Anda di halaman 1dari 4

1.

Federasi dan"Front Sawo Matang"

Pada uraian di depan sudah disebutkan bahwa kaum muda terpelajar belum puas dengan
perkembangan organisasi pergerakan yang belum bersatu. Kesadaran kebangsaan sudah tumbuh, tetapi
masih terbatas pada anggota masing-masing organisasi Dengan belajar dari perjuangan Pl pemuda
semakin bersemangat untuk mewujudkan persatuan di antara organisasi. la belum juga puas dengan
keadaan dan perkembangan organisasi-organisasi yang ada, termasuk PNI sebagai organisasi yang ia
pimpin. Perkembangan PNI memang sangat pesat tetapi belum mampu membangun jaringan dan kerja
sama dengan organisasi-organisasi yang lain.

Oleh karena itu, Ir. Sukamo ingin membentuk wadah yang merupakan gabungan dari berbagai
organisasi. Gagasan tentang persatuan dan kerja sama antarorganisasi itu sudah lama didengungkan
oleh Pl. Bahkan "persatuan" menjadi salah satu asas perjuangan Pl.

Tahun 1926 Moh. Hatta dengan tegas menyatakan perlunya diciptakan "blok nasional" yang terdiri atas
partal-partai politik (organisasi crganisasi pergerakan), baik yang berbasis komunis maupun yang
nasionalis. Dengan peristiwa itu, maka tokoh-tokoh pergerakan nasionalis semakin bersemangat untuk
membentuk kekuatan bersama. Oleh karena itu, sangat diperlukan kerja sama antara berbagai
organisasi pergerakan yang ada.

Kebetulan juga pada tahun 1927 telah terbit beberapa surat kabar yang memuat tulisan tentang
perlunya mengatasi berbagai perbedaan untuk membangun kerja sama yang lebih kokch Dalam rangka
merealisasikan gagasan tentang persatuan itu, Ir. Sukarno ingin membentuk wadah persatuan dengan
memadukan aliran nasionalisme, Islam dan marxisme, sehingga merupakan kekuatan moral dan
nasionalisme yang kakah Ir. Sukarno mendesak para pemimpin organisasi untuk membentuk sebuah
federasi antarpartai dan organisasi yang sekaligus merupakan "front sawo matang untuk menghadapi
praktik diskriminasi kelompok kulit putih yang merasa superior. Mengingat realitas ini maka federasi
dibuat longgar dan tidak lebur Ir.

Sukarno segera menemui beberapa pimpinan organisasi untuk membahas ide persatuan melalui sebuah
federasi. Sukarno juga bertemu dengan Dr. Sukiman sebagai pimpinan Partai Sarikat Islam (PSI) sebagai
organisasi atau partai yang cukup besar di Indonesia. Hadir dalam rapat itu antara lain perwakilan dari
BU, PNI, PSI, PPKI, beberapa organisasi pemuda seperti Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Pasundan,
Kelompok Studi Indonesia.

Mereka sepakat mendirikan sebuah federasi yang diberi nama "Permufakatan Perhimpunan-
perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia" (PPPKI).

3. Satu Nusa, Satu Bangsa, dsn Satu Bahasa


Oleh karena itu, Setelah kongres pemuda 1 berakhir, berkembang usulan agar dilakukan penggabungan
berbagai organisasi pemuda yang ada. Hadir dalam pertemuan itu perwakilan antara lain dari Jong Java,
Jong Sumantranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Clebes, Perhimpunan Pelajar Ambon, juga
dihadiri komite kongres pemuda 1. Dalam pertemuan ini diusulkan agar dibentuk badan tetap untuk
keperluan persatuan Indonesia. Berkaitan dengan usulan ini maka tanggal 31 Agustus 1926 telah
disahkan Anggaran Dasar untuk suatu perkumpulan atau organisasi pemuda yang baru yang diberi nama
Jong Indonesia.

Namun realisasinya belum memuaskan seperti yang diharapkan para pemuda. Baru pada tanggal 20
Februari 1927 ada pertemuan yang digagas oleh Algemene Studie Club di Bandung. Pertemuan tersebut
berhasil mendirikan organisasi pemuda yang diberi nama Jong Indonesia. Organisasi ini berdasarkan
pada asas kebangsaan atau nasionalisme. Tokoh-tokoh yang ada di dalam Jong Indonesia itu antara lain:
Sutan Syahrir, Suwiryo, Halim, Moh. Tamzil, Yusupadi, dan Notokusumo.

