Anda di halaman 1dari 21

KATAPENGANTAR

PujidansyukurkitapanjatkankekhadiratAllahSwtyang telahmemberikantaufik
danhidayah-Nya kepadakita semua,sehinggakami,penulis,dapatmenyelesaikan
penyusunanmakalahinidenganbaikdanlancar. Shalawatserta salamsemogatercurah
kepadaNabiMuhammadSaw,para sahabatnya,tabiuttabiin,danmudah-mudahansampai
kepadakitaselau umatnya.

Seiring denganberakhirnyapenyusunanmakalahini,sepantasnyalahkami
mengucapkan terimakasihkepadaberbagaipihakyang telahturutmembantudalam penyusunan
makalah ini.

Kamijugamenyadarimasihbanyaknyakekurangan dalampenyusunanmakalahini,
olehkarena itukamimohonmaaf apabila terdapatkesalahanataukekurangandalam makalah
ini. Selainitu,kamiberharapadanyakritikdansaranyangmembangundari pembacaagar
makalahinimenjadilebihbaik.Semogamakalahinidapatbermanfaatbagi penulis maupun
pembaca.

Palembang, 21Oktober 2019

Penulis
DAFTARISI

KATAPENGANTAR........................................................................................................i

DAFTARISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang.......................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3Tujuan....................................................................................................................2
1.4Metode Penelitian ..................................................................................................2

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1Hakekat Sastra........................................................................................................3
2.2Struktur Novel......................................................................................................3
2.3Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik...................................................................4
2.4Unsur Kebahasaan ................................................................................................4
2.5Sudut Pandang.......................................................................................................5
2.6Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Novel.................................................................7

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis Novel .......................................................................................................8


3.2Struktur Novel......................................................................................................9
3.3Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik.................................................................10
3.4 Unsur Kebahasaan ..............................................................................................11
3.5Sudut Pandang.....................................................................................................12
3.6Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Novel...............................................................13

BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan ...........................................................................................................14


4.2Saran...................................................................................................................15
MAKALAH BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Kelompok : 1

Anggota : 1.Selvani Aprillia said

2. Rafif Al Daffa

3. Seli Salsabila

4.Diky Ariansyah

5.Deli Puput P.W

6.Nizar Agusmin

Guru Pembimbing : Yulinayati M.Pd

SMAN 19 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Novel merupakan salah satu cerita fiksi yang terbentuk tulisan atau kata-kata, dan di
dalamnya mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya
menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dalam lingkungan. Dalam
novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca pada
kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam
novel. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti bentuk kaliamt yang terdapat dalam novel
bermacam-macam. Selain itu, novel sangat menarik untuk dibaca dan dikaji, karena novel
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sosial.

Salah satu novel yang menarik dikaji yaitu novel elang menoreh: perjalanan purwa kala
karya wiwienwintaro. Elang menoreh: perjalanan purwa kala merupakan novel karya
wiwien wintaro yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, tahun 2018, cetakan
ke-18, tebal 360 halaman. Novel tersebut bercerita tentang kisah seorang anak laki-laki
yang berusia 16 tahun yang bernama Nara, Nara mempunyai amanah dari gurunya yakni
pergi berkelana untuk menemui sahabat dari gurunya.

Kalimat sebagai satuan kecil bahasa terkecil, baik secara lisan maupun tertulis yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulis
harus memiliki subjek dan predikat. Keberadaan dua unsur tersebut yang menjadikan
sebuah pernyataan itu dapat dikatakan sebagai kalimat. Bukan sekedar unsur subjek dan
predikat yang menjadikan kalimat sebagai objek kajian dalam sebuah penelitian, tetapi
juga terdapat unsur kebahasaan yang perlu diperhatikan sebagai alat penyampai cerita
atau maksud kepada kominakan.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan. Selain kalimat, sinopsis novel dapat berguna untuk
mengetahui inti sari cerita bukan sinopsis novel saja tetapi ada yang lainnya antara lain:
struktur novel, unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel, sudut pandang, nilai-nilai
dalam novel.

Terkait dengan penelitian tersebut, maka peneliti mengkaji isi dalam novel
elangmenoreh: perjalanan purwa kala karya wiwien wintaro. Adapun permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah isi yang terdapat dalam novel elangmenoreh:
perjalanan purwa kala karya wiwien wintaro, meliputi: sinopsis novel, struktur novel,
unsur intrinsik dan ekstrinsik, sudut pandang, nilai-nilai yang terdapat dalam novel. Selain
itu, peneliti juga mengindentifikasi unsur kebahasaan yang terdapat dalam novel
elangmenoreh:perjalanan purwa kala karya wiwien wintaro.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut:

 Bagaimana Menentukan Sinopsis Novel?

