Anda di halaman 1dari 26

METODE PENELITIAN

“MAKNA DAN FUNGSI MONAS DI KOTA JAKARTA“

Dosen Pengampu : - Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT.

- Sri Winarni, ST., MT.

Disusun Oleh:

KELOMPOK :

SUCI KUMALASARI/1622019
LINDA ROPIENI/1622062
ANDREW PUTRA P. Y./1622067
AFAN FIRMANSYAH/1622081

JURUSAN ARSITEKTUR S-1

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

MALANG 2019

1
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................. 2

KATA PENGANTAR .................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 5

1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 4

1.2. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 5

1.3. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................ 6

1.4. MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 6

1.5. METODE PENELITIAN ....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ....................... 8

2.1. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR .......................... 8

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 11

3.1 SEJARAH ............................................................................................... 11

3.2 FUNGSI DAN MAKNA ........................................................................ 23

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 25

5.1 KESIMPULAN .................................................................................... 25

5.2 SARAN-SARAN ................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat

dalam rangka memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Metode Penelitian. Selain itu

juga penulis ingin memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai makna dan

fungsi Monas di kota Jakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

dosen pengampu bidang studi dan teman-teman yang telah banyak memberikan

pengetahuan kepada penulis dalam menyusun tugas ini serta kepada semua pihak

yang telah membantu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca,

khususnya dari teman-teman dan dosen pengampu. Penulis akan sangat menerima

segala kritik dan saran.

Malang, 06 April 2019

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Seperti yang diketahui, Salah satu ikon kebanggaan Jakarta dan warga negara

Indonesia adalah Monumen Nasional (Monas). Berdiri di atas lahan seluas 80

hektar, Tugu Monas memiliki sejuta makna di dalamnya. Pada tanggal 17

Agustus 1961 dimulai pembangunan Monumen Nasional. Monumen ini tidak

hanya sekedar tugu yang menampilkan keindahan fisik, namun menjadi sumber

inspirasi bagi generasi mendatang untuk mengenang perjuangan merebut

kemerdekaan serta sumber semangat untuk tetap mempertahankan

kemerdekaan. Dan sebagai ungkapan rasa terima kasih bangsa kepada

perjuangan dan pengorbanan patriot bangsa yang telah tiada,

Monas merupakan identitas bangsa Indonesia dan masyarakat seharusnya bisa

lebih mengenal monas. Atas dasar permasalahan itulah, penulis akan

menjabarkan tentang fungsi dan makna monas agar monas lebih dikenal oleh

masyarakat sebagai objek wisata sejarah.

Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas Jakarta Pusat. Dibangun

pada dekade 1920-an, Tugu peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80

hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R.M.Soedarsono, mulai

dibangun 17 Agustus 1961. Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang

dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi 1945, agar

terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi dan generasi

mendatang.

4
Pembangunan Monumen Nasional terdiri tiga tahap. Tahap pertama kurun

1991-1964 Dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan Monumen

Nasional dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton

pertama, total 284 pasak beton yang digunakan sebagai pondasi pembangunan.

Sebanyak 360 pasak bumi di tanamkan untuk pondasi museum sejarah nasional,

keseluruhan pemasangan pondasi selesai pada bulan Maret 1962. Dinding

museum didasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangun obelisk

kemudian dimulai, dan selesai pada bulan Agustus 1963.

Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966-1968 akibat

terjadinya gerakan 30 September 1965 (G.30.S/PKI) dan upaya kudeta. Tahap

ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan

menambahkan diorama pada museum sejarah, meskipun pembangunan telah

selesai. Namun masalah masih saja terjadi antara lain kebocoran air yang

menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan

diresmikan pada tanggal 12 Juli 1945 oleh Presiden RI Soekarno.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

permasalahan yang dapat diambil yaitu:

 Banyak orang yang belum mengetahui informasi tentang apa saja yang

ada di Monas serta struktur dan material bangunan Monas.

 Banyak orang yang belum mengetahui fungsi dan makna yang

terkandung pada Monas.

5
1.3.TUJUAN PENELITIAN

Berikut adalah tujuan dan manfaat dari perancangan media informasi Monumen

Nasional :

 Tujuannya adalah membuat informasi yang detail tentang Monas serta

menyampaikan pesan-pesan yang terkandung pada Monas.

