DISUSUN OLEH:
ADELIA RAMADHANI
AFIFAH ISNAINI
AMANINA ZULFATI
KYRANA SEKAR D
MELINIA
NAHDA ANISA RAHMA
RIZKY PUSPITARINI
XI MIPA 8
SMAN 1 SAMARINDA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpah rahmat dan karuni-Nya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
junjunan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah sebagai penuntun kehidupan
umat manusia.
maksud dan tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sejarah. Penulis
menyadari dengan sepenuh hati, bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
Tiada gading yang tak retak sebagaimana halnya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan oleh karena itu segala
kritik dan saran kami harapkan agar dapat menuju ke yang lebih baik. Semoga makalah ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan pemuda dan organisasi kepemudaan merupakan fenomena baru pada abad
XX. Pada abad-abad sebelumnya, dengan mengesampingkan pemuda di sekitar pangeran
mahkota Jawa dan anak-anak ulama, peranan kelompok ini hamper tidak tercatat dalam
sejarah. Dapat dikatakan sejarah Indonesia pada masa itu merupakan sejarahnya orang dewasa,
terutama sejarahnya orang tua.
Munculnya gerakan–gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah sendirian
karena di Negara-negara Asia lainnya juga sama-sama mengalami struktur perubahan yang
sama. Perubahan itu terjadi karena masuknya ide-ide baru, system pendidikan, industrialisasi
dalam batas-batas tertentu, urbanisasi, disintegrasi tatanan masyarakat lama, teknologi baru
dan lain sebagainya. Perubahan yang telah memporak-porandakan tatanan lama itu ternyata
belum diikuti dengan terwujudnya masyarakat baru.
Dalam masyarakat yang ayomi terjadilah krisis dalam pikiran-pikiran golongan social
dalam masyarakat, termasuk kelompok pemudanya. Mereka mulai berpikir dan
mempertanyakan posisi diri mereka dalam asas perubahan zaman yang tidak menentu itu.
Mereka mulai mencari identitas dirinya demi menatap masa depannya yang selama ini
dikungkung oleh dekapan generasi tua dan tekanan penjajahan Belanda. Oleh karena itu
pemuda-pemuda Indonesia merasa perlunya persatuan pemuda-pemuda Indonesia yang
dituangkan dalam satu wadah sehingga didapat satu derap langkah yang sama dalam mencapai
apa yang dicita-citakan oleh para pemuda pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, sehingga dapat diangkat permasalahan yang akan
menjadi pembahasan makalah sebagai berikut :
a) Bagaimana awal mula organisasi pemuda?
b) Apa peran pemuda dalam kemerdekaan RI?
c) Apa tujuan dibentuknya organisasi pemuda?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui awal mula adanya organisasi pemuda
- Untuk mengetahui peran organisasi pemuda dalam kemerdekaan.
- Untuk mengetahui tujuan dibentuknya organisasi pemuda
D. Ruang Lingkup
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditulis hal-hal pokok tersebut sebagai berikut:
1. Awal mula terbentuknya organisasi pemuda
2. Peran organisasi pemuda dalam kemerdekaan RI
3. Tujuan dibentuknya organisasi pemuda
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah
1915 - 1921
Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil
ketua Wongsonegoro, sekretaris anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman.
Tri Koro Dharmo bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi,
menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan
pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan
menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang
memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta
menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo.
TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni, 1918 dalam kongres I-nya yang
diadakan di Solo,[2] yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda
dari Sunda, Maduradan Bali. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada
tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen
Bond, namun upaya ini tidak berhasil.
Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres III di Solo, Jawa Tengah dan pada
pertengahan tahun 1921 diadakan kongres ke-IV di Bandung, Jawa Barat. Dalam
kedua kongres tersebut, bertujuan untuk membangunkan cita-cita Jawa Raya. dan
mengembangkan rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.[3]
1921 - 1929
Dalam semua kongres yang pernah diadakan, perkumpulan ini tidak akan ikut serta
dalam aksi politik, di mana hal ini ditegaskan dalam kongresnya yang ke-V, pada
tahun 1922 di Solo, Jawa Tengah, bahwa perkumpulan ini tidak akan mencampuri
politik ataupun aksi politik.
Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini kian meluas, menyerap gagasan
persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Pada tahun 1928,
organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya
R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran
Jong Java, semata-mata demi tanah air. Oleh karena itu, maka terhitung sejak
tanggal 27 Desember, 1929, Jong Javapun bergabung dengan Indonesia Moeda
Pemuda Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan
cita – cita bangsa. Di kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah,
gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo
pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan
untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu.
