lahir Dan Berkembangnya Sumpah
Pemuda
Sejak kedatangan para penjajah, keadaan bangsa Indonesia sangat
sengsara. Para penjajah melakukan monopoli perdagangan di Indonesia
dengan cara kekerasan. Selain itu, Belanda juga melakukan politik devide et
impera sehingga dapat menaklukkan semua kerajaan di Indonesia dan
menjadi terprcah- pecah. Dalam pemerintahannya, Belanda juga menerapkan
sistem tanam paksa, sehingga rakyat semakin sengsara dan miskin. Terlihat
Indonesia sebagai jajahan Belanda memperoleh kemajuan, akan tetapi rakyat
Indonesia tetap miskin sebab gaji para karyawan Indonesia baik di
perusahaan swasta maupun dalam administrasi pemerintahan tetap rendah
sekali. Sehingga rakyat melarat dan penghasilan di bawah minimum.
Keadaan yang demikian tidak membuat para tokoh pemuda untuk berdiam
saja. Para pemuda membentuk pekumpulan-perkumpilan (organisasi) untuk
menghadapi kekejaman pemerintah Belanda. Pada permulaan menjelang
abad ke- 20, telah terdapat tanda-tanda akan bangkitnya kembali rakyat
Indonesia. Kebangkitan tersebut bermula dengan adanya sosok Kartini yang
ingin memperbaiki keadaan bangsa Indonesia. Bangkitnya bangsa Indonesia
tidak terlepas dari cita-cita kartini. Buku Kartini yang berisikan surat-surat yang
berjudul Habis gelap Terbitlah terang telah membawa pengaruh bagi para
pemuda dan pemimpin-pemimpin Indonesia serta bagi kaum terpelajar
Belanda.
Pada tahun 1906 Dr. Wahidin Sudirohusodo mulai memajukan propaganda
dalan memajukan rakyat Jawa melalui perluasan pengajaran. Berkat
dorongan Dr. Wahidin, pada tanggal 20 Mei 1908, untuk pertama kalinya
didirikan perkumpulan dengan sebutan Budu Utomo oleh Dokter Sutomo dan
kawan-kawan. Sehingga mulailah zaman baru di Indonesia yaitu zama
pergerakan Indonesia. Selain itu didirikanpula Serekat Dagang Indonesia oleh
Haji Samanhudi yang selanjutnya diubah menjadi Serekat Islam. Berdirinya
Budi Utomo kemudian diikuti oleh perkumpulan-perkumpulan lain di daerah-
daerah seperti Pasundan, Serekat Sumatra, Perkumpulan Ambon,
Perkumpulan Minahasa dan organisasi dari golongan agama seperti
organisasi Muhamadiyah serta organisasi dari perkumpulan wanita seperti
Putri Mardika dan lain-lain. Organisasi yang banyak didirikan masih bersifat
kedaerahan bangsa Indonesia.
Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai
bangkit meskipun masih dalam suasana kesukuan atau kedaerahan. Pada
tanggal 7 Maret 1915 Satirman bersama kadarman dan Sunardi mendirikan
perkumpulan bernama Tri Koro Darmo yang artinya Tiga Tujuan Mulia (Sakti,
Budi, Bakti). Kemudian Tri Koro Darmo diubah namanya menjadi Jong Java
pada kongres di Solo pada tahun 1918 karena untuk mencita-citakan
persatuan Jawa Raya (Sunda, Jawa, Madura dan Bali).
Selain Jong Java telah terbentuk pula perkumpulan pelajar bernama
Sumatranen Bond yang mempunyai cabang di Padang dan Bukittinggi.
Kemudian disusul dengan berdirinya perkumpulan pemuda kedaerahan
seperti Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes dan lain-lain. Berdiri pula
Jong Islamieten Bond (JIB) yang didirikan oleh ketua Jong Java yaitu Sam.
JIB turut memegang peranan penting dalam Sumpah Pemuda. Tahun 1908
para mahasiswa yang belajar di Belanda juga mendirikan organisasi yang
disebut Perhimpunan Indonesia.

Pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926, terjadi Kongres Pemuda I. Dalam kongres
ini terdiri dari kumpulan atau organisasi pemuda yang kemudian bersatu dan
melakukan kongres I di Jakarta dan dipimpin oleh M Tabrani dengan tujuan
memajukan paham persatuan bangsa dan mengeratkan hubungan antar
semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Sesudah kongres selesai,
mahasiswa- mahasiswa Indonesia di Jakarta mendirikan perkumpulan
mahasiwa bernama Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Tujuan
didirikannya adalah untuk persatuan bangsa Indonesia terutama dikalangan
pemuda. Para pemuda dalam PPPI telah sepakat mengenai waktu untuk
mencetuskan sumpah pemuda.
Pada Kongres Pemuda II tanggal 26-28 Oktober 1928 dihadiri oleh sembilan
organisasi pemuda dan sejumlah tokoh politik. Kongres tersebut merupakan
puncak integrasi ideologi nasional dan merupakan peristiwa nasional. Kongres
tersebut membawa semangat nasionalisme ke tingkat yang lebih tinggi karena
utusan yang datang mengucapkan sumpah setia “Satu Nusa, Satu Bangsa,
Satu Bahasa Indonesia”. Di dalam penutupan kongres, dikumandangkan lagu
Indonesia Raya ciptaan W.R Supratman. Simbol kebangsaan lainnya yaitu
bendera Merah Putih dikibarkan untuk mengiringi lagu kebangsaan tersebut
sehingga tercipta kesan yang mendalam bagi para pemuda yang hadir dalam
kongres tersebut.
Dua tahun setelah sumpah pemuda, gerakan pemuda menginjak fase
perjuangan baru dalam kenyataanya yaitu fase perjuangan yang dijiwai oleh
cita- cita sumpah pemuda yaitu cita-cita persatuan berdasarkan kebangsaan
Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 1930 dalam konferensi di Solo
ditetapkan berdirinya organisai Indonesia Muda yang saat itu memiliki 25
cabang dengan 2400 anggota. Indonesia Muda adalah penerus roh “Sumpah
Pemuda”.
Sejak 1 Januari 1931 Indonesia Muda mulai bergerak dengan semangat
kebangsaan yang menyala-nyala. Tujuan Indonesia Muda adalah Memperkuat
rasa perstuan di kalangan pelajar-pelajar, membangunkan dan
mempertahankan keinsyafan, siantaranya bahwa mereka adalah anak bangsa
yang bertanah air satu agar tercapailah Indonesia Raya. Untu mencapai
tujuan ini Indonesia Muda berusaha memajukan rasa saling menghargai dan
memelhara persatuan di semua anak Indonesia, bekerjasama dnegan
perkumpulan-perkumpulan pemuda, mengadakan kursus-kursus untuk
mempelajari bahasa persatua dan memberantas buta huruf, memajukan
olahraga dan sebagainya
Sumpah Pemuda di Masa Sekarang
Setiap tahun diperingati hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober. Pada
tahun 2013 Sumpah Pemuda diperingati dengan upacara-upacara di shampr
setiap sekolah di Indonesia. Tujuan dari peringatan ini adalah untuk
mengingatkan kembali mengenai perjuangan di masa Sumpah Pemuda dan
meniru semangatnya dalam mempersatukan pemuda-pemuda Indonesia.
Yang membedakan masa sekarang dan masa lalu adalah masalah yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dahulu yang dihadapi adalah para penjajah
di Indonesia, sedangkan sekarang adalah masalah yang dihadapi adalah
masalah yang berkaitan dengan Indonesia sebgai Negara berkembang.
Contohya adalah masalah pendidikan dan pembangunan yang kurang merata,
korupsi, narkoba dan mlain-lain. Namun keduanya, di masa lalu ataupun di
masa sekarang, sama-sama membutuhkan persatuan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Berikut adalah peringatan-peringatan Sumpah Pemuda tahun 2013 di
beberapa daerah di Indonesia :
Ratusan orang yang tergabung dalam organisasi pemuda dan organisasi
massa menggelar aksi memperingati Hari Sumpah Pemuda di Bundaran Hotel
Indonesia, Jakarta, Senin (28/10/2013) malam. Selain orasi, mereka juga
menyalakan seribu lilin sebagai bentuk refleksi 85 tahun peringatan Sumpah
Pemuda.
Salah satu orator dalam aksinya mengatakan, masih banyak pemuda
indonesia yang hidup jauh dari kelayakan. Mereka mengingatkan pemerintah
untuk peduli kepada pemuda pemudi di wilayah Indonesia Timur. “Masih
banyak pemuda pemudi yang belum mendapatakan pendidikan yang layak.
Contoh di Papua, NTT, masih banyak pemuda yang pendidikannya tertinggal,”
ujar orator itu. Sebagai pemuda, seru dia, mereka menuntut pemerintah
memperhatikan pemuda-pemuda dengan memberikan pendidikan yang layak.
Aksi damai dilakukan sejumlah ormas pemuda. Di antara ormas itu adalah
Generasi Muda Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan Indonesia (GM
FKPPI), Benteng Jakarta, PW Anshor, Generasi Muda Pembela Tanah Air
(Gema Peta), Pemuda-pemuda Panca Marga (PPM), dan Jaringan Pemuda
Penggerak (Jamper).
Nilai esensi dasar yang terkandung dalam Sumpah Pemuda pada masa lalu
masih kurang menjiwai organisasi-organisasi pemuda di masa ini. Meskipun
banyak sekali organisasi pemuda yang telah didirikan dan bersifat nasional,
namun tak banyak yang benar-benar melakukan kegiatan yang bermanfaat
untuk Indonesia.

