Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN PENDEKATAN MUSEUM INKLUSIF PADA MUSEUM GEDUNG

SATE, KOTA BANDUNG

Shifa Nurul Indah Pertiwi, Galing Yudana


Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Abstrak

Gedung Sate merupakan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di
Bandung. Museum Gedung Sate, Kota Bandung diresmikan pada Bulan Desember 2017.
Museum Gedung Sate menggunakan berbagai macam teknologi dalam menyampaikan
edukasi dan dibangun karena keinginan masyarakatnya, maka kemudian museum ini diberi
label sebagai museum inklusif pertama di yang berada di Indonesia. Museum inklusif sendiri
merupakan hal yang serupa dengan pendekatan The New Museum. Sehingga museum
inklusif yang dimaksud adalah museum yang menitikberatkan pada peran masyarakat dan
pengunjung museum dalam berkontribusi dalam pengembangan museum agar museum
menjadi berkelanjutan. Pendekatan ini juga melihat museum sebagai tempat dinamis yang
terbuka terhadap perkembangan. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana
penerapan pendekatan museum inklusif pada Museum Gedung Sate. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi hasil
observasi. Berdasarkan hasil analisis, hampir semua komponen museum inklusif telah
diterapkan di Museum Gedung Sate.

Kata Kunci : Museum Inklusif, New Museum

39
Shifa Nurul Indah Pertiwi, Galing Yudana : Penerapan Pendekatan …

PENDAHULUAN koleksinya, meningkatkan kesadaran


terhadap perbedaan (toleransi), museum
Museum merupakan salah satu bersifat multidisiplin ilmu, dan bisa
tempat wisata yang memiliki nilai edukasi. diimplementasikan terhadap pendidikan
Dewasa ini, wisata museum sudah jarang public di sekolah - sekolah (study tour).
digemari wisatawan. Oleh karena itu, Artikel ini akan membahas
beberapa strategi diterapkan pada setiap mengenai penerapan pendekatan museum
museum sehingga dapat menarik minat inklusif di Museum Gedung Sate. Hal
wisatawan namun juga tidak meninggalkan tersebut di karenakan untuk mengetahui
nilai edukasinya. Salah satu stateginya bagaimana penerapan pendekatan museum
adalah dengan revitalisasi museum. Sekitar inklusif di Indonesia dan apakah Museum
tahun 2009 hingga 2010, kementerian Gedung Sate memenuhi komponen dari
pariwisata dan pendidikan mengadakan museum inklusif.
revitalisasi museum dan bangunan cagar
budaya. Hal tersebut akhirnya mendorong KAJIAN PUSTAKA
UNESCO untuk melakukan hal serupa
dengan revitalisasi cagar budaya dunia. Kata museum berasal dari bahasa
Setelah itulah muncul konsep museum Yunani “museion” yang memiliki arti kuil
inklusif yang diinisiasi oleh profesor di para dewi (muses). Muses sendiri memiliki
India. Museum inklusif adalah museum arti kebijaksanaan, pemikiran, dan
yang lebih dinamis dan terbuka kepada kreativitas (Gunay, 2012). Museum
perkembangan waktu dan kebutuhan akan merupakan tempat untuk menjaga kekayaan
masyarakatnya sendiri, salah satunya yang budaya dan memperkenalkannya ke public
menonjol adalah dengan menerapkan (ICOM, 2004). Menurut Peraturan
teknologi digital dalam menyampaikan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang
konten edukasi dan adanya ruang kreatif Museum, museum adalah lembaga yang
yang dapat menunjang wisatawan. Salah berfungsi melindungi, mengembangkan,
satu museum yang baru diresmikan adalah memanfaatkan koleksi, dan
Museum Gedung Sate Kota Bandung, mengomunikasikannya kepada masyarakat.
museum ini kemudian dikenal sebagai Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga
museum inklusif pertama di Indonesia. dijelaskan bahwa pemanfaatan museum
Museum Gedung Sate merupakan salah dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat.
satu museum yang memiliki konten edukasi Selain itu, museum juga identic dengan
mengenai arsitektur dan sejarah kegiatan edukasi, karena museum dapat
pembangunan dari ikon Provinsi Jawa memperkenalkan dokumen terkait budaya
Barat, yakni Gedung Sate. Selain itu, dan interaksi social kepada siswa.
diperkenalkan juga sejarah Kota Bandung. Pengenalan ini dinilai mampu membuat
Dilihat dari artikel, komponen siswa memahami bahwa mereka adalah
museum inklusif tersebut antara lain anggota masyarakat dan membentuk dasar
(Karayilanoglu & arabacioglu, 2016) dari konstruksi kepribadian dan
memiliki tujuan untuk melayani kepercayaan diri (Ruso & Topdal, 2014).
masyarakat, pengunjung sebagai faktor Pendekatan yang
prioritas dalam keberlanjutan museum, diimplementasikan pada sebuah museum
memiliki koleksi dan mampu menjelaskan terbagi menjadi 2 (Karayilanoglu &

