Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM MULTATULI


Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Muhammad Ihsan, M.Pd

Disusun Oleh
Juliansyah Adi Permana
(02..11.22.148) TMP 1D

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN


JURUSAN PERTANIAN
POLEKTEKNIK PEMBANGUN PERTANIAN BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "LAPORAN
KUNJUNGAN MUSEUM MULTATI".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Saya berharap pembaca
bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi lain, saya berharap
pembaca menemukan pengetahuan baru dari laporan penelitian ini. Walaupun laporan ini
masih banyak kekurangan, saya berharap semoga Laporan Kunjungan Museum Multatuli ini
memberikakan manfaat maupun inspirasi yang bisa diperoleh oleh pembaca.

Lebak,4 Januari 2023


Penusun

Juliansyah Adi P
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Museum berawal dari hasrat manusia untuk mengumpulkan koleksi.


Kegemaran mengoleksi benda buatan manusia dan benda alam sudah ada sejak
kehadiran manusia di muka bumi ini. Berdasarkan hasil eskavasi arkeologi di
beberapa situs prasejarah di berbagai belahan dunia, kita dapat mengetahui bahwa
manusia mengumpulkan benda-benda sepanjang hidupnya. Kegemaran pribadi ini
lama kelamaan berkembang menjadi tugas fungsional yang terstruktur disebuah
tempat yang disebut museum.
Di Indonesia, banyak terdapat museum yang hampir tersebar di seluruh daerah
di Indonesia. Museum memiliki peran yang sangat penting, karena dengan adanya
museum itu masyarakat dapat mengetahui tentang suasana-suasana di masa lalu.
Selain itu museum juga dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan-wisatawan
asing maupun lokal. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah museum dapat juga
sebagai sarana pengembangan pendidikan dan sarana penanaman rasa nasionalisme
bagi suatu bangsa.
Secara tidak langsung museum sangat erat dengan pendidikan sejarah dan
merupakan salah satu sumber belajar sejarah di antara sumber-sumber belajar lain
seperti candi-candi, piagam/inskripsi dan buku-buku. Museum tidak hanya
melengkapi informasi, melainkan juga merangsang minat dan menjadi sarana penting
bagi mahasiwa untuk lebih mengerti sejarah.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan lapaoran ini adalah untuk mengenalkan kepada para pembaca
mengenai Museum Multatuli yang ada di Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi
Banten. Serta untuk memberikan informasi seputar museum.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Museum Multatuli
1.1 Sejarah Museum Multatuli
KEHADIRAN Museum Multatuli di kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak
tak hanya memaparkan tentang sejarah. Namun juga telah menjadi bahan
referensidan pengetahuan bagi para peserta didik. Melalui pembelajaran di
Museum Multatuli sebagai sumber sejarah lokal, peserta didik akan memiliki
respons yang beragam dengan didukung sumber digital dalam mempelajari
sejarah lokal. Museum Multatuli dapat dijadikan referensi dalam historiografi di
masa kolonial bagi peerta didik dan dunia pendidikanMultatuli sudah menjadi
bagian dari sejarah Lebak. Penghargaan atas namanya, baik versi pemerintah
maupun masyarakat Lebak ditasbihkan mulai dari nama jalan, alun-alun, apotik,
hingga LSM.

Sementara itu Saidjah-Adinda sebagai drama epik dalam Max


Havelaar diabadikan melalui nama perpustakaan, taman baca masyarakat, dan
komunitas kesenian. Selain itu pemikiran dan karya Multatuli menetes dan
diadaptasi menjadi puisi, film, dan teater.

Atas dasar itu Multatuli menjadi ikon dan bagian sejarah Lebak, muncul ide
pendirian Museum Multatuli yang sudah dimulai sejak tahun 1990an. Ide
penciptaan itu terus berlanjut di tahun 2000an. Tepatnya pada 2009, sudah ada
wacana kembali pendirian museum, tapi baru terealisasi pada 2015.
Pada 2016, delegasi pejabat dan guru Pemerintah Kabupaten Lebak berkunjung ke
Belanda. mengunjungi Arsip Nasional Belanda dan Museum Multatuli di
Amsterdam. Kunjungan tersebut bertujuan untuk membangun komunikasi dan
persahabatan antar lembaga guna keberlangsungan Museum Multatuli yang
sedang dirintis di Lebak. 

Setahun kemudian (2017) proses pengisian koleksi dan pembuatan story line
museum mulai berlangsung. Terdiri dari pengadaan interior museum, film
dokumenter, dan pengadaan patung interaktif Multatuli, Saidjah dan Adinda. Pada
11 Februari 2018 Museum Multatuli dibuka untuk umum. Peresmian museum
dilakukan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Hilmar Farid dan Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya.

Museum Multatuli bertemakan “museum antikolonialisme”. Museum ini


menampilkan sejarah kolonialisme sebagai pengantar sampai dengan pergerakan
antikolonialisme yang diceritakan dari berbagai sisi sebagai inti dari museum ini.
Harapannya museum akan menjadi medium pembelajaran sejarah tentang
bagaimana kolonialisme bekerja dan bagaimana pula sistem itu diruntuhkan oleh
gerakan nasionalisme.

