Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Modal sosial merupakan salah satu komponen penting dalam

bermasyarakat. Modal sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 1999). Secara lebih komperehensif Burt (1992) mendefinsikan, modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Modal sosial terbentuk sebagai implementasi dari keterampilan sosial individu. Adapun keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain (Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell, 1998). Salah satu bentuk keterampilan sosial adalah kepercayaan (trust). Kepercayaan dapat dipahami sebagai harapan optimis atau kepercayaan mengenai perilaku agen lain. Kepercayaan muncul dari interaksi interpersonal diulang. Idealnya, Seperti yang telah dijelaskan diatas, salah satu keterampilan sosial yang harus dimiliki adalah keterampilan kepercayaan (trust). Modal dan keterampilan sosial ini harus dimiliki karena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. Hal ini pun memudahkan pencapaian tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya atau hanya mendapat kerugian yang lebih tinggi. Sedangkan keterampilan sosial menunjang kemampuan seseorang dalam rangka membentuk kepribadian dan kecerdasan emosional.

Namun pada kenyataanya banyak orang yang lambat mempercayai seseorang. James S. Coleman (1999:140) menyatakan bahwa individu akan secara rasional memberikan kepercayaan jika rasio antara probabilitas trustee dengan probabilitas kepercayaan lebih besar dibanding rasio antara potensi kerugian dan potensi keuntungan. Selain itu, Salah satu faktor penyebab merosotnya kepercayaan dalam berbagai pengertian itu adalah sulitnya orang memperoleh akses pada informasi yang yang memadai, khususnya dalam kasus kita sekarang ini adalah informasi ekonomi. Dengan kata lain, kurangnya transparansi atau keterbukaan, menjadi salah satu penyebab krisis kepercayaan. Kepercayaan menjadi sebuah hal yang langka untuk kita temui saat ini. Kebohongan atau ketidak jujuran menjadi hal yang lumrah dimiliki seseorang. Krisis kepercayaan yang terjadi di masyarakat indonesia sudah sangat kronis bahkan secara ekstrim kita jarang menemui orang yang dapat dipercaya. Karena kebanyakan individu hanya melihat aspek keuntungan bagi dirinya saja tanpa menghiraukan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya meningkatkan keterampilan percaya (trust) baik sebagai keterampilan sosial yang dimiliki individu atau sebagai modal sosial yang dimiliki oleh kelompok. Sehingga terjalin keharmonisan di antara semua elemen masyarakat. Lalu mencari cara yang tepat untuk mengurangi krisi kepercayaan yang sedang terjadi. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, penulis berkeinginan melakukan kajian teoritis terhadap permasalahan tersebut dengan menggali modal sosial untuk mengembangkan kepercayaan sebagai keterampilan sosial.

I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu : 1. Sejauhmana implementasi modal sosial trust didalam masyarakat ? 2. Bagaimana cara mengurangi krisis kepercayaan yang banyak dialami saat ini ?

I.3. Tujuan Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi modal sosial dalam bentuk trust. Dan memberikan gagasan untuk menggali modal sosial untuk mengembangkan kepercayaan sebagai keterampilan sosial untuk mengatasi permasalahan tersebut. 1.4. Manfaat Manfaat karya tulis ini adalah memberikan gagasan dan rekomendasi kepada keluarga, sekolah, dan masyarakat agar membantu menginternalisasi sikap percaya dan mengajarkan kejujuran sebagai dasar dari sebuah kepercayaan, sehingga dapat mencegah banyaknya ketidak jujuran dan krisis kepercayaan yang marak terjadi dewasa kini di berbagai elemen masyarakat. 1.5. Gagasan Kreatif Kita sering menemui fenomena sosial. fenomena sosial tersebut, seperti hubungan intrapersonal, kelompok, jaringan sosial. Sehingga ketika proses pembangungan hubungan yang baik diperlukan kepercayaan terhadap kelompok. Dan pada akhirnya terjadi sebuah simbiosis yang baik antara semua pihak. Penulis mempunyai gagasan untuk mencapai situasi tersebut diperlukan pelatihan dasar dari diri sendiri dan dimulai sejak dini, lingkungan terkecil dan situasi terkecil pula dengan menggali keterampilan sosial diri kita.