40
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

arabacioglu, 2016), yakni : pengunjung museum sebagai variabel yang


dapat meningkatkan kualitas museum dan
1. Museum tradisional. Museum ini hanya
dapat berkontribusi dalam keberlanjutan
difungsikan sebagai sarana edukasi dan museum. Keberlanjutan museum juga dapat
penelitian semata. Pendekatan ini biasa dilihat dari keunikan museum yang dapat
digunakna pada abad ke 19. berdampak langsung dengan pengalaman
2. The New Museum. Pendekatan The New
pengunjung. Selain itu, pendekatan
Museum ini lebih menekankan pada museum baru juga harus melibatkan
nilai edukasi, entertainment, pusat pengunjung mulai dari pembuatan konsep
kebudayaan, dan bahkan mesin hingga penentuan koleksi yang akan
komersial. Pendekatan ini mulai banyak dipajang serta terbuka terhadap saran dan
digunakan pada abad 21 sehingga kritikan.
terkadang disebut dengan pendekatan
“21st century museology”. Selanjutnya, Dengan adanya interaksi dengan
museum di abad ke-21 berusaha untuk pengguna, maka pendekatan The New
menjadi inklusif dengan Museum juga dikenal dengan Inclusive
mengembangkan berbagai kegiatan, Museum. Selain itu, dengan adanya
seperti melayani komunitas, interaksi tersebut, museum tidak hanya
berkonsultasi dengan pengunjung dan dijadikan sebagai tempat edukasi benda
masyarakat, mengumpulkan dan bersejarah, namun juga bisa dijadikan
menafsirkan, berkolaborasi dengan sebagai ruang bersosialisasi
badan eksternal, bekerja lintas disiplin,
kepegawaian dan pelatihan dan Tabel perbedaan museum tradisional dan
pengarusutamaan kesadaran keragaman musem modern (new museum)
(Argyropoulos & Kanari, 2015).
Menurut Hauenschild dalam
Trihayati, terdapat beberapa perbedaan
antara museum tradisional dan museum
modern (Trihayati, 2018), antara lain:
Pendekatan The New Museum
merupakan pendekatan museum yang
dinamis dan terbuka terhadap
perkembangan. Dalam pendekatan The New
Museum, museum dilihat sebagai sarana
edukasi, hiburan, pusat kebudayaan, dan
bahkan sebagai commercial mechine.
Commercial mechine ini dinilai mampu
membuat museum menjadi lebih dekat
dengan industry hiburan. Pada pendekatan
The New Museum, keberlanjutan museum
juga dipertimbangkan, yakni dengan
menekankan pada peningkatan hubungan
dengan pengunjung museum dan
masyarakat. Pendekatan ini juga melihat

