Anda di halaman 1dari 6

Buruh dan pekerja adalah pekerjaan yang sangat rendah pada masa pemerintahan kolonial

Belanda. Namun saat ini, sudah ada tanggal khusus untuk memperingati hari Buruh yaitu setiap
tanggal 1 Mei. Salah satu perkumpulan yang pernah ada dalam sistem organisasi buruh adalah
perkumpulan Adhi Dharma. Perkumpulan ini didirikan oleh Suryopranoto yang merupakan kakak
dari Ki Hajar Dewantara di tahun 1915. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk membela
kepentingan kaum buruh, termasuk membantu para buruh yang sudah dipecat oleh pabriknya
supaya bisa mendapatkan pekerjaan baru yang layak.

Di bulan Agustus tahu 1918, Suryopranoto membentuk sebuah gerakan sendiri untuk kaum buruh
yang bernama Prawiro Pandojo ing Jeodo atau Arebidsleger atau tentara buruh. Gerakan ini adalah
cabang dari Adhi Dharma. Perkumpulan ini didirikan sebagai efek dari perlawanan kaum buruh
dari pabrik gula yang ada di Padokan, Yogyakarta.
Di bulan November 1918, Suryopranoto menyatakan tentang berdirinya Personeel Fabriek Bond
atau PFB yang memiliki anggota dari kalangan buruh tetap, perkumpulan tani dan koperasi.
Setelah itu, organisasi PFB ini lebih dikenal dengan nama Sarekat Tani yang memiliki anggota
kuli kenceng atau pemilik tanah yang disewa oleh pabrik dan Perserikatan Kaoem Boeroeh
Oemoem atau PKBO. Di tahun 1918, Adi Dharma bergabung dengan Sarekat Islam sehingga PFB
yang ada dibawahnya juga menjadi bagian dari Central Sarekat Islam atau CSI.
Setelah dari penjara Sukamiskin, Suryopranoto dan Adhi Dharma ikut mengajar dalam Taman
Siswa yang merupakan pendidikan nasional milik adiknya, yaitu Ki Hajar Dewantara.

TAMAN SISWA
Bp. Soerjoadipoetro tengah mengajar di Taman Siswa Bandung. Foto koleksi KITLV.
Ibu Soerjoadipoetro berbincang-bincang dengan beberapa siswi Taman Siswa Bandung. Foto
koleksi KITLV.

Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli
tahun 1922 di Yogyakarta ( Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti
murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National
Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan dia bersama-sama dengan
teman di paguyuban Sloso Kliwon . Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu
Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah
cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru
dikenal sebagai Patrap Triloka . Konsep ini dikembangkan oleh Suwardi setelah ia mempelajari
sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh
Maria Montessori (Italia) dan
Rabindranath Tagore (India /Benggala ). Patrap Triloka memiliki unsur-unsur (dalam bahasa Jawa)
ing ngarsa sung tulada ("yang di depan memberi teladan"),
ing madya mangun karsa ("yang di tengah membangun kemauan/inisiatif"),
tut wuri handayani ("dari belakang mendukung").
Patrap Triloka dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Panji Taman Siswa.

Panji-panji (pataka) Tamansiswa berbentuk perisai. Dibuat dari kain beludru, dengan ukuran
lebar : panjang = 2 : 3, di bagian bawah mulai batas 2/3 dari atas melengkung membentuk busur,
(setengah oval).
Isi Panji-panji meliputi:
1. Gambar lambang Tamansiswa
2. Tulisan “Suci Tata Ngesti Tunggal”
3. Angka 1922 (tahun Masehi)
4. Hiasan benang / rumbai-rumbai
Warna Panji-panji:
1. Warna dasar hijau
2. Lambang Tamansiswa, tulisan, angka dan hiasan/rumbai- rumbainya berwarna kuning emas
Ukuran Panji-panji:
1. Ukuran baku 50 cm x 75 cm.
2. Untuk keperluan lain, ukuran berbanding 2 : 3
Panji-panji merupakan salah satu tanda kebesaran (atribut) Tamansiswa. Dipasang pada waktu
pelaksanaan upacara besar Tamansiswa.Pemasangan Panji-panji diapit oleh bendera merah pulih
(sebelah kanan) dan bendera Tamansiswa (sebelah kiri).
Arti panji-panji:
1. Arti masing-masing isi :
Bentuk perisai berarti pelindung.
Gambar lambang Tamansiswa berarti cita-cita tinggi mengakhiri kebodohan, kemiskinan dan
keterbelakangan
Tulisan “ SUCI TATA NGESTI TUNGGAL ” berarti . Dengan kesucian hati dan ketertiban
lahir dicapai persatuan dan kesempurnaan.
Angka 1922 adalah tahun pertama kali berdirinya Tamansiswa
2. “Arti keseluruhan Panji-panji adalah melambangkan visi dan misi Tamansiswa”.

SUMPAH PEMUDA
Gedung Museum memperingati Kongres Pemuda II

Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah


pergerakan kemerdekaan Indonesia . Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk
menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia .
Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua [1] yang
diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan
cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan
ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar
"disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan
diberikan setelahnya. [2] Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana
tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda
[3] . Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen .
Rumusan Kongres
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang
disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres
(sebagai utusan kepanduan ) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering
voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres
ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian
diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. [4] Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh
Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. [5]

Sejarah Sumpah Pemuda


Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan
Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak,
Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat
dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi
Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas
inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo
Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para
pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan
Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat
bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario
menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan
dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
Abdul Muthalib Sangadji, Purnama Wulan, Abdul Rachman, Raden Soeharto, Abu Hanifah,
Raden Soekamso, Adnan Kapau Gani, Ramelan, Amir (Dienaren van Indie), Saerun (Keng Po),
Anta Permana, Sahardjo, Anwari, Sarbini, Arnold Manonutu, Sarmidi Mangunsarkoro, Assaat,
Sartono, Bahder Djohan, S.M. Kartosoewirjo, Dali, Setiawan, Darsa, Sigit (Indonesische
Studieclub), Dien Pantouw, Siti Sundari, Djuanda, Sjahpuddin Latif, Dr.Pijper, Sjahrial (Adviseur
voor inlandsch Zaken), Emma Puradiredja, Soejono Djoenoed Poeponegoro, Halim, R.M. Djoko
Marsaid, Hamami, Soekamto, Jo Tumbuhan, Soekmono, Joesoepadi, Soekowati (Volksraad), Jos
Masdani, Soemanang, Kadir, Soemarto, Karto Menggolo, Soenario (PAPI & INPO), Kasman
Singodimedjo, Soerjadi, Koentjoro Poerbopranoto, Soewadji Prawirohardjo, Martakusuma,
Soewirjo, Masmoen Rasid, Soeworo, Mohammad Ali Hanafiah, Suhara, Mohammad Nazif,
Sujono (Volksraad), Mohammad Roem, Sulaeman, Mohammad Tabrani, Suwarni, Mohammad
Tamzil, Tjahija, Muhidin (Pasundan), Van der Plaas (Pemerintah Belanda), Mukarno, Wilopo,
Muwardi, Wage Rudolf Soepratman, Nona Tumbel
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario,
sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya
dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah
Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.

Anda mungkin juga menyukai