Oleh.
Anyualatha Haridison1
ABSTRAK
Tulisan ini ingin mengeksplorasi konsepsi modal sosial dalam pembangunan, baik itu sumber, bentuk
dan implikasi modal sosial bagi pembangunan. Modal sosial merupakan : (1) sekumpulan sumberdaya aktual
dan potensial; (2) entitasnya terdiri-dari atas beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitas-entitas tersebut
memfasilitasi tindakan individu-individu yang ada dalam struktur tersebut; (3) asosiasi-asosiasi yang bersifat
horisontal; (3) kemampuan aktor untuk menjamin manfaat; (4) informasi; (5) norma-norma;
(6) nilai-nilai; (7) resiprositas; (8) kerjasama; (9) jejaring.
Modal sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan, baik itu pembangunan manusia dan sosial,
pembangunan ekonomi, dan pembangunan politik. (1) Pembangunan manusia dan sosial diketahui bahwa
Modal sosial dapat meningkatkan kesadaran individu tentang banyaknya peluang yang dapat dikembangkan
untuk kepentingan masyarakat, misalnya kemampuan untuk menyelesaikan kompleksitas berbagai
permasalahan bersama, mendorong perubahan yang cepat di dalam masyarakat, menumbuhkan kesadaran
kolektif untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencari peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan. (2) Dalam pembangunan ekonomi modal sosial sangat tinggi berpengaruh terhadap
perkembangan dan kemajuan berbagai sektor ekonomi. Perkembangan ekonomi yang sangat tinggi di Asia
Timur yang dijalankan pelaku ekonomi Cina dilakukan melalui koneksi-koneksi kekeluargaan dan kesukuan,
pola ini mendorong pembentukan jaringan rasa percaya (networks of trust) yang dibangun melewati batas-
batas keluarga, suku, agama, dan negara. (3) Modal Sosial yang tinggimembawa dampak pada tingginya
partisipasi masyarakat sipil dalam berbagai bentuknya. Akibat positif yang dihasilkan adalah pemerintah akan
memilki akuntabilitas yang lebih kuat Tingginya modal sosial akan mendorong efektifitas pemerintahan,
beragam determinan memungkinkan negara berfungsi secara lebih efektif dan memiliki legitimasi.
Terminologi modal sosial [atau lebih dikenal dengan: social capital] digunakan secara
berbeda-beda tergantung dari lingkup studi. Dalam perspektif ilmu politik, sosiologi dan
antropologi umumnya pengertian modal sosial merujuk pada norma-norma, jejaring dan
organisasi-organisasi melalui mana masyarakat memperoleh akses terhadap kekuasaan dan
berbagai sumberdaya, yang merupakan peralatan yang memungkinkan pengambilan
keputusan dan penyusunan kebijakan. Bagi kalangan ekonom, terutama pada tingkatan
mikro-ekonomi, modal sosial dipandang terutama dalam arti kemampuannya untuk
memperbaiki berfungsinya pasar. Sedangkan pada aras makro-ekonomi, para ekonom
mempertimbangkan modal sosial terkait dengan bagaimana institusi-institusi, kerangka
kerja berdasarkan tata aturan, dan peran pemerintah dalam organisasi produksi
mempengaruhi penampilan makro-ekonomi.
Dalam tulisan ini, modal sosial akan dilihat dalam lingkup paradigma pembangunan
dan tentunya pembahasan ini akan memiliki sejumlah keterkaitan dengan lingkup studi,
baik itu studi politik, sosiologi, ekonomi dan antropologi. Pembahasan ini dibagi menjadi
: (1) Pengertian modal sosial; (2) Sumber-sumber modal sosial; (3) Bentuk-bentuk modal
sosial; (4) Modal Sosial dan Pembangunan.
produktif, yang memungkinkan pencapaian beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa
keberadaannya. Seperti modal fisik dan modal manusia, modal sosial tidak sepenuhnya
dapat ditukar, tetapi dapat ditukar terkait dengan aktivitas-aktivitas tertentu. Bentuk modal
tertentu yang bernilai untuk memudahkan beberapa tindakan bisa jadi tidak berguna atau
merugikan orang lain. Tidak seperti modal lainnya, modal sosial melekat pada struktur
relasi di antara orang dan kalangan orang.
Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial adalah suatu kumpulan dari asosiasi-
asosiasi yang bersifat horisontal di antara orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap
produktivitas dari masyarakat setempat. Asosiasi-asosiasi yang dimaksud, termasuk
jejaring dari pertalian warga masyarakat (civic engagement) dan norma-norma sosial.
Asumsi yang mendasari konsep Putnam adalah: (1) jejaring dan norma-norma yang secara
empiris saling terkait; dan (2) jejaring dan norma-norma dimaksud mempunyai
konsekuensi-konsekuensi ekonomi yang penting. Oleh sebab itu, ciri kunci dari modal
sosial sebagaimana definisi Putnam adalah modal sosial memfasilitasi koordinasi dan kerja
sama bagi keuntungan bersama (timbal balik) dari para anggota suatu asosiasi.
Menurut Portes (1998) modal sosial adalah kemampuan dari para aktor untuk
menjamin manfaat dengan bertumpu pada keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur-
struktur sosial lain. Sedangkan menurut Woolcock (1998) modal sosial adalah derajat
kohesi sosial yang ada dalam komunitas. Ia mengacu pada proses-proses antar orang yang
membangun jejaring, norma-norma, dan social trust, dan memperlancar koordinasi dan
kerjasama yang saling menguntungkan.
Kemudian Lang & Hornburg (1998) berpendapat bahwa modal sosial umumnya
merujuk pada ketersediaan rasa saling percaya di dalam masyarakat (stocks of sosial trust),
norma-norma, dan jejaring yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam rangka
menyelesaikan persoalan-persoalan bersama. Fukuyama (1995) mengkonsepsikan modal
sosial sebagai suatu norma informal yang mendorong kerjasama yang saling
menguntungkan.
Dari pandangan beberapa ahli tentang konsepsi modal sosial di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa modal sosial adalah : (1) sekumpulan sumberdaya aktual dan potensial;
(2) entitasnya terdiri-dari atas beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitas- entitas
tersebut memfasilitasi tindakan individu-individu yang ada dalam struktur tersebut;
(3) asosiasi-asosiasi yang bersifat horisontal; (3) kemampuan aktor untuk menjamin
manfaat; (4) informasi; (5) norma-norma; (6) nilai-nilai; (7) resiprositas; (8) kerjasama;
(9) jejaring.
dapat menciptakan modal sosial, ia juga dapat diproduksi atau dihancurkan oleh aktivitas-
aktivitas lainnya. Kebutuhan dan biaya untuk memproduksi modal sosial, tidak secara
universal sama. Kapasitas civil society secara umum untuk menghasilkan [dan juga
menghancurkan] modal sosial, dipengaruhi dengan banyak cara yang melalui konteks
sosial, politik dan ekonomi. Dalam kaitan ini, Bourdieu (2004) mengatakan bahwa
kehadiran dan kepadatan jejaring-jejaring dari berbagai koneksi dan dari asosiasi warga,
bukanlah suatu kondisi sosial yang terjadi begitu saja.
Salah satu isu utama yang perlu dipegang adalah bagaimana social trust di antara
masyarakat kurang mampu mempunyai pengetahuan yang intim di antara sesama–
berkembang dan dipelihara di dalam masyarakat. Menurut dugaan, manfaat yang krusial
dari rasa saling percaya antar orang perorangan ditingkatkan oleh keanggotaan asosiasional
yang membantu pengembangan masyarakat dimana berbagai macam kerjasama
dimungkinkan terkait dengan adanya suatu generalized social trust. Generalized social trust
ini diharapkan untuk berkembang melewati batas-batas kekerabatan dan pertemanan,
bahkan melewati hubungan perkenalan.