41
Shifa Nurul Indah Pertiwi, Galing Yudana : Penerapan Pendekatan …

Dalam penerapannya, pendekatan


The New Museum atau Inclusive Museum
ini memiliki beberapa Komponen.
Komponen museum inklusif tersebut antara
lain (Karayilanoglu & arabacioglu, 2016):

1. Bertujuan untuk melayani masyarakat Gambar 1 Lokasi Museum


Sumber : SAS Planet
2. Pengunjung sebagai factor prioritas
dalam keberlanjutan museum
2. Teknik Pengumpulan Data
3. Memiliki koleksi dan mampu
menjelaskan koleksinya
Dalam penelitian, pengumpulan
4. Museum bersifat multidisiplin ilmu
data dilakukan dengan observasi di dalam
5. Bisa diimplementasikan terhadap
kawasan Museum Gedung Sate. Observasi
pendidikan public di sekolah –
dilakukan untuk mengetahui kondisi
sekolah (study tour).
Museum Gedung Sate secara langsung.
Selain itu dilakukan pula dokumentasi
Di lihat dari 3 teori museum
berupa foto untuk menunjang hasil
inklusif di atas, terdapat beberapa
observasi lapangan. Teknik selanjutnya
komponen yang serupa yakni, terbuka
adalah wawancara kepada informan yang
dengan kritik dan saran dari pengunjung,
dinilai mengerti keadaan museum.
melibatkan partisipasi pengunjung dan
Hasil dari pengumpulan tersebut
masyarakat dalam pengembangannya,
kemudian dianalisis menggunakan
bersifat multidisiplin ilmu, memiliki
komponen museum inklusif, dari hasil
koleksi dan penyajian yang unik sehingga
sintesis, untuk diketahui kesesuaiannya.
meninggalkan kesan pada pengunjung, dan
Komponen museum inklusif adalah :
yang terakhir adalah bisa
diimplementasikan dalam pendidikan 1. Terbuka dengan kritik dan saran dari
public yaitu dengan adanya study tour. pengunjung
2. Melibatkan partisipasi pengunjung dan
METODE PENELITIAN masyarakat dalam pengembangannya
3. Bersifat multidisiplin ilmu
1. Lokasi Penelitian 4. Memiliki koleksi dan penyajian yang
unik sehingga meninggalkan kesan
Lokasi penelitian berada di pada pengunjung
Museum Gedung Sate. Museum Gedung 5. Bisa diimplementasikan dalam
Sate beralamat di Jalan Diponegoro nomor pendidikan public yaitu dengan adanya
22, Kelurahan Citarum, Kecamatan study tour.
Bandung Wetan, Kota Bandung. Lokasi
tersebut dipilih karena Museum Gedung
Sate disebut sebagai museum inklusif
pertama di Indonesia.