 Bagaimana Mengidentifikasi Struktur Novel?

 Bagaimana Mengetahui Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik?

 Unsur Kebahasaan Apa yang Dipakai?

 Cara Menentukan Sudut Pandang?

 Bagaimana Mengindentifikasi Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Novel?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin di capai adalah siswa dapat menganalisis struktur novel, sinopsis novel,
unsur intrinsik dan ekstrinsik, unsur kebahasaan novel, sudut pandang, dan nilai-nilai yang
terkandung dalam novel.

1.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka adalah
metode yang digunakan dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau
masalah yang menjadi objek penelitian. Informasi tersebut diperoleh dari membaca buku
buku, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet dan sumber sumber lain. Menurut
M. Nazir dalam buku yang berjudul “ Metode Pustaka” mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan dengan “ studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku buku, litertur litertur, catatan catatan dan
laporan laporan yang berhubungan dengan masalah yang diselesaikan.( Nazir,1988:111)

2
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Hakekat Sastra

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang
mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas yang berarti instruksi atau ajaran,
sedangkan tra berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984: 23). Padahal dalam pengertian sekarang
(bahasa Melayu), sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini ditambah dengan
kata su yang berarti indah atau baik. Jadi susastra bermakna tulisan yang indah (Winarni,
2013: 1). Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
"kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra
adalah seni bahasa. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra
adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedangkan yang dimaksud pikiran adalah pandangan,
ide-ide, perasaan dan semua kegiatan mental manusia.Beberapa pengertian sastra menurut
para ahli berikut ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memahami arti sastra yaitu: Esten
(1978: 9) mengemukakan bahwa sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan).

2.2 Struktur Novel

 Abstrak, merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanya dapat ditemukan pada
bagian awal cerita dalam novel.

 Orientasi, merupakan bagian penjelasan mengenai latar waktu dan suasana. Seperti
terjadinya cerita, terkadang juga berupa pembahasan penokohan atau perwatakan.

 Komplikasi, merupakan urutan kejadian yang dihubungkan oleh sebab akibat, dimana
setiap peristiwa terjadi karena adanya sebab dan mengakibatkan munculnya peristiwa yang
lainnya.

 Evaluasi, merupakan bagian dimana konflik yang terjadi pada tahap komplikasi terarah
menuju suatu titik tertentu.

 Resolusi, merupakan bagian dalam novel yang memunculkan solusi atas konflik yang
sedang terjadi.

 Koda, merupakan bagian akhir atau penutup cerita dalam novel.

3
2.3 Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Novel

A. Unsur Intrinsik yang terdapat pada novel :

1. Tema
Tema ialah pokok-pokok permasalahan yang terdapat didalam karya sastra novel yang
terlah dibuat oleh penulis.

2. Penokohan
Penokohan ialah suatu pemberian watak atau karakter kepada pada tiap-tiap pelaku
dalam sebuah cerita. Para tokoh tersebut bisa diketahui karakternya dari ciri fisik,
lingkungan tempat tinggal, dan juga dengan cara bertindaknya.

3. Alur
Alur ialah suatu rangkaian-rangkaian peristiwa atau kejadian yang membentuk
jalannya cerita dala karya sastra novel. Tahap alur tersebut  meliputi pengenalan,
penampilan masalah, pemunculan konflik, puncak ketegangan, peleraian, serta juga
penyelesaian.

4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah alat utama penulis dalam menjelaskan mengilustrasikan
menggambarkan dan juga menghidupkan cerita dengan secara estetika

5. Latar atau Setting


Latar merupakan penggambaran terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dalam
sebuah cerita itu meliputi waktu, tempat, dan suasananya.

6. Sudut Pandang
Sudut pandang ialah suatu penempatan diri pengarang /penulis dan juga cara penulis
itu dalam melihat berbagai macam peristiwa atau kejadian dalam cerita yang di
paparkannya kepada tiap-tiap pembaca.

7. Amanat
Amanat ialah sebuah pesan yang disampaikan, yang terdapat dalam karya sastra
dalam sebuah novel.

B. Unsur Ekstrinsik yang terdapat pada novel :

1. Sejarah atau Biografi Pengarang


Umumnya sejarah atau biografi penulis novel itu sangat berpengaruh pada jalan cerita atau
alur cerita yang terdapat dalam sebuah novel.

2. Situasi dan Kondisi


Situasi dan kondisi dengan secara tidak langsung ataupun langsung akan berpengaruh pada
hasil karya sastra novel.