BAB II TELAAH PUSTAKA

II.A. Modal Sosial II. A.1. Pengertian Modal Sosial Fukuyama (1995) mendifinisikan, modal sosial sebagai serangkaian nilainilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Adapun Cox (1995) mendefinisikan, modal sosial sebagai suatu rangkian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama. Sejalan dengan Fukuyama dan Cox, Partha dan Ismail S. (1999) mendefinisikan, modal sosial sebagai hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang sama Solow (1999) mendefinisikan, modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi besar terhadap keberlanjutan produktivitas. Adapun menurut Cohen dan Prusak L. (2001), modal sosial adalah sebagai setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Senada dengan Cohen dan Prusak L., Hasbullah (2006) menjelaskan, modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi

unsurunsur utamanya sepetri trust (rasa saling mempercayai), keimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa modal sosial merupakan keterampilan berbentuk nilai atau norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. II.A.2. Sumber Modal Sosial Banyak peneliti mengacu ke jaringan sebagai sumber penting dari modal sosial. Pandangan modal sosial dipengaruhi oleh teori jaringan dan mencerminkan baik perspektif egosentris dan sosiocentris (Lesser, 2000). Perspektif egosentris berfokus pada koneksi yang aktor individu memiliki satu sama lain dalam jaringan. Bourdieu dan Coleman berpendapat bahwa jaringan cenderung

mereproduksi diwariskan pola hubungan melalui upaya individu untuk melestarikan modal sosial. Coleman (1988), khususnya, berpendapat bahwa jaringan sosial tertutup adanya kuat saling berhubungan dan saling memperkuat hubungan antara pelaku yang berbeda dan lembaga. Oleh karena itu, para peneliti menyebutkan bahwa modal sosial adalah atribut dari jaringan. Sejumlah ahli teori berpendapat bahwa modal sosial didasarkan pada norma-norma bersama, terutama umum timbal balik. Resiprositas umum didasarkan pada asumsi ternyata baik bahwa hari ini akan dibayar kembali beberapa waktu di masa depan dan secara langsung bertentangan untuk rasional pilihan teori. Preses timbal balik dapat mengikat masyarakat melalui kepentingan bersama, menciptakan lingkungan yang mendorong perilaku kolektif sukarela dan menghasilkan kehendak yang baik diperlukan untuk damai resolusi konflik (Newton, 1997). Keyakinan bersama adalah sumber modal sosial. Adler dan Kwon (2000) berpendapat bahwa lembaga-lembaga formal dan aturan yang membantu untuk bentuk struktur jaringan dan pengaruh norma dan keyakinan, memiliki efek yang kuat pada modal sosial. Pemerintah transparan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat adalah faktor kunci dalam membangun aturan komunitas formal dan institusi dalam pemerintahan.

Dari berbagai argumen diatas penulis dapat mengkategorikan sumber dari modal sosial diantaranya: Pertama, Jaringan yang merupakan landasar dari terbentuknya sebuah modal sosial. Kedua, Norma merupakan hal yang penting dalam berbagai hal. Dalam modal sosial norma menjadi sebuah landasan kegiatan dan perilaku jaringan. Ketiga, Keyakinan keyakinan disini terletak pada keyakinan terhadap kelompok dan anggota yang lain sehingga dengan keyakinan muncul keharmonisan antar anggota. Keempat, modal sosial berasal dari lembaga formal yang membentuk struktur jaringan dan norma sehingga menjadi sebuah modal sosial. II.A.3. Pentingnya Modal Sosial Kemampuan komunitas dan Individu untuk bekerjasama dan

menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut modal sosial. Jika warga

masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Di pihak lain komunitas kelurahan yang kuat dan mempunyai modal yang layak dipercaya akan memudahkan jaringan kerjasama dengan pihak luar. II.A.4. Dimensi Modal Sosial Dimensi modal sosial tumbuh di dalam suatu masyarakat yang didalamnya berisi nilai dan norma serta pola-pola interaksi sosial dalam mengatur kehidupan keseharian anggotanya (Woolcock dan Narayan, 2000). Oleh karena itu Adler dan Kwon (2000) menyatakan, dimensi modal sosial adalah merupakan gambaran dari keterikatan internal yang mewarnai struktur kolektif dan memberikan kohesifitas dan keuntungan-keuntungan bersama dari proses dinamika sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