42
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Museum Gedung Sate

1. Gedung Sate Pembuatan Museum Gedung Sate


ini dilatarbelakangi oleh banyaknya minat
Gedung Sate merupakan Landmark masyarakat untuk mengetahui lebih lajut
Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan mengenai Gedung Pemerintahan Provinsi
Diponegoro Nomor 22, Citarum, Bandung Jawa Barat. Namun, karena minimnya
Wetan, Kota Bandung. Secara sejarah, akses untuk memasuki Gedung Sate,
pembangunan Gedung Sate akhirnya Gubernur dan Wakil Gubernur
dilatarbelakangi oleh isu pemindahan Jawa Barat berinisiatif menjadikan
ibukota dari Batavia ke Bandung. Pada saat basement gedung bagian selatan untuk
itu, Gedung Sate masih bernama digunakan sebagai museum. Kemudian
Gouvernements Bedrijven dan dibangun pada Bulan Desember tahun 2017, Museum
pada lahan seluas 27 hektare. Karena Gedung Sate dibuka untuk umum. Tujuan
berfungsi sebagai pusat ibukota baru maka dari pembagunan Museum Gedung Sate
lokasi Gedung Sate berada tepat di tengah adalah untuk meningkatkan kesadaran
Kota Bandung. Gedung Sate dibangun masyarakat dalam hal pelestarian budaya,
menghadap ke utara dan bersumbu lurus peningkat semangat perjuangan hingga
dengan Gunung Tangkuban Perahu. mencapai acuan untuk masa depan, dan
Keunikan Gedung Sate yang terkenal untuk memperlihatkan keberagaman serta
adalah tusuk sate dengan enam buah jambu nilai kedaerahan. Dalam
air yang berada pada atap bangunan depan. pengembangannya, Museum gedung Sate
Enam buah jambu air di tusuk sate ini diinisiasi oleh Gubernur dan Wakil
melambangakan modal awal pembangunan Gubernur Jawa Barat dan beberapa tim ahli,
Gedung Sate, yakni sekitar 6 juta Gulden. yakni, tim pelaksana gagasan, tim
Selain itu, bangunan Gedung Sate pelaksana pembangunan, tim penyusunan
merupakan perpaduan antara budaya barat konsep museum, tim perencana, tim
dan timur. Perpaduan perbedaan ini teknologi informasi, tim 3D rekam jejak,
merupakan symbol perpaduan perbedaan dinas purbakala, tim analisa data, tim
kebudayaan yang harmonis. arsitektur, tim desain, tim pelaksana
Gedung Sate pada saat ini lapangan, tim produksi film, dan tim
digunakan sebagai Kantor Pusat pengawasan serta dibantu oleh komunitas
Pemerintahan Jawa Barat dan dapat desain yang berada di Kota Bandung.
dikatakan sebagai landmark Provinsi jawa Tiket untuk memasuki museum
Barat karena keunikannya tersebut. Selain menggunakan system e ticketing yang
itu, Gedung Sate juga ramai dikunjungi sebelumnya direservasi di website Museum
wisatawan pada akhir pekan. Hal ini Gedung Sate. Reservasi yang dilakukan di
dikarenakan lokasinya yang berada di dekat website ini bisa reservasi perseorangan
daya tarik wisata lain, yaitu Sunday Market maupun kelompok study tour.
Lapangan Gasibu, Museum Pos Indonesia,
dan Museum Geologi Bandung. Meski
menjadi daya tarik wisata, namun akses
untuk memasuki Gedung Sate cukup
terbatas.

43
Shifa Nurul Indah Pertiwi, Galing Yudana : Penerapan Pendekatan …

Gambar 2. Tiket Reservasi Perseorangan Sate tampak atas. Visualisasi ini berada di
salah satu lantai pada sebuah lorong yang
berada di bagian tengah museum.

Gambar 4 teknologi interactive floor

Sumber: hasil observasi

Museum Gedung Sate merupakan


museum dengan edukasi pada disiplin ilmu
sejarah, desain, teknologi informasi, film,
teknik sipil, dan arsitektur. Museum
Gedung Sate menyajikan sejarah
pembuatan Gedung Sate, Arsitektur
Gedung Sate, sejarah Kota Bandung,
hingga profil gubernur Jawa Barat dari
Sumber : hasil observasi
waktu ke waktu. Dalam menyampaikan
materinya tersebut, museum ini Teknologi ketiga adalah virtual
menggunakan teknologi. Teknologi yang reality atau biasa dikenal dengan sebutan
digunakan antara lain, augmented reality, VR. Teknologi ini digunakan untuk
interactive floor, virtual reality, dan memberi visualisasi mengenai Gedung Sate
interactive picture frame. pada zaman dahulu. VR ini dilengkapi
Teknologi augmented reality dengan miniature balon udara yang
digunakan untuk menjelaskan mengenai membuat pengunjung seakan terbang
alat - alat dan juga cara membangun menggunakan balon udara saat melihat
Gedung Sate. Teknologi ini membuat visualisasi denah tersebut.
pengunjung dapat melihat dirinya sendiri
terlibat dalam pembangunan dari visualisasi Gambar 5 Teknologi Virtual Reality
di layar.