4
3. Nilai-Nilai dalam Cerita
Dalam sebuah karya sastra tersebut mengandung nilai-nilai yang dapat atau bisa disisipkan
oleh penulisnya. Nilai-nilai itu antara lainnya adalah sebagai berikut:

1. Nilai moral – yaitu suatu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau juga kepribadian
seseorang. Baik itu entah baik ataupun buruk.

2. Nilai sosial – yaitu nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang ada didalam
kehidupan bermasyarakat.

3. Nilai budaya – adalah suatu konsep masalah dasar yang sangat penting serta juga
mempunyai nilai dalam kehidupan manusia.

4. Nilai estetika – yaitu nilai yang berkaitan dengan seni serta juga estetika dalam sebuah
karya sastra.

2.4 Unsur Kebahasaan Novel

 Berusaha menghidupkan perasaan atau menggugah emosi pembacanya. 

 Biasanya berbentuk tulisan ilmiah dan ilmiah populer, laporan, artikel, feature,
skripsi, tesis, disertasi, makalah, dan sebagainya. 

 Dipengaruhi oleh subjektivitas pengarangnya. 

 Karangan nonfiksi berusaha mencapai taraf obyektivitas yang tinggi, berusaha


menarik dan menggugah nalar (pikiran) pembaca. 

 Bahasa bermakna denotatif (yaitu makna sebenarnya) juga konotatif, asosiatif (yaitu
makna tidak sebenarnya), ekspresif (yaitu memberi bayangan suasana pribadi
pengarang), sugestif (yaitu bersifat mempengaruhi pembaca), dan plastis (yaitu
bersifat indah untuk menggugah perasaan pembaca). 

 Bahasa bersifat denotatif dan menunjuk pada pengertian yang sudah terbatas sehingga
tidak bermakna ganda.

 Melibatkan gaya bahasa ironi atau sindirian, yang dikatakan kebalikan dari apa yang
sebenarnya,contoh: Lekas betul abang pulang baru saja sudah jam 1 malam

 Melibatkan gaya bahasa sinisme, sindiran yang lebih kasar dari ironi untuk
mencemooh, contoh:  Bersih benar badanmu nak, kata ibu kepada anaknya yang baru
main seharian

 Melibatkan gaya bahasa sarkasme, Sindiran yang sangat tajam dan kasar hingga
kadang-kadang menyakitkan hati, contoh: Hai binatang enyah kau dari sini.
5

2.5 Sudut Pandang Novel

1. Sudut Pandang Orang pertama Sebagai Pelaku Utama

Orang pertama sebagai pelaku utama, dimana sudut pandang ini pada umumnya
menggunakan kata ganti aku ataupun saya didalam tokoh utama serita.

2. Sudut Pandang Orang Pertama Sebagai Pelaku Sampingan

Yang kedua adalah orang pertama sebagai pelaku sampingan, maksudnya adalah didalam
sudut pandang ini seolah-olah si tokoh utama bercerita, akan tetapi posisinya didalam cerita
bukan sebagai tokoh utama.

3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Yang ketiga adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu, pada sudut pandang ini pada
umumnya menggunakan kata ganti seperti ia, dia atau nama dari pelaku yang ada didalam
cerita yang dibuat oleh penulis.

4. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Dalam sudut pandang ini memiliki maksud dari kata “dia” sangat terbatas. Penulis cerita yang
menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan juga yang dialaminya dan yang dirasakan
juga oleh tokoh utama didalam cerita. Akan tetapi hal tersebut sangat terbatas hanya pada
satu orang tokoh saja.

2.6 Nilai Nilai yang Terkandung dalam Novel

A). Nilai Moral


Nilai Moral adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan perangai, budi
pekerti, atau tingkah laku manusia terhadap sesamanya. Biasanya nilai ini dapat diketahui
melalui deskripsi tokoh, hubungan antartokoh, dialog, dan lain-lain.

B). Nilai Sosial


Nilai Sosial adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan masalah sosial dan
hubungan manusia dengan masyarakat (interaksi sosial antar-manusia). Biasanya nilai ini
dapat diketahui dengan penggambaran hubungan antar-tokoh.

C). Nilai Religius


Nilai Religius adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan kepercayaan atau
ajaran agama tertentu. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan simbol agama tertentu,
kutipan atau dalil dari suatu kitab suci, dan penggambaran nilai-nilai kehidupan yang
dilandasi ajaran agama yang bersifat universal.
D). Nilai Budaya
6

Nilai Budaya adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan adat istiadat,serta
kebiasaan suatu masyarakat. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan penggambaran adat
istiadat, bahasa dan gaya bicara tokoh yang mencerminkan bahasa tertentu, dan kebiasaan
yang berlaku pada tempat para tokoh.