Atas desakan para pemuda, akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Moment ini bertepatan dengan kekalahan
Jepang (yang saat itu menjajah Indonesia) pada perang Dunia II. Tidak hanya sampai disitu, gerakan
pemuda berlanjut pada tahun 1966. Kita semua tahu ditahun tersebut dikenal dengan masa revolusi,
kaum muda terlibat secara langsung dan menolak ideologi komunis. Kemudian pada tahun 1974
terjadi gerakan pemuda sebagai reaksi dari kebijakan pemerintah Orde Baru yang tidak transparan.
Puncak gerakan pemuda dari berbagai unsur terjadi pada tahun 1998. Pemuda Indonesia menolak
dengan tegas system pemerintahan otoriter dan menorehkan sejarah dengan menggulingkan rezim
orde baru menjadi era reformasi.
Semua itu merupakan pengukuhan penting terhadap peran kaum muda dalam memperjuangkan
idealism bangsa. Sejak era sebelum kemerdekaan, kaum muda selalu terdorong untuk melakukan
penolakan terhadap ketidakadilan. Pada masa itu mereka diasah melalui kelompok diskusi atau
organisasi kepemudaan dengan struktur dan mekanisme yang masih sangat sederhana.
Tapi sayang, setelah era reformasi pemuda terkesan ideologis, pragmatis bahkan materialistis. Aksi
dan gerakannya kurang focus, tidak memiliki visi bersama, dan bahkan terkotak-kotak. Disebabkan
tidak adanya arah yang jelas ataupun kepedulian terhadap nasib bangsa. Oleh sebab itu diperlukan
pengenalan kembali fungsi dan peran pemuda dalam membangun bangsa, yang sebelumnya tidak
pernah absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun bergulir sesuai konteks dan
zamannya. Di masa lalu pemuda lebih mengedapankan. semangat bela negara untuk lepas dari
tangan penjajah. Namun seiring perjalanan waktu, perkembangan zaman, dan tuntutan hidup
semangat tersebut berubah. Hal ini jelas terlihat melalui banyaknya pemuda yang memiliki sikap
pragmatis dan apolitis. Memang tidak semua pemuda Indonesia memiliki jiwa yang lemah namun
melihat keadaan saat ini, dikhawatirkan semangat 1928 hilang dari diri para pemuda Indonesia. Hal
ini akan berakibat pada hilangnya jiwa nasionalisme yang berarti hilangnya kecintaan kepada bangsa
dan negara.
Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang
beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan.
Berikut ini adalah daftar beberapa. organisasi perkumpulan pemuda di Indonesia :
Budu Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan organisasi pelajar
yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun pada perkembangannya berubah menjadi
organisasi perkumpulan pemuda nasional.
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa. Trikoro Dharmo
didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Sunardi, dan
Kadarman di gedung kebangkitan nasional.. Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia (= sakti, budi,
bhakti).
Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan
antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang
dilakukan Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali
persaudaraan antar murid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah kejuruan;
membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya Indonesia, khususnya
Jawa.
Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java.Kegiatannya berkisar pada bidang
sosial, budaya, pemberantasan buta huruf,kepanduan, seni, dan lainnya
Berdirinya Jong Java di Batavia memberikan inspirasi bagi pemuda-pemuda Sumatra yang sedang
belajar di Batavia untuk mendirikan organisasi serupa. Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah
perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari
Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan
mengembangkan budaya Sumatra
4. Jong Ambon
Organisasi Ambon Muda atau Pemuda-pemuda Ambon didirikan pada tanggal 9 Mei 1920. Maksud
dan tujuannya adalah menggalang persatuan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan
pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Ambon (Maluku). Pendirinya adalah A.J. Patty, seorang
pemuda dari Maluku
5. Jong Minahasa
Organisasi pemuda yang didirikan oleh para pemuda pelajar menengah yang berasal dari kelompok
etnis Minahasa pada tanggal 24 April 1919 di Jakarta. Jong Minahasa artinya “Minahasa Muda” atau
“Pemuda Minahasa”. Maksud dan tujuannya adalah menggalang dan mempererat persatuan dan tali
persaudaraan di kalangan pemuda – pemuda (pelajar) yang berasal dari Minahasa. Organisasi ini
merupakan kelanjutan dari organisasi yang didirikan sejak tahun 1912 di Semarang, yakni Rukun
Minahasa. Di antara pemimpin JongMinahasa yang paling dikenal adalah Ratulangi. Berdirinya
organisasi ini bermula dari kebutuhan praktis yang selalu menekan kehidupan para pemuda pelajar
di perantauan.