Gambar 3 teknologi augmented reality

Sumber: hasil observai

Teknologi terakhir adalah


Sumber: hasil observasi
interactive picture frame. Pada museum
Teknologi selanjutnya adalah terdapat 3 buah interactive picture frame
interactive floor. Teknologi ini digunakan yang menjelaskan mengenai profil
untuk membuat visualisasi denah Gedung gubernur Jawa Barat dari waktu ke waktu.

44
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

Cara kerja interactive picture frame serupa


dengan cara kerja layar sentuh pada telepon
genggam.

Gambar 6 Ruang AudioVisual

Museum Gedung Sate memiliki


pula kafe kecil di dekat tempat resepsionis.
Gambar 6 Teknologi Interactive Picture Kafe ini juga menyediakan tempat duduk di
Frame halaman depan museum yang dilengkapi
payung -payung. Selain itu, terdapat pula
Selain keempat teknologi tersebut, perpusatakaan kecil dan tempat penjualan
terdapat satu ruangan audiovisual yang cinderamata yang berlokasi di dalam kafe.
berada di tengah museum. Ruangan ini Sehingga, tidak hanya sebagai sarana
digunakan untuk melihat film sejarah edukasi, namun museum ini juga mampu
pembangunan Gedung Sate. menampilkan nilai rekreasinya.

Gambar 6 Zona Kontemplasi


Gambar 10 Kafe Ngopi Saraosana
Bagian terakhir dari museum adalah
zona kontemplasi. Zona kontemplasi
merupakan sebuah lorong yang dindingnya Berdasarkan hasil wawancara,
berisi gambar - gambar mengenai Jawa pengunjung Museum Gedung Sate telah
Barat. Zona ini merupakan kerjasama melebihi angka 40.000 pengunjung. Selain
antara pengelola museum dengan itu, terdapat beberapa sekolah yang juga
komunitas desain yang berada di Kota menjadikan Museum Gedung Sate sebagai
Bandung tempat study tour.

3. Analisis

Berdasarkan kajian teori di bab


sebelumnya, komponen - komponen dalam
museum inklusif adalah terbuka dengan
kritik dan saran dari pengunjung,
Gambar 6 Zona Kontemplasi
melibatkan partisipasi pengunjung dan

45
Shifa Nurul Indah Pertiwi, Galing Yudana : Penerapan Pendekatan …

masyarakat dalam pengembangannya, keduanya menerima kritik dan saran tidak


bersifat multidisiplin ilmu, memiliki di setiap waktu dan secara umum.
koleksi dan penyajian yang unik sehingga
meninggalkan kesan pada pengunjung, dan 2) Melibatkan Partisipasi Pengunjung dan
bisa diimplementasikan dalam pendidikan Masyarakat
public yaitu dengan adanya study tour.
Pelibatan masyarakat dilakukan
1) Terbuka terhadap Kritik dan Saran baik dari pembuatan konsep, hingga
penentuan koleksi. Pelibatan ini dilakukan
Museum inklusif menitikberatkan karena museum inklusif memiliki sifat
pada keberlanjutan dari museum itu sendiri, berorientasi pada masyarakat, terbuka, dan
salah satunya adalah dengan menerima partisipatif. The National Museum di
masukan dan kritik dari pengunjung yang Kenya menerapkan pelibatan masyarakat
datang. Kritik dan saran kemudian akan local dalam pengelolaannya (Nyangila,
dipilah oleh pihak museum terkait. Jika 2006). Pelibatan masyarakat ini dilakukan
memang saran dan kritik sesuai dengan dengan menjadikan masyarakat local
konsep serta pertimbangan lain, maka dapat sebagai pegawai hingga pelibatan dalam
diimplementasikan kepada museum. konservasi. Untuk memperkuat hubungan
The National Archeological antara museum dan masyarakat, diadakan
Museum Cagliari di Italia menggunakan pula beberapa event, seperti lomba menulis
kritik dan saran dalam mempertimbangkan esai, tari tradisional, dan pertunjukan puisi.
keberlanjutan museum (Marras, Messina, Sedangkan Museum gedung Sate diinisiasi
Mereddu, & Romolo, 2016). Kritik dan oleh Gubernur dan Wakil
saran ini didapatkan dengan survey secara Gubernur Jawa Barat dan beberapa tim ahli,
berkala kepada pengunjung. Dengan yakni, tim pelaksana gagasan, tim
adanya pendapat pengunjung, museum pelaksana pembangunan, tim penyusunan
tersebut dapat meningkatkan kualitasnya konsep museum, tim perencana, tim
dan mampu beradaptasi dengan teknologi informasi, tim 3D rekam jejak,
perkembangan yang ada. dinas purbakala, tim analisa data, tim
arsitektur, tim desain, tim pelaksana
Sedangkan dalam Museum Gedung lapangan, tim produksi film, dan tim
Sate, pendapat pengunjung kurang bisa pengawasan. Jika dilihat dari hasil
disampakaikan. Hal ini dikarenakan belum observasi lapangan, dalam pembuatannya
tersedianya kotak saran yang dapat pengelola bekerja sama dengan komunitas -
memfasilitasi pengunjung dalam hal komunitas bidang desain di Bandung dan
memberi kritik dan masukan secara menghasilkan satu lorong yang penuh
langsung. Selain itu, opsi kritik dan saran gambar di bagian kontemplasi. Selain itu,
juga belum tersedia pada website museum. pembangunan Museum gedung Sate juga
Sehingga, pemberian masukan terhadap didasari oleh keinginan dari masyarakat
keberlanjutan museum tidak bisa dilakukan untuk mengenal Gedung Sate lebih lanjut.
secara umum. Oleh karena itu, Museum Gedung Sate telah
Dalam penerapan komponen melibatkan masyarakat, dalam hal ini
keterbukaan, Museum Gedung Sate dan berbentuk komunitas desain, dalam
Museum Cagliari hampir serupa, dimana pengembangan museum.