E). Nilai Pendidikan/Edukatif


Nilai Pendidikan/Edukatif adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan
pengubahan tingkah laku dari baik ke buruk (pengajaran) atau bisa juga berhubungan dengan
sesuatu hal yang mempunyai latar belakang pendidikan/pengajaran.

F). Nilai Etika


Nilai Etika adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan sopan santun dalam
aspek kehidupan. Merupakan bagian dari nilai moral.

G). Nilai Estetika


Nilai Estetika adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan keindahan baik dari
segi bahasa, penyampaian cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh, dan lingkungan sekitar
tokoh.

H). Nilai Politik


Nilai Politik adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan usaha warga negara
untuk mewujudkan kebaikan bersama, proses pelaksanaan kebijakan di masyarakat, dan
penyelenggaraan pemerintahan diberbagai tingkat dalam negara.

I). Nilai Patriotik/Perjuangan


Nilai Patriotik adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan jiwa kepahlawanan
atau suatu perjuangan (misalkan perjuangan hidup, semangat yang membara, cinta tanah air,
dan lain-lain).

J). Nilai Psikologi


Nilai Psikologi adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan
tokoh (misalkan antisosial, depresi, keterbelakangan mental, shock, halusinasi, delusi, emosi
yang berlebih, gangguan kejiwaan, dan lain-lain).

K). Nilai Ekonomi


Nilai Ekonomi adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan status/kondisi
ekonomi, perdagangan, atau permasalahan ekonomi dalam masyarakat.

L). Nilai Historis


Nilai Historis adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan hal-hal yang erat
kaitannya dengan sejarah.
7

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis Novel

Disuatu daerah bernama desa bobot terdapat seorang pemuda belia bernama Nara.
Beliau baru saja menyelesaikan ajaran ilmu bela diri di Padepokan Manoreh. Kemudian Nara
tugaskan oleh gurunya yang bernama Empu Soca untung membantu mengawal seorang
Demang dari kerajaan bernama Bagelen yaitu Ki Martawuni dari dari ancaman seorang
perampok yaitu Bango Lampar untuk perjalanan menuju panjang dalam rangka
pengabdiannya terhadap sultan hadiwijaya dan berusaha mengalahkan Bango Lmpar di Weru.
Dengan terbunuhnya demang dari kerajaan itu, bersama kemahiran dan kepandaiannya Nara
di berikan jabatan yang tinggi dan segera diketahui oleh kerajaan kerajaan lainnya, salah
satunya kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram berhasil membawa rombongan untuk singgah
terlebih dahulu di Mataram. Disanalah Senopati Ing Alaga, bersama Rangga putranya
bergasil membujuk Nara bersama kerajaan bagelen dan rombongnnya dengan tawaran yang
saling menguntungkan, Mataram menginginkan Nara karna kemampuannya dan bagelen
mendapat bantuan dari Mataram untuk menyerbu Weru. Pada saat itu juga para kerajaan di
gemparkan dengan harta karun gelang mas, yang tak lain merupakan senjata berharga yang
dibuat oleh mas gelang yang diasingkan didaerah di dekat Weru. Yaitu tergabgi menjadi 3
kelompok besar, mataram bersama begalen, bango lampar dan macan lweu juga adipati dari
kerajaan pajang. Akhirnya pertempuran darah itu pun terjadi dengan keputusan bahwa
kerajaan Mataram yang di bantu oleh Nara mampu mendapatkan harta karun tersebut, dengan
berbagai konflik lainnya, mulai dari harta, tahta juga wanita.

3.2 Struktur Novel

Orientasi :

Musim kemarau sudah hampir berlalu. Musim hujan sebentar lagi akan datang. Kegiatan tanam padi
pun sudah dimulai beramai-ramai oleh para penduduk bobot. Dengan cepat Nara keluar dari hutan
dan masuk daerah terbuka di pinggiran wilayah desa. Bukit menoreh terlihat di kejauhan, tegak
berdiri menantang langit dalam warna hijau tua kelabu yang sangat gagah. Sudah seminggu lebih ia
tak kesana. Sedang berpikir untuk menengok padepokan lagi, bangunan utama padepokan menoreh
terletak di salah satu tubir tebing curam di bukit menoreh, tepat di tengah-tengah antara kaki dan
puncak bukit. Letak padepokan terlihat sungguh sangat cantik. Belum lagi hawa yang luar biasa
dingin dan terkadang awan tebal yang berwarna putih bagai kapas menyelimuti tempat itu.

