Anda di halaman 1dari 15

TUGAS EKONOMI

POLA HIDUP KONSUMTIF

DISUSUN OLEH : KELOMPOK

1. MARIMBI PUTRI AZZAHRA


2. MUHAMMAD FACHRY AKBAR
3. MUHAMMAD FAREL PEBIANO
4. NAURAH LAILI
5. POPI LEXSA PATRICIA
6. PRIMA APRIAN

Kelas : X MIPA 5
Guru Pembimbing : Yusmarni, S.Pd

UPT SMAN 5 BANYUASIN I


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT , karena berkat rahmatnya tugas
karya ilmiah ini apat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. karya
ilmiah ini membahas mengenai “ Pola Hidup Konsumtif”.
Karya ilmiah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran ekonomi. untuk
memperdalam pemahaman dalam pembuatan karya ilmiah maupun masa makalah.
kami menyadari bahwa makalah saya belum sempurna, meksipun kami sudah
berusaha untuk menyusunya sebaik mungkin. oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan
dari pemakai makalah ini nanti. tidak lupa saya ucapkan terima kaih sebesar-besarnya kepada
teman yang sudah membantu guru dan narasumber lainnya agar terwujunya makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Amin

Banyuasin I, 10 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang..................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................2
I.3 Tujuan Penelitian.............................................................................2
I.4 Manfaat Penelitian...........................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.I Pengertian Perilaku Konsumtif........................................................3
2.2 Faktor Pentebab Perilaku Konsumtif..............................................5
2.3 Pengaruh Perilaku Konsumtif.........................................................7
2.4 Upaya Memgatasi Perilaku Konsumtif...........................................7
BAB III PENUTUP
3.I Kesimpulan.....................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG
Setiap orang mempunyai kebutuhan hidup yang dipenuhinya dengan cara yang
berbeda-beda. ada yang memenuhi kebutuhannya secara wajar dan ada juga yang
berlebihandalam pemenuhan kebutuhannya. hal tersebut menyebabkan orang-orang untuk
berperilaku konsumtif. perilaku konumtif seperti ini terjadi pada hampir semua lapisan
masyarakat tidak hanya pada orang dewasa, perilaku konsumtif pun banyak melanda para
remaja.
Produk industri mengincar remaja sebagai target pemasarannya antara lain karena
karaketriktik mereka yang labil spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya
mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar, membeli
tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan namun membeli dilakukan
karena alasan-alaan lain seperti sekedar mengikuti mode hanya ingin mencoba produk baru
ingin memperoleh pengkauan sosial dan sebagainya.
remaja merupakan objek yang menarik untuk diminati oleh para ahli pemasaran.
kelompok usia remaja adalah salah satu kekuatan bagi produsen karena remaja biasanya
mudah terbujuk rayuan iklan suka ikut-ikutan teman tidak realistis cenderung boros dalam
menggunakan uangnya lebih mudah terpengaruh teman dalam berperilaku dan biasanya
lebih mementingkan gengsinya untuk membeli barang-barang bermerek agar mereka
dianggap tidak ketinggalan zaman.

1.2      RUMUSAN MASALAH

2.    Apa pengertian perilaku konsumtif ?


3.    Apa penyebab maraknya perilaku konsumtif di kalangan pelajar ?
4.    Apa saja indikator perilaku konsumtif  ?
5.    Dampak apa saja yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif bagi pelajar ?
6.    Bagaimana upaya untuk mengatasi perilaku konsumtif dikalangan pelajar ?
1.3       TUJUAN PENELITIAN

1.    Untuk mengetahui secara jelas faktor penyebab timbulnya perilaku konsumtif dikalangan
pelajar
2.    Untuk menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif
3.    Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perilaku konsumtif

1.4      MANFAAT PENELITIAN

1.    Sebagai langkah untuk mencegah budaya konsumerisme.


2.    Memberikan pemahaman kepada remaja mengenai penyebab, dampak dan cara
pencegahan terhadap budaya konsumerisme.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERILAKU KONSUMTIF


          Kata “konsumtif” sering diartikan sama dengan “konsumerisme”. Padahal kata yang
terakhir ini mengacu pada  segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan
konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal
(Tambunan, 2003). Perilaku konsumtif juga dapat didefinisikan sebagai perilaku membeli
barang atau  jasa yang berlebihan, walaupun tidak dibutuhkan (Moningka, 2006).
         Dahulu orang berbelanja karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Saat ini orang
berbelanja karena berbagai macam  sebab, untuk memanjakan diri sendiri, menyenangkan
orang lain, membeli sesuatu dengan alasan hari raya, atau karena potongan harga. Bahkan,
hanya sekedar gengsi, memperlihatkan dengan status sosial tertentu dapat berbelanja di
tempat “X” dan mampu membeli barang dengan merek ternama. Tanpa disadari, alasan-
alasan tersebut membuat seseorang hidup dalam gaya hidup konsumtif. 

         Mowen dan Minor (2002) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku
yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan membeli produk atau
jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan atau hanya perasaan emosi. Pengertian perilaku
konsumtif tersebut sejalan dengan pendapat Dahlan yakni suatu perilaku  yang ditandai oleh
adanya kehidupan mewah yang berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling
mahal memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup
manusia yang dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata
(dalam Sumartono, 2002). Berdasarkan dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan,
maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu
yang ditunjukan untuk mengkonsumsi suatu barang secara berlebihan dan tidak terencana.
         Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan
kesenangan serta lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa
pertimbangan yang matang, seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk
memenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.Di tengah realitas
kondisi ekonomi bangsa kita yang masih jauh di bawah Negara lain. Masyarakat kita malah
semakin dikendalikan oleh budaya konsumtivisme. Besarnya peningkatan permintaan
terhadap barang-barang teknologi seperti yang diberikatan di beberapa media sejak tahun-
tahun lalu hingga sekarang, telah menunjukkan perilaku konsumtif bangsa Indonesia yang
semakin memprihatinkan.
            Tiada hari tanpa belanja dan membeli. Bahkan sebagian dari mereka sudah ada yang
mengidap penyakit “shopilimia”, suatu penyakit “kecanduan berbelanja”. Masyarakat kita
pun akhirnya semakin sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Mungkin kita
pernah memperhatikan beberapa counterhandphone yang
              selalu ramai saat hari-hari biasa dan membludak di hari libur. Survey membuktikan
bahwa banyak diantara kita yang mempunyai telepon seluler lebih dari satu. Keberadaan dua
sampai tiga telepon seluler disaku bagi sebagian besar masyarakat kita saat ini tidak lagi
menjadi sesuatu hal yang aneh, namun sudah lumrah. Apple, BlackBerry dan Htc merupakan
segelintir brand yang menghiasi saku-saku banyak orang saat ini, tentunya dengan dibantu
hp-hp lokal lainnya. Fakta ini, diperkuat oleh prilaku para remaja, khususnya pada momen-
momen khusus yang terjadi di sepanjang tahun, semisal hari raya keagamaan, seperti bulan
Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.
            Remaja yang bergaya hidup konsumtif rela mengeluarkan uangnya hanya untuk jaga
gengsi dalam pergaulan. Baik itu masalah  makanan dan minuman, pakaian, juga masalah
hiburan (Food, Fashion, and Fun). Hal ini merupakan perwujudan dari gharizah al
baqa (naluri mempertahankan diri). Setiap orang ingin dianggap eksis dalam lingkungan
pergaulannya. Bahkan mereka rela menghambur-hamburkan uang kedua orang tuanya demi
mencapai eksistensi tersebut. Mereka sudah tidak memperdulikan betapa susahnya orang tua
dalam mencari uang, yang mereka pikirkan hanyalah mencapai kepuasan dan keinginan.
           Budaya konsumtif yang mewabah pada remaja saat ini tidak terlepas dari
perkembangan budaya kapitalisme yang menempatkan konsumsi sebagai titik sentral
kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.  Terlebih lagi pada momen-momen khusus  yang
terjadi disepanjang tahun yang mendorong setiap individu untuk bertindak konsumtif. Hal ini
awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan yang dianggap perlu, namun lama-kelamaan sifat
konsumtif semakin besar sehingga individu cenderung membeli barang yang sebenarnya
tidak mereka butuhkan. Keinginan yang besarlah yang membuat mereka susah untuk
menahan membelanjakan uang yang mereka miliki.
            Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja.
Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup
konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. 
Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala
macam cara yang tidak halal. Sebagai contohnya mencuri, merampok, dan sebagainya.

2.2       FAKTOR PENYEBAB PERILAKU KONSUMTIF

1.    Faktor Internal. Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor psikologis dan
faktor pribadi.
a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif
b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk,
barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi
untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh
kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan
pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.
2.     Faktor Eksternal / Lingkungan. Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan di mana
ia dilahirkan dan dibesarkan. Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal dan
mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan
keluarga

INDIKATOR PERILAKU KONSUMTIF


                      Sumartono (1998) menyatakan bahwa konsep perilaku konsumtif amatlah
variatif, tetapi    pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang atau jasa tanpa
pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara operasional indikator perilaku
konsumtif adalah : 
1.      Membeli produk karena hadiahnya. 
Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang
tersebut. 
2.      Membeli produk karena kemasannya menarik. 
Konsumen pria metroseksual mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan
rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. 
3.      Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. 
Kosumen pria metroseksual mempunyai keinginan yang  tinggi, karena pada umumnya
mereka mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya
bertujuan agar pria metroseksual selalu berpenampilan menarik. Mereka membelanjakan
uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri. 
4.      Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan
kegunaannya).    
Konsumen pria metroseksual cenderung berperilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan
mewah sehingga  cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mahal. 
5.      Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. 
Pria metroseksual mempunyai kemampuan membeli yang tinggi dalam berpakaian,
berdandan, gaya potong  rambut, dan sebagainya sehingga dapat menunjukkan sifat ekslusif
dengan citra yang mahal dan memberi kesan berasal dari  kelas sosial yang lebih tinggi.
Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan menarik
dimata orang lain. 
6.      Memakai sebuah produk karena unsur  konformitas terhadap model yang mengiklankan
produk. 
Pria metrseksual cenderung meniru tokoh yang diidolakan dalam bentuk menggunakan segala
sesuatu yang dipakai tokoh yang diidolakannya. Pria metroseksual cenderung dan mencoba
produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut. 
7.      Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan
rasa percaya diri yang tinggi. 
Pria metroseksual sering terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya yang
dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Cross dan Cross (dalam
Hurlock, 1997) juga menambahkan bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap
dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya diri. 
8.      Mencoba lebih dari 2 produk sejenis (merek berbeda). 

2.3       PENGARUH PERILAKU KONSUMTIF


                    Pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari prilaku konsumtif remaja yaitu :
      1.      Boros
Mereka rela menghambur-hamburkan uang demi mencapai keinginannya, bukan memenuhi
kebutuhannya.
    2.      Menimbulkan masalah ekonomi keluarga
Bagi remaja yang kedua orang tuanya tidak mampu, akan menimbulkan masalah. Sebab,
remaja tersebut pasti akan terus mendesak kedua orang tuanya agar memenuhi apa yang
diinginkan.
     3.      Menimbulkan kesenjangan sosial
Dalam hal ini akan terjadi perbedaan antara anak orang menengah ke atas dan menengah ke
bawah. Akibatnya terjadi kecemburuan sosial yang mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan, bahkan bisa menimbulkan kriminalitas.

2.4       UPAYA MENGATASI PERILAKU KONSUMTIF


1. Menabung
Meski tampak sederhana, namun tidak semua orang bisa menyisihkan uangnya untuk
ditabung, apalagi mereka yang bergaya hidup konsumtif. diakui atau tidak, banyak yang
belum menyadari akan pentingnya menabung. Sekadar kesadaran mungkin sudah ada, tetapi
belum terealisasi secara terus menerus.
Bagaimana bisa menabung jika gaji saja kecil? Menabung tidak harus dalam jumlah banyak.
Namanya juga menyisihkan sebagian, maka dana tabungan bisa diambil sebesar 5% atau 10%
dari gaji. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, tentu nilai tabungan akan semakin
banyak, sehingga bisa menjadi dana cadangan ketika memiliki kebutuhan mendadak.

