Anda di halaman 1dari 3

Nama: Nasrul Haq

NIM: 190501047
Unit : 01
Jam: 09:30-11:15
Mata Kuliah: Menejemen Arsip dan Museum

Konsep Museum yang Ideal Menurutku


Dalam tuisan ini, saya akan sedikit membahas bagaimana konsep museum
yang ideal bagi penulis. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan acuan bagi
museum-museum yang berada di Aceh khususnya Museum UIN Ar-raniry,
menjadi museum yang lebih baik kedepannya. Adapun beberapa hal konsep dasar
museum ini berdasarkan pemikiran penulis sendiri, dan bahan ajar yang
disampaikan oleh bapak Putra Hidayatullah di mata kuliah “Menejemen Arsip dan
Museum” semester tujuh.
Bagi seseorang yang berkecipung di dunia pendidikan, museum memiliki
peranan yang sangat besar dalam bidang pembelajaran sejarah. Hadirnya museum
disuatu wilayah akan mampu mengubah pola pendidikan sejarah dari suatu proses
kajian terhadap barang jadi, kepada proses yang berhubungan dengan bahan dasar.
Di museum menyimpan berbagai koleksi benda-benda yang bernilai akan suatu
kejadian sejarah, bisa kita ambil contoh di museum Aceh; Boh dogma adalah
perhiasan wanita Aceh jaman dulu, yg dipakai di baju bagian dada sebelah kiri/
kanan, bertujuan utk melindungi diri dari ancaman laki-laki asing yg ingin berniat
jahat. Jadi biasanya laki-laki yg mau melakukan tindakan tidak sononoh sama
perempuan tu bakal tertusuk dengan perhiasan boh dogma tu, perhiasan itu terbuat
dari logam yg berbentuk runcing diujung sehingga akan menancap di jantung. Jadi
selain berfungsi sebagai perhiasan yg berbentuk bros yg menghiasi pakaian
perempuan Aceh, boh dogma juga sbg alat utk mempertahankan diri. Melalui
museum, masyarakat khususnya para pelajar dapat mengetahui mengenai suatu
peristiwa sejarah yang dimiliki setiap barang yang berada di museum.
Sebagai sumber media pembelajaran, di museum juga dapat menjadi kelas
memperoleh informasi dan pengetahuan, serta memberikan kemudahan bagi para
pelajar menerima sarana ilmu pengetahuan oleh guru misalnya. Dalam hal ini
peran penting museum dikalangan dunia pendidikan memang sangat signifikan,
dikarenakan museum menjadi tempat penyimpan barang-barang bersejarah yang
memiliki makna budaya dalam setiap barangnya. Barang-barang yang berada di
museum dapat penulis artikan sebagai bukti akan peristiwa kemegahan sejarah
disuatu wilayah (majestic of History). Museum yang menggunakan konsep dasar
museum sejarah, mencakup segala pengetahuan sejarah dan mempunyai
keterkitan dengan masa kini dan masa depan. Beberapa di antara museum ini
memiliki benda koleksi yang sangat beragam, mulai dari suatu dokumen, artefak,
patung, senjata perang, koin, stempel kesultanan, dan barang barang peralatan
rumah.
Konsep museum yang di bangun oleh museum-museum yang berada di
daerah Aceh, masih menggunakan konsep museum kuno. Yang dimaksud kuno
dalam tulisan ini ialah, museum di Aceh tidak bisa berbaur dengan dunia
masyrakat setempat, memang pihak museum sudah mengupayakan
pengembangan di sektor promosi. Akan tetapi, upaya tersebut masih kurang
efektif di dunia masyarakat Aceh. Penggunaan media sosial di industri 5.0 sudah
menjadi jawaban kunci untuk mempromosikan kehadiran museum di jantung hati
masyarakat Aceh. Pihak museum bisa menggunakan platform media sosial seperti
menggunakan aplikasi penunjang yang sedang viral di dunia yaitu, tiktok,