( halaman 1-3)

Pengungkapan peristiwa :

“Sejauh ini, mana tempat terjauh yang pernah kau datangi?” tanya empu soca kemudian, tanpa
sedikit pun menoleh pada nara.
8

“Gegelang Bapa.”

“mulai besok kau harus pergi lebih jauh lagi, yaitu kedu. Mungkin bahkan sampai pajang.

Kau pergilah ke kedu dan temui seorang temanku yang bernama ki tawang alun. Ia seorang jagabaya
kademangan bagelen. Orang itu sedang memerlukan bantuan. Ia tahu aku mempunyai murid silat
satu orang, yaitu kau. Ia meminta tolong untuk meminjam tenagamu untuk mengawal keselamatan
majikannya, Demang Bagelen Martawuni.mereka akan berangkat ke pajang untuk
mempersembahkan upeti tanda setia pada sinuwun sultan hadiwijaya. Besok pagi kau berangkat ke
kedu. Sepertinya rombongan bagelen akan berangkat bersamaan dengan orang-orang kedu.sejak
berangkat dari bobot subuh tadi, ia belum sempat mandi. Nara mengarahkan kudanya pelan-pelan
menuju sungai, namun kemudian ia terpaksa menarik paksa tali kekang kudanya berhenti mendadak.
Terlihat kelompok begal beranggotakan 15 orang sedang menggempur sengit kelompok pria lain
yang hanya separuhnya. Setelah menaruh kuda dan buntalan bekalnya di tempat aman, ia langsung
mengambil peran untuk bertarung, dengan kemunculan nara kelompok begal tadi melarikan diri dan
ada juga yang tewas tertusuk pedang. Lalu nara bertemu dengan ki tawang alun pada rombongan
yang ia bantu. “Kuucapkan terima kasih atas bantuanmu, Nara, “ kata ki tawang alun kemudian.
“kalau bukan karena kau yang mendadak muncul di sini, anak buahku sepertinya tak akan mampu
mengusir mereka. Keadaan kami sudah sangat payah. Setelah itu, dikediaman demang kedu pun
seketika riuh. Semua orang bangun, mengerumuni rumah gandok tempat ki tawang alun menginap.
Memanag ada mayat dalam wujud mengerikan di sana. Dua tangan dan dua kaki dipotong sehingga
terpisah dari badan dan kepala. “Ada tanda ukiran di pisau itu pisau khusus. Nara mungkin dapat
mengenalinya sebagai orang rimba persilatan.” Nara pun mengetahui milik kelompok siapa itu. Dan
ternyata pisau itu milik kelompok macan lawu. Sebelum kejadian itu ki tawang alun menitipkan suatu
pesan untuk menjaga dan mengawal rombongan ki martawuni. Nara pun diangkat menjadi jagabaya
dari si ki demang.

( halaman 4- 60)

Menuju konflik:

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya sebelum ia dan rombongannya berangkat. Dia


mendapat ajakan dari rangga mandala putra sulung gusrti senopati ing alaga dari mataram.
Saya datang untuk menghaturkan undangan dari kanjeng rama senopati agar saudara-
saudara semua berkenan untuk singgah sejenak di gubug kami yang sederhana dimataram,
jika dia menolak undangan itu rombongan rangga mandala akan mengepung tempat itu dan
menyerbu pasukan dari ki martawani.dengan terpaksa ki bocor menerima tawaran dari
rangga mandala . rombongan kami menunggu di seberang sungai nanti kita berangkat
bersama-sama menuju mataram. Di tengah-tengah alun kota mataram terdapat orang yang
bersila menjalankan laku pepe. Menjelang magrib,mengundang para kerabat dari kedu dan
bagelen untuk berkumpul di masjid besar mataram, nara bersiaga terhadap kemungkinan
terburuk andai terjadi bentrokan antara ki bocor dengan senopati atau rangga mandala.
Nara menahan napas dengan tegang. Ia mengamati semua orang dihadapannya. Namun
hawa yabg tersaji justru sebaliknya, sangat panas. Dan senopati pun menawarkan beberapa
bantuan penting. Kepada sanak kadang di kedu, kami menawarkan para ahli pengairan kami.
9

Kepada saudara-saudara di bagelen, kami menawarkan bantuan berupa kekuatan bala


tentara untuk merebut weru dari tangan bango lampar.saya tegaskan, kami sangat
bersungguh-sungguh .tapi sebagaimana hukum yang berlaku dalam dunia dagang, pasti tak
ada pemberian yang bersifat Cuma-Cuma. Yang pertama, kesetiaan berupa ikatan
persekutuan diantara ketiga daerah kita. Yang kedua, untuk menunda dulu pergi ke pajang
dan tinggal sedikit lama di mataram.