 Untuk menambah pengetahuan banyak orang tentang sejarah Monas,

terutama generasi muda yang diharapkan bisa memahami pesan yang

terkandung dalam bangunan Monas, sehingga dapat meningkatkan rasa

nasionalisme.

1.4.MANFAAT PENELITIAN

 Memberi banyak informasi tentang Monas sebagai identitas bangsa

Indonesia

 Dapat menegdukasi pembaca ataupun masyarakat untuk lebih mengenal

fungsi dan makna monas serta monas sebagai objek wisata sejarah.

1.5.METODE PENULISAN

Karya tulis ini di susun berdasarkan metode, metode penulisan sebagai berikut :

 Wawancara

Adalah suatu metode pengumpulan data dengan bertanya langsung

kepada nara sumber untuk menyusun karaya tulis ini penulis langsung

mengajukan pertanyan kepada

 Studi Pustaka/referensi

Adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca berbagai

media yang berhubungan dengan objek yang di kehendaki dalam

6
penyusunan karya tulis ini , penulis mengumpulkan data/literature dari

internet

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Monumen

Monumental berasal dari kata Monumen, monumen adalah jenis bangunan

yang dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang dianggap

penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan kejadian

pada masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk

memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu. Beberapa ibu kota

pusat pemerintahan seperti Washington D.C., New Delhi, dan Brasília memang

telah dirancang sedemikian rupa sehingga dibangun meliputi banyak monumen

kenegaraan. Lokasi Monumen Washington dirancang untuk membentuk ruang

publik yang rapi dan teratur. Bangunan fungsional yang menjadi semakin

penting karena usianya, ukurannya, atau makna sejarahnya, dapat juga

dianggap sebagai monumen. Dalam hal ini dapat karena ukurannya yang besar

atau usianya yang tua seperti contohnya Tembok Besar. Beberapa negara

menggunakan istilah "monumen purbakala" untuk merujuk pada situs

arkeologi penting, seperti Borobudur. Atau bahkan situs purbakala yang

dulunya merupakan kompleks permukiman, seperti situs Pompeii.

Monumen seringkali dirancang untuk memuat informasi politik bersejarah,

sebagai bangunan untuk memperkuat citra keunggulan kekuatan politik, seperti

Pilar Trajan, atau berbagai patung Lenin di Uni Soviet. Monumen dapat berusia

ribuan tahun, sebagai simbol yang bertahan lama suatu peradaban purba.

8
Piramida Mesir Kuno, Parthenon Yunani Kuno, dan Moai di Pulau Paskah

telah menjadi simbol dari peradaban purba tersebut. Di zaman yang lebih

modern, Patung Liberty dan Menara Eiffel telah menjadi lambang negara dan

kota modern. Istilah monumentalitas berkaitan dengan status simbolik dan fisik

keberadaan suatu monument :

 Bangunan yang dirancang sebagai Markah tanah, contoh: Menara

Petronas

 Tugu peringatan atau memorial untuk memperingati orang yang telah

meninggal dunia, seperti pahlawan atau korban perang.

 Contoh: Gerbang India.

 Kuil, Candi, Masjid atau bangunan keagamaan lainnya yang memiliki

fungsi ritual keagamaan, contoh: Borobudur, Kabah

 Pilar atau tiang, seringkali dimahkotai patung, contoh: Pilar Nelson di

London

 Nisan monumen kecil untuk orang yang telah meninggal dunia

 Makam untuk orang penting, contoh: the Piramida Giza dan Taj Mahal.

 Monolit didirikan untuk keperluan peringatan dan keagamaan, contoh:

Stonehenge

 Obelisk biasanya didirikan untuk memperingati tokoh penting atau

perisitiwa penting, contoh: Monumen Washington, Monas

 Patung tokoh penting atau simbol penting, contoh: Patung Liberty

 Gerbang atau Pelengkung kemenangan, biasanya dibangun untuk

memperingati keberhasilan militer, contoh: Arc de Triomphe

9
 Keseluruhan kawasan bekas medan perang untuk memperingati

kebrutalan perang dan pertumpahan darah, contoh: Oradour-sur Glane

medan perang Gettysburg dan Sekigahara

 Pada kesempatan lain, monumen alam juga merujuk pada kawasan

yang memiliki keindahan alam yang istimewa.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SEJARAH MONAS

Sejarah

Sumber: ulinulin.com

Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah

sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul

pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun

1949, Presiden Soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen

nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana

Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan

perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus

membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan

mendatang.

Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara

perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya

yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban

11
yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan

karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara

kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang

memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan

rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai

rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni.

Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan

tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya

sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih

kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan

yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi

Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono

untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45,

melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,

ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian

dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban

dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.

Ukuran dan Isi Monas

12
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh

bangunan ini dilapisi oleh marmer.

Lidah Api

Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari

perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton.

Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian

yang disatukan.

Pelataran Puncak

Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak,

pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di

sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas,

pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta.

13
Bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat

maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.

Pelataran Bawah

Pelataran bawah luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah

yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang

merupakan hutan kota yang indah.

Museum Sejarah Perjuangan Nasional

Di bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum

Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah

perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80x80 m. Pada

keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang

menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang

Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.

Pembangunan dan Rancang Bangun Tugu Monas

Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 -

1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal

17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton

pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak

360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional.

Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding

14
museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk

kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.

Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat

terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap

ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan

menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah

rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang

menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan

diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia

Soeharto. Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan

Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu

Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan

Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa

lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka

dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas

dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.

Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal

yang abadi, Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga

yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif,

serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk

adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan

negatif, serta melambangkan malam hari. Lingga dan yoni merupakan lambang

kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa

15
prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan

sebagai sepasang "alu" dan "lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam

setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang

bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri

atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter,

pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.

Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang

sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik

penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung

Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari

perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato[7]

sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di

Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat

patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3

m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung

menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika

pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung

dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia;

masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau

langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran

puncak monumen.

16
Relief Sejarah Indonesia

Sumber: ulinulin.com

Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah

Majapahit Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya

terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini

bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara di masa

lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut

secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan

barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda,

perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia,

terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka

pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia

II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang

kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan

Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan

17
kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok

dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.

Museum Sejarah Nasional

Sumber: ulinulin.com

Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah,

terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah

perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung

pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48

diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total

51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah

hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak

searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra

sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa

penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra

kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama

berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20,

18
pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde

Baru di masa pemerintahan Suharto.

Ruang Kemerdekaan

Sumber: ulinulin.com

Ruang kemerdekaan, di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang

Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui

tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan

simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah

asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di

dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan

Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih,

dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan

sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang

hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi

kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang

berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis

19
emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian,

serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada

dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini

dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan

membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian

oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17

Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang

negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada

sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi

ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah

Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi

karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak

dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan

Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan

Sumber: ulinulin.com

20
Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama

Jakarta dari ketinggian. Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan

membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di

ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang

sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta

terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling

badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran

puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh

penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke

selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa

Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.

Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala obor

perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram.

Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter

terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat

perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala

api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk

menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada

tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50

kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam"

yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang

menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang

masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari

21
ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai

melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga

mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan

rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter

dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran

yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan

pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).

Disekitar Monumen Nasional terdapat bangunan-bangunan lain yang

mendukung seperti taman Monas, wisata Monas, dan lapangan merdeka.

Taman Monas

Taman Monas, yaitu sebuah hutan kota yang dirancang dengan taman yang

indah. Di taman ini pengunjung dapat bermain bersama kawanan rusa yang

sengaja didatangkan dari Istana Bogor untuk meramaikan taman ini. Selain itu

juga terdapat tempat berolahraga. Taman Monas juga dilengkapi dengan kolam

air mancur menari. Pertunjukan air mancur menari ini sangat menarik untuk

ditonton pada malam hari. Air mancur akan bergerak dengan liukan yang indah

sesuai alunan lagu yang dimainkan. Selain itu ada juga pertunjukkan laser

22
berwarna-warni pada air mancur ini. Di taman ini juga disediakan beberapa

lapangan futsal dan basket yang bisa digunakan siapapun.

