Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada pepatah yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang

menghargai jasa para pahlawannya. Salah satu cara untuk mengetahui, mengingat,

dan memahami jasa-jasa para pahlawan bangsa kita adalah dengan mempelajari

sejarah bangsa Indonesia melalui kunjungan ke museum.

Museum merupakan infrastruktur yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran

masyarakat dan melayani kebutuhan publik dengan berbagai cara, seperti

pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda

nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan rekreasi. Museum

mempunyai kewajiban menyelamatkan dan melestarikan benda-benda warisan

budaya bangsa dan menunjukannya kepada publik. Penyelamatan dan pelestarian

budaya ini bertujuan untuk kepentingan masyarakat. Museum berperan sebagai pusat

informasi edukatif, kultural, dan rekreatif.

Hal ‘museum sebagai tempat menyimpan benda-benda purbakala, sejarah, dan

sebagainya’ masa kini tidak diimbangi dengan interaksi yang komunikatif oleh nilai-

nilai penting benda koleksinya kepada masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu

penyebab kurang berfungsinya museum terkait dengan jumlah pengunjungnya.

Padahal, menurut data yang dihimpun pada tahun 2010, Indonesia memiliki 281

museum. Itu sangat disayangkan karena sejarah – yang terangkum di suatu museum –

1
dapat dipelajari dan dijadikan bahan imajinasi perkembangan masa depan. Knell,

Simon J. dalam Museum Revolution menyatakan:

“It is commonly understood that museums are key agents in the creation of

meaning. That is, they create and transfer information and knowledge in an

effort to engage visitors in issues that are relevant and significant to them

personally and to their communities. In the process, museums assemble and

share multiple interpretations, or meanings”.

Dibandingkan dengan negara lain, kebanyakan museum di Indonesia dinilai

hadir apa adanya, yang secara penampilan kurang diminati oleh masyarakat. Hal ini

yang mejadikan bahwa museum-museum di Indonesia masih membutuhkan

revitalisasi atau renovasi. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan

bahwa terjadi penurunan jumlah pengunjung museum dalam kurun waktu tahun 2006

hingga 2008. Hal ini disebutkan karena pengaruh kemajuan teknologi oleh adanya

akses internet.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah salah satu contoh infrastruktur

museum yang terdapat di Kota Bandung. Museum ini adalah sebuah museum yang

kental akan sejarah, budaya, dan perjuangan masyarakat Jawa Barat dalam menumpas

kolonialisme di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Namun, keberadaan museum ini

cenderung menjadi tempat asing bagi masyarakat. Bahkan, teman penulis pun banyak

yang tidak mengetahui dimanakah sejatinya lokasi dari museum kaya sejarah ini.

Nampaknya masyarakat lebih memilih mal atau taman bermain sebagai lokasi

kunjungan daripada museum ini. Padahal, museum ini sejatinya bisa menjadi bahan

2
studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun

dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Hal tersebut pun terbukti

dengan minimnya jumlah pengunjung per-tahun dari museum ini. Dengan begitu,

Museum tersebut dapat dikatakan tidak berfungsi dengan maksimal sebagai

infrastruktur yang dibutuhkan dari segi sosial, ekonomi, dan budaya karena

sedikitnya masyarakat yang mengetahui dan berkunjung ke museum ini. Pada

akhirnya, museum yang merupakan saksi bisu perjuangan bangsa ini, dewasa ini

seakan hanya menjadi gudang tak bermakna dan tersingkir sebagai salah satu

identitas kota.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian

tentang Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Selain untuk meninjau keberadaan

museum Mandala Wangsit Siliwangi sebagai sebuah infrastruktur dari aspek

ekonomi, sosial, lingkungan, budaya, dan hukum, penulis juga akan melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan mulai dilupakannya museum

tersebut oleh masyarakat, terutama dari segi teknis. Selain itu, penulis juga

melakukan kajian dari berbagai sumber dengan harapan penulis memberikan solusi

atas masalah-masalah museum Mandala Wangsit Siliwangi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah,

yaitu

3
1. Apakah yang menyebabkan Museum Mandala Wangsit Siliwangi sepi

pengunjung?

2. Apa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah sepinya pengunjung

museum? Apa pula konsekuensi dari solusi yang ditawarkan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari kajian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui hal apa saja

yang menyebabkan Museum Mandala Wangsit Siliwangi jarang dikunjungi

masyarakat, bahkan banyak masyarakat sampai saat ini tidak tahu akan keberadaan

museum ini. Kajian yang penulis lakukan ini juga bertujuan untuk dapat menemukan

berbagai macam solusi atas berbagai permasalan museum, dalam hal ini dikaitkan

dengan engineer solution . Selain itu, penulis juga bertujuan untuk mencari tahu

konsekuensi yang timbul bila solusi yang ditawarkan akan diterapkan.

Dengan adanya karya tulis ini pun, para pembaca diharapkan memiliki

kompetensi dalam menyelesaikan masalah konkret yang bertalian dengan

infrastruktur. Dengan pengetahuan teknis yang diperoleh secara formal, ditambah

dengan keterampilan nonteknis, pembaca diharapkan mampu memiliki pola pikir

seorang engineer untuk dapat bersikap profesional, etis, dan mengajukan solusi yang

tepat terhadap suatu masalah terutama untuk masalah yang berhubungan langsung

dengan masyarakat. Adanya karya tulis ini pun diharapkan mampu memberi

pengetahuan baru dan perluasan wawasan bagi pembaca sehingga pembaca

diharapkan dapat lebih responsif terhadap masalah yang beredar di masyarakat.

4
1.4 Ruang Lingkup Kajian

Ada pun yang akan dikaji dalam permasalahan ini adalah :

1. Kondisi museum Mandala Wangsit Siliwangi.

2. Koleksi barang museum Mandala Wangsit Siliwangi.

3. Pengelolaan museum Mandala Wangsit Siliwangi.

4. Data tentang museum Mandala Wangsit Siliwangi.

5. Museum Mandala Wangsit Siliwangi di mata masyarakat.

6. Dampak museum Mandala Wangsit Siliwangi bagi kehidupan masyarakat

(ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum, dll).

1.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan beberapa metode untuk menghimpun data di dalam

penelitian ini, diantaranya adalah dengan cara :

1. Wawancara secara langsung dengan pihak yang menjadi penanggung jawab

dari museum Mandala Wangsit Siliwangi, pengunjung museum, dan

masyarakat yang bermukim di sekitar museum

2. Melakukan survey langsung ke lokasi museum

3. Melakukan studi literatur , baik itu berasal dari website, buku, ataupun

literatur lainnya

5
1.6 Sistematika Pembahasan

Penulisan makalah ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu bab pendahuluan, bab

gambaran umum infrastruktur, bab pengolahan data, bab pembahasan infrastruktur

yang diamati, serta bab simpulan dan saran. Bab pendahuluan meliputi latar belakang

penulisan yang memuat, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, lingkup

kajian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab latar belakang itu sendiri

memuat alasan penulis memilih museum Mandala Wangsit Siliwangi untuk dikaji.