46
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

Dalam penerapan komponen diakses secara luas dan diunduh (Marras,


melibatkan masyarakat, Museum Gedung Messina, Mereddu, & Romolo, 2016).
Sate dan Museum Nasional Kenya tidaklah Museum sejarah Holocaust Yad Vashem,
sama. Pelibatan masyarakat di Museum memiliki koleksi mengenai sejarah gelap
Gedung Sate lebih berfokus pada pelibatan holocaust dan memiliki keunikan dari segi
komunitas dalam membuat desain di satu arsitektur. Jadi dalam menyampaikan
zona museum. Sedangkan Museum materinya, museum ini memiliki ruangan -
Nasional Kenya melibatkan masyarakat ruangan yang disebut juga spatial story-
dalam kepegawaian, konservasi, hingga telling (Lu, 2017)
mengadakan kegiatan. Koleksi yang diperlihatkan pada
Museum Gedung Sate berkaitan dengan
3) Multidisiplin Ilmu sejarah pembangunan gedung sate,
arsitektur gedung sate, sejarah Kota
Museum inklusif bersifat Bandung, hingga profil gubernur Jawa
multidisiplin ilmu dan tidak hanya terpaku Barat dari waktu ke waktu. Keunikannya
pada satu disiplin ilmu. Disiplin ilmu pada berada pada cara penyampaian materinya,
Museum Gedung Sate Bandung secara garis yakni dengan menggunakan teknologi,
ada 3 yakni, arsitektur, sejarah, dan teknik film, dan audio.berbeda denga The National
sipil. Namun dalam penyampaiannya Archeological Museum Cagliari, Museum
menggunakan beberapa disiplin ilmu lain, Gedung Sate menggunakan teknologi
seperti teknologi informasi, desain, film, interactive picture frame, interactive floor,
dan teknologi 3D. Sehingga dapat virtual reality, dan augmented reality.
disimpulkan bahwa Museum Gedung Sate Augmented reality juga digunakan di
menggunakan multidisiplin ilmu antara lain museum MUVIG Italia (Cianciarulo,
arsitektur, sejarah, teknik sipil, teknologi 2015). Dengan adanya penggunaan
informasi, desain, dan film. teknologi yang tergolong canggih, kegiatan
belajar pada museum juga diiringi dengan
4) Koleksi dan Penyajian yang Unik rekreasi. Keunikan lainnya adalah tersedia
kafe kecil yang berada di halaman depan
Selain masukan dari pengunjung,
museum, kafe tersebut bernama “Ngopi
keberlanjutan museum juga dapat dilihat
Saraosna” yang memiliki arti ngopi
dari keunikan museum, karena keunikan
seenaknya.
tersebut akan meninggalkan kesan
tersendiri terhadap pengunjung. Dalam penerapannya, terdapat
The National Archeological perbedaan dan persamaan di beberapa
Museum Cagliari memiliki koleksi berupa museum ini. Museum Cagliari, British
artefak (Marras, Messina, Mereddu, & Museum, Museum MUVIG, dan Museum
Romolo, 2016). Penyajian koleksinya Gedung Sate menggunakan teknologi untuk
dilakukan dengan membuat bentuk digital menyampaikan materinya. Namun
dari artefak, sehingga pengunjung dapat teknologi yang diguanakan tidaklah sama.
mengontrolnya dengan remote tanpa harus Museum Cagliari dan British Museum
merusak artefak asli. Sedangkan British keduanya mampu mebuat versi 3D dari
Museum sudah mampu membuat artfak yang dimilikinya. Sedangkan
koleksinya dalam bentuk 3D yang dapat Museum Gedung Sate dan Museum

47
Shifa Nurul Indah Pertiwi, Galing Yudana : Penerapan Pendekatan …

MUVIG memiliki kesamaan dalam diimplementasikan dalam pendidikan


penggunaan teknologi augmented reality. public. Penerapan komponen museum
inklusif pada beberapa museum tidak selalu
5) Diimplementasikan dalam Pendidikan sama. Seperti komponen keterbukaan
Publik terhadap kritik dan saran, Museum Gedung
Sate dan Museum Cagliari hampir serupa,
Museum memiliki fungsi edukasi, dimana keduanya menerima kritik dan
sehingga diharapkan mampu saran tidak di setiap waktu dan secara
diimplementasikan dalam penidikan public, umum. Sedangkan komponen pelibatan
salah satunya dengan study tour bagi masyarakat, Museum Gedung Sate dan
sekolah - sekolah. The National Museum di Museum Nasional Kenya tidaklah sama.
Kenya dinilai mampu untuk Hal ini dikarenakan Museum Gedung Sate
mengembangkan edukasi di kawasannya lebih berfokus pada pelibatan komuntas
dan juga mampu untuk menyampaikan dalam membentuk museum, sedangkan
edukasinya, hal ini dilihat dari peningkatan Museum Nasional Kenya melibatkan
jumlah sekolah yang mengunjunginya masyarakat mulai dari kepegawaian hingga
(Nyangila, 2006). konservasi. Jadi pelibatan masyarakat di
Berdasarkan hasil wawancara, hal Museum Nasional Kenya lebih beragam.
serupa juga terjadi di Museum Gedung Selanjutnya komponen penyajian materi,
Sate. Museum ini telah beberapa kali Museum Cagliari, British Museum,
dijadikan sebagai tempat study tour Museum MUVIG, dan Museum Gedung
beberapa sekolah di Bandung. Oleh karena Sate menggunakan teknologi untuk
itu, Museum Gedung Sate dinilai telah menyampaikan materinya. Namun
mampu mengimplementasikan koleksinya teknologi yang diguanakan tidaklah sama.
kepada pendidikan publik. Museum Cagliari dan British Museum
Dalam penerapan komponen ini, keduanya mampu mebuat versi 3D dari
Museum Gedung Sate dan Museum artfak yang dimilikinya. Sedangkan
Nasional Kenya memiliki kesamaan, yakni Museum Gedung Sate dan Museum
dinilai mampu dalam mengedukasi public MUVIG memiliki kesamaan dalam
terutama siswa. penggunaan teknologi augmented reality.
Yang terakhir adalah komponen pendidikan
public, dimana Museum Gedung Sate dan
Museum Nasional Kenya memiliki
PENUTUP kesamaan, yakni dinilai mampu dalam
mengedukasi public terutama siswa.
Museum inklusif merupakan suatu
pendekatan museum yang menitikberatkan Jadi, meski dalam penerapannya
pada peran masyarakat dalam keberlanjutan tidak sama, Museum Gedung Sate dinilai
museum. Selain itu, museum inklusif telah memenuhi komponen - komponen
memiliki komponen berupa terbuka sebagai museum inklusif.
terhadap kritik dan saran, melibatkan
pengunjung dan masyarakat, bersifat
multidisiplin, memiliki koleksi dan
penyajian yang unik, dan bisa