Di samping organisasi itu, pada bulan September 1926 juga diadakan pertemuan para pelajar atau
mahasiswa. Dalam pertemuan itu berhasil dibentuk perkumpulan yang diberi nama Perhimpunan
Pelajar-pelajar di Indonesia (PPPI).PPPI memiliki peran penting dalam pertemuan-pertemuan berikutnya
dalam rangka mewujudkan persatuan Indonesia untuk melawan penjajahan Belanda. Dua oragisasi PPPI
dan Jong Indonesia ini memiliki peran strategis dalam perjuangan pemuda untuk mewujudkan
persatuan Indonesia.Gerakan semangat dan gelora perjuangan para pemuda ini semakin meningkat
untuk merapatkan barisan perjuangan di tanah Hindia, karena didukung oleh bergabungnya tokoh-
tokoh dan para pelajar dari Perhimpunan Indonesia yang baru saja kembali ke tanah air.

2. Cita-Cita Persatuan
Seperti telah disinggung di depan bahwa pada tahun 1915 telah lahir organisasi pemuda yang pertama,
Trikcro Darmo. Oleh karena itu, dalam kongresnya di Solo pada 12 Juli 1918, nama Trikoro Darmo diganti
menjadi Jong Java, yang berarti Jawa Muda. Pada dasarnya Jong Java ini bukan organisasi politik dan
anggotanya tidak berpolitik. Organisasi ini didirikan oleh para pelajar dan pemuda Sumatera yang ada di
Jakarta Tokohnya antara lain Moh.Hatta, Muh. Yamin.

Kemudian Sekar Rukun, organisasi pemuda dari tanah Sunda yang didirikan cleh para pelajar Sekolah
Guru. Sebagai contoh dari penganut agama Islam muncul organisasi Jong Islamieten Bond (JB).

Organisasi ini atas ide Agus Salim setelah usulnya untuk memasukkan unsur Islam di dalam Jong Java,
tidak diterima. Oleh karena dibentuk Jang Islamieten Bond untuk mewadahi para pemuda yang berasal
dari kalangan Islam. Sebagai contoh pada lustrum pertama Jong Sumatranen Bond pada tahun 1923
Dalam lustrum itu Muh. Yamin menyampaikan pidato yang bertajuk, De Maleische Taal in het verleden,
heden en ini de toekomst (Bahasa Melayu di Masa Lampau, Sekarang dan Masa Datang).

Gagasan ini dapat dimaknai bahwa perlunya bangsa Indonesia memiliki bahasa pengantar yang
bersumber dari budaya sendiri (Restu Gunawan, "Pemuda dan Perempuan dalam Dinamika
Nasionalisme Indonesia, dalam buku Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012) Begitu juga Jong Java setelah
tahun 1924 nuansa politik semakin jelas. Organisasi pemuda saat itu semakin meluas untuk mencapai
cita cita persatuan Indonesia. Hadir dalam pertemuan itu antara lain perwakilan dari Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Pelajar pelajar Minahasa, Sekar Rukun. Dalam pertemuan
ini antara lain dibahas tentang rencana kongres pemuda.

Setelah dilakukan berbagai persiapan maka pada 30 April - 2 Mei 1926, diadakannya rapat besar
pemuda di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Tujuan kongres itu adalah
untuk mencapai perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu membentuk suatu badan sentral. Keberadaan
badan sentral ini dimaksudkan untuk memantapkan paham persatuan kebangsaan dan mempererat
hubungan antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Gagasan-gagasan persatuan dibicarakan
dan juga dipaparkan oleh para tokoh dalam kongres itu Sumarto misalnya, tampil sebagai pembicara
dengan topik "Gagasan Persatuan Indonesia".

Dr. Hooykes, bahwa kelak Muh Yamin menjadi pelopor bagi usaha penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa pengantar dan pergaulan di Indonesia Dengan demikian, penggunaan bahasa Belanda dapat
semakin terdesak. Dalam Kongres Pemuda I telah muncul kesadaran dan kesepahaman tentang
perlunya bahasa kesatuan. Pada saat kongres ini telah diusulkan untuk memutuskan bahasa kesatuan
yang pilihannya antara bahasa Jawa atau Bahasa Melayu.

Setelah dipilih satu di antara dua bahasa itu akhirnya dipilih Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan
yang disebut dengan Bahasa Indonesia. Jadi pada akhir Kongres Pemuda I itu sudah disepakati dan
diputuskan bahwa bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia. Tabrani mengusulkan dan kemudian
memutuskan agar Ikrar Pemuda yang mengakui Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dibicarakan
lagi pada Kongres Pemuda berikutnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kongres Pemuda I
telah melahirkan keputusan yang mendasar yakni mengakui dan menerima tentang cita-cita persatuan
Indonesia dan bahasa Indonesia disepakati sebagai perekatnya.
Tabrani Semula Muh. Yamin agak keberatan, namun setelah berdiskusi dengan Sanusi Pane dan dan
Adinegoro, disepakat yang diusulkan sebagai bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai