Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 5

NAMA
KELOMPOK
Sumpah Pemuda: Tonggak Persatuan
•canggih
•hasbi
dan Kesatuan
•hendry
•fahmi
•rikfa
•ulya
•anisa
Pada uraian berikut kita akan belajar tentang serangkaian
peristiwa sebelumnya yang terkait dengan Kongres Pemuda II dan lahirnya
Sumpah Pemuda.

1 Federasi dan “Front Sawo Matang”

2 Cita-Cita Persatuan

Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.


3

Nilai-nilai Penting Sumpah Pemuda


4
1. Federasi dan “Front Sawo Matang”

Pada uraian di depan sudah disebutkan bahwa kaum muda terpelajar belum
puas dengan perkembangan organisasi pergerakan yang belum bersatu.
Kesadaran kebangsaan sudah tumbuh, tetapi masih terbatas pada anggota
masing-masing organisasi. Dengan belajar dari perjuangan PI pemuda
semakin bersemangat untuk mewujudkan persatuan di antara organisasi-
organisasi pergerakan yang ada.

Ir.Sukarno ingin membentuk wadah yang merupakan gabungan dari


berbagai organisasi. Sukarno pernah membentuk Konsentrasi Radikal pada
tahun 1922. Konsentrasi Radikal dimaksudkan merupakan wadah penyatuan
para nasionalis dan partai-partai yang diwakilinya.
Untuk membahas secara resmi tentang ide federasi tersebut maka pada
tanggal 17-18 Desember 1927 diadakan rapat di Bandung. Hadir dalam
rapat itu antara lain perwakilan dari BU, PNI, PSI, PPKI, beberapa organisasi
pemuda seperti Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Pasundan, Kelompok Studi
Indonesia. Mereka sepakat mendirikan sebuah federasi yang diberi nama
“Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia”
(PPPKI). Kemudian sebelum terbentuk kepengurusan federasi yang tetap,
terlebih dulu dibentuk semacam panitia yang diketuai oleh Sabirin. Akhirnya
terbentuk kepengurusan tetap PPPKI, sebagai berikut.

Dewan Penasihat : Ir. Sukarno dan Dr. Sukiman


Ketua : Iskaq Cokroadisuryo
Sekretaris merangkap Bendahara : Dr. Samsi
Adapun tujuan dari PPPKI adalah sebagai berikut:

1) Mencegah perselisihan antarpartai dan organisasi


2) Menyatukan arah dan cara beraksi dalam perjuangan ke kemerdekaan
Indonesia.
3) Mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia dengan berbagai
lambangnya, seperti Sang Merah Putih, lagu Indonesia Raya dan
Bahasa Indonesia.
2. Cita-Cita Persatuan

Munculnya elite baru di kalangan kaum muda terpelajar, telah melahirkan


pemahaman baru, yakni tentang kebangsaan. Kalangan elite baru itu lebih
cenderung memilih pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara,
dan wartawan agar dapat memberikan perlindungan dan advokasi kepada
rakyat.

Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai


bangkit meskipun dalam loyalitas kedaerahan. Seperti telah disinggung di
depan bahwa pada tahun 1915 telah lahir organisasi pemuda yang pertama,
Trikoro Darmo. Trikoro Darmo ini diharapkan menjadi wadah pembinaan
generasi muda untuk penjadi pemimpin nasional yang memiliki rasa cinta
tanah air.
Pada dasarnya Jong Java ini bukan organisasi politik dan anggotanya tidak
berpolitik. Organisasi ini lebih menaruh perhatian pada pendidikan dan
pelatihan. Namun dalam perkembangannya atas usul Samsurijal pada
kongers Jong Java tahun 1924, bahwa anggota Jong Java itu dibagi dalam
dua kelompok. Kelompok pertama anggota yang berusia di bawah 18 tahun
tidak boleh berpolitik dan kelompok kedua anggota yang berusia 18 tahun
ke atas diizinkan untuk ikut dalam gerakan politik.

Gambar 4.12 Foto salah satu situasi Kongres Jong Java.

Berkembangnya organisasi Jong Java ini telah mendorong munculnya


organisasi pemuda di berbagai daerah. Misalnya pada tanggal 9 Desember
1917 berdiri organisasi pemuda Jong Sumatranen Bond. Organisasi ini
didirikan oleh para pelajar dan pemuda Sumatera yang ada di Jakarta.
Tokohnya antara lain Moh. Hatta, Muh. Yamin. Tujuannya untuk mempererat
tali persaudaraan dan persatuan antarpelajar dari Sumatera.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kongres Pemuda I telah melahirkan
keputusan yang mendasar yakni mengakui dan menerima tentang cita-cita
persatuan Indonesia dan bahasa Indonesia disepakati sebagai perekatnya.
Perlu diketahui bahwa usul mengenai bahasa Indonesia itu sebenanrnya
datang dari M. Tabrani. Semula Muh. Yamin agak keberatan, namun setelah
berdiskusi dengan Sanusi Pane dan dan Adinegoro, disepakati yang diusulkan
sebagai bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia yang intinya berasal dari
bahasa Melayu yang akan diperkaya oleh bahasa-bahasa lainnya.
3. Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.

Perangkat lunak untuk membangun dan memperkokoh persatuan sudah


disepakati, yakni bahasa. Namun, dalam rangka melawan penjajahan harus
juga diwujudkan secara kongkret. Organisasi atau partai yang berjalan sendiri-
sendiri tentu tidak efektif. Begitu juga organisasi pemuda yang terpisah-pisah
tidak akan bisa melawan penjajahan. Oleh karena itu, setelah Kongres
Pemuda I berakhir, berkembang usulan agar dilakukan penggabungan
berbagai organisasi pemuda yang ada. Sebagai realisasinya maka pada
tanggal 15 Agustus 1926 diadakan pertemuan organisasi-organisasi pemuda
di Jakarta. Hadir dalam pertemuan itu perwakilan antara lain dari Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Jong Bataks
Bond, Jong Celebes, Perhimpunan Pelajar Ambon, juga dihadiri Komite
Kongres Pemuda I. Dalam pertemuan ini diusulkan agar dibentuk badan
tetap untuk keperluan persatuan Indonesia. Berkaitan dengan usulan ini
maka tanggal 31 Agustus 1926 telah disahkan Anggaran Dasar untuk suatu
perkumpulan atau organisasi pemuda yang baru yang diberi nama Jong
Indonesia. Namun realisasinya belum memuaskan seperti yang diharapkan
para pemuda. Baru pada tanggal 20 Februari 1927 ada pertemuan yang
digagas oleh Algemene Studie Club di Bandung. Pertemuan tersebut berhasil
mendirikan organisasi pemuda yang diberi nama Jong Indonesia. Organisasi
ini berdasarkan pada asas kebangsaan atau nasionalisme. Tokoh-tokoh yang
ada di dalam Jong Indonesia itu antara lain: Sutan Syahrir, Suwiryo, Halim,
Moh. Tamzil, Yusupadi, dan Notokusumo.
Pada tanggal 28 Desember 1927, Jong Indonesia menyelenggarakan kongres
di Bandung. Dalam kongres ini Ir. Sukarno memberikan ceramah yang dapat
menambah semangat para pemuda. Dalam kongres ini juga menetapkan
nama Jong Indonesia diganti dengan Pemuda Indonesia. Beberapa keputusan
penting dalam kongres ini antara lain:

1. Menetapkan nama Jong Indonesia diganti dengan Pemuda Indonesia


2. Bahasa Indonesia (akhirnya dipilih bahasa Melayu) dijadikan bahasa
pengantar organisasi Pemuda Indonesia.
3. Pemuda Indonesia menyetujui usul PPPI tentang dibentuknya fusi semua
organisasi–organisasi lainnya yang berasaskan kebangsaan.

Selanjutnya untuk merealisasikan gagasan fusi semua organisasi itu, PPPI


segerta mengambil langkah-langkah. Diadakanlah pertemuan untuk
membentuk panitia yang dikenal sebagai Panitia Kongres Pemuda II. Panitia
ini akan bertanggung jawab terhadap serangkaian acara seperti rapat-
rapat terbuka dan ceramah-ceramah yang menganjurkan dan menguatkan
semangat persatuan. Pada bulan Juni 1928, panitia kongres dibentuk. Terpilih
sebagai Ketua Kongres Pemuda II adalah Soegoendo Djojopoespito dari PPPI.
Selengkapnya susunan panitia itu sebagai berikut
Ketua : Soegoendo Djojopoespito dari PPPI
Wakil Ketua : Djoko Marsaid dari Jong Java,
Sekretaris : Muh. Yamin dari Sumatranen Bond
Bendahara : Amir Syarifuddin dari Jong Bataks Bond
Pembantu I : Djohan Muh. Tjai dari Jong Islamieten Bond
Pembantu II : Kontjosungkono dari Pemuda Indonesia
Pembantu III : Senduk dari Jong Celebes
Pembantu IV : J. Leimena dari Jong Ambon
Pemantu V : Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi

Banyak tokoh-tokoh dari Perhimpunan Indonesia yang


memberi saran dan
masukan dalam penyelenggaraan kongres, misalnya Sartono,
S.H., Sunario,
SH., Moh. Nazif, A.J.Z Mononutu.
Kongres itu dilaksanakan dalam tiga tahapan sidang.

Rapat pertama

Dilaksanakan hari Sabtu, 27 Oktober 1928 malam bertempat di gedung


Katholik Jongelingen Bond, Waterloopen. Rapat dibuka oleh Ketua Panitia
Kongres Pemuda II.

Rapat kedua

Rapat kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Oktober 1928, berlangsung


pukul 08.00-12.00 Sidang dilaksanakan di Oost Java Bioscoop Koningsplein.

Rapat ketiga

Rapat ketiga dialksanakan pada hari Minggu 28 Oktober 1928 17.30-20.00


Rapat ini dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw., Jl. Kramat Raya
106
Tujuan organisasi Indonesia Muda ini adalah membangun
dan
mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang
bertanah air satu agar
tercapai Indonesia Raya. Karena Indonesia Muda
berusaha memajukan rasa
saling menghargai dan memelihara persatuan semua
anak bangsa, menjalin
kerja sama dengan semua komponen bangsa,
mengadakan kursus-kursus
untuk memberantas buta huruf, memajukan kegiatan
olah raga, dan lain-
lain.
4. Nilai-nilai Penting Sumpah Pemuda

Menurut Taufik Abdullah, kisah Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah


Pemuda memperlihatkan pada kita tentang satu hal yang menarik dalam
pengetahuan masa lalu kita. Sumpah Pemuda dapat kita lihat sebagai
perwujudan dari sebuah peristiwa besar, yaitu produk dari berkumpulnya
organisasi-organisasi pemuda terpelajar untuk melakukan “Kongres
Pemuda”. Sumpah Pemuda dipandang sebagai pengakuan fundamental dari
sebuah bangsa yang masih dalam tahap pembentukan. Ia terbentuk melalui
kurun yang waktu panjang. Tujuh tahun setelah terbentuknya Budi Utomo,
pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun masih dalam tahapan loyalitas
kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda
itu mendorong mereka untuk menciptakan persatuan yang lebih luas.

Dengan demikian, jelas nilai yang utama dari peristiwa Sumpah Pemuda
adalah nilai persatuan.
Nilai berikutnya, adalah kemandirian, jati diri, kedaulatan atau penguatan
nasionalisme. Secara tidak langsung dengan peristiwa Sumpah Pemuda,
para pemuda telah meneguhkan pentingnya jati diri Indonesia, penguatan
semangat kebangsaan atau nasionalisme. Hal ini tercermin dalam ikrar satu
tanah air, satu bangsa dan keikhlasan menjunjung satu bahasa: INDONESIA.
Di balik peristiwa Sumpah Pemuda, juga terkandung nilai demokrasi. Setelah
Sumpah Pemuda diikrarkan, persatuan diwujudkan maka langkah-langkah
perjuangan pun dilaksanakan. Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia
Raya, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa perlu ada program-program
kebersamaan, saling menghargai, dan rembug bareng di antara komponen
bangsa untuk memajukan bangsa. Setelah maju dapat mandiri dan bedaulat.
Bahkan dalam strategi politik para pemuda juga mengembangkan sikap
saling menghargai baik yang mengambil langkah kooperasi maupun non-
kooperasi. Mereka dalam berjuang tidak lagi dengan fisik dan kekerasan
tetapi dengan bermusyawarah, berdemokrasi misalnya melalui Volksraad
Thanks !

Anda mungkin juga menyukai