Anda di halaman 1dari 26

DEFINISI MODAL SOSIAL MENURUT PARA AHLI

4/17/2014 09:31:00 AM
Definisi modal sosial secara sederhana menurut Fukuyama (2001: 1) adalah an instantiated
informal norm that promotes co-operation between two or more individuals. By this definition,
trust, networks, civil society, and the like, which have been associated with social capital, are all
epiphenominal, arising as a result of social capital but not constituting social capital itself.
Modal sosial memiliki peran yang sangat penting pada beberapa kelompok masyarakat dalam
berbagai aktivitas. Namun Fukuyama juga mengatakan bahwa tidak semua norma, nilai dan
budaya secara bersama-sama dapat saling melengkapi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sama seperti halnya modal fisik dan modal finansial, modal sosial juga bisa menimbulkan
dampak negatif. Fukuyama (2001) mengatakan bahwa modal sosial dibangun oleh kepercayaan-
kepercayaan antar individu. Rasa saling percaya dibentuk dalam waktu yang tidak sebentar serta
memerlukan proses-proses sosial yang berliku. Menurut Loury dalam Coleman (2009 : 415)
modal sosial adalah :
kumpulan sumber yang melekat dalam relasi keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas
dan yang bermanfaat untuk perkembangan kognitif dan sosial anak-anak atau pemuda. Sumber-
sumber ini berbeda untuk orang yang berbeda dan dapat memberikan keuntungan penting untuk
perkembangan modal manusia anak-anak dan orang dewasa.

Coleman (2009 : 438) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber penting bagi para individu
dan dapat sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertindak dan kualitas kehidupan
yang mereka rasakan. Masih dalam buku yang sama, Coleman (hal. 420) menggambarkan bahwa
modal sosial memudahkan pencapaian tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya atau
dapat dicapai hanya dengan kerugian yang lebih tinggi. Menurut Coleman modal sosial tercipta
ketika relasi antara orang-orang mengalami perubahan sesuai dengan cara-cara yang
memudahkan tindakan. Modal sosial tidak berwujud, sama seperti modal manusia. Keterampilan
dan pengetahuan yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan
perwujudan modal manusia. Demikian pula halnya modal sosial karena diwujudkan dalam relasi
di antara orang-orang.
Burf dalam Agus Supriono dkk (2009 : 3) mendefinisikan modal sosial sebagai
kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain dan selanjutnya
menjadi kekuatan yang sangat penting, bukan hanya bagi kekuatan ekonomi tetapi juga pada
setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Definisi modal sosial menurut Cox dalam Agus
Supriono dkk (2009 : 3) adalah suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang
oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisiensi dan efektifnya
koordinasi dan kerja sama untuk keuntungan dan kebajikan bersama.
Definisi lainnya mengenai modal sosial dikemukakan oleh Solow dalam Agus Supriono
dkk (2009 : 3) yang mengatakan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma
yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk
bekerja sama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi besar terhadap keberlanjutan
produktivitas. Menurut Cohen dan Prusak L., modal sosial adalah setiap hubungan yang terjadi
dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding) dan nilai-
nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan
aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
Modal sosial mempunyai fungsi yang sangat penting dalam hubungan antar manusia. Ife
dan Tesoriero (2008 : 35) mengatakan bahwa modal sosial dapat dilihat sebagai perekat yang
menyatukan masyarakat hubungan-hubungan antar manusia, orang melakukan apa yang
dilakukannya terhadap sesamanya karena ada kewajiban sosial, timbal balik, solidaritas sosial
dan komunitas. Dalam pengertian yang dikemukakan Ife dan Tesoriero, modal sosial
mengarahkan orang untuk berbagai kekuatan (power sharing) yang dilandasi oleh nilai-nilai dan
norma-norma kehidupan.

Sedikit berbeda dengan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebelumnya,
Putnam dalam Syahyuti (2008 : 33) mengatakan bahwa modal sosial adalah similar to the
notions of physical and human capital, the term social capital refers to featurs of social
organization such as network, norms and trust that increase a societys productive potenstial.
Dengan definisi ini Putnam menyatakan bahwa kepercayaan (trust), jaringan (network) dan civil
society adalah sesuatu yang lahir dari adanya modal sosial dan bukan merupakan modal sosial itu
sendiri. Pernyataan Putnam hampir senada dengan yang dikemukakan oleh Coleman (2009) yang
mengatakan bahwa modal sosial tercipta ketika relasi antara orang-orang mengalami perubahan
sesuai dengan cara-cara yang memudahkan tindakan.

Modal Sosial dalam bahasa inggris di kenal dengan social capital menurut Field, 2003 dapat
diartikan sebagai sekelompok orang yang mau bekerjasama untuk mencapai berbagai hal yang
tidak dapat mereka lakukan sendirian, atau dapat dicapai namun dengan susah payah.
Sekelompok orang yang mau bekerjasama yang memiliki kesamaan nilai atau rasa senasib
sepenanggunggan bersama sama untuk mengatasinya, hal ini dapat dikatakan sumberdaya atau
potensi masyarakat yang dipandang sebagai modal. Field juga menambahkan bahwa jika
semakin banyak anda mengenal orang dan memiliki kesamaan cara pandang dengan mereka
maka akan semakin kaya modal sosial.

Putnam dalam Field 2003 mendefinisikan modal sosial sebagai bagian dari sebuah organisasi
sosial yang didalamnya terdapat asas kepercayaan, norma norma atau etika dan jaringan yang
dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan tindakan yang
terkoordinasi, dengan demikan setiap kegiatan dilakukan akan berjalan dengan baik dan terarah.
Coleman dalam Field, 2003 menegaskan bahwa norma, jaringan sosial, dan hubungan antara
orang dewasa dan anak anak yang sangat bernilai bagi tumbuh kembang anak. Modal sosial
dapat ditemukan didalam keluarga namun juga dapat ditemui di luar keluarga, seperti didalam
komunitas, atau organisasi kelompok masyarakat. Dengan demikian Coleman menyatakan
bahwa modal sosial tidak hanya terdapat pada organisasi atau kelompok masyarakat saja namun
modal sosial juga dapat ditemui pada lingkungan keluarga.

Bourdieu dan Wacquant dalam Field, 2003 juga menegaskan bahwa modal sosial merupakan
jumlah sumberdaya, baik aktual maupun maya, yang berkumpul pada seseorang individu atau
kelompok karena memiliki jaringan yang kuat dan tahan lama berupa hubungan timbale balik
dari perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan.