Wisata Monas

Untuk mengunjungi Monas, ada banyak jenis transportasi yang dapat

digunakan. Jika pengguna kereta api, dapat menggunakan KRL Jabodetabek

jenis express yang berhenti di Stasiun Gambir. Dapat menggunakan fasilitas

transportasi Bus Trans Jakarta ataupun menggunakan kendaraan pribadi,

tersedia lapangan parkir.

Untuk dapat masuk ke bangunan Monas, dapat melalui pintu masuk di sekitar

patung Pangeran Diponegoro. Lalu akan melalui lorong bawah tanah untuk

masuk ke Monas ataupun dapat melalui pintu masuk di pelataran Monas bagian

utara. Jam buka Monas adalah jam 9.00 pagi hingga jam 16.00 sore. Monas

dapat menjadi salah satu pilihan untuk berwisata bersama keluarga dan tempat

mendidik anak-anak untuk lebih mengenal sejarah Indonesia. Dapat menikmati

udara segar dari rindangnya pepohonan di Monas.

23
3.2 FUNGSI DAN MAKNA MONAS

Monumen yang didirikan oleh presiden Sukarno ini merupakan monumen yang

didirikan untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia saat melawan

penjajah yang terkenal keji. Sebagai monumen penyemangat bangsa, Monumen

Nasional diharapkan mampu melahirkan semangat kaum muda dalam membela

negara Indonesia. Monas pun kini dijadikan icon negara Indonesia dengan

berbagai manfaat dari setiap tempatnya. Seiring dengan berkembangnya jaman,

Monas kerap kali digunakan sebagai tempat untuk berlibur bahkan dapat

melihat pertunjukkan musik di depan halaman Monas pada saat-saat tertentu.

Tidak hanya itu, halaman Monas juga menjadi tempat untuk berolahraga oleh

masyarakat kota Jakarta. Karena digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat, pemerintah kota tidak melarang penggunaan fungsi Monas

tersebut. Monas bahkan diresmikan oleh pemerintah pusat sebagai objek wisata

bagi para pengunjung. Dengan begitu, pendapatan pemerintah daerah dapat

bertambah dari banyaknya wisatawan yang datang ke Monas.

Pengunjung juga dapat melihat fungsi dari Monas dengan melihat ruangan-

ruangan yang ada di dalam Monas. Ruang museum sejarah merupakan tempat

yang berisikan peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lalu. Bagaimana bangsa

Indonesia mendapatkan kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan

tersebut. Dan juga akan memberikan banyak informasi mengenai budaya,

agama dan peradaban dari zaman dahulu hingga sekarang. Untuk mengetahui

bagaimana pemandangan kota Jakarta, dapat berkunjung ke wilayah pelataran

puncak. Dari atas ini, bisa melihat pemandangan ibukota dengan lebih jelas.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah penulis selesai menguraikan berbagai hal tentang Monumen Nasional

Maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :

 Monumen Nasional merupakan sebagai salah satu dari monument

peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan

perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda.

 Monumen Nasional melambangkan semangat juang bangsa

Indonesia dalam berperang merebut kemerdekaan, yang dilambang

kan pada tugu dan api abadi di puncak.

 Monas menunjukan keagungan Negara Indonesia tak hanya kota

Jakarta.

 Monumen Nasional selalu berkembang menjadi lebih baik dari

waktu-kewaktu.

4.2. SARAN-SARAN

Monumen Nasional sebagai museum yang menyimpan begitu banyak

peinggalan bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan para pahlawan dalam

merebut kemerdekaan, seharusnya menjadi tempat yang harus dikunjungi untuk

mengenang jasa para pahlawan. Namun kenyataannya karena globalisasi yang

berkembang pesat, kehidupan masyarakat menjadi berubah kearah gaya hidup

hedonism yang hanya mementingkan kesenangan hidup tanpa memperdulikan

sejarah yang merupakan bagian penting dari masa sekarang.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/1228091/Monumen_Nasional-Urban_Workshop_Mei-

2011_

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/739/jbptunikompp-gdl-mmirzaprio-36944-6-

unikom_m-i.pdf

https://www.academia.edu/34282208/Monumen_Nasional

26

Anda mungkin juga menyukai