( halaman 80- 120)

Menuju konflik 2:

Nara terbangun larut malam dan semua orang terlelap tidur. Ia menoleh cepat ke pintu
dengan jelas mendengar sebentuk bunyi sambaran angin. Tapi jelas sekali terdengar di
telinganya. Seseorang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi didekat tempat itu.tak mau
berpikir terlalu lama.nara bangkit dan mengendap keluar tanpa suara. Hawa yang luar biasa
dingindan tiupan angin liar segera mnyambut. Ia membeliak kaget tapi bersikap waspada.
Senjata-senjata kecil dibidikkan ke arahnya. Di tengah kegelapan yang nyaris pekat,dua
pisau melesat lewat, tak sampai sejengkal dari leher dan lututnya.dua lain terpaksa ia
tangkis dengan tangan dan kaki.seraup angin mampir kehidungnya dan membuatnya kenal
betul dengan bau yang selalu dekat ini sepanjang hari terakhir. Ki bocor?. Ki bocor lalu
meminta bantuan kepada nara untuk membunuh senopati. Kata nara “tapi apakah bisa
semudah itu”. Tiba-tiba terlihat dari jauh senopati ing alaga! Ia berdiri memegang obor di
tangan kanan,membuat wajah dan sosoknya terlihat jelas. Ki bocor pun berpikir cepat dan
memilih serangan mendadak dan tak terduga. Lalu ia melempar goloknya itu mengarah
kepada senopati , tapi obor melayang memapaki luncuran golok.seketika terdehngar bunyi
benturan keras tapi tak telalu jelas, benda mereka kemabali kemasing-masing pemiliknya.
Tpi golok ki bocok berputar kembali kepadanya lebih cepat 2kali dari sebelumnya , ia pasrah
diri tetapi nara menendang pinggang ki bocor sehingga ki bocor selamat dari goloknya
sendiri. Setelah itu munculah seorang wanita bernama retna wili0s, yang membawa ki bocor
entah kemana)

( halaman 150- 250)

Puncak konflik :

Terjadi pertempuran antara mataram dengan bagelen kepada bango dan macam lawu yang
diikuti juga oleh adipati dari pajang. Dari atas perbukitan, nara dapat melihat dua arah
sekaligus dengan jelas disebelah selatan adalah weru dengan rumah berbaris tak rapi. Di
tanah lapang ratusan pria sibuk berjaga dengan senjata yang terhunus lengkap.” Majuuuu!!!
Serang di tengah!!!!!! Ri perkirakan.saat barisan diujung belakang dapat menghindar dari
tabrakan karambol maut yang membelok mencari celah

( halaman 280-320)
10

Resolusi :

Sultan hawijaya menemui nara dan senopati bersama mandat bahwa gelang mas yang
dimaksud akan diberikan kepada senopati dan mulai mempercayai nara yang merupakan
anak muda yang diandalkan senopati ing alaga. Ditengah pertempuran juga datang
seseorang yang di icari yaitu gelang mas yang membawa harta karun yang dimaksud dengan
dan membantu me,usnahkan bango lampar dan macan lawu

(halaman 330-350)

Koda :

Mataram berhasil memenangkan segalanya, menghabisi bango lampar dan merebut gelang
mas yang di perebutkan, masing masing mendapat imbalan yang sepadan. Senopasti ing
alaga yang akhirnya bisa menguasai pulau jawa, nara yang diberikan kepercayaan untuk
menmpin weru dan memilih wanitanya, bahkan wilis yang mampu menyelesaikan tugasnya,
serta tokoh tokoh lainnya yang mendapatkn keuntungan sepadan

3.3 unsur intrinsik dan ekstrinsik


Unsur intrinsik:

Tema : perebutan kekuasaan

Alur : mundur, menceritakn peristiwa sekitar tahun 1500M.

Tempat :1) dibukit menoreh (bangunan utama padepokan manoreh di bukit


manoreh )

2)Hutan ( ditengah perjalanan melewati hutan nara mendengar suara)

3) kerajaan mataram ( nara den rombongan di ajak singgah menuju


mataram untuk beberapa waktu)

4) di weru ( mataram bersama bagelen akan melakukan penyerangan di


weru)

5) di pajang (adipati pajang sedang berbincang bersama )

Waktu : 1) pagi hari ( selepas mengerjakan sholat subuh nara meninggallkan...)

2) tengah malam ( “kita berangkat malam ini juga” adipati kerajaan


pajang” 3) siang hari ( mereka segera melakukan santap siang setelah melakukan
pelatihan)
11

Suasana :1) tegang “ percakapan tentang kesepakatan antara ketiga belah pihak”

2) menyeramkan ( nara menyaksikan puluhan ribu mayat di rumah ki


cawang)

3) menyenangkan (pabelan belajar ilmu merayu perempuan dari nara)

Tokoh : nara, empu soca,bagelen martawuni, rangga mandala, senopati ing alaga, ki
bocor, ki tawang alun, adipati wetan,sultan hadiwijaya

Penokohan

1) Nara: gagah, lucu, polos, patuh ( dia baru umur 16 tahun sudah paham ilmu bela diri, ia
suka merayu wanita dengan hal hal yang lucu, dia mau membantu menggendong ki cawang
dalam jarak jauh, dia segera pergi setelah mendapat perintah dari empu soca)

2) empu soca : pandai, bijaksana, kuat/ gagah (guru dari nara, mau mengutus dengan
menolong ki tawan alun, desa bobot beruntung memiliki sepuh seperti empu soca)

3) Bagelen martawuni: tergesa-gesa, bijaksana,( terlalu cepat mengambil keputusan untuk


menjadikan Nara sebagai jabayanya, tetapi dia memiliki kelebihan dalam memperhitungkan
keuntungan untuk masyarakatnya)

4) rangga mandala: gagah, pintar, bijaksana, sopan( ia memikirkan cara untuk menyergap ataupun
menyerbu weru dengan strategi yang ia rancang, dia pintar berbicara,dan sopan santun untuk
mengajak Nara menyusun strategi)

5) senopati ing lagi: angkuh, licik, gagah, bijaksana( ia tidak mau dipanggil Demang dia mau dipanggil
dengan sebutan”gusti”, mempengaruhi ki bocor sehingga ki bocor menurut kepadanya)

6) ki tawang alun : baik, jujur, amanah( dia memberitahu Nara tentang kejadian yg sebenar-
benarnya, dia ingin mengantarkan upeti yg melambangkan kesetiaan kepada Sultan hadiwijaya

Amanat :

1) Sebaiknya kita patuh terhadap tanggung jawab yang di berikan


2) Sebaiknya kita tidak menyelesaikan masalh dengan cara peperangan
3) Selalu berdoa kepada Tuhan yang maha Esa
4) Tidak memperebutkan yang bukan milik kita

Sudut pandang: orang ketiga pengamat ( karna menggunakan nama sebagai kata ganti
orang)

Gaya bahasa ( majas )

1. Personifikasi(benda mati seolah hidup) : awan yang tebal menyelimusi


paginya di menoreh)
12

2. Metafora ( membandingkan suatu objek) : rangga adalah putra emas


senopati in Alaga yang memiliki kekuatan hebat )
3. Asosiasi ( menyamakan 2 objek ) : banyak pasukan bango lampar yang ditelan
bumi seketika...)
4. Hiperbola ( melebih lebihkan ) : nara mengendarai kudanya secepat kilat
menuju barisan penyerang...)
5. Sarkasme ( sindiran tajam ) : “tentu saja imbalan semenakjubkan itu tidak
akan diberi Cuma Cuma kan?”

Unsur ekstrinsik

Nilai budaya : laku pepe”memohon kepada penguasa tertinggi pada kerajaan untuk
meminta sesuatu”

Nilai sosial : menjalin kerjasama untuk mempererat hubungan antara ketiga belah pihak

Norma agama : ‘’mengajak untuk beribadah pada waktu subuh tepat pada waktunya’’

Nilai moral: untuk mengembalikan kejayaan kota weru dari ancaman bango lampar dan
macan lewu.

Nilai estetis: bukit menoreh yang begitu indah untuk dijadikan sebagai tempat permukiman
masyarakat.

Nilai edukasi : mempelajari cara membuat keris dari empu soca.


13

3.4 Unsur / Kaidah Kebahasaan


1) menghidupkan perasaan atau emosi pembaca ( majuu!!!! Serang!!! Serang tengah!!!)

2) dipengaruhi oleh subjektivitas pengarang (mengenakan baju lurik terkesan gagah...)

3) bersifat nonfiksi yang bersifat mencapai taraf penalaran pengarang ( saya diutus untuk
menemani raja selanjutnya sampai 500 tahun)

4) melibatkan banyak gaya bahasa

5) menggunakan kata nomina ( kata benda) : mas gelang membuat beberapa senjata seperti
keris, senapan dan senjata lainnya )

6) menggunakan kata verba ( kata kerja ) :

a. Aktif : apakah anda meminta kami meberi keputusan sekarang?