Dari berbagai definisi yang disampaikan oleh para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
modal sosial merupakan sumber daya atau potensi yang terdapat dalam lingkungan baik keluarga
maupun masyarakat yang memiliki cara pandang yang sama dan memiliki rasa senasib
sepenanggungan dan berniat untuk memperbaiki kualitas kehidupannya secaa Pengertian dan
unsur-unsur modal sosial

Penjabaran modal sosial adalah penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma
(atau hal timbal balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki
efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan
bersama. Putnam, et al (dalam Suharto, 2007)

Definisi Modal sosial adalah kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah
masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga
diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para
anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama. Fukuyama, F.(1995)

Fukuyama (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting
dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial merupakan
syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik
dan stabilitas demokrasi, Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai
negara determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat.
Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan,
dan menghalangi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Fukuyama, Francis.1995. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta:


Penerbit Qalam.
Fukuyama, Francis.1999. The End of History and The Last Man: Kemenangan Kapitalisme
dan Demokrasi Liberal. Yogyakarta: Penerbit Qalam
Hasbullah, Jousairi.2006. Sosial Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia).
Jakarta: MR United Press.
Suharto, Edy.2007. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. Pdf

Modal Sosial
Definisi modal sosial sangat beragam, namun secara umum modal sosial dapat
dimaknai sebagai institusi, hubungan, sikap dan nilai yang memfasilitasi interaksi
antar individu antar kelompok masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan
melalui pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat itu sendiri (Iyer
2005).

Ada beberapa tokoh yang berperan memperkenalkan konsep modal sosial


dalam karya-karya mereka seperti Bourdieu, Coleman dan Putnam (Sabatini 2005).

1. Menurut Bourdieu ada 3 dimensi modal yang berhubungan dengan kelas


sosial yaitu: modal ekonomi, modal kultural, dan modal sosial. Bourdieu
adalah ilmuan sosial dari aliran Neo -Marxis yang mengaitkan modal sosial
dengan konflik kelas. Modal sosial bagi Bourdieu adalah relasi sosial yang
dapat dimanfaatkan seorang aktor dalam rangka mengejar kepentingannya.
Dengan demikian modal sosial bisa menjadi alat perjuangan kelas. Bourdieu
(1986) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang dimiliki
seseorang ataupun sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan, atau
hubungan yang terlembaga dan ada saling mengakui antar anggota yang
terlibat di dalamnya. Dari definisi tersebut ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian dalam memahami modal sosial yaitu: pertama, sumber daya yang
dimiliki seseorang berkaitan dengan keanggotaan dalam kelompok dan
jaringan sosial. Besarnya modal sosial yang dimiliki seseorang tergantung
pada kemampuan orang tersebut memobilisasi hubungan dan jaringan dalam
kelompok atau dengan orang lain di luar kelompok. Kedua, kualitas hubungan
antar aktor lebih penting daripada hubungan dalam kelompok (Bourdieu
1986). Bourdieu melihat bahwa jaringan sosial tidak bersifat alami, melainkan
dibentuk melalui strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan
hubungan kelompok yang dapat dipakai sebagai sumber untuk meraih
keuntungan. Karya Bourdieu walaupun monumental tapi kurang dikenal luas
kecuali oleh mereka yang bisa berbahasa Perancis.

2. Modal sosial baru menjadi perhatian setelah Coleman menulis tentang topik
ini. Coleman melengkapi kajian Bourdieu dengan melihat modal sosial
berdasarkan fungsinya. Menurutnya, modal sosial mencakup dua hal yaitu:
(1) modal sosial mencakup aspek tertentu dari struktur sosial; dan (2) modal
sosial memfasilitasi pelaku (aktor) bertindak dalam struktur tersebut. Lebih
lanjut Coleman juga mengembangkan pemahaman modal sosial yang
meliputi asosiasi (hubungan) vertikal dan horisontal. Asosiasi vertikal ditandai
dengan hubungan yang bersifat hirarkis dan pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang antar anggota masyarakat. Hubungan semacam ini
mempunyai konsekuensi positif maupun negatif. Sedangkan asosiasi
horisontal adalah hubungan yang sifatnya egaliter dengan pembagian
kekuasaan yang lebih merata (Coleman 1998).

3. Tokoh yang paling sering disebut memperkenalkan konsep modal sosial


adalah Robert Putnam. Putnam menjabarkan modal sosial sebagai
seperangkat asosiasi antar manusia yang bersifat horisontal yang mencakup
jaringan dan norma bersama yang berpengaruh terhadap produktivitas suatu
masyarakat. Intinya Putnam melihat modal sosial meliputi hubungan sosial,
norma sosial, dan kepercayaan (trust) (Putnam 1995). Penekanan modal
sosial adalah membangun jaringan (networks) dan adanya pemahaman
norma bersama. Namun perlu disadari pemahaman norma bersama belum
cukup menjamin kerjasama antar individu karena bisa saja ada yang tidak
taat (moral hazard). Oleh karena itu dibutuhkan sanksi sosial yang bersifat
informal sehingga kualitas hubungan dan interaksi sosial tetap terjaga
dengan baik. Sanksi sosial dimaksudkan agar tidak terjadi deviasi terhadap
norma yang ada (Coleman 1998; Iyer 2005). Disini modal sosial yang
dimaksud adalah sistem nilai yang dianut bersama dan aturan tentang
perilaku sosial masyarakat yang di dalamnya sudah meliputi kepercayaan
dan tanggung jawab sosial. Lebih lanjut modal sosial berpengaruh terhadap
lingkungan sosial dan lingkungan politik yang kemudian ikut membentuk
norma tentang kepemerintahan, aturan hukum, dan kebebasan politik (North
1990).

Dari berbagai uraian di atas tekanan berbagai definisi modal sosial adalah
sebagai kepercayaan, norma, dan jaringan yang memungkinkan anggota komunitas
bertindak kolektif. Definisi modal sosial yang telah dipaparkan memang sederhana
tapi perlu kritis melihatnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan
berbagai defenisi yang telah kita pelajari. Pertama, definisi di atas fokus pada
sumber modal sosial dan bukan akibat modal sosial (Portes 1998). Norma dan
jaringan dapat dianggap sebagai sumber modal sosial. Tentu di sini karakteristik
modal sosial seperti kepercayaan dan reprositas sudah tercakup di dalamnya.
Kedua, berbagai definisi di atas membuka peluang dimasukannya berbagai dimensi
modal sosial yang memungkinkan pemahaman modal sosial menjadi lebih
kompleks. Selain itu, ada asumsi teoretis bahwa setiap komunitas mempunyai akses
yang sama terhadap modal sosial. Definisi modal sosial memberi kesan bahwa
suatu masyarakat dapat mengisolir diri dan akan mampu bertahan jika mempunyai
modal sosial yang kuat. Pandangan isolasionis seperti ini lebih memilih memenuhi
semua kebutuhan dari sumber yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Pandangan
ini tidak salah namun kita perlu menyadari bahwa ada sisi negatif dari pemahaman
modal sosial yang sempit. Misalnya, suatu masyarakat karena lebih mementingkan
pemenuhan kewajiban sosial, mereka kurang memperhatikan peningkatan ekonomi
rumah tangga sehingga mengakibatkan menurunnya tingkat kesejahteraan rumah
tangga. Ini adalah salah satu kritik kelompok neo-klasik terhadap konsep modal
sosial. Menurut kelompok neo-klasik, interaksi sosial individual dianggap sebagai
tindakan tidak rasional karena biaya sosial dan uang cukup besar namun
produktivitas individu terus menurun (Woolcock 2000).
Diposkan oleh Mushaf SaLis di 23.45

