59
2. Memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat ,waktu kejadian.
3. Memiliki narasumber yang dapat dipercaya.
4. Bersifat obyektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi
dengan data berupa keterangan atau angka yang menggambarkan
keadaan.
5. Biasanya dapat menjawab pertanyaan: apa, siapa, di mana, kapan,
berapa dengan jawaban yang pasti.
6. Berdasarkan kenyataan.
60
Langkah-Langkah Menulis Teks Cerita Inspiratif
61
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam cerita.
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam
cerita.
5. Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama, yang digunakan sebagai dasar
dalam menuliskan cerita.
6. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
melalui cerita yang di buatnya.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Inspirasi
Berikut ini terdapat beberapa kaidah kebahasaan teks cerita inspirasi:
1. Kata keterangan tempat, waktu, tujuan, dan cara.
Keterangan cara. Adverbial ini menamahkan keterangan cara pada
kegiatan atau peristiwa yang terjadi . Misalnya, dengan, dan secara.
Keterangan tempat. Adverbia ini menambahkan keterangan tempat
terjadinya suatu peristiwa atau kegiatan, yaitu di, ke, dan dari.
62
Keterangan waktu. Adverbia ini menambahkan keteranagn waktu kapan
terjadinya suatu peristiwa atau kegiatan, yaitu, pada, kemarin, besok,
lusa, dan lain – lain.
Keterangan tujuan. Adverbia ini menambahkan informasi tujuan pada
kalimat, misalnya untuk, supaya, dan agar.
63
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terdiri atas
beberapa kalimat yang setara/ sederajat kedudukannya.
64
besaran melalui laut, darat dan udara dengan mengerahkan sekitar 30.000
infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank dan kapal perang. Kota Surabaya
diserang habis-habisan oleh pihak sekutu. Mereka mengebom gedung-gedung
pemerintahan dan membunuh para pejuang. Kejadian waktu itu sangatlah
mengerikan, pembunuhan terjadi di mana-mana dan membuat para pejuang
terdesak.
Namun, diluar dugaan rencana mereka untuk menaklukan kota Surabaya
dalam 3 hari gagal. Seluruh pejuang dan rakyat Surabaya turun ke jalan untuk
melakukan perlawanan. Semangat juang para pahlawan waktu itu muncul
berkat seorang pemuda yang bernama Bung Tomo, dia dengan gagah berani
memekikan pidato untuk membakar seluruh semangat para pejuang.
Pertempuran Surabaya berlangsung sekitar 3 minggu dan dimenangkan oleh
pihak sekutu. Meskipun kota Surabaya jatuh ketangan sekutu, perlawanan
rakyat Surabya waktu itu membangkitkan semangat juang seluruh rakyat
Indonesia.
Contoh 2:
Seseorang Yang Bangkit Dari Depresi
Dikisahkan bahwa ada seorang ayah yang sempat kehilangan anak laki-lakinya.
Namanya seorang ayah, tentu saja akan sangat terluka ketika buah hati yang
begitu disayangi tiba-tiba pergi meninggalkannya terlebih dahulu menjemput
maut. Mungkin memang banyak yang berhasil melewati situasi ini, namun
tidak dengan seorang lelaki bernama Brian ini.
Brian bisa di katakan mengalami stress dan syock berat akibat meninggalnya
putranya tersebut. Bahkan, saking parahnya kondisi Brian, dia pun pernah
mencoba untuk bunuh diri. Padahal, anak laki-lakinya yang telah meninggal
bukanlah putra semata wayang yang dia miliki. Brian masih memiliki seorang
putri juga yang seharusnya bisa menghibur kesedihan laki-laki tersebut.
Meski demikian, keluarganya masih begitu bersyukur karena Brian tidak
sampai hilang kendali dan benar-benar menyusul putranya saat itu. Bahkan,
saat ini depresi yang di alami oleh Brian pun telah pulih seperti sedia kala. Dia
tidak lagi mengalami hal-hal yang di luar batas wajar sebagaimana beberapa
tahun lalu sejak meninggalnya sang putra.
Kondisi Brian akhirnya membaik dengan perjuangan keras dan berbagai tahap
pemulihan yang dia jalani. Bahkan, saat ini dia begitu sehatnya hingga ikut
andil dalam berbagai penyembuhan untuk penderita depresi. Hal ini di
lakukan sebagai rasa syukur atas kesembuhannya hingga sekarang. Dan dia
pun bekerja di recovery support worker.