Adapun rumusan masalah memuat apa yang akan menjadi pokok pembahasan dalam

makalah ini. Tujuan dan manfaat memuat apa yang akan dicapai setelah mengkaji

museum Mandala Wangsit Siliwangi. Selanjutnya, bab gambaran umum infrastruktur

berisi tentang bagaimana keadaaan dan kondisi museum Mandala Wangsit Siliwangi

sekarang. Gambaran umum infrastruktur ini didapatkan dari pengamatan langsung

penulis ke museum Mandala Wangsit Siliwangi. Bab pengolahan data berisi data-

data/informasi mengenai museum Mandala Wangsit Siliwangi, baik itu fungsinya

sekarang ini, manfaat, maupun perannya terhadap masyarakat. Data yang penulis

gunakan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

didapatkan dari wawancara secara langsung dengan pihak yang menjadi penanggung

jawab dari museum Mandala Wangsit Siliwangi, pengunjung museum, dan

masyarakat yang bermukim di sekitar museum. Adapun data sekunder didapatkan

dari data-data yang telah ada, seperti dari literatur, baik itu berasal dari website, buku,

ataupun literatur lainnya. Adapun bab pembahasan isinya adalah anlisis mengenai

museum Mandala Wangsit Siliwangi. Analisis ini meliputi bagaimana peran dan

kondisi museum itu sekarang yang ditinjau dari aspek ekonomi/biaya, dampak sosial,

6
dampak lingkungan, aspek budaya, dan spek hukum (kebijakan tata ruang dan kota).

Bab yang terakhir adalah bab simpulan dan saran yang berisi kesimpulan dari apa

yang dibahas dalam makalah ini. Selain itu bab ini juga bersisi saran dari penulis

untuk museum Mandala Wangsit Siliwangi.

7
BAB II

SEJARAH UMUM DAN PERAN MUSEUM SEBAGAI

INFRASTRUKTUR

2.1 Gambaran Umum Tentang Museum

Museum berasal dari bahasa Yunani mouseion. Dahulu kala museum berfungsi

sebagai sebuah bangunan tempat suci untuk memuja sembilan dewa suci dan ilmu

pengetahuan. Salah satu dari sembilan dewi tersebut adalah Muses (dewa pelindung

seni dalam mitologi Yunani), yang lahir dari maha Dewa Zeus dengan isterinya

Mnemosyne. Selain menjadi tempat suci, pada waktu itu juga museum berfungsi

sebagai tempat berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki

berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat berseni. Selain itu, dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), museum juga diartikan sebagai gedung yang

digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat

perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan

barang kuno.

Pada arti lainnya, museum berdasarkan definisi yang diberikan International

Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,

dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi,

8
meriset, mongomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk

kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.

Pada awalnya, museum berasal dari koleksi pribadi individu kaya, keluarga,

atau lembaga seni yang berisi benda-benda yang langka atau menarik. Benda-benda

ini sering dipamerkan di suatu ruangan. Akses publik biasanya diperbolehkan untuk

orang-orang penting, terutama koleksi seni pribadi, atas kehendak pemiliknya.

Museum yang tertua berdasarkan bukti yaitu museum Ennigaldi-Nanna, yang berdiri

sekitar 530 SM dan didedikasikan untuk menampung barang antik dari daerah

Mesopotamia.

Museum modern yang benar-benar terbuka untuk umum yaitu Museum

Louvre di Paris. Museum ini dibuka pada tahun 1793 pada saat Revolusi Perancis,

yang mengijinkan masyarakat dari semua golongan dan status untuk mengakses

koleksi kerajaan. Umumnya, museum berupa sebuah gedung atau bangunan, sebagai

tempat menyimpan dan memamerkan koleksi. Ini untuk melindungi seluruh koleksi

dari pengaruh panas, hujan, dan yang paling penting dari gangguan tangan-tangan

jahil manusia. Museum seperti ini diistilahkan museum tertutup.

Ada juga museum yang berada di luar ruangan. Namanya museum terbuka

atau museum lapangan. Nama kerennya open air museum atau site museum. Koleksi

dalam museum terbuka atau museum lapangan sangat besar, sehingga tidak bisa

dipindahkan. Karena itu tetap dilestarikan di halaman, dalam ujud benda cagar

budaya. Museum terbuka yang paling dikenal adalah Taman Wisata Candi Borobudur

dan Taman Purbakala Nasional Banten Lama.

9
Menurut jenis koleksinya museum terbagi dua, yakni museum umum dan

museum khusus. Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri atas

berbagai jenis objek ilmu pengetahuan dan kesenian. Contoh museum umum adalah

Museum Nasional yang koleksinya terdiri atas benda-benda prasejarah, arkeologi,

relik sejarah, etnografi, geografi, seni rupa, numismatik, heraldik, dan keramik.

Sedangkan museum khusus adalah museum yang hanya menyajikan koleksi berupa

satu jenis objek ilmu pengetahuan atau kesenian. Contohnya Museum Wayang,

Museum Bahari, Museum Keramik, dan lain-lain.

Selain benda-benda mati, kebun binatang atau taman margasatwa juga

dimasukkan ke dalam kategori museum. Bahkan istilah museum melingkupi

lembaga-lembaga yang memamerkan spesimen-spesimen hidup, seperti suaka

margasatwa, kebun raya, taman anggrek, herbarium, akuarium, dan oseanorium.

Museum dalam wujudnya yang lain berupa planetarium dan observatorium.

Keduanya adalah tempat untuk melihat benda-benda angkasa. Apapun namanya, pada

prinsipnya museum memamerkan segala jenis benda mati dan benda hidup untuk

kepentingan masyarakat.

Dari segi pengelolaannya, museum juga terbagi dua, yaitu museum

pemerintah atau museum negeri dan museum swasta atau museum pribadi. Museum

pemerintah dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga

milik pemerintah. Contohnya Museum Nasional (pemerintah pusat), Museum Sejarah

Jakarta (pemerintah daerah DKI Jakarta), dan Museum Satria Mandala (TNI).

10
Museum swasta dikelola oleh yayasan atau keluarga, misalnya Museum Adam Malik

(kini sudah tutup), Museum Affandi, Museum Dullah, dan Museum Suteja Neka.

Ada lagi yang disebut museum keliling atau museum mobil. Biasanya

museum ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menggunakan mobil yang

didesain secara khusus. Meskipun koleksi yang dipamerkan tidak banyak, museum

mobil dapat memberikan apresiasi kepada warga untuk mencintai peninggalan-

peninggalan masa lalu bangsanya.