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Modal sosial
Modal sosial atau
social capital
merupakan satu terminologi baru yang
dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang
masyarakat dan komunitas. Modal sosial menjadi khasanah perdebatan yang
menarik
bagi ahli-ahli sosial dan pembangunan khususnya awal tahun 1990-an. Teori
tentang
modal sosial ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiolog Perancis
bernama
Pierre Bourdieu, dan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat bernama James
Coleman.
Bourdieu menyatakan ada tiga macam modal, yaitu modal uang, modal sosial,
dan modal
budaya, dan akan lebih efektif digunakan jika diantara ketiganya ada interaksi
sosial atau
hubungan sosial. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan,
namun tanpa
ada sumber daya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, maka akan sulit
bagi
individu-individu untuk membangun sebuah hubungan sosial. Hubungan sosial
hanya
akan kuat jika ketiga unsur diatas eksis (Hasbullah, 2004:9).
James Coleman mengartikan modal sosial
(social capital)
sebagai struktur
hubungan antar individu-individu yang memungkinkan mereka menciptakan
nilai-nilai
baru. Menurut Coleman, modal sosial le
mah oleh proses-proses yang merusak
kekerabatan, seperti perceraian dan perpisahan, atau migrasi. Ketika keluarga
meninggalkan jaringan-jaringan kekerabatan mereka yang sudah ada, teman-
teman dan
kontak-kontak yang lainnya, maka nilai dari modal sosial mereka akan jatuh
(Field,
2005:140).
Universitas
Sumatera
Utara
Fukuyama merumuskan modal sosial dengan mengacu kepada norma-norma
informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang
muncul dari
prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian
tertentu dari
masyarakat. Modal sosial dapat menfasilitasi ekspansi ekonomi ke tingkat yang
lebih
besar bila didukung dengan radius kepercayaan yang meluas(Ahmadi, 2003: 6 ).
Putnam
merumuskan modal sosial dengan mengacu pada ciri-ciri organisasi sosial,
seperti
jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang menfasilitasi koordinasi
kerjasama untuk
sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (
mutual benafit
).modal
sosial dalam bentuk struktur masyarakat yang horizontal ( yang kemudian
melahirkan
asosiasi-asiosiasi horisontal) berperan pe
nting dalam mendukung kemajuan ekonomi.
Menurut Robert Lawang, modal sosial menunjuk pada semua kekuatan
kekuatan
sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan
mengacu pada
struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual
dan/atau
kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya (Lawang,
2004:24).
Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan
membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin
terus, setiap
individu dapat bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai
sebelumnya serta
meminimalisasikan kesulitan yang besar. Mo
dal sosial menentukan bagaimana orang
dapat bekerja sama dengan mudah.
Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan
sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi
sosial
dalam waktu yang relatif lama sehingga me
nghasilkan jaringan, pola kerjasama,
Universitas
Sumatera
Utara
pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari
hubungan
sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110).
Pierre Bourdieu (Dalam Field, 2005:16) menjelaskan bahwa pusat perhatian
utamanya dalam modal sosial adalah tentang pengertian tataran sosial.
Menurutnya
bahwa modal sosial berhubungan dengan modal-modal lainnya, seperti modal
ekonomi
dan modal budaya. Ketiga modal tersebut akan berfungsi efektif jika
kesemuanya
memiliki hubungan. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan
dengan
dukungan sumberdaya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, begitu pula
sebaliknya.dalam konteks huibungan sosial, eksi
stensi dari ketiga modal (modal sosial,
modal ekonomi dan budaya) tersebut merupakan garansi dari kuatnya suatu
ikatan
hubungan sosial.
Modal sosial atau
Social Capital
merupakan sumber daya yang dipandang sebagai
investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Sumber daya yang digunakan
untuk
investasi, disebut dengan modal. Modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal
sosial
disini tidak diartikan dengan materi, tetapi merupakan modal sosial yang
terdapat pada
seseorang. Misalnya pada kelompok institus
i keluarga, organisasi,
dan semua hal yang
dapat mengarah pada kerjasama. Modal sosial lebih menekankan pada potensi
kelompok
dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar
kelompok,
dengan ruang perhatian pada kepercayaan, jaringan, norma dan nilai yang lahir
dari
anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
Pada masyarakat dikenal beberapa jenis modal, yaitu modal budaya
(cultural
capital)
, modal manusia
(human capital)
, modal keuangan
(financial capital)
dan modakl
fisik. Modal budaya lebih menekankan pada kemampuan yang dimiliki
seseorang, yang
Universitas
Sumatera
Utara
diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Modal manusia
lebih
merujuk pada kemampuan, keahlian yang dimiliki individu. Modal keuangan
merupakan
uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank, investasi, fasilitas kredit dan
lainya yang
bisa dihitung dan memiliki nilai nominal. Modal fisik dikaitkan dengan segala
sesuatu
yang berkaitan dengan material atau fisik.
Modal sosial akan dapat mendorong keempat modal diatas dapat digunakan
lebih
optimal lagi. Menurut Hasbullah, modal sosial adalah sumberdaya yang dapat
dipandang
sebagi investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru.. Di mana kebudayaan
tersebut
dapat membantu masyarakat atau komunitas supaya bisa menumbuh
kembangkan
kehidupan ekonomi masyarakat atau komunitas tersebut. Kemampuan
komunitas
mendayagunakan modal sosial membuat penggunaan modal menjadi lebih
efektif dan
efisien sehingga memungkinkan terciptanya sistem pengelolaan yang
berkelanjutan.
Beberapa defenisi yang diberikan para ahli tentang modal sosial yang secara
garis
besar menunjukkan bahwa modal sosial merupakan unsur pelumas yang sangat
menentukan bagi terbangunnya kerjasama antar individu atau kelompok atau
terbangunnya suatu perilaku kerjasama kolektif
sumber:Acil 10111.blogspot.com/definisi. Modal social)

Modal sosial atau


social capital
merupakan satu terminologi baru yang
dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang
masyarakat dan komunitas. Modal sosial menjadi khasanah perdebatan yang
menarik
bagi ahli-ahli sosial dan pembangunan khususnya awal tahun 1990-an. Teori
tentang
modal sosial ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiolog Perancis
bernama
Pierre Bourdieu, dan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat bernama James
Coleman.
Bourdieu menyatakan ada tiga macam modal, yaitu modal uang, modal sosial,
dan modal
budaya, dan akan lebih efektif digunakan jika diantara ketiganya ada interaksi
sosial atau
hubungan sosial. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan,
namun tanpa
ada sumber daya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, maka akan sulit
bagi
individu-individu untuk membangun sebuah hubungan sosial. Hubungan sosial
hanya
akan kuat jika ketiga unsur diatas eksis (Hasbullah, 2004:9).
James Coleman mengartikan modal sosial
(social capital)
sebagai struktur
hubungan antar individu-individu yang memungkinkan mereka menciptakan
nilai-nilai
baru. Menurut Coleman, modal sosial le
mah oleh proses-proses yang merusak
kekerabatan, seperti perceraian dan perpisahan, atau migrasi. Ketika keluarga
meninggalkan jaringan-jaringan kekerabatan mereka yang sudah ada, teman-
teman dan
kontak-kontak yang lainnya, maka nilai dari modal sosial mereka akan jatuh
(Field,
2005:140).
Universitas
Sumatera
Utara
Fukuyama merumuskan modal sosial dengan mengacu kepada norma-norma
informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang
muncul dari
prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian
tertentu dari
masyarakat. Modal sosial dapat menfasilitasi ekspansi ekonomi ke tingkat yang
lebih
besar bila didukung dengan radius kepercayaan yang meluas(Ahmadi, 2003: 6 ).
Putnam
merumuskan modal sosial dengan mengacu pada ciri-ciri organisasi sosial,
seperti
jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang menfasilitasi koordinasi
kerjasama untuk
sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (
mutual benafit
).modal
sosial dalam bentuk struktur masyarakat yang horizontal ( yang kemudian
melahirkan
asosiasi-asiosiasi horisontal) berperan pe
nting dalam mendukung kemajuan ekonomi.
Menurut Robert Lawang, modal sosial menunjuk pada semua kekuatan
kekuatan
sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan
mengacu pada
struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual
dan/atau
kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya (Lawang,
2004:24).
Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan
membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin
terus, setiap
individu dapat bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai
sebelumnya serta
meminimalisasikan kesulitan yang besar. Mo
dal sosial menentukan bagaimana orang
dapat bekerja sama dengan mudah.
Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan
sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi
sosial
dalam waktu yang relatif lama sehingga me
nghasilkan jaringan, pola kerjasama,
Universitas
Sumatera
Utara
pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari
hubungan
sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110).
Pierre Bourdieu (Dalam Field, 2005:16) menjelaskan bahwa pusat perhatian
utamanya dalam modal sosial adalah tentang pengertian tataran sosial.
Menurutnya
bahwa modal sosial berhubungan dengan modal-modal lainnya, seperti modal
ekonomi
dan modal budaya. Ketiga modal tersebut akan berfungsi efektif jika
kesemuanya
memiliki hubungan. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan
dengan
dukungan sumberdaya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, begitu pula
sebaliknya.dalam konteks huibungan sosial, eksi
stensi dari ketiga modal (modal sosial,
modal ekonomi dan budaya) tersebut merupakan garansi dari kuatnya suatu
ikatan
hubungan sosial.
Modal sosial atau
Social Capital
merupakan sumber daya yang dipandang sebagai
investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Sumber daya yang digunakan
untuk
investasi, disebut dengan modal. Modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal
sosial
disini tidak diartikan dengan materi, tetapi merupakan modal sosial yang
terdapat pada
seseorang. Misalnya pada kelompok institus
i keluarga, organisasi,
dan semua hal yang
dapat mengarah pada kerjasama. Modal sosial lebih menekankan pada potensi
kelompok
dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar
kelompok,
dengan ruang perhatian pada kepercayaan, jaringan, norma dan nilai yang lahir
dari
anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
Pada masyarakat dikenal beberapa jenis modal, yaitu modal budaya
(cultural
capital)
, modal manusia
(human capital)
, modal keuangan
(financial capital)
dan modakl
fisik. Modal budaya lebih menekankan pada kemampuan yang dimiliki
seseorang, yang
Universitas
Sumatera
Utara
diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Modal manusia
lebih
merujuk pada kemampuan, keahlian yang dimiliki individu. Modal keuangan
merupakan
uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank, investasi, fasilitas kredit dan
lainya yang
bisa dihitung dan memiliki nilai nominal. Modal fisik dikaitkan dengan segala
sesuatu
yang berkaitan dengan material atau fisik.
Modal sosial akan dapat mendorong keempat modal diatas dapat digunakan
lebih
optimal lagi. Menurut Hasbullah, modal sosial adalah sumberdaya yang dapat
dipandang
sebagi investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru.. Di mana kebudayaan
tersebut
dapat membantu masyarakat atau komunitas supaya bisa menumbuh
kembangkan
kehidupan ekonomi masyarakat atau komunitas tersebut. Kemampuan
komunitas
mendayagunakan modal sosial membuat penggunaan modal menjadi lebih
efektif dan
efisien sehingga memungkinkan terciptanya sistem pengelolaan yang
berkelanjutan.
Beberapa defenisi yang diberikan para ahli tentang modal sosial yang secara
garis
besar menunjukkan bahwa modal sosial merupakan unsur pelumas yang sangat
menentukan bagi terbangunnya kerjasama antar individu atau kelompok atau
terbangunnya suatu perilaku kerjasama kolektif
.{sumber; repository.usu.ac.id/bitstrem/chapter II.pdf)

Definisi Modal Sosial


Luas jangkauan konsep yang dikembangkan tentang modal sosial bervariasi antar ahli. Konsep yang
paling sempit dikemukakan oleh Putnam (1993), yang memandang modal sosial sebagai seperangkat
hubungan yang horizontal (horizontal associations) antar orang. Menurutnya lagi, modal sosial
adalah kemampuan warga untuk mengatasi masalah publik dalam iklim demokratis.
Perhatian yang mencakup vertikal disampaikan Coleman (1988) yang mendefinisikan modal sosial
sebagai a variety of different entities, with two elements in common : they all consist of some aspect
of social structure, and they facilitate certain actions of actors wether personal or corporate actors
within the structure. Dalam konsep ini, Coleman berusaha menjelaskan bahwa modal sosial adalah
kemampuan masyarakat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok
organisasi.1 Konsep ini memasukkan hubungan-hubungan horizontal dan vertikal sekaligus, serta
perilaku di dalam dan antara seluruh pihak dalam sistem sosial. Meski Coleman lebih tegas
mengusung modal sosial, tetapi dia tidak memberikan pengertian modal sosial secara tegas.
Demikian Coleman menulis: Modal sosial ditetapkan oleh fungsinya. Modal sosial bukan merupakan
sebuah entitas (entity) tunggal tetapi berbagai macam entitas yang berbeda, dengan dua elemen
bersama: terdiri dari beberapa aspek struktur sosial, dan memfasilitasi tindakan pelaku-pelaku
tertentu dalam struktur itu. Sebagaimana bentuk modal lain, modal sosial adalah produktif, membuat
mungkin pencapaian tujuan tertentu yang di dalam ketiadaannya akan tidak mungkin. Sebagaimana
modal fisik dan modal manusia, modal sosial sama sekali tidak fungible tetapi mungkin specific
untuk aktivitas tertentu. Tidak seperti bentuk modal lain, modal sosial melekat dalam struktur
hubungan antara para pelaku dan diantara para pelaku (Coleman, 1988: 98) Dengan definisi yang
agak kabur ini, Coleman (1998) kemudian menetapkan kumpulan tindakan, hasil dan hubungan yang
berbeda sebagai modal sosial. Modal sosial baginya adalah inherently functional, dan modal sosial
adalah apa saja yang memungkinkan orang atau institusi bertindak. Modal sosial, karena itu, bukan
merupakan sebuah mekanisme, sesuatu, atau sebuah hasil, tetapi merupakan beberapa atau semua
dari mereka (mekanisme, sesuatu dan hasil) secara simultan.
1 Francis Fukuyama dalam bukunya Trust: The Social capital and the Creation of Prosperity (1995)
Portes (1998) melihat ini sebagai sebuah langkah vital dalam evaluasi dan pengembangan
(proliferation) ide modal sosial dan negara: Coleman sendiri memulai pengembangan
(proliferation) itu dengan memasukkan beberapa istilah mekanisme yang menghasilkan modal
sosial; konsekuensi dari kepemilikannya; dan organisasi sosial yang menyediakan konteks bagi
sumber dan pengaruh. Akhirnya, modal sosial, bagi Coleman (1998), adalah netral secara normatif
dan moral. Yaitu, modal sosial baik diinginkan maupun tidak dinginkan; modal sosial hanya
memungkinkan tindakan terjadi dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan.
Modal sosial didefinisikan oleh Bourdeu sebagai penggabungan dari sumber-sumber potensial yang
berkaitan dengan pemilikan atas suatu jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dan
terinstitusionalisasikan.2 Ada beberapa mekanisme yang mengembangkan modal sosial seperti sikap
saling tergantung, pelaksanaan norma-norma serta konsekwensi dari kepemilikan (misalnya hak-hak
untuk mengakses informasi).3
Woolcock (Woolcock;1998) mendefinisikan modal sosial sebagai informasi, trust, dan norms of
reciprocity yang melekat pada jaringan sosial dengan tujuan untuk menciptakan tindakan kolektif
yang menguntungkan. Modal sosial didasarkan pada dua nilai, yaitu primordiality dan civility. Dasar
ikatan primordiality adalah nilai-nilai primordial, seperti suku, agama, ras, atau klik. Sedangkan
dasar ikatan civility adalah kebebasan, persamaan dan toleransi. Schaft dan Brown (2002)
mengatakan bahwa modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan interaksi dan transaksi
sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat diselenggarakan dengan mudah. Francis
Fukuyama (1999) dengan meyakinkan berargumentasi bahwa Modal Sosial memegang peranan yang
sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal Sosial
sebagai sine qua non bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik, dan
stabilitas demokrasi.