Bangunan Museum Multatuli saat ini berstatus cagar budaya yang sempat
beberapa kali beralih fungsi. Ketika selesai dibangun pada 1930, bangunan
tersebut digunakan sebagai kantor kawedanan. Pada 1950 dialihfungsikan sebagai
kantor Markas Wilayah (Mawil) Hansip. Terakhir digunakan sebagai kantor BKD
(Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lebak. Bangunan ini kemudian dipugar
pada 2016 untuk dijadikan Museum Multatuli hingga saat ini.
Secara keseluruhan, Museum Multatuli memiliki luas tanah 1934 m2 dengan
fasilitas di dalamnya meliputi pendopo, ruang pameran museum, kantor, toilet,
taman, dan tempat penyimpanan koleksi.

1.2 Pendiri Museum Multuli


Pada tahun 1860, Dekker menulis sekaligus menerbitkan sebuah novel yang
diberinya judul Max Havelaar. Novel ini menjadi salah satu karya penting yang
membahas sejarah Banten dan Lebak, sehingga pemerintah Kabupaten Lebak
memutuskan untuk mendirikan sebuah museum yang diberi nama Museum
Multatuli.
1.3 Macam-macam peninggalan di Museum Multatuli

Museum Multatuli bertempat di bangunan kuno yang dibangun sekitar 1923 yang
merupakan kantor, sekaligus kediaman Wedana Lebak saat itu. Walaupun
merupakan bangunan kolonial, tapi sejarah yang ditampilkan dengan sangat
kekinian.

Di Museum Multatuli, sejarah dipaparkan dengan cara yang atraktif, dengan


ilustrasi grafis yang modern dan sentuhan multimedia. Suasana tersebut memberi
nuansa artistik yang berbeda, tidak seperti pada museum pada umumnya.

Museum Multatuli menyediakan berbagai informasi yang luas, seperti sejarah,


pengetahuan, artefak, buku-buku, foto, podcast, infografis, multimedia, dan
gambar. Ada tujuh ruang yang disajikan, dimana setiap ruangan mewakili periode
dalam sejarah kolonialisme.

Jika dirangkum ada empat tema besar, yaitu sejarah datangnya kolonialisme ke
Indonesia, Multatuli dan karyanya, sejarah Lebak dan Banten, serta perkembangan
Rangkasbitung masa kini.

Begitu memasuki ruang pamer, penggalan tulisan Multatuli yang tenar “Tugas
Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia” menyambut pengunjung.
Hal menarik lainnya, kata Wawan, adalah bagaimana tulisan-tulisan Multatuli
memberi pengaruh kepada para tokoh-tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia. Ini
disajikan di ruang keempat dalam museum ini.

Koleksi Museum Multatuli di antaranya novel Max Havelaar edisi pertama yang
masih berbahasa Prancis (1876), litografi atau lukisan wajah Multatuli, peta lama
Lebak, arsip-arsip Multatuli, dan buku-buku lainnya

Ada juga bukti fisik, surat-menyurat Multatuli dengan pejabat Hindia Belanda
tentang kondisi masyarakat Lebak.

Lanjut pada bagian luar, tepatnya di depan terdapat pendopo yang umum
digunakan untuk beragam kegiatan seperti misalnya pameran, seminar, bedah
buku, dan berbagai aktivitas lainnya.

Sementara di sisi kiri Museum Multatuli, pengunjung bisa berinteraksi dengan


patung karya pematung terkemuka Dolorosa Sinaga yaitu Patung Multatuli,
Saidjah dan Adinda. Patung-patung ini yang menjadi sasaran selfie bagi para
pengunjung.

2. Fungsi Museum Multatuli


2.1 Fungsi Pendidikan dan Pengetahuan Sejarah di Era Milenial
KEHADIRAN Museum Multatuli di kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak
tak hanya memaparkan tentang sejarah. Namun juga telah menjadi bahan referensi
dan pengetahuan bagi para peserta didik.

Melalui pembelajaran di Museum Multatuli sebagai sumber sejarah lokal,


peserta didik akan memiliki respons yang beragam dengan didukung sumber
digital dalam mempelajari sejarah lokal. Museum Multatuli dapat dijadikan
referensi dalam historiografi di masa kolonial bagi peerta didik dan dunia
Pendidikan