Perkembangan museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan

museum di Indonesia. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan

dan kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan

berdirinya lembaga-lembaga yang benar-benar kompeten, antara lain untuk adalah

memelihara museum yang meliputi: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis;

himpunan kepurbakalaan; himpunan prahistorik; himpunan keramik; himpunan

musikologis; himpunan numismatik, cap-cap, serta naskah-naskah (handschriften),

termasuk perpustakaan. 

2.2 Fungsi dan Peran Museum Sebagai Suatu Infrastruktur

Fungsi dan tujuan dari pembuatan museum terus berubah seiring

perkembangan zaman. Pada awalnya museum berfungsi sebagai sebuah bangunan

tempat suci untuk memuja sembilan dewa suci dan ilmu pengetahuan. Salah satu dari

sembilan dewi tersebut adalah Mouse, yang lahir dari maha Dewa Zeus dengan

11
isterinya Mnemosyne. Selain menjadi tempat suci, pada waktu itu juga museum

berfungsi sebagai tempat berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta

menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan dewa dewi.

Namun, beriringan dengan berkembangnya zaman, fungsi museum saat ini cenderung

lebih memusatkan sebagai lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi

edukatif kultural dan rekreatif, dan mempunyai kewajiban untuk melestarikan

berbagai bentuk warisan budaya. Warisan budaya tersebut dapat berupa objek yang

mempunyai nilai seni, ilmu pengetahuan, budaya, ataupun sejarah.

Museum merupakan salah satu sarana pembelajaran masyarakat dan melayani

kebutuhan publik dengan berbagai cara, seperti pengoleksian, mengkonservasi,

meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk

kebutuhan studi, pendidikan, dan rekreasi. Museum mempunyai kewajiban

menyelamatkan dan melestarikan benda-benda warisan budaya bangsa dan

menunjukannya kepada publik. Penyelamatan dan pelestarian budaya ini bertujuan

untuk kepentingan masyarakat.

Museum sendiri, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19

Tahun 1995 tentang pemeliharaan dan pemanfaatan benda cagar budaya di museum,

adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan

bukti-bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna

menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan

kebutuhan manusia akan informasi berupa bukti-bukti peninggalan sejarah masa lalu.

12
Manusia dan kebudayaan secara tidak langsung tidak dapat dipisahkan dari

kebudayaan. Kebudayaan adalah hal penting yang menghubungkan manusia dengan

lingkungannya dan menjadi pedoman bagi masyarakat.

Museum terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu bangunan, sejarah, dan

budaya. Museum merupakan salah satu infrastruktur nyata yang keberadaannya

sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Museum adalah suatu lembaga

yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan

perkembangannya, menghimpun, memelihara dan melestarikan koleksinya untuk

digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung. Berikut ini adalah

berbagai fungsi dari museum:

1. Pengumpulan, pengamanan, dan visualisasi warisan alami dan budaya

2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah

3. Konservasi dan preservasi

4. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum

5. Pengenalan dan penghayatan kesenian

6. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia

Selain beberapa fungsi di atas, keberadaan museum dapat mendorong

pertumbuhan industri kreatif jika dioptimalkan dengan baik. Masyarakat di sekitarnya

akan menikmati potensi kesejahteraan dari sisi industri kreatif yang relatif akan

berkembang.

Berdasarkan uraian di atas, museum jelaslah dapat digolongkan sebagai suatu

cultural infrastructure yang memiliki peran penting terkait keberadaannya di tengah-


13
tengah masyarakat. Peran dan fungsi museum tidak hanya dari segi sejarah, namun

juga sosial, budaya, edukasi, dan sebagainya. Mengingat pentingnya peran dan fungsi

ini terlaksana, keberadaan suatu museum harus dioptimalkan, baik secara internal

maupun eksternal.

2.3 Sejarah Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Ruang lingkup kajian dalam penulisan karya tulis ini adalah Museum

Mandala Wangsit Siliwangi. Seiring dengan waktu yang terus bergulir, museum ini

terus mengalami penurunan jumlah pengunjung.

Secara sejarah, Museum Mandala

Wangsit Siliwangi adalah museum

senjata yang berada di Bandung, Jawa

Barat. Museum yang khusus digunakan

untuk menyimpan berbagai jenis senjata

ini namanya diambil dari kata Mandala

Wangsit yang berarti tempat untuk

menyimpan amanah, petuah atau

nasihat. Adapun Siliwangi adalah nama Raja Kerajaan Pakuan Padjadjaran yang

konon berwibawa, arif, dan bijaksana dalam menjalankan ronda pemerintahannya.

Jadi, Mandala Wangsit Siliwangi dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan

amanah, petuah atau nasihat dari para pejuang masa lalu kepada generasi penerus

melalui benda-benda yang ditinggalkannya, dalam hal ini adalah senjata-senjata yang

digunakan ketika mereka bertempur untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

14
Museum Mandala Wangit Siliwangi menempati areal seluas 4.176 meter

persegi dengan luas bangunannya sekitar 1.674 meter persegi. Bangunan museum

yang bergaya arsitektur late romanticism ini bukanlah bangunan baru yang langsung

difungsikan sebagai museum, melainkan bangunan tua yang dibangun pada tahun

1920-1915 sebagai tempat tinggal perwira Belanda. Setelah bangsa Indonesia

merdeka bangunan diambil alih dan digunakan oleh pasukan Divisi Siliwangi sebagai

markas Militaire Akademie Bandung dari tahun 1949 hingga 1950. Pada awal 1950,

tepatnya tanggal 23 Januari, markas Divisi Siliwangi pertama ini pernah menjadi

sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di bawah pimpinan

Kapten Raymond Westerling. Dalam peristiwa tersebut gugur sebanyak 79 prajurit

TNI/Siliwangi, termasuk diantaranya Mayor Adolf Lembong.

Saat situasi politik dan keamanan dalam negeri cukup kondusif, 16 tahun

kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Mei 1966 pihak Kodam III/Siliwangi menjadikan

markas Militaire Akademie Bandung menjadi sebuah museum yang diberi nama

Mandala Wangsit Siliwangi. Peresmiannya dilakukan oleh Panglima Divisi Siliwangi

waktu itu, Kolonel Ibrahim Adjie. Tujuannya adalah sebagai wadah pelestarian dan

pewarisan nilai-nilai kejuangan ’45 kepada generasi muda agar kesadaran serta

penghayatan terhadap sejarah perjuangan bangsanya tetap utuh.

Satu dekade kemudian, agar dapat menampung banyak koleksi dan lebih

menarik minat pengunjung museum direnovasi serta dibangun lagi gedung baru

berlantai dua. Selesai pembangunan, tanggal 10 November 1980 gedung diresmikan

untuk kedua kalinya oleh Pangdam XV/Siliwangi, Mayjen Yoga Sugama yang

prasastinya ditandatangani oleh Presiden RI Soeharto.

15
BAB III

DATA DAN INFORMASI MUSEUM MANDALA SILIWANGI

3.1 Data Primer

Dari hasil observasi kami mendapatkan bangunan museum Mandala Wangsit

Siliwangi secara umum terdiri dari dua bagian gedung yaitu gedung bagian depan dan

gedung bagian belakang. Gedung bagian depan yang umurnya lebih tua saat ini

digunakan oleh divisi siliwangi sebagai tempat pembinaan mental dan kejuangan

untuk keperluan militer. Gedung bagian belakang digunakan sebagai museum yang

terbuka untuk umum. Selain digunakan sebagai tempat pembinaan mental, bangunan

gedung depan juga difungsikan sebagai kantor Bintaldam III / Siliwangi dan beberapa

bagian gedung dialihfungsikan sebagai tempat parkir motor. Menurut wawancara,

karena berfungsi juga sebagai kantor, museum ini hanya dibuka untuk kunjungan

umum pada waktu dan jam kerja saja, yaitu pada hari Senin s/d Kamis dari pukul

08.00-15.00 dan Jum’at dari pukul 08.00-11.00.

Gedung Depan Gedung Belakang

16
Selain bangunan kantor dan museum, terdapat juga fasilitas-fasilitas

pelengkap lain seperti toilet, kantin, area parkir mobil, masjid, toko/koperasi, aula,

dan pos keamanan. Masjid yang terdapat di museum Mandala Wangsit Siliwangi

adalah Masjid Al-shlah. Masjid ini mampu menampung sekitar 90 jamaah. Menurut

keterangan dari pihak museum, pada tahun 2010 masjid ini telah mengalami renovasi

yang biayanya didapat dari bantuan Keluarga Besar Bintaldam III/Siliwangi dan

warga sekitar museum, sehingga kondisi masjid ini masih sangat layak dan terawat

yang dapat dilihat dari kondisi bangunan masjid yang menggunakan cat baru dan

fasilitas masjid yang memadai.

Dari hasil observasi pula diketahui bahwa untuk masalah fasilitas museum ini

dapat dikategorikan kedalam kategori yang kurang layak. Penerangan yang ada

kurang membantu pengunjung karena sangat redup. Begitu pula kantin yang tak

berfungsi lagi. Sedangkan auditorium, menurut hasil wawancara, tidak berfungsi lagi

sehingga dialihfungsikan menjadi aula.

Beberapa diorama yang ada di museum ini mengalami banyak kerusakan.

Bukan hanya diorama, dari observasi kami, kami

mengetahui bahwa banyak bagian bangunan, seperti

dinding dan atap yang mengalami pelapukan dan tampak

bekas dirembesi air sehingga membuat beberapa bagian

museum akhirnya dibatasi demi keselamatan pengunjung.

Selain itu, ada pula ruangan yang tampak kumuh seperti

karena banyak barang tak berguna yang diletakkan disana.

17
Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4

18
Gambar 1 menunjukkan barang rongsokan yang diletakkan sembarangan,

padahal tangga tersebut merupakan jalan bagi para pengunjung untuk melihat isi

museum. Gambar 2 menunjukkan konstruksi atap bangunan yang kondisinya sangat

memprihatinkan. Atap ini bisa saja membahayakan pengunjung yang datang ke

museum ini. Gambar 3 memperlihatkan betapa semrawutnya pengaturan barang-

barang di museum ini. Hal ini tentunya menjadi pemandangan yang tidak

mengenakkan bagi para pengunjung. Gambar 4 memperlihatkan peringatan yang

dipasang oleh pihak museum. Sekali lagi ini menandakan konstruksi bangunan dari

museum ini sungguh sudah sangat tidak layak.

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan data bahwa pelayanan yang masih

minim ini disebabkan oleh kurangnya dana dari pemerintah. Pihak museum sendiri

masih mengandalkan sumbangan dari para pengunjung dan donatur untuk biaya

perawatan. Padahal, menurut pihak museum, mereka sendiri sudah mengajukan dana

kepada pemerintah Kota Bandung sejak tahun 1999 untuk merenovasi gedung

museum yang kondisinya kurang layak karena belum adanya investor swasta yang

dapat bekerjasama . Namun, sampai sekarang pemerintah masih belum dapat

memberikan bantuan dana tersebut.

19
Dari observasi didapat bahwa jenis koleksi yang ada di museum Mandala

wangsit siliwangi mayoritas adalah benda yang berhubungan dengan perjuangan

rakyat Indonesia, khususnya TNI. Koleksi tersebut dikelompokkan dalam setiap

ruangan yang dibagi berdasarkan peristiwa.

Berdasarkan hasil wawancara, jumlah kunjungan museum ini cenderung

sedikit tiap harinya, kecuali pada musim-musim tertentu. Mayoritas pengunjung

adalah pelajar yang sedang melakukan studi. Narasumber menyebutkan bahwa

masyarakat umum segan mengunjungi museum karena lokasinya yang berada di

lingkungan militer dan kurang diketahui publik.

(sumber: dokumen pribadi)

Beberapa koleksi yang dipamerkan di museum Mandala Wangsit Siliwangi.

20
Selain itu, kami juga mendapat data mengenai pendapatan pedagang di sekitar

museum. Kali ini, data yang didapatkan sangat fluktuatif. Pendapatan pedagang

sangat tergantung pada jumlah pengunjung yang datang ke museum ini. Akan tetapi,

di lain sisi, pendapatan pedagang dari tahun ke tahun rata-rata meningkat,walaupun

jumlah pengunjung museum ini dari tahun ke tahun menurun.

Dari hasil observasi, keadaan

lingkungan sekitar museum Mandala

Wangsit Siliwangi ini sangat asri dan

enak dipandang. Kondisi jalan yang

bersih, dan tata letak bangunan-

bangunan di kawasan museum ini

tertata rapi. Masing-masing bangunan

yang ada di kawasan ini dibangun di

tempat yang pas dan sesuai dengan

kebijakan tata kota dari kota Bandung. Berdasarkan hasil wawancara, juga didapatkan

data mengenai pihak yang merancang dan pihak yang sempat merenovasi gedung

museum ini. Ada pun bangunan ini dirancang seluruhnya oleh insinyur Belanda pada

masa kolonial Belanda. Dan fakta lainnya adalah, bangunan ini sempat direnovasi

oleh salah seorang alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) sekitar tahun 1990-an.