(sumber, www.lkps.or.id)

2
PENDAHULUAN
Modal sosial sebagai konsep atau teori sosial, sudah banyak dikaji para ahli
dan dijadikan dasar
indicator dalam mengkaji suatu proses pembangunan yang berfokus pada
kinerja
kelompok.Menurut Shahra (2003) pertama kali pengertian modal sosial
digulirkan oleh Lyda
Judson Hanifan (1916) yang diartikan sebagai kiasan bukan dalam arti
material,
yaitu aset atau
modal nyata yang penting dalam hidup masyarakat, termasuk kemauan baik,
rasa bersahabat,
saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang serta antara
individu dan keluarga
yang membentuk suatu kelompok sosial.
Selanjutnya Pierre Bourdieu (1986) menjelaskan modal
sosial
merupakan aspek sosial dan budaya yang memiliki nilai ekonomi dan dapat
dilembagakan,
yaitu keseluruhan sumber daya baik yang aktual maupun potensial yang
terkait dengan
kepemilikan jaringan hubungan kelembagaan yang tetap dengan didasarkan
pada saling kenal
dan saling mengakui.
Kemudian Colemann (1999) mengartikan
modal sosial adalah kewajiban
dan harapan, saluran-saluran informasi dan norma-norma sosial. Merupakan
kemampuan kerja
bersama menghadapi seluruh permasalahan, untuk mencapai tujuan dalam
kelompok atau
organisasi.
Komunitas dibangun oleh modal sosial melalui pengembangan
hubungan sosial aktif,
partisipasi demokrasi dan penekanan dari rasa memiliki komunitas dan
kepercayaan
(Fukuyama,1995). Konsep tersebut adalah meliputi pranata sosial (social
institution), yang
merupakan wadah berbagai kegiatan masyarakat untuk mencapai berbagi
tujuannya dengan
segala aspek normanya
sumber (Krisna dkk, 1999.
Social Capital Assessment Tool
. Word Bank. W.DC 22-24 Juni)

Istilah modal sosial (social capital) sudah lama muncul dalam literatur. Istilah ini pertama kali
muncul di tahun 1916 di saat ada diskusi tentang upaya membangun pusat pembelajaran
masyarakat (Cohen & Prusak, 2001). Konsep modal sosial diangkat kepermukaan sebagai
wacana ilmiah oleh James S. Coleman (1990). Pembahasan tentang konsep modal sosial
akhir-akhir ini semakin hangat setelah munculnya tulisan Putnam (1993) yang menggambarkan
kualitas kehidupan masyarakat Amerika yang makin menurun dalam hal kelekatan antar
sesama warga (Putnam, 1993).
Konsep Modal Sosial
Modal sosial adalah sumberdaya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk
mendapatkan sumberdaya baru. Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut sumberdaya
(resources) adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan, dan
diinvestasikan. Sumberdaya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal. Dimensi
modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial berbeda dengan istilah populer lainnya,
yaitu Modal Manusia (human capital). Pada modal manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke
dimensi individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Pada Modal
sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antarindividu dalam
suatu kelompok dan antarkelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai,
dan kepercayaan antarsesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
Apa itu modal social atau social capital ?. Para ahli banyak memberikan definisi tentang
modal sosial diantaranya, yaitu :
Menurut James Colemen (1990) modal sosial merupakan inheren dalam struktur relasi
antarindividu. Struktur relasi membentuk jaringan sosial yang menciptakan berbagai ragam
kualitas sosial berupa saling percaya, terbuka, kesatuan norma, dan menetapkan berbagai jenis
sanksi bagi anggotanya.

Francis Fukuyama (2003) menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu
yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar
kebersamaan, dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan
dipatuhi. Situasi tersebutlah yang akan menjadi resep kunci bagi keberhasilan pembangunan di
segala bidang kehidupan, dan terutama bagi kestabilan pembangunan ekonomi dan demokrasi.
Pada masyarakat yang secara tradisional telah terbiasa dengan bergotong royong serta
bekerjasama dalam kelompok atau organisasi yang besar cenderung akan meraskan kemajuan
dan akan mampu, secara efisien dan efektif, memberikan kontribusi penting bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa dan masyarakat.

Putnam (1995) mengartikan modal sosial sebagai features of social organization such as
networks, norms, and social trust that facilitate coordination and cooperation for mutual benefit.
Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan
jaringan kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan untuk mencapai tujuan
bersama. Modal sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki
bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu
melakukan satu kegiatan yang produktif.
Pierre Bourdieu, menegaskan tentang modal sosial mengacu pada keuntungan dan
kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam
entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok arisan, asosiasi tertentu).

Bank Dunia (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai sesuatu yang merujuk kepada dimensi
institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, norma-norma yang membentuk kualitas dan
kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial pun tidak diartikan hanya sekedar
sejumlah institusi dan kelompok sosial yang menopang kehidupan sosial, melainkan juga
sebagai perekat (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-
sama.