65
Dari cerita ini bisa di ambil banyak pelajaran penting. Seseorang yang pernah
mengalami depresi pun akhirnya mengabdikan diri bagi mereka yang sedang
mengalami hal yang sama. Oleh karena itu, sesedih apa pun hal atau peristiwa
yang pernah terjadi dalam hidup. Termasuk ketika orang yang paling di
sayangi pergi, jangan sampai kehilangan akal sehat dan melakukan tindakan
merugikan.
Hal ini karen segala sesuatu pasti kembali ke asalnya dan hanya menunggu
giliran masing-masing saja. Selain itu, bagi Anda yang sedang memiliki
keluarga dalam kondisi serupa, tidak perlu khawatir terlalu berlebih karena
dengan ikhtiar yang kuat, niat serta doa dari keluarga, orang yang Anda
sayang dan sedang mengidap depresi bisa sembuh sebagaimana kondisi
semula.
Bahkan, bisa jadi dia akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Dan hal ini
telah di buktikan oleh Brian serta putrinya yang melewati masa-masa sulit
dengan kondisi sang ayah yang begitu mengharukan. Bahkan, cerita inspiratif
yang satu ini pun di ceritakan sendiri oleh sang putri yang begitu senang
karena ayahnya telah kembali seperti sedia kala.
Contoh 3:
Garam dan Air
66
dan sebuah panci kemudian mengisi gelas dan panci dengan air sampai
penuh. Dia kemudian memasukan satu sendok garam kedalam gelas yang
berisi air dan satu sendok lagi ke dalam panci. Sang anak mulai penasaran
dengan apa yang sedang dilakukan ibunya.
“Untuk apa air garam itu bu?” Sang Ibu pun berkata, “sekarang coba kamu
minum air yang ada di dalam gelas”. Anak itu pun meminumnya dan
mengeluh, “rasanya sangat asin bu!”, Ibunya kemudian menyuruh anak itu
untuk mencicipi air yaang ada di dalam panci. “Rasanya asin bu, tapi tidak
seasin air yang di gelas tadi” Kata anak itu dengan nada penasaran. Setelah itu
sang ibu mengajaknya ke sebuah danau yang berada tidak jauh dari rumah
mereka.
“Sekarang coba kamu lemparkan segenggam garam ke dalam danau itu!”.
Dengan wajah yang masih penasaran anak itu melemparkan segenggam
garam ke dalam danau. “Kenapa bu? Untuk apa ibu menyuruhku melemparkan
garam ke danau?”. Sang ibu kemudian berkata, “Nak, kamu adalah anak yang
cerdas, menurut kamu bagaimana rasa air danau setelah kamu melemparkan
segenggam garam ke dalamnya?” dengan spontan anak itu menjawab, “Tentu
saja rasanya tidak akan berubah bu, tapi aku masih penasaran kenapa ibu
melakukan semua ini?”
Dengan nada yang lembut ibunya menjelaskan bahwa garam yang
dimasukkan ke dalam gelas, panci dan danau itu diibaratkan masalah setiap
orang yang ada di dunia. Tinggal bagaimana sikap kita menghadapi masalah
itu. Apakah kita akan seperti gelas dan panci ketika ditimpa sedikit masalah
akan berubah menjadi asin? Ataukah kita adalah danau yang ketika ditimpa
masalah sebesar apapun tidak akan berubah rasa sedikitpun.
Setelah mendengarkan penjelasan ibunya, anak ini mulai mengerti bahwa
setiap orang di atas bumi ini pasti punya masalah entah itu masalah yang
besar atau masalah yang kecil, tetapi jika kita menghadapinya dengan lapang
dada, maka sebesar apapun masalah yang menimpa tidak akan mengubah kita
menjadi orang yang suka mengeluh dan lupa untuk bersyukur.
Contoh 4:
Garam dan Telaga
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah
seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya
gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang
yang tak bahagia.
67
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak
Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil
segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba,
minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan
ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu
berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang
tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga
itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan
tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga
ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi,
“Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak
muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak
lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang
akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah
yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat
kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal
yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung
segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga
yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi
kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak
Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak
muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
68
Demikianlah, hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan
hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap
kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Struktur:
1. Orientasi: “Suatu ketika,….”
2. Perumitan peristiwa: “Tanpa membuang waktu,….”
3. Komplikasi: “Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan….”
4. Resolusi: “Pak Tua itu lalu kembali….”
5. Koda: “Demikianlah, hatimu ….”
69