Disusun Oleh
Juliansyah Adi Permana
(02..11.22.148) TMP 1D
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "LAPORAN
KUNJUNGAN MUSEUM MULTATI".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Saya berharap pembaca
bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi lain, saya berharap
pembaca menemukan pengetahuan baru dari laporan penelitian ini. Walaupun laporan ini
masih banyak kekurangan, saya berharap semoga Laporan Kunjungan Museum Multatuli ini
memberikakan manfaat maupun inspirasi yang bisa diperoleh oleh pembaca.
Juliansyah Adi P
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan lapaoran ini adalah untuk mengenalkan kepada para pembaca
mengenai Museum Multatuli yang ada di Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi
Banten. Serta untuk memberikan informasi seputar museum.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Museum Multatuli
1.1 Sejarah Museum Multatuli
KEHADIRAN Museum Multatuli di kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak
tak hanya memaparkan tentang sejarah. Namun juga telah menjadi bahan
referensidan pengetahuan bagi para peserta didik. Melalui pembelajaran di
Museum Multatuli sebagai sumber sejarah lokal, peserta didik akan memiliki
respons yang beragam dengan didukung sumber digital dalam mempelajari
sejarah lokal. Museum Multatuli dapat dijadikan referensi dalam historiografi di
masa kolonial bagi peerta didik dan dunia pendidikanMultatuli sudah menjadi
bagian dari sejarah Lebak. Penghargaan atas namanya, baik versi pemerintah
maupun masyarakat Lebak ditasbihkan mulai dari nama jalan, alun-alun, apotik,
hingga LSM.
Atas dasar itu Multatuli menjadi ikon dan bagian sejarah Lebak, muncul ide
pendirian Museum Multatuli yang sudah dimulai sejak tahun 1990an. Ide
penciptaan itu terus berlanjut di tahun 2000an. Tepatnya pada 2009, sudah ada
wacana kembali pendirian museum, tapi baru terealisasi pada 2015.
Pada 2016, delegasi pejabat dan guru Pemerintah Kabupaten Lebak berkunjung ke
Belanda. mengunjungi Arsip Nasional Belanda dan Museum Multatuli di
Amsterdam. Kunjungan tersebut bertujuan untuk membangun komunikasi dan
persahabatan antar lembaga guna keberlangsungan Museum Multatuli yang
sedang dirintis di Lebak.
Setahun kemudian (2017) proses pengisian koleksi dan pembuatan story line
museum mulai berlangsung. Terdiri dari pengadaan interior museum, film
dokumenter, dan pengadaan patung interaktif Multatuli, Saidjah dan Adinda. Pada
11 Februari 2018 Museum Multatuli dibuka untuk umum. Peresmian museum
dilakukan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Hilmar Farid dan Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya.
Bangunan Museum Multatuli saat ini berstatus cagar budaya yang sempat
beberapa kali beralih fungsi. Ketika selesai dibangun pada 1930, bangunan
tersebut digunakan sebagai kantor kawedanan. Pada 1950 dialihfungsikan sebagai
kantor Markas Wilayah (Mawil) Hansip. Terakhir digunakan sebagai kantor BKD
(Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lebak. Bangunan ini kemudian dipugar
pada 2016 untuk dijadikan Museum Multatuli hingga saat ini.
Secara keseluruhan, Museum Multatuli memiliki luas tanah 1934 m2 dengan
fasilitas di dalamnya meliputi pendopo, ruang pameran museum, kantor, toilet,
taman, dan tempat penyimpanan koleksi.
Museum Multatuli bertempat di bangunan kuno yang dibangun sekitar 1923 yang
merupakan kantor, sekaligus kediaman Wedana Lebak saat itu. Walaupun
merupakan bangunan kolonial, tapi sejarah yang ditampilkan dengan sangat
kekinian.
Jika dirangkum ada empat tema besar, yaitu sejarah datangnya kolonialisme ke
Indonesia, Multatuli dan karyanya, sejarah Lebak dan Banten, serta perkembangan
Rangkasbitung masa kini.
Begitu memasuki ruang pamer, penggalan tulisan Multatuli yang tenar “Tugas
Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia” menyambut pengunjung.
Hal menarik lainnya, kata Wawan, adalah bagaimana tulisan-tulisan Multatuli
memberi pengaruh kepada para tokoh-tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia. Ini
disajikan di ruang keempat dalam museum ini.
Koleksi Museum Multatuli di antaranya novel Max Havelaar edisi pertama yang
masih berbahasa Prancis (1876), litografi atau lukisan wajah Multatuli, peta lama
Lebak, arsip-arsip Multatuli, dan buku-buku lainnya
Ada juga bukti fisik, surat-menyurat Multatuli dengan pejabat Hindia Belanda
tentang kondisi masyarakat Lebak.
Lanjut pada bagian luar, tepatnya di depan terdapat pendopo yang umum
digunakan untuk beragam kegiatan seperti misalnya pameran, seminar, bedah
buku, dan berbagai aktivitas lainnya.
B. Saran
Sudah harusnya pemerintah melengkapi kekurangan-kekurangan yang terdapat di
Museum. karena selain sebagai tempat untuk memamerkan peninggalan-peninggaln
bersejarah, museum juga dapat dijadikan media pembelajaran yang optimal oleh
siswa maupun mahasiswa.
DAFTAR FUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Multatuli
http://digilib.unimed.ac.id/27909/7/7.NIM 3133321048 CAPTER 1.pdf
https://penghubung.bantenprov.go.id/Berita/topic/440
https://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-
kini/
https://museummultatuli.id/
LAMPIRAN