instagram, youtube, face book dan aplikasi lainnya. Sehingga ketika upaya
promosi yang di lakukan oleh pihak museum bisa sampai ke seluruh masyarakat
Aceh. Manfaat dari upaya promosi ini, dapat menjadikan museum yang berada di
wilayah Aceh bisa diketahui oleh seluruh elemen masyarakat Aceh, baik dari
kaum terpelajar, ulama, dan masyarakat biasa pada umumnya.
Ketika penulis masih semester enam. Penulis pernah mengikuti
pembekalan magang di lingkungan museum Aceh. Saat pembekalan magang
tersebut, ada satu narasumber yang bernama bapak Reza Idria mengatakan; ketika
saya kuliah di Amerika, museum disana dijadikan tempat orang untuk
menghilangkan penat dari kerasnya dunia pekerjaan, tempat anak muda untuk
melampiaskan rasa kegalauan percintaannya yang gagal, dan museum di Amerika
dijadikan tempat untuk orang menghabiskan waktu luang dengan pasangannya
(museum Date). Dalam hal ini, peneliti sangat setuju bagaiman konsep yang di
gagas oleh museum di Amerika, disalurkan ke museum-museum di daerah Aceh
ini. adapun manfaatnya, pengunjung akan selalu berdatangan ke museum
walaupun hanya sekedar ingin berekreasi dengan keluarganya.
Layanan yang disediakan oleh pihak museum harus mencakupi bebarapa
hal. Seperti, tour guide atau pemandu wisata yang bertanggung jawab
mendampingi para wisatawan dan pengunjung sehingga dapat memberikan
petunjuk serta bimbingan kepada seluruh wisatawan. Ada beberapa problematika
yang dihadapi oleh pihak museum dalam pemilihan tour guide ini. Kebanyakan
para pemandu wisata yang berada di museum wilayah Aceh tidak memiliki
integritas menjadi seorang pemandu wisata, dikarenakan para pemandu wisata
tidak memiliki daya tarik untuk memberikan kenyamanan kepada para
pengunjung. Seperti, para pemandu wisata memberikan penjelasan yang tidak
jelas tentang benda bersejarah, sehingga para wisatawan mudah merasa bosan
dengan pelayanan yang disediakan oleh pihak museum. Penulis berharap pihak
museum yang berada di wilayah Aceh harus menyeleksi dan sering melakukan
pelatihan bagaimana menjadi pemandu wisata yang baik dan memiliki daya tarik
lebih kepada pengunjung. Adapun benefit yang didapatkan oleh pihak museum
yaitu nantinya para pengunjung akan merekomendasikan kepada khalayak ramai
bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak museum kepada mereka.
Dalam memberikan layanan kepada pengunjung, penting untuk
diperhatikan apa sesungguhnya harapan pengunjung. Harapan ini harus dipenuhi
sehingga museum mendatangkan manfaat bagi pengunjung. Kategori atau tipe
pengunjung memiliki keberagaman kebutuhannya. Seperti, tipe pengunjung yang
individual, mereka adalah pengunjung yang memiliki alasan khusus, seperti ingin
melakukan suatu riset peneltian untuk memperoleh informasi yang detail. Tipe
kelompok dewas, biasanya tipe ini banyak menghabiskan waktu di museum untuk
berdiskusi secara santai, atau hanya sekedar untuk berkunjung saja. Dan tipe yang
terakhir ialah tipe kelompok keluarga, biasanya memiliki kebutuhan untuk
membawa keluarga kecil mereka untuk berekreasi ke tempat yang memiliki media
pembelajaran seperti museum. Namun pihak museum harus memiliki kreatifitas
yang tinggi untuk menarik minat anak-anak supaya sering berkunjung ke museum
seperti permainan, kuis, display, serta brosur atau komik bersejarah yang menarik.
Maka anak-anak pun dapat mengapresiasi kegiatan yang berada di dalam
museum.

Anda mungkin juga menyukai