21
3.2 Data Sekunder

Berikut ini adalah struktur organisasi museum Mandala Wangsit Siliwangi:

Struktur Organisasi Museum Mandala Wangsit Siliwangi

s
u
d
a
n
P
m
K
e
r
A
T
u
e
a
s
m
r
n
t
M
P
B
1
S
p
o
K
.
k
A
g
h
/
n
o
r
P
u
i
G
a
s
c
U
S
d
e
m
N
T
M
H
t
y l
.
K
A
/
I
H
2
r
a
P
p
o
.
f
n
k
N
u
t
h
i
O
S l
m
E
u
t
r
e
n
o
S
a
y
n
d
m
o
t
i
u
s
j
b
e
h
l
S

Secara umum, museum ini dipimpin oleh seorang kepala museum yang

bertugas untuk mengoordinasi seluruh kegiatan museum. Kepala museum

membawahi seorang penata museum yang bertugas dalam setiap pengadaan koleksi

di museum. Kemudian dibawah penata museum terdapat 4 bagian yaitu baur

pameran, tur harkatkol dan tur pemandu, serta TA Pammus. Walaupun dari diagram

terlihat hanya terdiri dari beberapa orang, namun struktur organisasi museum ini

bersifat fleksibel karena museum Mandala Wangsit Siliwangi ini merupakan bagian

dari Bintaldam III divisi Siliwangi sehingga secara tidak langsung setiap anggota dari

Bintaldam III divisi Siliwangi merupakan pengurus dan anggota dari museum.

22
Menurut literatur, pada awal tahun 2000-an museum ini memberlakukan tariff

sebesar RP.2000,- bagi masyarakat yang ingin mengunjungi museum. Namun pada

beberapa tahun terakhir, tariff tersebut ditiadakan dan diganti dengan sumbangan

sukarela.

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah di suatu situs resmi, pada tahun anggaran 2012 Pemprov Jabar mengucurkan

bantuan keuangan sebesar Rp 155,124 miliar kepada Pemkot Bandung. Bantuan

keuangan itu disalurkan kepada 13 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

diperuntukan bagi sejumlah kegiatan. Dari total bantuan yang diberikan, sebagian

besar akan diserap untuk percepatan pembangunan Stadion Utama Sepak Bola (SUS)

Gedebage (Rp 100,5 miliar atau sekitar 75% dari total bantuan). Sedangkan dana

tersisa, digunakan untuk sejumlah kegiatan seperti untuk Dinas Pendidikan (Disdik)

sebesar Rp 41 miliar, Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) sebesar Rp 2,5

miliar, serta penanganan ISO 9001:2008 sebesar Rp 2 miliar.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 01 Tahun 2011 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011, belanja tidak

langsung yang diberikan pemerintah berada pada angka Rp 1.584.022.153.000,00

yang akan digunakan, baik berupa subsidi, hibah, bantuan sosial, dan sebagainya.

Grafik Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung dapat dilihat

pada grafik.

23
Ada pun data pengunjung museum Mandala Wangsit Siliwangi berdasarkan

data yang dihimpun oleh Badan Perencana Pembangunan Nasional dari tahun ke

tahun mengalami penurunan. Hal ini cukup memprihatinkan, mengingat fungsi dan

peran museum yang sangat penting dalam masyarakat. Penurunan ini diilustrasikan

dalam grafik di bawah ini.

24
4600

4500

4400

4300
Jumlah Pengunjung
Museum di Indonesia (ribu
4200 orang)

4100

4000

3900
2008 2009 2010

Museum Mandala Wangsit Siliwangi, merupakan satu dari beberapa museum

di Bandung yang mengalami krisis pengunjung. Berdasarkan data yang dihimpun

oleh Badan Perencana Pembangunan Nasional, jumlah pengunjung pada kurun waktu

2008-2010 tidak mengalami perkembangan, bahkan cenderung statis, seperti

ditunjukan pada tabel 1.

Tahun 2008 2009 2010

Jumlah Pengunjung museum per tahun 5968 5968 5968


Tabel 1 : Jumlah Pengunjung Museum Mandala Wangsi Siliwangi sumber :

http://kppo.bappenas.go.id/

25
Berdasarkan hasil wawancara, museum di Indonesia, khususnya museum

Mandala Wangsit Siliwangi tidak dianggap oleh sebagian besar masyarakat Indonesia

sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Selain itu, rasa segan

masyarakat mengunjungi museum yang berlokasi di daerah kemiliteran pun dinilai

sebagai alasan lain masyarakat enggan mengunjungi museum tersebut. Pada tahun

2010, pemerintah nasional mencanangkan program Tahun Kunjungan Museum, yang

dinilai Bapak Oih memiliki nilai positif dalam mempromosikan keberadaan museum.

Bahkan menurut beliau, jumlah pengunjung museum Mandala Wangsit Siliwangi

meningkat pada tahun 2010.

Jumlah pengunjung pada tahun ini, tidak jauh berubah. Berdasarkan

pengamatan penulis, jumlah pengunjung per hari berkisar 20-30 orang pada hari

biasa. Jumlah ini terbilang sedikit. Sementara pada musim liburan, menurut

pengakuan Bapak Oih, banyak masyarakat yang mengunjungi museum ini. Kerap

juga museum ini dikunjungi dengan tujuan studi wisata para pelajar. Sebagai

contohnya adalah kunjungan studi wisata salah satu sekolah dasar di Kota Bandung,

dengan jumlah rombongan 192 orang pada 9 April 2012. Selain itu para mahasiswa

pun tak sedikit yang menjadikan museum Mandala Wangsit Siliwangi sebagai sebuah

objek penelitian.

26
BAB IV

PENGARUH MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI

BAGI MASYARAKAT DAN BERBAGAI

PERMASALAHANNYA

4.1 Dampak Museum Terhadap Kehidupan Masyarakat

Museum Mandala Wangsit Siliwangi berpengaruh besar terhadap berbagai

aspek kehidupan masyakat. Berikut adalah beberapa dampak yang diberikan oleh

Museum Mandala Wangsit Siliwangi:

4.1.1 Dampak Ekonomi:

Adanya museum Mandala Wangsit Siliwangi berpengaruh besar

terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Pembangunan infrastrukur ini

memiliki korelasi yang tinggi dengan tingkat pengembangan ekonomi di

wilayah sekitarnya. Pengaruh paling besar dapat kita lihat misalnya pada

pendapatan pedagang sekitar museum tersebut. Dari data yang diperoleh dari

salah satu pedagang yang sudah sangat lama beroperasi di sekitar museum, ia

mengaku bahwa walaupun pengunjung museum Mandala Wangsit Siliwangi

terbilang sedikit, pendapatan ia sehari-sehari lebih banyak dibanding dengan

pendapatan yang ia dapat sebelumnya. Selain itu, ia pun mengaku bahwa bila

museum sedang ramai dikunjungi maka ia pun mendapatkan keuntungan lebih.