48
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

DAFTAR PUSTAKA example of Jewish space in Yad


Vashem Holocaust History
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun Museum. Frontiers of Architectural
2015 tentang Museum Research, 442 - 455.
Argyropoulos, V. S., & Kanari, C. (2015). Marras, A. M., Messina, M., Mereddu, D.,
Re-imagining the museum through & Romolo, E. (2016). A Case Study
“touch”: reflection of individuals of an Inclusive Museum : The
with visual disability on their National Archeological Museum of
experience of museum visiting in Cagliari Becomes "Liquid". 99-
Greece. ALTER, European Journal 109.
of Disability Research 9, 130-143. Nyangila, J. M. (2006). Museums and
Cianciarulo, D. (2015). From local tradition community involvement: a case
to "augmented reality". The study of community collaborative
MUVIG Museum of Viggiano initiatives - National Museum of
Italia . Procedia - Social and Kenya. INTERCOM.
Behavioral Sciences 188, 138 -143 Ruso, L., & Topdal, E. (2014). The Use of
. Museums For Educational
Disbudpar, Direktorat Jendral Sejarah dan Purposes Using Drama method.
Purbakala, & Direktorat Museum. Procedia - Social and Behavioral
(2007). Pengelolaan Koleksi Sciences 141, 628 - 632 .
Museum. Retrieved 4 11, 2018, Trihayati, D. (2018, 1 15). Kementeriaan
from kemenpar.go.id: Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.ke Retrieved 4 30, 2018, from
menpar.go.id/userfiles/file/4552_1 kebudaaan.kemendikbud.go.id:
360- https://kebudayaan.kemdikbud.go.i
PengelolaanKoleksi.pdf d/ditpcbm/museum-tradisional-vs-
Gunay, B. (2012). Museum Concept from museum-baru/
past to present and importance of http://museumgedungsate.org/
museum as centers of art education. http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-
Procedia - Social and Behavioural raya/2018/02/10/museum-gedung-
Sciences 55, 1250 -1258 . sate-
ICOM. (2004). Running a Museum : a tempat-belaiar-sejarah-mirip-markas-
paractical handbook. Perancis: avengers-419233
ICOM - International Council of
Museums.
Karayilanoglu, G., & arabacioglu, b. c.
(2016). The "New" Museum
Comprehension : "Inclusive
Museum". International
Conference on New Trends in
Architecture and Desig n Interior.
Lu, F. (2017). Museum architecture as
spatial storytelling of historical
time : Manifesting a primary

49

Anda mungkin juga menyukai