2.2 Keterkaitan keberadaan isi museum dengan kehidupan masyarakat


Masyarakat dan kebudayaan adalah ibarat mata uang yang satu sisinya ber
sistem sosial dan sisi lainnya adalah sistem budaya. Interaksi alam fisik dan
manusia melalui masa dan ruang membina pelbagai insitusi sosial dan budaya
yang selaras dengan keperluan hidup masyarakat, sedangkan pelbagai insitusi
sosial dan budaya adalah respon manusia untuk menyelesaikan pelbagai masalah
dan memenuhi desakan hidup sambil bersedia menghadapi tantangan mendatang.
Bahan-bahan dari segala macam institusi sosial tidak hanya dilihat sebagai
himpunan warisan masa lampau,. Tetapi petanda dinamika dan sumber daya yang
mampu beradaptasi dengan desakan, baik dalam maupun luar sistem sosial budaya
itu sendiri.
Aspek kebudayaan masyarakat secara universal dapat diamati kehadirannya di
setiap masyarakat. Kebudayaan adalah wujud daya cipta, rasa, dan karsa manusia.
Kebudayaan adalah hal penting yang menghubungkan manusia dengan
lingkungannya. Kebudayaan juga menjadi blue print atau pedoman bagi manusia.
Dengan kebudayaan inilah manusia tampak berbeda dengan binatang. Dengan
kebudayaan, manusia dapat bertahan dan melangsungkan hidupnya.
Ada beberapa cara kita dapat mengetahui kebudayaan masyarakat. Salah satu
cara yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mengetahui gambaran
kebudayaan masyarakat setempat adalah dengan datang ke museum. Hal itu
karena di museumlah mereka dapat melihat gambaran tentang sebuah peradaban
budaya daerah, baik zaman purbakala maupun di zaman modern.
Perkembangan museum di Indonesia saat ini dapat dikatakan cukup bagus,
tetapi tentu memerlukan peningkatan-peningkatan agar Indonesia sebagai bangsa
yang menghargai hasil karya pendahulunya dan melestarikan warisan budaya
leluhur sehingga museum sebagai fasilitator masyarakat dengan peradaban budaya
dapat diwujudkan. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak
membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang
multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang
meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah peran
museum. Lalu, seberapa besarkah peran museum saat ini?
Museum diharapkan tidak hanya sekedar memantulkan perubahan-perubahan
yang ada di lingkungan, tetapi juga sebagai media untuk menunjukkan perubahan
sosial serta pertumbuhan budaya dan ekonomi. Museum berperan dalam proses
transformasi yang mewujudkan perkembangan struktur intelektual dan tingkat
kehidupan yang membaik. Perkembangan tersebut tentu disesuaikan dengan
kondisi masyarakat yang bersangkutan dalam bahasa dan budayanya masing-
masing. Inilah makna yang ingin disampaikan dan di transkripsikan oleh museum
lewat benda yang disajikan atau dipamerkan sebagai instrumen memahami
masyarakat pendukungnya.
Museum dalam bentuk apapun, baik secara ilmiah, seni maupun sejarah tentu
tidak sekedar dibicarakan dalam artian teoritis semata. Museum diharapkan berarti
praktis yang dapat diimplementasikan dengan kisaran jumlah publik yang tidak
sedikit. Dengan demikian, bicara mengenai museum sebagai media komunikasi
massa harus mendapatkan klaim dari semua golongan masyarakat. Museum tidak
hanya diklaim menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi sangat perlu
didukung oleh para akademisi, peneliti, bahkan pengusaha. Jadi, peran museum
diharapkan dapat mendukung pembangunan nasional, pembangunan masyarakat
seluruhnya dan seutuhnya. Kita harus terus ingat bahwa pembangunan ataupuin
modernisasi bukan sekedar know what, tetapi proses know how.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpilan
Museum Multatuli sebagai sumber belajar dapat menjadi program pendidikan
yang mendorong kompetensi, belajar menilai, berpikir kritis dan untuk selanjutnya
mendorong mahasiswa maupun masyarakat agar berani untuk memberikan sebuah
tanggapan-tanggapan serta komentar-komentar terhadap sebuah peristiwa sejarah
yang telah terjadi sehingga proses pembelajaran terpusat pada Mahasiswa maupun
masyarajkat.

Nilai dari peninggalan sejarah yang terdapat di museum multatuli dapat


menjadi salah satu referensi kesadaran bagi bangsa Indonesia khususnya kita
geenerasi muda sebagai generasi penerus untuk membangun kehidupan masa depan
yang lebih baik, tidak hanya pada tatanan kemakmuran secara ekonomis, namun
memiliki identitas kebangsaan yang beradab. Selain itu menurut Mahasiswa manfaat
berkunjung ke museum dapat mengetahui kembali benda-benda peninggaln jaman
dahulu, yang sudah jarang ditemukan, dan hanya ada di museum.

B. Saran
Sudah harusnya pemerintah melengkapi kekurangan-kekurangan yang terdapat di
Museum. karena selain sebagai tempat untuk memamerkan peninggalan-peninggaln
bersejarah, museum juga dapat dijadikan media pembelajaran yang optimal oleh
siswa maupun mahasiswa.
DAFTAR FUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Multatuli
http://digilib.unimed.ac.id/27909/7/7.NIM 3133321048 CAPTER 1.pdf
https://penghubung.bantenprov.go.id/Berita/topic/440
https://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-
kini/

https://museummultatuli.id/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai