Anda di halaman 1dari 3

A.

Contoh Naskah Drama :

Sayang Ada Orang Lain


Karya: Utuy Tatang Sontani

DI RUMAH SUMINTO YANG SEMPIT DAN SEDERHANA. SUASANA SEPI. TIBA-TIBA DATANG SEORANG LAKI-LAKI
MENCARI SUMINTO.

Hamid : Minto … Minto! Kau masih tidur di siang hari begini? (SUMINI ISTRI SUMINTO MUNCUL DENGAN PAKAIAN
YANG BAGUS) Suminto ada?

Sumini : Ada. Mas … Mas … ini ada Pak Hamid! (MINTO MUNCUL DENGAN KAUS OBLONG DAN SARUNG)

Hamid : Lho aneh …! Istrinya perlente, suaminya kaya gembel.

Suminto : Dia mau pergi, ada urusan.

Hamid : Dan kau, tunggu di rumah? Mengapa tidak berduaan saja sambil rekreasi. Ini kan hari Minggu?

Suminto : Hari Minggu malah lebih memusingkan. Uang tak ada, malas mau pergi. Diam di rumah, banyak yang
nagih utang.

Hamid : Engkau selalu pesimis, Minto. Untung istrimu tidak.

Sumini : Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki, Pak Hamid. Silakan duduk Pak Hamid, saya mau pergi dulu,
ada urusan. (MENDEKATI MINTO LALU MENCIUM TANGAN BERPAMITAN) Saya pergi dulu, Mas! (MINI PERGI
KELUAR)

Hamid : Minto, beruntung sekali kamu memiliki istri seperti dia. Tapi anehnya, engkau selalu kelihatan lesu.

Suminto : Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di
pasar. Gaji yang saya terima sekarang cuma bisa untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti harus
ditutup dengan utang, kalau perlu menjual barang yang layak dijual. Kian lama utang itu bukan kian sedikit, Pak
Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk aku dan istriku, atau biaya sekolah seorang
anakku. Tapi, semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.

Hamid : Aku sudah beberapa kali menganjurkan supaya berubah cara berpikirmu. Kamu harus melihat realitas,
berpikir yang dialektik. Mestinya kau tidak perlu pesimis dengan gajimu yang tidak cukup. Dengan gaji yang tidak
cukup itu, kamu harus bisa menggunakan kesempatan dalam segala cara, agar rumah tanggamu menjadi kuat.

Suminto : Lantas, apa aku harus korupsi untuk menutup kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu, Pak
Hamid.
Hamid : Siapa yang menganjurkan kamu untuk korupsi? Aku tidak bilang begitu. Aku cuma menyarankan agar
kamu berpikir dialektis, agar kamu dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tapi … sudahlah, Minto, aku ke
sini sebenarnya hanya mau pinjam raket badmintonmu.

Suminto : Sudah tidak ada.

Hamid : Ke mana?

Suminto : Sudah kujual untuk menutup kekurangan.

B. Identifikasi tema, alur, latar dan tokoh

1. Tema

Secara umum petikan drama di atas mengandung tema kondisi ekonomi yang kekurangan. Hal tersebut
dapat dilihat dari petikan dialog tokoh Suminto; Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya ini
sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang cuma bisa untuk hidup
sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti harus ditutup dengan utang, meminjam, kalau perlu menjual
barang yang layak dijual … (dan seterusnya).

2. Alur

Jalinan cerita yang tampak pada petikan naskah drama di atas tersusun secara maju. Artinya isi cerita
disampaikan dengan kronologi cerita dari waktu yang lampau menuju waktu ke depan.

3. Latar

Latar tempat dari cerita dalam petikan naskah di atas yaitu rumah Suminto. Adapun latar waktu dan
suasana dalam cerita adalah pada waktu pagi hari yang sepi di hari Minggu.

Hal tersebut dapat dilihat dalam petunjuk lakuan maupun dialog tokoh yang terdapat dalam teks naskah, di
antaranya; Di rumah Suminto yang sempit dan sederhana. Suasana sepi … dan dialog: … Ini kan hari
Minggu? (dan seterusnya).

4. Tokoh

Dalam petikan naskah tersebut terdapat beberapa tokoh dengan berbagai karakter penokohannya, yang
mencerminkan letak posisi tokoh dalam cerita. Salah satu contoh karakter tokoh dari petikan di atas adalah
sifat kejujuran yang dimiliki oleh tokoh Suminto. Karakter tersebut dapat dilihat melalui dialog; Lantas, apa
aku harus korupsi untuk menutup kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu, Pak Hamid.

Tokoh Sumini, terlihat sebagai istri yang santun dimana saat meninggalkan rumah sempat berpamitan dan
mencium tangan suaminya.

Tokoh pak Hamid, terlihat memiliki kepedulian terhadap masalah yang dihadapi Suminto namun belum bisa
memberi solusi yang konkrit.
Nama Tari : Tari Burung Enggang

Jenis Tari : Tari tradisional, merupakan tarian khas suku Dayak Kenyah yang bermukim di Kalimantan
Timur

Jumlah penari : Lebih dari satu atau berkelompok

Keunikan tari : Tari Enggang hanya dibawakan oleh para perempuan sebagai representasi dari burung Enggang
itu sendiri. Mereka menari dengan lemah gemulai menggunakan gerak dasar seperti gerakan
burung Enggang. Tari Burung Enggang atau Tari Enggang mempunyai tiga gerakan dasar, yaitu (1)
Nganjat, gerakan khas tarian Dayak yang menjadi gerakan utama. Gerakannya menyerupai
burung Enggang Gading saat membuka dan menutup sayapnya, yang melambangkan gerakan
molek dari seorang penari Dayak; (2) Ngasai, gerakan para penari menyerupai burung Enggang
yang sedang terbang; (3) Purak Barik, gerakan perpindahan tempat. Para penari melakukan
gerakan layaknya burung yang sedang berpindah tempat. Dalam perkembangannya, muncul
kreasi baru dari Tari Enggang, namun sebagaimana lazimnya tari kreasi baru yang berakar pada
tarian tradisional, makna serta filosofi yang terkandung dalam Tari Burung Enggang tetap
dipertahankan.

Tarian ini mengandung filosofi tinggi bagi masyarakat suku Dayak Kenyah, dan wajib ditampilkan
dalam setiap upacara adat, penyambutan tamu, serta festival budaya. Suku Dayak Kenyah
mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke bumi menyerupai
burung Enggang, sehingga mereka sangat menghormati dan memuliakan burung Enggang. Bulu
burung Enggang selalu memegang peranan penting dalam setiap upacara adat dan tarian. Ukiran
yang dibuat oleh suku Dayak Kenyah juga banyak menampilkan bentuk burung Enggang. Oleh
sebab itu Tari Enggang dapat dimaknai sebagai penghormatan suku Dayak Kenyah terhadap asal-
usul leluhur mereka. Ada pendapat lain yang memaknai Tari Enggang sebagai simbol perpindahan
masyarakat suku Dayak Kenyah dari satu tempat ke tempat lainnya secara berkelompok. Suku
Dayak Kenyah dahulu memang menjalani hidup nomaden, berpindah-pindah tempat untuk
mencari keselamatan bagi warganya dan menghindari peperangan antar suku.

Gambar :

Anda mungkin juga menyukai