Bagi Putnam (1993) trust mempunyai dua sumber, yakni: (1) norma-norma
resiprositas; (2) jejaring dari pertalian warga. Menurut Granovetter (1985), trust di dalam
masyarakat muncul terutama karena relasi-relasi sosial. Sebaliknya, bagi Levi (1998) trust
yang muncul pada asosiasi-asosiasi tingkat menengah dapat saja tidak mencukupi untuk
menghasilkan generalized social trust, sementara itu, institusi-institusi negara dapat pula
menyediakan dasar bagi generalized trust.
Menurut Levi (1998) trust dari pendekatan perilaku dapat didefinisikan sebagai suatu
tindakan yang diambil dalam situasi yang beresiko, tetapi terdapat suatu alasan untuk
memercayai seseorang yang ingin dipercaya. Sumber bagi kepercayaan ini bervariasi
(pengetahuan aktual, sanksi-sanksi institusional, keyakinan terhadap keyakinan seseorang,
dan lain-lain), tetapi semuanya relatif memerlukan pengorbanan kecil terhadap individu
yang diputuskan untuk dipercaya. Tentunya, mekanisme-mekanisme kognitif akan
memainkan peran dalam hal ini.
Bagi Levi (1998) trust adalah human passion dan modality of human action.
Sebagaimana human passion, trust merepresentasi keyakinan yang terdapat dalam harapan-
harapan sehubungan dengan perhatian-perhatian yang ramah dari berbagai agen sosial.
Sebagai modality of action, trust selalu bersifat strategis, dan memerlukan kurang lebih
kebijakan yang diputuskan secara sadar untuk sepakat dengan kebebasan orang lain.
Menurut Pantoja, pandangan ini terkait dengan apa yang disebut oleh Williamson tentang
personal trust dan calculative trust.
piutang sanksi yang tidak akan dilunasi. Dalam beberapa struktur sosial dikatakan bahwa
orang-orang selalu melakukan sesuatu untuk satu sama lain. Ada sejumlah besar slip kredit
ini yang belum dilunasi, seringkali pada kedua sisi relasi (karena slip kredit ini seringkali
tidak dapat ditukarkan dalam bidang aktivitas berbeda maka slip kredit dari B yang
dipegang oleh A dan slip kredit A dipegang oleh B tidak digunakan sepenuhnya untuk
saling melunasi). Ada dua elemen kritis pada bentuk modal sosial ini: tingkat kredibilitas
lingkungan sosial, yang berarti bahwa kewajiban akan dilunasi dan tingkat kewajiban aktual
tersebut dipegang. Struktur-struktur sosial berbeda pada kedua dimensi ini, dan para pelaku
dalam struktur tertentu berbeda dengan pelaku dalam struktur lain. Menurut Coleman,
perbedaan dalam struktur sosial dalam kedua dimensi yang disebutkan di atas, muncul
karena beberapa alasan : (1) ada perbedaan dalam kebutuhan-kebutuhan aktual yang
dimiliki seseorang untuk membantu di tengah ketersediaan sumber-sumber bantuan
lainnya; (2) tingkat kemakmuran mengurangi bantuan yang diperlukan oleh orang lain; (3)
perbedaan dalam kultur terkait dengan kecenderungan untuk memberikan bantuan dan
meminta bantuan dalam jaringan-jaringan sosial yang tertutup.
Kedua, Saluran Informasi. Bentuk modal sosial yang penting adalah potensi
informasi yang melekat pada relasi-relasi sosial. Informasi penting untuk mendasari
tindakan, tetapi akuisisi informasi merugikan. Informasi sekurang-kurangnya memerlukan
perhatian, yang selalu cepat diberikan. Alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi adalah penggunaan relasi sosial yang dipertahankan untuk tujuan-tujuan lain.
Misalnya seorang ilmuwan sosial yang tertarik penelitiannya menjadi terdepan di bidang
yang terkait dapat menggunakan interaksinya setiap hari dengan kolega yang juga
melakukan penelitian, jika ia dapat mengandalkan kolega yang terdepan di bidangnya.