Demensi modal sosial menggambarkan segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, serta didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi (Dasgupta dan Serageldin, 1999). Demensi modal sosial inheren dalam struktur relasi sosial dan jaringan sosial di dalam suatu masyarakat yang menciptakan berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran informasi, dan menetapkan norma-norma, serta sangsi-sangsi sosial bagi para anggota masyarakat tersebut (Coleman, 1999). Namun demikian Fukuyama (1995, 2000) dengan tegas menyatakan, belum tentu norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku itu otomatis menjadi modal sosial. Akan tetapi hanyalah norma norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust). Dimana trust ini adalah merupakan harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh para anggotanya. Norma-norma tersebut bisa berisi pernyataanpernyataan yang berkisar pada nilai-nilai luhur (kebajikan) dan keadilan. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa demensi dari modal sosial adalah menitikberatkan pada kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas hidupnya, dan senantiasa melakukan perubahan secara terus menerus dan selalu terikat oleh nilai dan norma yang berlaku dalam membangun jaringan dalam kehidupan.

II.B. Kepercayaan (Trust) II.B.1. Definisi Kepercayaan Ketika dilihat sebagai karakteristik atau properti individu, kepercayaan adalah variabel kepribadian,dengan demikian menempatkan penekanan pada karakteristik individu seperti perasaan, emosi, dan nilai (Wolfe,

1976). Kepercayaan melibatkan pengambilan risiko dua belah pihak yang

mengetahui bahwa tindakan suatu pihak secara material dapat mempengaruhi pihak lain. Literatur sosiologis konseptual kepercayaan baik sebagai keterampilan individu, hubungan sosial, atau sistem sosial yang tidak proporsional dengan perhatian pada perilaku yang didasarkan pada tindakan pada tingkat individu (Misztal, 1996). Ketiga tingkat kepercayaan saling berhubungan. Pada level individu, Anda percaya seorang individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan apa yang harapkan disposisi, kemampuannya, reputasinya dan sebagainya bukan hanya karena dia mengatakan dia akan melakukannya. Di tingkat kolektif, jika Anda tidak percaya suatu badan atau organisasi dengan yang individu berafiliasi, Anda tidak akan percaya padanya untuk memenuhi kesepakatan

(Dasgupta,1988). Selain itu, individu mempertimbangkan latar belakang, budaya, dan sistem sosial ketika menentukan apakah akan percaya padanya. Ini adalah keterkaitan yang yang menunjukkan bagaimana membangun kepercayaan pada tingkat mikro berkontribusi pada determinan dari lebih abstrak bentuk kepercayaan pada tingkat makro (Luhmann 1988). Berdasarkan paparan para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa kepercayaan (Trust) merupakan keterampilan yang dimiliki baik oleh individu maupun kelompok yang mengguakan sisi emosional, karena apa yang salah satu pihak lakukan dapat memberikan pengaruh terhadap pihak lain berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

II.B.2. Cara Menumbuhkan Kepercayaan Modal sosial merupakan payung besar dalam hal penomena sosial, seperti hubungan intrapersonal, kelompok, jaringan sosial. Sehingga ketika proses pembangungan hubungan yang baik diperlukan kepercayaan terhadap kelompok. Dan pada akhirnya terjadi sebuah simbiosis yang baik antara semua pihak. Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu :

1. Penerimaan Setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman dan demokratis untuk memberikan pendapatnya dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Dalam hal ini suasana saling menghargai dalam sebuah komunitas atau kelompok. Dengan demikian akan timbul sikap saling menghargai diantara kedua pihak. Ketika terjadi kecurangan atau pelanggaran nilai dan norma dasar yang universal yang berlaku diseluruh dunia maka secara otomatis kepercayaan perbuatannya. 2. Berbagi Informasi dan Kepedulian Setiap orang yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan masalah bersama, membutuhkan informasi mengenai : Kehidupan, pengalaman, gagasan, nilai masingmasing. Masalahmasalah yang dianggap penting dalam kehidupan mereka. Pada setiap anggota diharuskan mempunyai tanggung jawab untuk saling berbagi informasi dan saling peduli arena hal ini penting bagi kelangsungan komunitas yang telah ada sehingga selalu berembang dan semakin kuat. Dan diharapkan kepentingan individu akan mengalah pada pelaku akan hilang begitusaja akibat dari

kepada kepentingankepentingan komunitas kelompok. 3. Menentukan Tujuan Kebutuhan yang ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Tujuan adalah landasan mengapa mereka bisa bersama dengan kata lain jika komunitas kelompok berkumpul tanpa mempunyai tujuan hal ini akan menjadikan hilangnya arah dan acuan dari kelompo itu aibatnya mereka akan berjalan masing-masing tanpa arah yang jelas. 4. Pengorganisasian dan Tindakan

Pada tahap awal dalam menentukan tujuan yang akan dicapai bersama hendaknya ada yang bertanggung jawab untuk mengurus dan mengarahan emana kelompo akan pergi. Dalam hal ini dibutuhkan sosok pemimpin dari kelompok itu sendiri. Dalam organisasi, kelompok, atau komunitas sosok pemimpin sangat penting untuk menimbulkan kepercayaan antar individu. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya. Setelah merumuskan tujuan, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah merencanakan apa yang akan dilakukan. Karena hal ini penting untuk mengetahui apa yang dibutuhkan anggota. Untuk itulah perlunya keterlibatan warga masyarakat dalam proses memecahkan masalah mereka yang akan menjadi dasar perencanaan. Selanjutnya perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi terbuka untuk mengontrol jalannya kegiatan apakah berlangsung secara efektif atau tidak. Sedangkan sumber dari kepercayaan jika dilihat dari dua persepsi yang berbeda adalah keyakinan, norma, lembaga sosial, kepercayaan individu, baik niat, kompetensi, kemampuan, keterbukaan.Yang secara kolektif tertanam dengan struktur sistem sosial yang saling melaksanakan kewajiban.

II.C. Hubungan antara Kepercayaan (Trust) dan Modal Sosial

Beberapa ahli berargumen hubungan antara kepercayaan dan modal sosial berbeda-beda. Salah satu aliran berpendapat bahwa kepercayaan muncul sebagai produk dari modal sosial. Untuk banyak peneliti, modal sosial tergantung pada kepercayaan. Hubungan, masyarakat, kerjasama dan komitmen bersama yang menjadi ciri modal sosial tidak bisa ada tanpa adanya kepercayaan. Tanpa beberapa dasar kepercayaan, modal sosial tidak dapat berkembang. Coleman (1988) dan Putnam (1993) mendefinisikan kepercayaan sebagai salah satu kunci komponen modal sosial. Kepercayaan juga memainkan peran penting dalam
10

konsep Fukuyama modal sosial. Dia mendefinisikan kepercayaan sebagai fitur dasar modal sosial, sebagai sebuah kemampuan yang timbul dari prevalensi kepercayaan di masyarakat atau di bagian-bagian tertentu dari itu (Fukuyama 1995: 26). Namun, ada juga para ahli yang meragukan apakah kepercayaan berada terpisahkan sebagai komponen modal sosial. Mereka berpendapat bahwa kepercayaan itu sendiri adalah kompleks dan beragam fenomena. Untuk analis, integrasi kepercayaan, jaringan, dan norma membuat konsep modal sosial salah satu yang sangat rumit. Cohen & Fields (1999) berpendapat bahwa bentuk kepercayaan dapat membentuk dan diperpanjang untuk orang-orang dari tempat lain dan budaya lain, dan bahkan untuk orang dengan ide yang berbeda. "Konsep Putnam tentang modal sosial mengaburkan spesifik sifat dari modal sosial yang Silicon Valley dibangun dan melalui yang terus membangun dirinya sendiri (Cohen & Fields, 1999: 109). Dalam model Putnam hubungan antara pelaku ekonomi berkembang dari budaya bersama dan menjadi tertanam dalam ekonomi lokal, yang kemudian membentuk kemungkinan dan menghasilkan fakta jaringan keterlibatan masyarakat. Sebagai contoh, dalam kasus Silicon Valley, blok bangunan dari merek tertentu mereka dari modal sosial adalah kepercayaan kinerja umum berdasarkan kontak komersial sering bukan berdasarkan keterlibatan masyarakat yang membuat untuk keberhasilan ekonomi di beberapa daerah. Tidak seperti Coleman, Putnam dan Fukuyama, Woolcock (1998) berpendapat bahwa definisi modal sosial harus berfokus terutama pada sumber daya daripada konsekuensi. "Kepercayaan dan norma timbal balik, keadilan kerjasama, dan 'manfaat' yang dipelihara di dalam dan oleh kombinasi tertentu dari hubungan sosial, mereka tak dapat disangkal penting untuk memfasilitasi dan memperkuat kelembagaan yang efisien kinerja, tetapi mereka tidak ada secara independen dari hubungan sosial. Woolcock (2001) mengusulkan kepercayaan yang lebih baik dapat dilihat sebagai "konsekuensi sosialmodal bukan sebagai komponen integral dari modal sosial. Axelrod (1984) memperkuat pandangan ini dengan mengandalkan teori permainan yang menunjukkan bahwa bahkan di mana

11

kepercayaan sangatterbatas dan peluang kerjasama komunikasi yang sangat ramping, mungkin masihberkembang jika kondisi lain diperoleh. Axelrod berpendapat bahwa kepercayaan harus ada dalam masyarakat dan kelompok yang sukses karena kemampuan mereka untuk bekerja sama, dan harus terdiri dalam tidak lebih dari kepercayaan dalam keberhasilan kerja sama sebelumnya (hal. 225). Demikian pula, Field (2003) berpendapat bahwa kepercayaan tidak dapat diperlakukan sebagai komponen. Dapat disimpulkan bahwa ada dua pandangan para ahli mengenai hubungan antara modal sosial dengan kepercayaan. Pertama, adalah kepercayaan sebagai bagian dari modal sosial yang tidak dapat dipisahkan sebagai komponen penting. Kedua, kepercayaan merupakan produk dari modal sosial.

12

BAB III METODE PENULISAN

III.1. Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data Jenis data, fakta atau informasi yang dikumpulkan terutama berupa data, fakta atau informasi primer yang berasal dari jurnal ilmiah. Data sekunder yang berupa buku atau lainnya digunakan apabila sumber primer tidak diperoleh. Beberapa artikel ilmiah, sedangkan sebagian besar artikel ilmiah diperoleh dari perpustakaan dan internet. Untuk menjaga kemutakhiran data, fakta atau informasi maka hanya sumber-sumber bacaan lima tahun terakhir yang dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah ini. III.2. Rancangan Literatur Agar tulisan yang dibuat efisien dan efektif, disusunlah kerangka tulisan berdasarkan topik tulisan yang diangkat. Berdasarkan kerangka tulisan itulah kemudian data dikumpulkan, disarikan, disusun, diolah, dan ditafsirkan. Hasil tafsiran kemudian dianalisis dan disintesis yang kemudian dihasilkan simpulan. Hasil analisis dan sntesis ini berupa gagasan baru untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam literatur. Adapun pokok bahasan dari studi literatur meliputi : 1. 2. 3. Modal Sosial Kepercayaan (Trust) Hubungan antara Kepercayaan (Trust) dan Modal Sosial

III.3. Metode Analisa dan Pemecahan Masalah Dalam upaya menyusun karya tulis ini penulis menggunakan diskusi, komparasi dan analisis mendalam. Alasan pemilihan metode ini karena memudahkan penulis dalam membandingkan beberapa literatur dari teori yang ada.

13

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

IV.1. Analisis Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk dari modal sosial yang baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembagalembaga sosial yang kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam, 1995). Berdasarkan penelaahan diatas, penulis dapat melihat bahwa permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang mengalami krisis ketidak percayaan disebabkan oleh tidak berjalannya beberapa faktor yang menimbulkan sikap percaya, diantaranya kurang menghargai orang lain, kurangnya sikap simpati dan peduli. Dan tidak berjalannya sistem pemerintahan dengan baik dalam hal kontrol dan pemberian contoh terhadap warga masyarakatnya. Karena beberapa sikap diatas menimbulkan mentalitas masyarakat yang rapuh. Dan tingkat ketidakpercayaan terhadap satu sama lain sangat kurang. Inti dari masalah kepercayaan terdapat dalam dua hal : 1. Norma Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma dapat bersumber dari agama, moral dan standar sekuler seperti kode etik. Norma-norma dapat merupaka pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. Akan tetapi dalam kenyataannya norma yang ada kurang ditaati oleh kebanyakan masyarakat dewasa kini. Mungkin salah satu faktornya adalah globalisasi. 2. Jaringan Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia (Putnam, 1993). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Putnam (1995) berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta

14

manfaat-manfaat dari partisipasinya itu. Dalam kenyataannya jaringan kurang begitu dimanfaatkan secara maksimal untuk mengimplementasikan banyak hal sebagai keterampilan dan modal sosial. Karena sering kita temui ketidak jujuran dan kesemena-menaan antar anggota jaringan.

IV.2. Sintesis Upaya peningkatan hubungan antar individu maupun jaringan untuk membentuk mental masyarakat yang jujur sehingga menimbulkan sikap saling percaya satu sama lain. Peningkatan kepercayaan dari seorang individu dalam suatu jaringan dapat dilakukan dengan cara : 1. Perkenalan Ada sebuah peribahasa yang menyatakan tak kenal maka tak sayang . Hal ini dapat dipandang sebagai hal yang benar manakala ketika kita mengaenali seseoarangada hal-hal yang akan muncul diantaranya adalah kepercayaan. Bagaimana kita bisa mempercayai orang lain jika kita tidak mengenal orang itu. 2. Penerimaan Yang dimaksud disini adalah penerimaan dari dalam diri terhadap orang lain sehingga terjadi sebuah situasi yang harmonis dalam sebuah kelompok. 3. Berbagi Informasi dan Kepedulian Saling membantu dan simpati terhadap rekan dan orang-orang dilingkungan sekitar dapat menumbuhkan sikap percaya dari orang lain kepada kita. Dan kita jangan menyia-nyiakan kepercayaan dari orang lain. 4. Menentukan Tujuan Dalam sebuah jaringan haruslah mempunyai tujuan. Dan diharapkan tujuannya sama diantara anggota dan kelompok itu. Ketika memiliki tujuan dan harapan yang sama kepercayaan akan muncul dengan sendirinya dalam diri masing-masing anggota. 5. Pengorganisasian dan Tindakan

15

Ketika sudah memiliki tujuan yang sama hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat aturan-aturan sebagai implementasi dari tujuan yang ingin dicapai setiap anggota.

16

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

V.1. Simpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan ini adalah : 1. Modal sosial merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki seseorang sebagai modal sosial dalam sebuah jaringan. 2. Modal sosial bersumber dari jaringan, norma, kepercayaan, dan lembaga formal 3. Pentingnya modal sosial karena kemampuan komunitas dan Individu untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain. 4. Demensi dari modal sosial adalah menitikberatkan pada kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas hidupnya, dan senantiasa melakukan perubahan secara terus menerus dan selalu terikat oleh nilai dan norma yang berlaku dalam membangun jaringan dalam kehidupan. 5. Ada dua pandangan para ahli mengenai hubungan antara modal sosial dengan kepercayaan. Pertama, adalah kepercayaan sebagai bagian dari modal sosial yang tidak dapat dipisahkan sebagai komponen penting. Kedua, kepercayaan merupakan produk dari modal sosial. 6. Pemecahan masalah mengenai krisis kepercayaan dapat dilakukan dengan cara: Pengorganisasian dan tindakan, menentukan tujuan, berbagi informasi dan kepedulian, penerimaan, serta perkenalan.

V.2. Saran Upaya meningkatkan kualitas kepercayaan terhadap orang lain, guna menciptakan iklim bermasyarakat yang saling mempercayai untuk menjadikan situasi yang harmonis dan jujur.

17

Anda mungkin juga menyukai