Anda di halaman 1dari 14

i

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala atas segala karunia-Nya
dan dengan pertolongan serta atas izin-Nya pula penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam taklupa untuk disampaikan dan semoga tetap
tercurahlimpahkan kepada uswatuna wa qudwatuna, nabiullah wa rasulullah
Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam. Serta kepada keluarganya (ahlul
baiyt), para shahabat, para tabiin, tabi tabiin hingga ummatnya yang tetap
istiqamah di seluruh penjuru dunia, penyusun ungkapkan sebuah ucapan terindah
yang merupakan sunnah Rasulullah, Assalamu 'alaukum wa rahmatullahi wa
barakatuh.
Dalam prakata ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua atas segala doa dan dukungannya, Ibu Rina A. sebagai dosen mata
kuliah SPN ini atas segala arahannya dan kepada seluruh pihak yang telah
membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini, syukran katsiran,
jazakumullah khaiyr.


Jatinangor, Januari 2007

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ...
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan ..
1.3 Rumusan Masalah ...
1.4 Metode Penelitian ...........................................................
1.5 Sistematika Penulisan .
BAB II SUMPAH PEMUDA 1928 ....................
2.1 Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda .....
2.2 Pengaruh Lahirnya Sumpah Pemuda bagi Bangsa
Indonesia ..
BAB III PENUTUP .
3.1 Simpulan ...
3.2 Saran .
DAFTAR PUSTAKA ..

i
ii
1
1
2
2
2
3
4
4

8
11
11
11
12




1

BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Sepanjang sejarah Indonesia, pengertian pemuda berubah dari masa ke
masa. Pada masa awal pergerakan nasional, pemuda diartikan kalangan terpelajar,
baik para pelajar sekolah menengah, maupun pelajar sekolah tinggi yang
mendapat pendidikan Barat, tinggal di kota, dan mengenyam kebudayaan Barat
melalui pendidikan. Mereka datang dari kalangan priyayi, menengah dan
rendahan. Mereka inilah yang menjadi motor penggerak tumbuhnya pergerakan
nasional. Selain bergerak melalui organisasi kepemudaan, para pemuda juga
bergerak melalui partai politik. PNI dan PSII, dua partai politik yang monumental
dalam sejarah pergerakan nasional, didirikan dan dikelola oleh para pemuda.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, kapan sejarah pergerakan pemuda di
Indonesia dimulai? Boedi Oetomo, yang disebut-sebut sebagai organisasi
pergerakan nasional pertama, didirikan tanggal 20 Mei 1908 adalah organisasi
yang didirikan oleh para pemuda. Soetomo dan para pendiri Boedi Oetomo yang
lain masih sekolah di STOVIA. Akan tetapi, tanggal 20 Mei 1908 tidak bisa
dijadikan titik awal pergerakan pemuda. Mohamad Tabrani, Ketua Kongres
Pemuda Pertama, dalam pidatonya, Sejarah Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa
Indonesia, mengatakan:
1

kalau bagi Kaum Tua Boedi Oetomo menjadi titik tolaknya (20 mei
1908), yang kemudian diakui sebagai hari kebangkitan nasional, maka bagi Kaum
2

Muda perlambang kebangkitan nasionalnya bertitik tolak pada Tri Koro Dharmo
pada tanggal 7 Maret 1915.
Hal senada diungkapkan oleh Iwa Kusumasumantri, mantan anggota dan
pengurus Perhimpunan Indonesia. Iwa Kusumasumantri (1963 : 45) menulis :
lahirlah untuk pertama kalinja pergerakan pemuda dengan nama Tri
Koro Dharmo pada tanggal 15 Maret 1915.
Keberadaan Tri Koro Dharmo sebagai organisasi pemuda pertama juga
dibenarkan oleh A. K. Pringgodigdo (1990 : 24), Surjomihardjo (1979 : 55),
Nugroho Notosusanto (1990 : 190). Hasil monumental dari pergerakan pemuda
tahun 1920-an adalah Sumpah pemuda yang merupakan putusan Kongres Pemuda
Kedua, 27 - 28 Oktober 1928.
2
2.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya Sumpah Pemuda?
2. Siapakah tokoh utama di balik lahirnya Sumpah Pemuda?
3. Bagaiman pengaruh lahirnya Sumpah Pemuda bagi Bangsa Indonesia?
2.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Sejarah Pergerakan Nasional.
2.4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah dengan
menggunakan metode studi pustaka.
3

2.5. Sistematika Penulisan
PRAKATA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Metode Penelitian
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II SUMPAH PEMUDA 1928
2.1. Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda
2.2. Pengaruh Lahirnya Sumpah Pemuda bagi Bangsa Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



CATATAN KAKI
1 Lihat www.museumsumpahpemuda.go.id/Tentang_Pemuda.htm
2 ibid.


4

BAB II
SUMPAH PEMUDA 1908
2.1. Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda 1908
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda memiliki
peran penting dalam menggoreskan tinta di panggung sejarah Bangsa Indonesia.
Dari sinilah bermulanya persatuan para pemuda di seluruh daratan Nusantara
untuk melakukan perjuangan atas dasar nasionalisme Indonesia. Dalam
perjalanannya, banyak yang menyatakan jika Sumpah Pemuda di tahun 1928
memiliki sambungan mata rantai dengan gerakan yang telah terbentuk 20 tahun
sebelumnya, Boedi Oetomo (1908).
Ide untuk menyatukan seluruh pemuda untuk berjuang di bawah naungan
Nasionalisme Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak 1925 melalui Manifesto
Politik yang menghasilkan tiga prinsip perjuangan unity (persatuan), equality
(kesetaraan), dan liberty (kebebasan). Bahkan menurut Prof Sartono Kartodirdjo
1

sebetulnya Manifesto Politik yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia di
negeri Belanda tahun 1925 lebih fundamental dari Sumpah Pemuda 1928.
Sedangkan Sumpah Pemuda sebagaimana ada pada memori kolektif bangsa ini
hanya menonjolkan persatuan. Karena memang isi dari Sumpah Pemuda itu
sendiri menekankan pada satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
Satu-satunya tokoh yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi
tonggak sejarah nasional itu adalah Prof Mr Soenario. Ketika Manifesto Politik itu
dicetuskan ia menjadi Pengurus Perhimpunan Indonesia bersama Hatta. Soenario
menjadi Sekretaris II, Hatta bendahara I. Akhir Desember 1925, ia meraih gelar
5

Meester in de rechten, lalu pulang ke Indonesia. Aktif sebagai pengacara, ia
membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda. Ia
menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan
Sumpah Pemuda. Dalam kongres itu Soenario menjadi pembicara dengan
makalah "Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia." Dalam pidatonya, ia
mengutip filsuf Perancis Ernest Renant yang kemudian pernah disitir Bung Karno
Quest-ce quune nation? Apakah Bangsa Itu? Bangsa itu adalah hasil historis
yang ditimbulkan oleh semua deretan kejadian yang menuju ke satu arah. Setelah
menguraikan masalah ras, bahasa, agama, persekutuan kepentingan bersama,
keadaan alam, Renant pun menyimpulkan bahwasanya bangsa merupakan
keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble).
Bangsa seperti individu-individu, merupakan hasil masa silam yang penuh
usaha, pengorbanan, dan pengabdian. Jadi bangsa adalah suatu solidaritas besar
yang terbentuk karena adanya kesadaran. Kesadaran bahwa orang telah berkorban
banyak dan bersedia untuk memberikan pengorbanan lebih jauh lagi.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda II berasal dari Perhimpunan
Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota
pelajar dari seluruh indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga
gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Rapat pertama, Sabtu, 27
Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan
Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat
semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan
uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
6

Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu
sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop,
membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan
kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di
rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan
demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan,
gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan
kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang
dibutuhkan dalam perjuangan.
Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi
pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes,
Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, dll. Di antara mereka
hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay
Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong
sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya
Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh
peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres.
Oleh para pemuda yang hadir yang berbunyi:
2

7

PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah
Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa
Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa
Persatoean, Bahasa Indonesia.
Salah satu isi dari rumusan itu adalah tentang bahasa. Pada saat kongres
hanya sedikit para pemuda tersebut lancar berbahasa Indonesia, yang paling fasih
saat itu hanyalah Muhammad Yamin. Gedung Sekretariat PPI di Kramat 106,
tempat diputuskannya rencana Kongres Pemuda Kedua saat ini dijadikan Museum
Sumpah Pemuda.
Jika ditilik lebih lanjut, bahwa kelahiran Sumpah Pemuda hanya
merupakan penekanan dari pentingnya persatuan yang sebelumnya dicetuskan
dalam Manifesto Politik 1905. Kelahiran Sumpah Pemuda merupakan sebuah
peristiwa yang sengaja diselenggarakan oleh para pemuda yang ingin melihat
perjuangan Bangsa Indonesia yang dimotori para pemuda khususnya
berdasarkan atas kesadarannya terhadap nasionalisme Indonesia.
Hal tersebut merupakan sebuah kewajaran, apalagi sebagian anggota PPPI
sendiri merupakan pelajar yang sedang studi di Eropa. Karena persentuhan ini
pula nuansa westernisasi begitu kental mewarnai Manifesto Politik 1925 yang
kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Tiga prinsip perjuangan yang dicetuskan
dalam Manifesto Politik 1925 begitu serupa dengan seruan yang dilontarkan
8

masyarakat di Perancis ketika mereka beramai-ramai meruntuhkan Penajara
Bastille di abad ke-18.
2.2. Pengaruh Lahirnya Sumpah Pemuda bagi Bangsa Indonesia
Dengan lahirnya Sumpah Pemuda, perjuangan para pemuda untuk
mewujudkan Indonesia merdeka menjadi lebih terarah, karena begitu kentalnya
nuansa persatuan di antara para pemuda Indonesia. Hal ini dapat kita cermati
dengan adanya penyamaan visi gerakan yang dicetuskan dalam Manifesto Politik
1905 dan kemudian dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda yang menekankan
pentingnya sebuah nasionalisme dalam perjuangan.
Sejarah pasti akan berbeda jika tidak adanya sebuah sumpah yang
diucapkan oleh sekelompok pemuda yang menginginkan kemerdekaan Indonesia.
Dari sini, kemudian muncullah semangat nasionalisme yang kembali membakar
jiwa-jiwa juang para pemuda di seluruh penjuru Nusantara sehingga muncul
sebuah kekuatan yang lebih baik dibandingkan perjuangan tahun-tahun
sebelumnya.
Lahirnya Sumpah Pemuda juga menjadi catatan khusus bagi warga
Tionghoa di Indonesia.
3
Karena pada saat kongres hanya sedikit para pemuda
tersebut lancar berbahasa Indonesia, yang paling fasih saat itu hanyalah
Muhammad Yamin. Jauh sebelum Sumpah Pemuda sebenarnya warga Tionghoa
sudah lebih dulu menggunakan bahasa Melayu di akhir abad ke-19, bahkan
termasuk penggunaan aksara Latin sebagai pengganti aksara Arab, terutama
dalam surat kabar seperti Soerat Kabar Bahasa Melaijoe (1856), Soerat Chabar
Betawi (1858), Selompret Melajoe (1860), dan Bintang Soerabaja (1860).
9

Namun, Bahasa Melayu jelas memiliki beberapa perbedaan dengan Bahasa
Indonesia yang lazim dan resmi digunakan pribumi saat itu.
Pada masa Pergerakan Kebangsaan setelah era Kebangkitan Nasional
beredar dua surat kabar yang cukup penting yaitu Keng Po dan Sin Po. Surat
kabar Sin Po adalah surat kabar yang pertama menuliskan Indonesia
menggantikan nomenklatur Hindia-Belanda atau Nederlandsch-Indie.
Patut kita akui bahwa Sumpah Pemuda adalah sumpah bagi tegaknya
persatuan Indonesia. Sumpah itu telah mampu menyatukan rakyat yang tersebar
luas dan tercerai-berai akibat politik devide et impera yang dicanangkan penjajah
Belanda. Ia menjadi roh pemersatu bangsa. Maka, kemerdekaan yang kita raih dan
nikmati hingga detik ini adalah ekses dari sumpah itu.
Generasi 1928 adalah generasi perintis yang berkomitmen tinggi
mempersatukan bangsa dan melepaskan rakyat dari segala bentuk pendegradasian
manusia, terutama yang berupa penjajahan secara berkepanjangan. Atas dasar
itulah, maka dapat dibayangkan betapa kegigihan bangsa yang dipelopori pemuda
idealis untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang merdeka, mandiri, dan
memiliki jati diri. Gaung Sumpah Pemuda itu memang mampu menginspirasi
gerakan para pejuang bangsa sehingga mereka memiliki tekad dan semangat
pantang mundur untuk membela bangsa dan tanah air. Kemerdekaan RI yang
berhasil diraih pada 17 Agustus 1945 tentunya tak lepas dari gaung sumpah ini.
4