Cox (2005) mendefinisikan, modal sosial sebagai suatu rangkian proses hubungan antar
manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang
memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan
kebajikan bersama.
Robby Djohan (2008) mendefinisikan Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat
masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam
prosesnya, gerakan itu ditopang oleh nilai dan norma yang khas, yaitu trust, saling memberi dan
menerima, toleransi, penghargaan, partisipasi, kerja sama dan proaktif, serta nilai-nilai positif
yang dapat membawa kemajuan bersama.
Woolcock dan Narayan (2000) mensintesiskan berbagai pengertian modal sosial
dalam literatur sosiologi dan dari hasil sintesis tersebut mereka menyusun 4 kategori modal
sosial. Keempat kategori tersebut memang berbeda, tetapi tidak saling bertentangan satu
dengan yang lain (Christiaan Grootaert & Thierry van Bastelaer (eds), 2002).

(sumber: blogspot.co.id/2013/10 menguatkan modal social)

Robert M. Solow (1999:6) menyatakan bahwa :


Modal sosial adalah usaha untuk mendapatkan suatu keyakinan dari analogi yang buruk.
Umumnya modal diinterpretasikan sebagai persediaan barang, atau faktor-faktor alam dari
sebuah produksi yang diharapkan dapat menghasilkan pada suatu saat tertentu. Pada dasarnya
orang akan membicarakan mengenai modal akan mempunyai pemikiran tentang persediaan
yang nyata, padat, bahkan benda-benda seperti bangunan, mesin dan lain-lain.
Modal yang dimaksudkan tadi adalah modal fisik (physical capital) yang memiliki bentuk/wujud
dari seprangkat alat yang tentunya dapat diambil/dimanfaatkan sebagai suatu sumber yang
menghasilkan sesuatu.(sumber;tesisdisertasi. Blogspot.co.id.2010/10/pengertian social
capital.html)
Dalam memandang kosep modal sosial, para pakar terbagi menjadi dua kutub yang
memiliki perspektif berbeda dalam memandang modal sosial itu sendiri. Kelompok
pertama selalu memandang positif terhadap modal sosial dan kelompok kedua
memandang skeptis dan mengkritisi keberadaan modal sosial. Hal ini tergambar
oleh Ancok (2003 : 16-17) sebagai berikut :
1. Kelompok pertama menekankan pada jaringan hubungan sosial (social network).
Pendapat dari kelompok pertama ini diwakili antara lain oleh para pakar berikut.
Berham dan Rahn berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama
diantara warga masyaraat yang memfasilitasi pencarian solusi dan permasalahan
yang dihadapi mereka. Denisi lain dikemukakan oleh Pennar The web of social
relationships that influences individual behaviour and thereby effect economic
growth (jaringan hubungan sosial yang mempengaruhi perilaku individual yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi).
Pandangan kelompok pertama ini menekankan pada aspek jaringan saling
memahami, dan kesamaan nilai dan saling mendukung. Apabila sebuah komunitas
atau oragnisasi memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik bersifat internal
komunitas/organisasi, atau hubungan kerjasama yang bersifat antar
komunitas/organisasi.
2. Kelomppok kedua lebih menekankan pada karakteristik (traits) yang melekat
(embedded) pada diri individu manusia yang terlibat dalam sebuah interaksi sosial.
Pendapat pakar dalam kelompok kedua diwakili antara lain oleh Fukuyama.
Fukuyama (1999 : 16) mengatakan modal sosial dapat didefinisikan sebagai
serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama para
anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama
diantara mereka. Ancok (2003 : 18) kembali menambahkan bahwa definisi yang
dikemukakan oleh Fukuyama mengandung beberapa aspek nilai (value) yang
dikemukakan oleh Schwartz (1994) :
Ada empat nilai yang sangat erat kaitannya dengan definisi yang dikemukan oleh
Fukuyama, yakni : universalism nilai tentang pemahaman terhadap orang lain,
apresiasi, toleransi, serta proteksi terhadap manusia dan mahluk ciptaan Tuhan
lainnya; benevolence nilai tantang nilai pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan orang lain; tradition nilai yang mengandung penghargaan, komitment
dan penerimaan terhadap tradisi dan gagasan budaya tradisional; conformity nilai
yang dengan pengekangan diri terhadap dorongan yang mengandung keselamatan,
keharmonisan, kestabilan masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain dan
memperlakukan diri sendiri.
Sedangkan menurut David L Debertin (dalamm Sunatiningsih, 2004 : 73) modal
sosial diartikan sebagai panduan kepercayaan, norma-norma dan jaringan kerja
yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah bersama.
Pendapat ini hampir sama dengan pendapat Putnam yang berpendapat bahwa
aspek dasar dari modal sosial (social capital) tersebut adalah terletak pada
kepercayaan, norma dan jaringan yang memungkinkan individu untuk bekerjasama
mengatasi masalah.
Loury (dalam Coleman, 2008, 368) mengatakan bahwa modal sosial adalah
kumpulan sumber-sumber yang melekat dalam relasi keluarga dan dalam organisasi
sosial kominitas dan yang bermanfaat untuk perkembangan kognitif dan sosial
anak-anak atau pemuda. Dalam hal ini Loury melihat modal sosial sebagai bentuk
relasi atau hubungan yang tumbuh dalam perkembangan manusia.
Pengertian modal sosial yang hampir sama dengan pendapat para ahli sebelumnya
dikemkakan oleh Cohen dan Prusak (dalam Ancok, 2003 : 17) yang mengatakan
bahwa modal sosial adalah kumpulan hubungan yang aktif diantara manusia : rasa
saling percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat
anggota dalam sebuah jaringan kerja ddan komunitas yang memungkinkan adanya
kerjasama. Dengan adanya modal sosial (social capital) dimasyarakat berupa nilai
atau nirma bersama diyakini mampu menjaga kestabilan sosial melalui mekanisme
terntentu yang bersifat humanis, meskipun kadang-kadang irasional (dwipayana,
2003 : 104)
Keberadaan modal sosial memiliki peran yang sama penting dengan keberadaan
modal ekonomi dan modal budaya (bourdieu dalam Harris, 2002 :20) dalam proses
pembangunan. Fenomena modal sosial ini oleh banyak ahli bahkan bank Dunia
direkomendasikan sebagai faktor penting yang mendukung peningkatan
kesejahteraan warga. Keberadaan modal sosial (social capital) harus diperhartikan
dalam mengimplementasikan suatu kebijakan yang menyangkut pembangunan
masyarakat.
Perhatian masyarakat dunia terhadap keberadaan modal sosial mulai meningkat
sejak dua dekade terakhir. Hal ini ditandai dengan adanya anjuran dari bank dunia
untuk memperhatikan keberadaan modal sosial dalam pembangunan masyarakat.
Orang pertama yang dianggap mempelajari modal sosial adalah pierre Bourdieu
pada tahun 1986 Bourdieu (dalam Hermawati dan Handari, 2003 mendefenisikan
modal sosial sebagai sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang
berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta berlangsung terus menerus
dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (atau dengan kata lian :
keanggotaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya
berbagai bentuk dukungan kolektif. Kemudian muncul ahli lain yaitu James Coleman
yang memasukkan modal sosial kdalam mainstream ilmu sosial Amerika, tetapi ia
tidak memberikan definisi yang tegas terhadap modal sosial. Coleman mengatakan
(2008:371)
Modal sosial ditetapkan oleh fungsinya. Modal sosial bukan merupakan sebuah
entitas (entity) tunggal tetapi berbagai macam entitas yang berbeda, yang memiliki
dua karakteristik umum : mereka semua terdiri atas beberapa aspek struktur sosial
dan mereka memudahkan beberapa tindakan individu-individu yang adalah dalam
struktur produktif. Seperti bentuk modal sosial lainnya, modal sosial bersifat
produktif yang memungkinkan pencapaian beberapa tujuan yang tidak dapat
dicapai tanpa keberadaannya. Seperti modal fisik dan modal manusia, modal sosial
tidak sepenuhnya dapat ditukar, tetapi dapat ditukar dengan a

ktivitas-aktivitas tertentu. Bentuk modal sosial tertentu yang bernilai untuk


memudahkan beberapa tindakan bisa jadi tidak berhuna atau merugikan orang lain.
Tidak seperti modal lainnya, modal sosial melekat pada struktur relasi diantara
orang dan dikalangan orang. Lerak modal sosial bukan pada individu ataupun alat
produksi fisik.

Dengan definisi yang agak kabur coleman kemudia menetapkan kumpulan


tindakan, hasil dan hubungan yang berbeda sebagai mmodal sosial. Modal sosial
adalah inherently functional, dan modal sosial adalah apa yang memungkikan orang
atau institusi bertinfak. Modal Sosial, karena itu bukan merupakan beberapa atau
semua dari mereka (mekanisme, sesuatu, dan hasil) secara simultan. Akhirnya
modal sosial bagi coleman adalah netral secara normatif dan modal. Yaitu, modal
sosial baik diinginkan maupun tidak diinginkan, modal sosial hanya memungkinkan
tindakan terjadi dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan.
Penelitian coleman terkait modal sosial yang dalam bidang pendidikan lebih
mefokuskan pada perubahan modal sosial menjadi modal manusia. Hal ini terlihat
pada penyempurnaan definisi modal sosial oleh coleman (dalam Medrilzam, 1999 :
28) Social capital is a the set of resources that inhere ini family relation and ini
community social organization and that are useful for the cognitive or social
development of a child or yoaung person (seperangkat suberdaya yang melekat
dalam hubungan keluarga dan organisasi sosial masyarakat serta sangat berguna
bagi pengembangan kognitif anak-anak dan remaja.
Dalam perkembangan selanjutnya, perdebatan terhadap modal sosial semakin
marak, KTT dunia tentang pembangunan sosial (World Summit for Social
Development) tahun 1995 di Konpenhagen secara responsif terlibat
mempromosikan penguatan modal sosial ditingkat lokal dan blobal sebagai fondasi
bagi pengentasan kemiskinan. Komitmen KTT Konpenhagen menunjukkan bahwa
pembangunan sosial bukan hanya masalah penyediaan sosial oleh negara, tetapi
lebih dari itu adalah memfokuskan pada modal sosial sebagai wujud dari jaringan
kerja pada tingkat masyarakat dan blobal untuk menyelidiki ssatu alat sangat
menjanjikan, dan relatif belum diperakan, untuk memajukan pembangunan sosial
(Suntoro Eko, 2002 : 3)
Perhatian masyarkat dunia terhadap keberadaan modal sosial mencapai puncaknya
setelah Robert Putnam mempublikasikan hasil penelitiannya. Pada dasarnya Robert
Putnam mendesain ulang definisi tentang modal sosial yang dikemukakakan oleh
para ahli sebelumnya termasuk Coleman. Penelitian Putnam dilakukan di Italia, yang
mengambil lokasi penelitian di Italia Utara dan Italia Selatan. Dari hasil
penelitiaannya dapat diketahui bahwa dengan konsep pembangunan yang sama
akan menghasilkan output pembangunan yang berbeda, yang dikatakan oleh
Putnam sebagai pengaruh modal sosial dalam pelaksanaan program pembangunan
sehingga mengakibatkan hasil yang berbeda.
Putnam berhasil membuktikan bahwa Italia Utara, dimana masyarakat mempunyai
modal sosial yang lebih tinggi ternayata lebih berhasil dalam melaksanakan
pembangunan atau lebih maju dan demokratis dibandingkan dengan Italia Selatan
yang masyarakatanya tidak memiliki modal sosial tau modal sosial yang dimiliki
masyarakat Italia Selatan rendah. Studi Putnam (1993) di Italia merupakan perintis
awal studi modal sosial. Dua tahun berikutnya Putnam mempublikasikan
kemerosotan modal sosial di Amerika dalam karyanya Bowling Alone : The
Collapse And Revival of Amrecian Community. Yang membatah pernyataan Alexis
de Tocqueville yang menunjukkan bahwa kekayaan modal sosial Amerika
merupakan penyangga yang kokoh bagi demokrasi Amerika.
Putnam (2000:19) berpendapat modal fisik mengacu pada benda atau barang,
modal manusia mengacu pada properti berupa individu manusia, sedangkan modal
sosial menitikberatkan pada hubungan antar individu berupa jaringan sosial dan
norma timbal balik dan kepercayaan yang muncul diantara mereka. Putnam (1993 :
167) menegaskan modal sosial merupakan karaktristik organisasi sosial seperti
Trust (rasa saling percaya) Norm (hubungan saling timbal balik), Jaringan kerja,
yang memudahkan terjadinya koordinasi dan kerjasama untuk kemanfaatan
bersama. Modal sosial juga akan memperbesar keuntungan yang berasal dari
investasi fisik dan sumber daya manusia.
Putnam kemudian menambahkan pendapatnya terkait modal sosial (1993 :167)
menjadi :
Seperti bentuk modal lainnya, modal sosial bersifat produktif yang memungkinkan
pencapaian hasil tertentu yang tidak dapat dicapai tanpanya....misalnya, suatu
kelompok yang anggotanya memiliki kepercayaan dan memberikan kepercayaan
kepada anggota lainnya akan mampu menghasilkan lebih banyak daripada
kelompok sebanding yang tidak memiliki keterandalan dan kepercayaan....dalam
suatu masyarakat pertanian....dimana satu petani yang rumput keringnya di pak
oleh orang lain dan dimana alat-alat pertanian dipinjam dan dipinjamkan secara
luas, modal sosial memungkinkan tiap petani untuk mengerjakan pekerjaannya
dengan lebih sedikit modal fisik dalma bentuk alat pertanian dan peralatan..
pengetian modal sosial menurut Putnam ini dapat memberikan gambaran bahwa
elemen dasar dari modal sosial adalah kepercayaan (trust), norma, reciprocity yaitu
adanya ikatan/hubungan saling timbal balik, dan jaringan kerja yang
memungkinkan adanya kerjasama.
Hasil penelitian Putnam tentang modal sosial ini membuat para peneliti semakin
tertarik untuk memahami lebih detail tentang modal sosial itu sendiri. Bank Dunia
pun mendorong negara-negara berkembang untuk memperhatikan arti penting
modal sosial dalam pembangunan masyarakat. Bank Dunia memberikan makna
modal sosial tersebut tidak sesederhana hanya sebagai penjumlahan institusi-
institusi yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat atau
penguat yang menyatukan mereka secara bersama-sama. Social Capital meliputi
Shared values dan rules bagi perilaku sosial yang terekspresikan dalam hubungan-
hubungan antar personal, trust dan common sense tentang tanggung jawab
masyarakat.( http://www.worldbank.org/poverty/scapital/ diakses pada tanggal 8
maret 2009)
Dalam memandang kosep modal sosial, para pakar terbagi menjadi dua kutub yang
memiliki perspektif berbeda dalam memandang modal sosial itu sendiri. Kelompok
pertama selalu memandang positif terhadap modal sosial dan kelompok kedua
memandang skeptis dan mengkritisi keberadaan modal sosial. Hal ini tergambar
oleh Ancok (2003 : 16-17) sebagai berikut :
1. Kelompok pertama menekankan pada jaringan hubungan sosial (social network).
Pendapat dari kelompok pertama ini diwakili antara lain oleh para pakar berikut.
Berham dan Rahn berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama
diantara warga masyaraat yang memfasilitasi pencarian solusi dan permasalahan
yang dihadapi mereka. Denisi lain dikemukakan oleh Pennar The web of social
relationships that influences individual behaviour and thereby effect economic
growth (jaringan hubungan sosial yang mempengaruhi perilaku individual yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi).
Pandangan kelompok pertama ini menekankan pada aspek jaringan saling
memahami, dan kesamaan nilai dan saling mendukung. Apabila sebuah komunitas
atau oragnisasi memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik bersifat internal
komunitas/organisasi, atau hubungan kerjasama yang bersifat antar
komunitas/organisasi.
2. Kelomppok kedua lebih menekankan pada karakteristik (traits) yang melekat
(embedded) pada diri individu manusia yang terlibat dalam sebuah interaksi sosial.
Pendapat pakar dalam kelompok kedua diwakili antara lain oleh Fukuyama.
Fukuyama (1999 : 16) mengatakan modal sosial dapat didefinisikan sebagai
serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama para
anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama
diantara mereka. Ancok (2003 : 18) kembali menambahkan bahwa definisi yang
dikemukakan oleh Fukuyama mengandung beberapa aspek nilai (value) yang
dikemukakan oleh Schwartz (1994) :
Ada empat nilai yang sangat erat kaitannya dengan definisi yang dikemukan oleh
Fukuyama, yakni : universalism nilai tentang pemahaman terhadap orang lain,
apresiasi, toleransi, serta proteksi terhadap manusia dan mahluk ciptaan Tuhan
lainnya; benevolence nilai tantang nilai pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan orang lain; tradition nilai yang mengandung penghargaan, komitment
dan penerimaan terhadap tradisi dan gagasan budaya tradisional; conformity nilai
yang dengan pengekangan diri terhadap dorongan yang mengandung keselamatan,
keharmonisan, kestabilan masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain dan
memperlakukan diri sendiri.
Sedangkan menurut David L Debertin (dalamm Sunatiningsih, 2004 : 73) modal
sosial diartikan sebagai panduan kepercayaan, norma-norma dan jaringan kerja
yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah bersama.
Pendapat ini hampir sama dengan pendapat Putnam yang berpendapat bahwa
aspek dasar dari modal sosial (social capital) tersebut adalah terletak pada
kepercayaan, norma dan jaringan yang memungkinkan individu untuk bekerjasama
mengatasi masalah.
Loury (dalam Coleman, 2008, 368) mengatakan bahwa modal sosial adalah
kumpulan sumber-sumber yang melekat dalam relasi keluarga dan dalam organisasi
sosial kominitas dan yang bermanfaat untuk perkembangan kognitif dan sosial
anak-anak atau pemuda. Dalam hal ini Loury melihat modal sosial sebagai bentuk
relasi atau hubungan yang tumbuh dalam perkembangan manusia.
Pengertian modal sosial yang hampir sama dengan pendapat para ahli sebelumnya
dikemkakan oleh Cohen dan Prusak (dalam Ancok, 2003 : 17) yang mengatakan
bahwa modal sosial adalah kumpulan hubungan yang aktif diantara manusia : rasa
saling percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat
anggota dalam sebuah jaringan kerja ddan komunitas yang memungkinkan adanya
kerjasama. Dengan adanya modal sosial (social capital) dimasyarakat berupa nilai
atau nirma bersama diyakini mampu menjaga kestabilan sosial melalui mekanisme
terntentu yang bersifat humanis, meskipun kadang-kadang irasional (dwipayana,
2003 : 104)
(sumber;Sahrony87, blogspot.co.id/2012/03 modal social dalam
pemberdayaan.htm

