Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH SOSIOLOGI PEDESAAN MODAL SOSIAL


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sosiologi Perdesaan
Dosen Pengampu : Nawangwulan Widiastuti, SP. , M.Si

Juliansyah Adi Permana


(02.11.22.148) 1D TMP

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
BOGOR
2023
Pertanyaan
Mengapa saat ini terjadi pengikisan terhadap keberadaan modal sosial masyarakat
Indonesia

Pembahasan

Modal sosial sebagai varian entitas, terdiri atas beberapa struktur sosial yang
memfasilitasi tindakan dari para pelakunya yg menciptakan berbagai ragam
kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran informasi
dan menetapkan norma2 dan sangsi sosial bagi para anggotanya. (James Coleman,1990).

Modal sosial : sesuatu yg merujuk ke dimensi institusional, hubungan2yang


tercipta dan norma2 yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial
dalam masyarakat. (Bank Dunia,1999).

Menurut Coleman (2009 : 438) mendefinisikan modal sosial sebagai “sumber


penting bagi para individu dan dapat sangat mempengaruhi kemampuan mereka
untuk bertindak dan kualitas kehidupan yang mereka rasakan. Masih dalam buku
yang sama, Coleman (hal. 420) menggambarkan bahwa modal social memudahkan
pencapaian tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya atau dapat dicapai hanya
dengan kerugian yang lebih tinggi”. Menurut Coleman modal sosial tercipta ketika relasi
antara orang-orang mengalami perubahan sesuai dengan cara-cara yang memudahkan
tindakan. Modal sosial tidak berwujud, sama seperti modal manusia. Keterampilan dan
pengetahuan yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan
perwujudan modal manusia. Demikian pula halnya modal social karena diwujudkan dalam
relasi di antara orang-orang.

Indonesia adalah suatu negara bangsa yang besar, yang memiliki nilai nilai luhur,
contoh seperti pada budaya jawa yaitu tenggang rasa atau tepo seliro yang merupakan
salah satu kearifan lokal masyarakat Jawa, yang mana kearifan ini mengandung
arti bahwasannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari terutama dalam berkomunikasi
harus memperhatikan perasaan orang yang diajak berkomunikasi. Seseorang harus
memandang lawan bicaranya sebagai orang yang pantas untuk dihormati. Salah satu
bentuk penghormatan terhadap orang lain adalah dengan memposisikan perkataan
seseorang sebagai hal yang penting. Namun seiring dengan kemajuan pembangunan di
era digital 4.0, dimana arus informasi dapat dengan cepat menyebar tanpa sempat di
saring, membawa dampak cukup negative terhadap pola komunikasi. Kini dalam era
digital nilai kebenaran dari suatu informasi digital tidaklah ditentukan oleh fakta yang
terjadi namun lebih kepada keyakinan, keyakinan akan suatu informasi yang sengaja
dibangun atas dasar kepentingan tertentu. Hal ini menyebabkan truth sulit muncul akibat
rendahnya trust karena selalu dianggap menjadi tafsiran salah oleh satu pihak. Kalaulah
“truth” itu memang ada, ia akan diupayakan menjadi kabur atau dimunculkan keraguan
akan kebenarannya melalui fake news, hoax, mis-information, dan dis-information.

Menurut Ralph Keyes, post-truthfulness membangun sebuah bangunan sosial


yang rapuh berdasarkan pada kewaspadaan. Mengikis fondasi kepercayaan yang
mendasari peradaban yang sehat. Dan, situasi ini seperti tidak ada ujungnya. Sehingga
beberapa pihak gelisah dan memberikan berbagai istilah keprihatinan seperti perpecahan,
terbelahnya bangsa, yang pada gilirannya akan melemahkan social trust antarmasyarakat
sebagai unsur utama modal sosial untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Kemampuan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat ke pertarungan
digital ini luar biasa efektif jika dibandingkan dengan menggerakkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program pembangunan.

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengikisan terhadap keberadaan modal


sosial dimasyarakat Indonesia, dimana social trust (kepercayaan sosial) dibangun dan
dibentuk untuk suatu kepentingan politik tertentu, atau kepentingan pasar,
sehingga truth (kebenaran) sebagai ruh dari kebersamaan yang membentuk gotong
royong atas dasar prinsip kolaborasi sosial sulit untuk terjalin, karena kepercayaan sosial
dibangun atas dasar kebohongan (fake news/ hoax).

Anda mungkin juga menyukai