27
Keberadaan museum ini pun jelas dapat meningkatkan pendapatan

beberapa orang yang terlibat hubungan kerja dengan lingkungan museum ini,

contohnya adalah pengurus masjid, koperasi, dan pihak lainnya. Dampak lain

pun dirasakan masyarakat yang memiliki barang koleksi benda-benda bekas

perjuangan. Mereka bisa menjual atau dengan sukarela memberikan koleksinya

itu untuk disimpan di museum ini. Hal ini tentunya meningkatkan kondisi

perekonomian baik bagi masyarakat yang mempunyai benda bekas perjuangan

dahulu (jika ia memutuskan untuk menjualnya ke pihak museum), maupun

bagi pemerintah (yang membawahi museum) yang mendapatkan secara

sukarela barang-barang bekas perjuangan milik masyarakat. Museum ini juga

menjadi salah satu tempat perputaran ekonomi Kota Bandung yang secara

langsung tentunya juga ikut menggerakkan roda perekonomian masyarakat

kota Bandung.

4.1.2 Dampak Sosial

Keberadaan museum Mandala Wangsit Siliwangi ini juga berpengaruh

besar terhadap masyarakat, khususnya pengaruh dalam aspek sosial. Salah satu

pengaruh pada aspek sosial yang ditimbulkan adalah adanya perasaan bangga

masyarakat sekitar Museum Mandala Wangsit Siliwangi karena mereka berada

di dekat suatu kawasan militer yang di dalamnya terdapat suatu museum.

Mereka merasa menjadi salah satu bagian dari sejarah perjuangan rakyat

Indonesia dahulu dengan adanya museum Mandala Wangsit Siliwangi ini.

Adanya perasaan bangga ini tentunya semakin meningkatkan motivasi

28
masyarakat sekitar untuk terus menjaga warisan peninggalan sejarah rakyat

Indonesia ini.

Adanya museum ini pun dapat meningkatkan meningkatkan rasa

nasionalisme masyarakat yang mengunjunginya karena segala koleksi yang ada

di museum ini dapat memberikan gambaran perjuangan yang dilalui oleh

pendahulu kita. Sangat jelas hal ini berdampak positif karena dengan perasaan

cinta tanah air yang meningkat, otomatis juga akan meningkatkan rasa sayang

masyarakat kepada negeri ini yang tentu akan melecutkan semangat juang

pemuda demi memajukan bangsa ini ke era yang lebih baik.

4.1.3 Dampak Terhadap Lingkungan

Sumbangsih museum Mandala Wangsit Siliwangi terhadap kondisi

lingkungan bisa dilihat dari kondisi lingkungan di sekitar daerah kawasan ini

yang semakin bersih dan terlihat rapi. Di sekitar jalan Lembong, tempat

museum ini berada, terlihat begitu banyak pohon rindang yang menghiasi

jalan. Tidak terlihat sampah-sampah berserakan dan pemandangan yang bisa

merusak estetika kawasan ini. Namun ada juga dampak negatif terhadap

lingkungan yang ditimbulkan oleh keberadaan museum Mandala Wangsit

Siliwangi ini. Sejak adanya museum ini, banyak bangunan yang dibuat dan

bangunan tersebut menggeser keberadaan pohon-pohon yang dulunya sangat

banyak di tempat ini. Salah satu bangunan tersebut adalah monumen Lembong

yang tepat berada di depan kawasan museum ini. Monumen tersebut memang

dibangun oleh pemerintah untuk mengenang jasa-jasa bapak Lembong

29
terhadap bangsa Indonesia, namun monumen itu juga telah menggeser

keberadaan pohon rindang yang terpaksa harus ditebang. Selain dampak-

dampak itu, pada waktu tertentu, contohnya ketika museum padat oleh

kegiatan study tour, terjadi dampak terhadap lingkungan yang sulit dipungkiri

yaitu kepadatan di tepi jalan karena lahan parkir yang kurang cukup untuk

menampung bus-bus ataupun kendaraan lain yang mengantar para pengunjung.

4.1.4 Dampak budaya

Keberadaan museum Mandala Wangsit Siliwangi bagi masyarakat

sekitar tentu akan mempengaruhi kebudayaan masyarakat, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Biasanya, masyarakat yang berada di sekitar

museum ini lebih mengenali isi museum tersebut, karena lokasi yang tidak

terlalu jauh dari kediaman mereka. Dengan mengunjungi museum tersebut,

mereka lebih mengenali nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam

museum tersebut. Nilai-nilai kebudayaan tersebut dapat berupa material,

seperti misalnya senjata-senjata tradisional seperti keris, golok, pedang,

tombak, pakaian tradisional, dan benda-benda lain yang dapat kita jumpai di

museum tersebut. Selain itu, dengan keberadaan museum ini, masyarakat

diharapkan dapat lebih mencintai sejarah dan budaya bangsa Indonesia yang

penuh dengan perjuangan melawan penjajahan dan pemberontakan sejumlah

pihak yang ingin mengganggu kesatuan NKRI.

Budaya masyarakat Indonesia juga tercermin dalam jumlah

pengunjung yang berkunjung ke museum. Museum ini, dan mungkin juga

30
museum-museum lainnya di Indonesia, hanya ramai dikunjungi pada bulan-

bulan tertentu saja, seperti bulan Juni-Juli (liburan sekolah) dan Desember-

Januari (akhir tahun). Menurut pemandu museum, sekitar 99% kunjungan yang

dilakukan oleh pelajar/mahasiswa merupakan tugas dari guru/dosen. Hal ini

menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk berkunjung ke museum

masih sangat rendah karena bangsa yang memiliki kesadaran tinggi jelas akan

mengunjungi museum tanpa ada perintah maupun paksaan.

Budaya pergi ke museum di suatu negara dapat dikaitkan dengan

seberapa maju bangsa tersebut. Hal itu dikarenakan dengan budaya berkunjung

ke museum, masyarakat akan mendapat pencerahan agar dapat terus berkarya

lebih baik daripada yang sudah ditorehkan oleh sejarah dan terus membangun

bangsa tanpa lelah sebagaimana leluhur terus berjuang memerdekakan bangsa

ini.

4.1.5 Dampak Hukum

Dampak terhadap aspek hukum museum Mandala Wangsit Siliwangi

ini dihubungkan dengan kebijakan tata ruang dan kota. Struktur infrastuktur

bangunan ini berfungsi sebagai pendukung

kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan

fungsional. Berdasarkan hasil wawancara secara langsung, tata ruang bangunan

museum ini disusun dengan tujuan :

1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan

berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

31
2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan

kawasan budidaya

3. tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan

kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan sejahtera

4. mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan sumber daya alam dan

sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia

5. meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

buatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

6. mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi

dampak negatif terhadap lingkungan (contoh yang paling sering kita alami

adalah banjir, erosi dan sedimentasi)

7. mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan

4.2 Berbagai Permasalahan Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Banyak masalah yang terdapat dialami oleh museum Mandala Wangsit

Siliwangi sehingga museum ini kurang populer dan kurang diminati masyarakat luas.

Dari berbagai data yang diperoleh, penulis berhasil menganalisis beberapa

permasalahan yang dialami oleh museum ini.

Kesimpulan pertama dari penulis adalah persoalan ketidaklayakan dari

fasilitas museum. Fasilitas yang ditawarkan oleh museum sangatlah minim. Banyak

fasilitas vital yang seharusnya ada di sebuah museum justru tak ada. Fasilitas yang

ada pun tampak tak terawat, seperti contohnya adalah fasilitas penerangan yang

sangat minm. Ketakterawatan fasilitas jela memberikan kesan lusuh dan kumuh dari

32
museum. Hal itu jelas membuat sebuah museum menjadi kurang maksimal

operasinya dan membuat minat masyarakat menjadi kurang dan akhirnya tidak ingin

mengunjungi museum ini.

Dengan minimnya fasilitas dari museum ini, pihak museum pun menjadi

kurang berani untuk mempublikasikan musem ini. Hal tersebut jelas memprihatinkan.

Museum seharusnya menjadi tempat yang menyediakan inspirasi sebanyak-

banyaknya dan sebagai tempat yang nyaman untuk disinggahi sehingga pengunjung

pun ingin lama-lama didalam museum. Namun, apabila sumber inspirasi tersebut

tidak enak dipandang karena banyak fasilitas yang tidak layak dan tampilan ruang

pameran yang kusam dan menyedihkan, jelas masyarakat pun menjadikan museum

sebagai icon yang terlupakan.

Permasalahan kedua adalah minimnya jam operasi museum. Museum

Mandala Wangsit Siliwangi yang merupakan museum sejarah yang dibutuhkan

sebagai sumber studi hanya beroperasi pada hari dan jam kerja, yaitu pada hari Senin-

Kamis dari pukul 08.00-15.00 dan Jum’at dari pukul 08.00-11.00. hal ini tentu dapat

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan museum ini kekurangan pengunjung,

terutama dari kalangan umum non-pelajar. Masyarakat yang sudah bekerja secara

tidak langsung tidak dapat berkunjung ke museum ini karena jadwalnya selalu

berbenturan kecuali ia mengajukan cuti. Masalah jadwal operasi tersebut jelas sangat

merugikan karena pada nyatanya, akhir pekan adalah hari panen yang sangat

prospektif. Selain itu, akhir pekan adalah waktu yang tepat bagi keluarga untuk

melakukan rekreasi dan bercengkrama khususnya untuk berjalan-jalan dan

mengunjungi museum. Masalah ini salah satunya disebabkan oleh pemanfaatan

33
bagian-bagian museum sebagai kantor Bintaldam III/Siliwangi, selain itu pengurus

museum ini mayoritas adalah orang-orang yang juga mempunyai jabatan militer

sehingga jadwal kerjanya pun mengikuti jadwal kerja militer dan bukan jadwal kerja

pengurus museum pada umumnya yang seharusnya selalu bekerja setiap hari, bahkan

akhir pekan sekalipun.

Sepinya pengunjung museum Mandala Wangsit Siliwangi ini juga tak lepas

dari faktor promosi atau pengenalan yang dilakukan oleh pihak museum kepada

masyarakat luas. Dari hasil wawancara dengan pengelola museum, dan dari berbagai

literatur yang didapatkan, terbukti bahwa museum Mandala Wangsit Siliwangi ini

hanya dipromosikan melalui website pada internet saja. Kurangnya promosi ini

tentunya berpengaruh besar terhadap jumlah pengunjung yang datang ku museum ini.

Promosi hanya melalui website tentunya akan berpengaruh sangat kecil jika tidak

dibarengi dengan bentuk promosi lainnya.

Situs resmi museum Mandala Wangsit Siliwangi ini juga tidak sepenuhnya

membahas tentang kondisi dan apa yang ada pada museum. Situs resmi museum ini

justru berisi campuran tentang museum dan mengenai organisasi bintaldam yang

menjadi pengelola dari museum ini. Hal ini tentunya bisa saja menimbulkan

kebingungan di kalangan masyarakat tentang keberadaan museum ini. Selain itu info

yang ada pada situs resmi museum ini juga sangat sedikit. Situs ini kurang

menjelaskan apa sebenarnya yang ada pada museum ini dan bagaimana kondisi

museum ini secara umum.

Di sisi lain, pihak museum juga seakan kurang mempunyai inisiatif dan kreasi

lain untuk mempromosikan museum ini, selain karena kekurangberanian museum

34
dalam promosi karena kondisi fasilitas mereka yang sangat memprihatinkan. Mereka

terkesan tinggal diam dengan kondisi yang ada sekarang. Tak ada langkah nyata yang

sampai sekarang bisa terealisasi untuk memperbaiki kondisi museum yang semakin

memprihatinkan dalam segala hal ini.

Penulis juga menganalisis bahwa ada alasan lain yang menyebabkan museum

ini kurang diminati oleh masyarakat yaitu permasalahan koleksi yang ditawarkan oleh

museum ini.. Meskipun museum ini khusus memamerkan koleksi sejarah militer

Bangsa Indonesia, namun koleksi tersebut dinilai kurang lengkap. Selain itu,

Penyajian benda-benda koleksi tersebut pun kurang menarik. Sebagian besar benda

koleksi di Museum Mandala Wangsit Siliwangi berbentuk dua dimensi, seperti foto,

lukisan, halaman koran, dan lain-lain. Benda-benda tersebut pun hanya dikemas

dengan deskripsi yang alakadarnya sehingga masyarakat yang melihatnya pun kurang

mengerti dan menjadi kurang tertarik untuk berlama-lama di ruang pameran. Selain

pada benda dua dimensi, untuk benda-benda koleksi yang berbentuk tiga dimensi

hanya dipajang dalam kotak-kotak kaca, sehingga tidak memberi kesan yang khusus

kepada pengunjung. Pencahayaan dalam pameran pun kurang. Kesan artistik yang

biasanya muncul pada museum pun menjadi hilang dan hal tersebut jelas mengurangi

estetika dari museum ini. Pada akhirnya isi dari museum ini hanya terkesan seperti

deretan majalah dinding yang biasa kita lihat dimana-mana. Benda koleksi di

Museum Mandala Wangsit terlihat kurang terawat. Sebagai contoh banyaknya benda

koleksi yang berdebu dan terkesan lusuh sehingga menimbulkan kesan kumuh pada

museum. Kekumuhan dari museum ini pun semakin tersorot ketika beberapa benda

35
pameran terlihat ditaruh begitu saja tanpa dipajang seperti barang bekas tak berguna

di bawah tangga.

Permasalahan yang paling utama dari museum ini adalah kurangnya dana

yang bisa dipakai baik untuk renovasi museum ini, maupun untuk pengelolaan

museum ini. Dari hasil wawancara, kami mendapatkan fakta yang sangat miris. Pihak

museum mengaku sudah mengajukan permohonan ke pemerintah terkait bantuan

dana untuk renovasi gedung museum yang sangat tidak layak sejak tahun 1990-an.

Namun, sejak diajukan sekitar 10 tahun yang lalu, sampai sekarang, tidak ada respon

positif dari pemerintah. Pemerintah bertindak seakan tidak peduli dengan masalah

museum ini, padahal museum ini bisa jadi menjadi salah satu ikon kota Bandung jika

pemerintah mau memberikan perhatian lebih pada museum Mandala Wangsit

Siliwangi ini.

Kita tentunya tahu bahwa dana merupakan salah satu aspek yang penting bagi

keutuhan dan kelestarian suatu infrastruktur. Sikap pemerintah yang seperti ini sekali

lagi menunjukkan kurang pedulinya para petinggi negara ini terhadap suatu bangunan

yang harusnya bisa menjadi salah satu faktor yang bisa membangkitkan keadaan

ekonomi Indonesia menjadi semakin baik.

36
BAB V

SIMPULAN DAN SOLUSI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian data terhadap museum Mandala Wangsit

Siliwangi, penulis mendapatkan beberapa kesimpulan yaitu

1. Museum Mandala Wangsit Siliwangi merupakan salah satu museum yang

terbuka untuk umum dan berfungsi juga sebagai tempat pembinaan mental

serta kantor Bintaldam III/Siliwangi yang juga berperan sebagai pengurus

museum

2. Sebagian besar biaya perawatan dan pengelolaan Museum Mandala Wangsit

Siliwangi berasal dari hibah dan sumbangan sukarela dari donatur dan

pengunjung.

3. Museum ini mempunyai fasilitas pendukung yang lengkap seperti toilet,

kantin, area parkir mobil, masjid, toko/koperasi, aula walaupun beberapa

diantaranya dalam kondisi kurang layak, seperti kantin dan aula

4. Beberapa ruangan pameran di dalam museum terdapat berbagai kerusakan

struktur fisik bangunan seperti pada bagian langit-langit, dinding, dan diorama

5. Minimnya perbaikan dan renovasi pada museum disebabkan oleh kurangnya

bantuan dana dari pemerintah Kota Bandung, sehingga museum masih

mengandalkan sumbangan dari pengunjung

37
6. Museum Mandala Wangsit Siliwangi mempunyai struktur organisasi

tersendiri yang dikelola sepenuhnya oleh Bintaldam III/Siliwangi

7. Dalam beberapa tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2009 Museum Mandala

Wangsit Siliwangi mengalami penurunan jumlah pengunjung.

8. Kehadiran Museum Mandala Wangsit Siliwangi secara keseluruhan

memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar ditinjau dari berbagai

aspek seperti ekonomi, sosial, lingkungan, budaya, dan hukum.

5.2 Solusi Berdasarkan Engineer View

Setelah melakukan analisis berbagai permasalahan yang terdapat pada

Museum Mandala Wangsit Siliwangi, penulis mendapatkan beberapa solusi yang

dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang menimpa museum,

yaitu

5.2.1 Membuka kesempatan pada pihak luar untuk bekerja sama

Museum harus mulai mencari partner untuk bekerja sama dalam

pengelolaan infrastruktur sehingga kondisi museum yang mengkhawatirkan

dapat ditanggulangi dan ditingkatkan kinerjanya.

5.2.2 Melakukan perbaikan dan penambahan fasilitas museum

Perbaikan dan penambahan fasilitas jelas dibutuhkan agar museum

dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dengan begitu, masyarakat

akan lebih tertarik untuk mengunjungi museum.

38
5.2.3 Menambah hari/jam operasional museum

Museum harus menambah jadwal operasional, termasuk beroperasi

pada akhir pekan agar dapat menarik lebih banyak pengunjung.

5.2.4 Mengadakan publikasi ke berbagai media

Publikasi yang gencar harus mulai dilakukan museum melalui media-

media mudah dijangkau masyarakat seperti koran, majalah, spanduk, baliho,

radio, acara televise, dan berbagai media lainnya.

5.2.5 Memperbanyak pendekatan kepada masyarakat melalui berbagai

acara

Museum dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui

berbagai event sehingga masyarakat pun semakin tahu dan peduli dengan

kondisi museum.

5.2.6 Melakukan preservasi koleksi

Preservasi koleksi dalam hal ini adalah dengan menjaga keawetan

barang koleksi. Barang-barang koleksi yang terawat, terjaga dengan baik,

didukung dengan tampilan yang menarik dapat menarik minat pengunjung.

5.2.7 Menambah jumlah personil pengelola

Pihak museum dapat menambah jumlah personil pengelola langsung

museum yang kompeten, misalnya kurator. Keberadaan kurator yang

bertanggung jawab dapat meningkatkan fungsi museum sebagai pemelihara

39
sejarah. Selain itu harus ada komunikasi timbal balik antar pengelola museum,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi yang terjaga dapat

mendukung pengelolaan yang maksimal.

40
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali. 2011. Museum di Indonesia-Kendala dan Harapan. Jakarta: Papas Sinar
Sinanti.

Amir Sutaarga, Muhammad. 1999. Museografi dan Museologi. Jakarta: Depdiknas.

Tim Direktorat Museum. “Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia.”


http://arkeologi.web.id/articles/permuseuman/478-sejarah-perkembangan-
museum-di-indonesia (diakses 10 April 2012).

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131579-T%2027524-Rekontekstualisasi
%20koleksi-Pendahuluan.pdf (diakses 3 April 2012).

http://www.antaranews.com/berita/211960/sebagian-besar-museum-indonesia-
kurang-interaktif (diakses 10 April 2012).

http://www.parekraf.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=16&id=700 (diakses 11 April


2012).

http://kppo.bappenas.go.id/files/-3-Jumlah%20Pengunjung%20Museum%20di
%20Indonesia.pdf (diakses 13 April 2012).

http://www.pikiran-rakyat.com/node/169297 (diakses 13 April 2012).

http://www.museumnasional.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=76:tkm2010&catid=1:latest-
news&Itemid=50 (diakses 15 April 2012).

Karzi, Udos. “Museum : Pendanaan Museum Masih Jadi Kendala.”


http://cabiklunik.blogspot.com/2009/02/museum-pendanaan-museum-masih-
jadi.html (diakses 16 April 2012).

http://dpkad.kotabandung.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=69&Itemid=87 (diakses 16 April
2012).

http://dpkad.kotabandung.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=98&Itemid=117 (diakses 16 April
2012).

41
http://dairizgraph.wordpress.com/2010/02/18/museum/#more-457 (diakses 14 April
2012).

http://www.fsrd.itb.ac.id/wp-content/uploads/museum-mandala-wangsit-siliwangi.pdf

(diakses 15 April 2012).

http://www.bandungheritage.org/index.php?
option=com_content&task=view&id=18&Itemid=1 (diakses 15 April 2012).

42

Anda mungkin juga menyukai