2.membuat anngagaran belanja


Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini
tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan bisa
mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam pos-pos yang jelas.
Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya juga bisa terpampang
secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja sekaligus bisa menentukan target pengeluaran.
Membuat anggaran belanja sih mudah, tapi menepatinya itu yang susah. Apalagi ketika
godaan belanja barang-barang di luar kebutuhan selalu menghampiri. Untuk
itu, kemampuan mengendalikan diri sangat dibutuhkan agar anggaran belanja yang sudah
dibuat dapat ditepati. 

3.   Prioritaskan Kebutuhan
Penting dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan.
Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan
memiliki ‘derajat’ yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan. Nah,
untuk beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskanlah kebutuhan. Jika kebutuhan telah
terpenuhi, maka keinginan atau keperluan bisa dipenuhi ketika ada dana sisa. Bukan
kebalikannya, memenuhi keinginan lebih dulu dan mengesampingkan kebutuhan. Ketika
dana telah habis untuk memuaskan keinginan, muncul kebutuhan yang mau tak mau wajib
dipenuhi sehingga harus merogoh kocek lebih dalam. Beruntung kalau ada dana cadangan,
jika tidak maka solusi yang harus diambil adalah dengan berutang. Tentu kondisi ini jauh dari
tujuan hidup hemat.
       4.  hindari pemakaian kartu kredit
Ada yang bilang kartu kredit tak ubahnya seperti kartu setan. Dia begitu mudah membujuk
dan merayu berperilaku konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang
yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mudah, praktis, dan gengsi. Itulah iming-iming yang
menggelitik psikologis manusia, terutama yang hidup di perkotaan. Tanpa disadari, iming-
iming tersebut justru menjerumuskan secara finansial, karena penggunanya akan dibebani
dengan tagihan sebesar dana yang digunakan plus bunga.
Transaksi dengan kartu kredit yang bersifat virtual tanpa uang tunai dan tinggal gesek seolah
‘menyihir’ penggunanya untuk belanja dan terus belanja. Asyik dan nyaman saja ketika
menggunakannya, tetapi ketika sadar banyaknya tagihan dan pengeluaran barulah akan
menyesakkan dada.

Belanja menggunakan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, asal Anda memiliki komitmen
dan kontrol diri yang kuat. Bagi Anda yang cenderung ‘latah’ sebaiknya menghindari
berbelanja dengan kartu kredit dan lebih bijak jika menggunakan uang tunai. Dengan
demikian, Anda tetap bisa mengontrol pengeluaran Anda.
5. Kurangi Jalan-jalan dan Cuci Mata di Mal
Jalan-jalan dan cuci mata di mal atau pusat perbelanjaan memang mengasyikkan, namun
akan berbahaya, jika hal ini menjadi kebiasaan, maka lama-lama akan menguras kantong
Anda. Mengapa? Cuci mata di pusat perbelanjaan berpotensi menimbulkan niat belanja yang
tidak terduga dan terencana. Ketika melihat suatu barang yang di-display di toko, bisa jadi
Anda langsung tertarik dan ingin membelinya meskipun tidak ada rencana untuk membelinya
dalam daftar belanja yang telah Anda buat.
6. Mulailah Berinvestasi
Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif sekaligus
merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pentingnya berinvestasi?
Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang tak
bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ketika usia Anda tak
lagi produktif, investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda. Misalnya saja,
Anda membeli properti. Jika belum ingin memanfaatkannya untuk diri sendiri, Anda bisa
menyewakannya kepada pihak lain sehingga Anda memperoleh keuntungan dari uang
sewanya. Selain itu, Anda juga bisa menikmati nilai properti yang cenderung meningkat
setiap tahunnya.
 
7.        Cermatlah Ketika Membeli Barang
Mahal tak selalu berkualitas, dan murah tak selalu murahan. Agaknya prinsip tersebut perlu
bahkan wajib Anda terapkan ketika membeli suatu barang. Membeli barang berdasarkan
fungsi akan lebih bijak dibandingkan berdasarkan merek hanya untuk menunjang gengsi.
Contohnya saja tas. Bagi kebanyakan wanita, barang tersebut sangatlah berharga. Tak heran
jika barang ini dikoleksi oleh kaum hawa. Namun, untuk apa membeli tas dengan harga
mencapai ratusan juta, padahal fungsinya sama dengan tas yang berharga ratusan atau hanya
puluhan ribu saja. Perilaku tersebut tentu saja merupakan pemborosan.