Dalam dsikusi yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 tentang cara anggota
kelompok professional mengamankan posisi mereka (dan anak-anak mereka), pada
awalnya Bordieu mendifinisikan modal sebagai modal hubungan social yang jika
diperlukan akan memberikan dukungan-dukungan bermanfafat: modal harga diri
dan kehormatan yang sering kali diperlukan jika orang ingin menarik para klien ke
dalam posisi-posisi yang penting secara social, dan yang bias menjadi alat tukar,
misalnya dalam karier politik (Bordieu,1977:503)

Kemudiajn ia memperbaiki pandangannya, dengan menyimpulkan kesimpulan


dalam pernyataan sebagai berikut:

Modal social adalah jumlah sumberdaya, actual atau maya. Yang berkumpul pada
seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa
hubungan timbale balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak
terinstutionalisasikan. (Bordiue dan Wacquant, 1992:119)

Mpdal social didefinisikan berdasarkan atas fungsinya. Ini bukanlah entitas tunggal,
namun variasi dari entitas berlainan yang memiliki kesamaan karakteristik: mereka
semua terdiri dari bebrapa aspek struktur social, dan memfasilitasi tindakan-
tindakan individu yang berada di dalam struktur tersebut. (coleman,1994:302)

Putnam menggunakan konsep modal social untuk lebih banyak menerangkan


perbedaan-perbedaan dalam keterlibatan yang dilakukan warga.ia baru
mendefinidikan istilah ini setelah menyajikan diskusi terperinci tentang bukti kinerja
institusional relative dan level-level keterlibatan warga:

Dalam hal ini modal social merujuk pada bagian dari organisasi social. Seperti
kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat menngkatkan efisiensi masyarakat
dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi (Putnam, 1993a:167)

Definisi Putnam tentang modal social sedikit berubah pada tahun 1990-an. Pada
tahun 1996, ia menyatakan bahwa yang saya maksud dengan modal sosial
adalah bagian dari kehidupan social jaringan, norma dan kepercayaa, yang
mendorong partisipasi bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai
tujuan-tujuan bersama. (Putnam,2000:18-19).

Anda mungkin juga menyukai