B. Pasif : inilah saat yang di nanti nanti mataran dan bagelen.

7) menggunakan konjungsi ( kata hubung ) :

a. Koordinatif : rangga dan nara mempersiapkan peperangan besok

b. korelatif : bahkan pabelan tidak juga menguasai ilmu kesenian.

c. subordinatif : kalian akan kembali sebelum penyerangan besok.

8) preporsisi ( kata pembentuk preporsional) : kau akan dikirim ke mataram besok.


13

3.5 Sudut Pandang Pada Novel


Novel menggunakan sudut pandang orang ketiga pengamat,

Karena menggunakan nama setiap tokoh untuk kata ganti orang atau pelaku pelakunya

3.6 Nilai Nilai yang Terkandung Dalam novel


Nilai budaya : laku pepe”memohon kepada penguasa tertinggi pada kerajaan untuk
meminta sesuatu”

Nilai sosial : menjalin kerjasama untuk mempererat hubungan antara ketiga belah pihak

Norma agama : ‘’mengajak untuk beribadah pada waktu subuh tepat pada waktunya’’

Nilai moral: untuk mengembalikan kejayaan kota weru dari ancaman bango lampar dan
macan lewu.

Nilai estetis: bukit menoreh yang begitu indah untuk dijadikan sebagai tempat permukiman
masyarakat.

Nilai edukasi : mempelajari cara membuat keris dari empu soca.


14

KESIMPULAN

Membahas tentang Magelang penulis ingat minggu ini menerima kiriman buku dari novelis,
wartawan, blogger WiwienWintarto.Judulbukunyaadalah ElangMenorehPerjalananPurwa
Kala.Bicaratentangmenorehpenulisteringatpadapenulislegendaris SH. Mintarjo yang menulis
serial ceritasilat di harianKedaulatanrakyatApi di
bukitMenoreh. CeritaitutentangsejarahPajangdanMataramsekitartahun 1500 M
ituberceritatentangkisah Nara muridEmpuSocadariBagelen. Nara termasukremaja yang
berbakatkarenamempunyaikemampuansilattingkattinggi,
hasildidikankerasEmpuSoca.Singkatcerita, setelahkematianDemangBagelenTawangAlun,
Nara ditugaskanmenjadipenggantiJagabayaBagelenmenggantikanTawangAlun.
Tugasnyaberatkarenamenyangkutkeamanandaerahnya yang
waktuituseringdigangguoleholehbegal-
begalkejipimpinanBangoLampardanAryoPamot.Ceritamengalirdengankeseruanintrik-
intrikantaraMataram, gerombolanpimpinanBangoLampardantrik-
triklicikmenantudansaudaradari Sultan Hadiwijaya (masamudanyadikenaldenganJakaTingkir)
.Dialog-dialog yang terbangundari  ceritadari bukusetebal 360 halaman
(terbitpertamaOktober 2018 plus viii , panjang 20 cm)
inimembuatpenulistidakberanjakdaritempatdudukselamaberjam- jam.
SepertiketikamembacaApi di
bukitMenorehrasanyaengganberanjakdanmelewatkanceritanya yang mengalir.

Penulissepertimasukdalamkeseruancerita, terutamatrik-
triktingkattinggidaripenguasaJawaPanembahanSenapatiatau yang
terkenaldengansebutan SenopatiingAlaga atauSrubutatauSutawijaya yang
berhasilmembunuhAryoPenangsang (PenguasaJipangPanolan yang
saktimandraguna).KecerdasantaktikalperangMataramdanpenggambaranketeraturantatakot
aMatarammembuatkeasyikanmenjelajahisejarahJawalewatfiksisejarahsemakinmenenggela
mkanpenulispadaapa yang terjadi di halamanselanjutnya. Membacakembalikisah-
kisahsejarahMajapahit, Demak,
PajangkaryaLangitKrisnaHariyadidansederetpenulisfiksisilatsejarahlainnyabacaanWiwienWin
tartotidakmembosankanmengalir.Penulismenjadiketagihanuntukmembacasejarahlewatfiksis
ejarah yang dikemasdalambentuk Novel.
15

SARAN

Saran untukelangmenorehperjalananpurbakalaPerbanyaklagiceritanyakarenamembaca
novel inirasanyaterlalucepathabiskarenaceritanya yang
selaluingindilanjutkandanperbaikibahasa-bahasa yang
terlalusulitdimengerti.Secarakeseluruhan novel
inisangatbagusdanharusdibacakarenadidalam novel initerdapatsejarah
yangtidakbiasadansangatcerdasada di bukuini. Dan resensiiniditujukankepada orang-orang
yang inginmenikmatisejarahwandalamsentuhansejarah.Khususnyauntukremajadandewasa.
16

Anda mungkin juga menyukai