10

CATATAN KAKI
1 Dalam Asvi Warman Adam, artikel Sunario, Tokoh Sumpah Pemuda dan Manifesto Politik
1925. www.kompas.com/kompas-cetak/0210/28/opini/suna42.htm
2 Lihat www.museumsumpahpemuda.go.id/Sumpah_pemuda.htm
3 Dalam blog milik Yulian Firdaus, Jay adalah Yulian, artikel Sumpah Pemuda. Dengan alamat
site yulian.firdaus.org.id/2004/10/28/sumpah-pemuda.htm
4 Lihat dalam I. B. Putera Manuaba, artikel Refleksi Sumpah Pemuda 28 Oktober 2003
Sumpah untuk Indonesia. www.kompas.com/kompas-cetak/0310/28/opini/ref35.htm












11

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Sumpah Pemuda lahir dari sebuah pemahaman tentang nasionalisme yang
sebelumnya pernah dicetuskan dalam Manifesto Politik dengan tiga prinsip
pergerakan di mana salah satu prinsip yang tercantum adalah unity (persatuan).
Hal inilah yang kemudain menjadi titik tekan lahirnya Sumpah Pemuda. Dimotori
oleh tokoh Manifesto Politik, Soenario bersama dengan PPPI-nya berinisiatif
untuk mengadakan Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah
Pemuda.
Sumpah Pemuda memberikan pengaruh yang luar biasa bagi perjuangan
Bangsa Indonesia khususnya para pemuda karena dari sinilah awal sebuah
perjuangan yang terarah. Persatuan yang digaungkan lewat Sumpah Pemuda
kemudian membakar kembali semangat juang untuk meraih kemerdekaan bagi
Indonesia dan cita-cita tersebut tercapai di tahun 1945, tepat 20 tahun setelah
adanya Manifesto Politik atau sekitar 17 tahun setelah lahirnya Sumpah Pemuda.
3.2. Saran
Semoga tulisan ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan kita dan
peristiwa yang telah terjadi dapat diambil pelajarannya bagi kita semua.


12

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Asvi Warman. Rrtikel Sunario, Tokoh Sumpah Pemuda dan Manifesto
Politik 1925. www.kompas.com/kompas-cetak/0210/28/opini/suna42.
htm. Diakses tanggal 30 Desember 2006.
Firdaus, Yulian. Artikel Sumpah Pemuda. yulian.firdaus.org.id/2004/10/28/
sumpah-pemuda.htm. Diakses tanggal 3 Januari 2007.
Manuaba, I.B. Putera. Artikel Refleksi Sumpah Pemuda 28 Oktober 2003
Sumpah untuk Indonesia. www.kompas.com/kompascetak/0310/28/
opini/ref35.htm. Diakses tanggal 30 Desember 2006.
Museum Sumpah Pemuda. Artikel Sumpah Pemuda. www.
museumsumpahpemuda.go.id/Sumpah_pemuda.htm. Diakses tanggal 30
Desember 2006.
Museum Sumpah Pemuda. Artikel Tentang Pemuda. www.
museumsumpahpemuda.go.id/Tentang_pemuda.htm. Diakses tanggal 30
Desember 2006.
Wikipedia. Artikel Sumpah Pemuda. id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda.
Diakses tanggal 3 Januari 2007.

Anda mungkin juga menyukai