Sumpah Pemuda di Masa Mendatang


Pada subbab 2.2 telah dibahas megenai peringatan Sumpah Pemuda tahun
2013 yang dilakukan oleh organisasi pemuda yang kurang bermanfaat untuk
Indonesia. Namun diketahui bahwa telah banyak organisasi yang terdapat di
Indonesia yang bersifat nasional. Berikut adalah beberapa organisasi yang
ada di Indonesia yang cukup memberikan kontribusi yang positif untu
Indonesia.

 AYISI (Association of Young Innovator and Scientist


Indonesia)
AYISI berdiri pada tahun 2010 sebagai wadah untuk membina para scientist
muda berbakat yang ada di Indonesia. Organisasi ini siap untuk
mengakomodasi potensi peneliti muda Indonesia untuk menunjukkan kepada
dunia bahwa Indonesia juga memiliki potensi yang tidak kalah dengan negara
lain.
Prestasi yang pernah dicapai adalah 2 Innovator Binaan AYISI Sukses Meraih
Gold Medal Glami dan Hurom Award di Korea Selatan, 10 Innovator Binaan
AYISI Berhasil Memperoleh Medali di Ajang “5th Live Invention Student
Contest for Green in Korea”, meraih 2 emas di International Engineering
Invention and Innovation Exhibition (i-Envex) 2013 yang diselenggarakan oleh
Universiti Malaysia Perlis (UniMAP) di Perlis, Malaysia dan masih banyak lagi

Indonesian Future Leader


Indonesian Future Leaders (IFL) adalah lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak dalam pemberdayaan pemuda melalui tiga pilar aksi, yaitu:

1. pengembangan kapasitas pemuda,


2. kegiatan layanan masyarakat, dan
3. advokasi isu yang berkaitan dengan pemuda.

IFL berkeinginan untuk menjadikan generasi muda Indonesia generasi yang


kompeten di bidang yang ditekuninya sehingga dapat membawa perubahan
positif dan menjadi inspirasi bagi lingkungannya. Demi mencapai visi tersebut,
IFL menginisiasi berbagai kegiatan pemberdayaan pemuda
Sejak pertama kali berdiri pada September 2009 hingga Juni 2013, IFL telah
menjangkau +70.000 orang, memberdayakan +700 relawan, memberi dampak
kepada +20.000 beneficiaries, menyediakan mini grants kepada +30 proyek
pemuda, serta mendapat +28.000 pendukung online.