8. Beramal dan Bersedekah 


Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk mengubah perilaku
konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan orang-orang
yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda. Pesan moralnya, dengan bersedekah,
memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan, panti
jompo, atau fakir miskin, Anda telah membantu meringankan beban mereka. Oleh sebab itu,
jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik apabila Anda menyalurkannya kepada orang-
orang yang membutuhkan, bukan justru egois dengan menghambur-hamburkannya untuk
kesenangan pribadi, meski itu merupakan hak Anda. Jika Anda termasuk salah seorang yang
berperilaku konsumtif, ada baiknya jika tips ini diterapkan sebelum Anda mengalami
kebangkrutan.
BAB III
PENUTUP

3.1       KESIMPULAN
              Dari hasil pembahasan di atas, dapat saya simpulkan bahwa globalisasi memiliki
pengaruh yang luar biasa bagi para remaja. Pengaruh tersebut yaitu melekatnya perilaku
konsumtif remaja di kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut bisa terjadi karena remaja
memang sudah menjadi sasaran potensial bagi para produsen. Selain itu, masa remaja adalah
proses pencarian jati diri, sehingga mereka lebih mudah terpengaruh dan terbawa oleh
kondisi lingkungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan diluncurkannya barang-barang
bermerk, semakin mudahlah perilaku konsumtif muncul di kalangan remaja.
             Dengan melihat kondisi remaja saat ini, jika seseorang memasuki masa remaja
sebaiknya lebih diarahkan dan lebih dipantau lagi terutama oleh orang tua. Selain itu, para
remaja lebih baik diberi kesibukan agar mereka tidak merasa bosan. Karena perilaku
konsumtif muncul akibat mereka tidak ada kegiatan, lalu mereka bosan. Dari kebosanan
itulah muncul budaya belanja yang mengakibatkan perilaku konsumtif.

3.2            SARAN
        Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga bisa dikaji
ulang supaya karya tulis ini dapat lebih baik lagi. Dan yang paling saya tekankan, semoga
dengan adanya karya tulis ini para remaja bisa memiliki kesadaran untuk menghindari yang
namanya perilaku konsumtif. Sebab perilaku konsumtif bukan hanya merugikan diri sendiri,
tetapi dapat merugikan orang tua serta bisa menghabiskan uang tanpa alasan dan tujuan yang
jelas.
DAFTAR PUSTAKA

http://siskawulan0108.blogspot.co.id/2016/04/pengaruh-prilaku-konsumtif-remaja-
dalam.html

             Elizabeth B, Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Kartajaya, Hermawan., Yuswohady, Madyani, Dewi., Christynar, Mathilda., Indrio, Bembi


Dwi (2004) Metrosexual in Venus; Pahami Perilakunya, Bidik Hatinya, Menangkan
Pasarnya. Jakarta. Penerbit MarkPlus&Co.  

Skripsiadi, Erwin J., Aning, Floriberta (2005) Penuntun Komunikasi dan Tingkah Laku
Manusia Modern; Mengenal   Budaya dan Tradisi yang Berbeda. Yogyakarta. Enigma
Publishing. 

Sumartono. (2002). Terperangkap dalam Iklan : Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi.


Bandung. Penerbit Alfabeta. 

Tambunan, R. (2001).  Remaja dan Perilaku Konsumtif  . [online]


(http://www.duniaesai.com/psikologi/psi3.htm) 

Moningka, C. (2006). Konsumtif : antara Gengsi dan Kebutuhan. [online]


(http://www.suarapembaruan.com/News/2006/12/13/urban/urb02.htm) 

Mowen, J.C., Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen. Jakarta. Penerbit Erlangga. 

Kotler, P. Armstrong, G. (1997). Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1. Alih Bahasa: Alexander


Sidoro. Jakarta. Prenhallindo.  

Yuswohady.(2006).PasarMetroseksual.[online]
(http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?
mid=3&id=159528&kat_id=105&kat_id1=149&kat_id2=259). 

Anda mungkin juga menyukai