Forum Indonesia Muda


Forum Indonesia Muda (FIM) merupakan sebuah forum independen yang
beranggotakan pemuda dan mahasiswa dari berbagai aktivitas, universitas
maupun lembaga kepemudaan, dari seluruh Indonesia; dengan cita-cita
bersama membangun bangsa dengan semangat kontribusi bersama. Forum
ini dibuat sebagai sarana peningkatan kompetensi pemuda dan mahasiswa
dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan dan wadah silaturahmi
untuk membangun kontribusi bersama.
FIM dibentuk untuk menjadi sarana peningkatan kompetensi pemuda dan
mahasiswa dalam rangka mempersiapkan pemimpin masa depan dan
wahana silaturahmi antar pemuda dari berbagai latar belakang.
Sejak tahun 2003, FIM konsisten menyelenggarakan leadership and lifeskill
training setiap tahunnya, sebuah pelatihan yang bertujuan untuk memperluas
wawasan, meningkatkan kompetensi, sekaligus memperluas jaringan dari
pesertanya. Hingga saat ini, FIM memiliki alumni pemuda dan mahasiswa
dengan jumlah lebih dari 1000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia
dengan latar belakang minat dan aktivitas seperti pendidikan, kerelawanan,
pemberdayaan masyarakat, lingkungan, sosial politik ekonomi, seni dan
budaya.
Selain leadership and lifeskill training, FIM juga aktif dalam beberapa
penyelenggaraan kegiatan, antara lain :

1. Rumah Belajar, sarana dan aktivitas pendidikan karakter kepada anak-


anak usia sekolah di daerah Cimangggis, Bogor, Lampung, dan
Banjarbaru.
2. Aksi kepedulian sosial seperti kampanye Hari AIDS, kampanye tolak
aksi pornografi, kegiatan 17 agustusan dengan anak-anak dan
masyarakat sekaligus bakti sosial di Bandung, roadshow ke berbagai
daerah tentang flu burung, antisipasi bencana alam ke Bandung, manado,
aceh, dan lainnya.
3. Silaturahmi pemuda dan mahasiswa seperti melalui seminar nasional,
milis, forum informal.
4. Persiapan Freedom Flotilla Indonesia dan bergabung dalam tim relawan
Indonesia yang berangkat dalam misi kemanusian ke Gaza.
5. Bekerja sama dengan Mer-C, ASA Indonesia, VOP, dan HASI, yang
memfokuskan pada isu hak anak dan perempuan.
6. Peringatan Hari Anak.

 ASHOKA Young Changemaker


Young Changemakers Ashoka (YCM) didirikan pada tahun 2009. Young
Changemakers Ashoka adalah anak muda berusia 12-25 Tahun yang telah
mengembangkan gagasan sosial bagi masyarakat , menunjukkan dampak
perubahan sosial serta memenuhi kriteria dasar Young Changemakers yaitu
Applied empathy, Leadership, Teamwork, The Idea dan Social Impact. Mereka
bergabung bersama keluarga besar Ashoka setelah melalui serangkaian
proses dimulai dari aplikasi hingga seleksi panel.
Beberapa program yang telah didukuong oleh Young Changemaker adalah :

1. Yayut Evandyah Agusti – Sanggar Tata Busana bagi anak putus


sekolahSanggar Arimbi – SMK Boyolanggu Tulungagung
2. Mustari – Mobilisasi alat penjernih air sederhana bagi masyarakat
Kampung Jernih – MTs At Taqwa 3 Bekasi
3. LILY KUSUMA – Pemberantasan buta huruf pada orang dewasa
BATAS
4. Universitas Ciputra Surabaya
5. Cendy Claudia Agustin – Menjaga kualitas air sungai melalui
Biomonitoring Polisi Air – SMPN 1 Wonosalam Jombang
6. dan masih banyak lagi ….

Jadi di masa sekarang ada juga beberapa organisasi nasional yang banyak
memberikan kontribusi positif kepada Indonesia. Mudahnya berkomunikasi
melalui internet dengan memanfaatkan social media adalah salah satu yang
mendukung dari penyelenggaraan organisasi.
Harapan untuk di masa depan adalah semakin banyak organisasi yang
bersifat nasional yang memiliki jiwa dan semangat Sumpah Pemuda, yaitu
mempersatukan bangsa Indonesia dengan tujuan menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi di Indonesia.
Sumber :
Sahabat Setia Dosen pendidikan.Co.Id

Anda mungkin juga menyukai