Ketiga, Norma dan Sanksi Efektif. Coleman menegaskan bahwa ketika norma efektif
terbentuk, norma tersebut menjadi bentuk modal sosial yang kuat tetapi kadang rapuh.
Norma-norma preskriptif yang merupakan bentuk modal sosial sangat penting dalam
kolektivitas adalah norma yang membuat seseorang melepaskan kepentingan diri sendiri
untuk bertindak demi kepentingan kolektivitas. Norma tersebut diperkuat dengan dukungan
sosial, status, kehormatan, dan penghargaan lain.
Keempat, Relasi Wewenang. Jika pelaku A mengalihkan hak kendali beberapa
tindakan kepada pelaku lain, B, maka B menyediakan modal sosial dalam bentuk hak
kendali tersebut. jika sejumlah pelaku mengalihkan hak kendali yang sama pada B, maka B
menyediakan kumpulan modal sosial yang besar, yang dapat dikonsentrasikan pada
beberapa aktivitas. Pengalihan kendali ini tentu saja meletakkan kekuasaan yang besar ke
tangan B.
Kelima, Organisasi Sosial yang Dapat Disesuaikan. Organisasi yang didirikan untuk
satu rangkaian tujuan juga dapat membantu tujuan lainnya, karenanya menjadi modal sosial
yang dapat digunakan. Misalnya sekolempok mahasiswa radikal di Korea Selatan
digambarkan sebagai kelompok mahasiswa yang berasal dari sekolah lanjutan atau gereja
yang sama. Dalam kasus ini juga organisasi didirikan untuk satu tujuan dapat disesuaikan
dengan tujuan lain, menjadi modal sosial penting untuk individu-individu yang telah
menyediakan sumber organisasi.
Keenam. Organisasi yang Disengaja. Penggunaan konsep modal sosial tergantung
pada keberadaan hasil sampingan aktivitas yang diikutsertakan untuk tujuan-tujuan lain.
Bagian selanjutnya akan menunjukkan mengapa demikian, mengapa sering ada investasi
modal sosial kecil atau tidak langsung. Namun ada bentuk-bentuk modal sosial yang
merupakan hasil langsung investasi dari para pelaku yang bertujuan mendapat keuntungan
dari investasinya. Contoh paling menonjol adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
pemilik modal uang untuk tujuan mendapat penghasilan. Dalam mendirikan organisasi
semacam itu, seorang kapitalis mengubah modal uang menjadi modal fisik dalam bentuk
bangunan dan peralatan, modal sosial dalam bentuk organisasi terdiri atas beberapa posisim
dan modal manusia dalam bentuk orang-orang yang mengisi posisi tersebut.
Pantoja (2000) membedakan bentuk-bentuk modal sosial sebagai berikut : (1)
hubungan-hubungan keluarga dan kekerabatan, meliputi: rumah tangga, keluarga luas, atau
klien berdasarkan pada kuatnya pertalian darah dan afinitas; (2) jejaring sosial atau
39
kehidupan asosiasional, meliputi: jejaring yang dimiliki individu, kelompok dan organisasi-
organisasi yang menghubungkan individu dari keluarga-keluarga yang berbeda, atau
kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan aktivitas untuk berbagai maksud; (3)
keterkaitan lintas sektor, termasuk jejaring yang menghubungkan organisasi- organisasi
dari berbagai sektor di dalam masyarakat (LSM, organisasi akar rumput, perwakilan
pemerintah, perusahaan swasta) yang memungkinkan kombinasi sumberdaya dan tipe
pengetahuan yang berbeda-beda guna menemukan pemecahan masalah dari masalah-
masalah yang kompleks. Bentuk modal sosial ini menyediakan artikulasi antara asosiasi dan
organisasi yang bersifat horisontal dan vertikal; (4) norma-norma dan nilai- nilai sosial,
mencakup kepercayaan budaya yang luas dan pengaruh kepercayaan yang dimaksud
terhadap berfungsinya masyarakat secara umum. Norma-norma dan nilai-nilai mendukung
bentuk-bentuk modal sosial lainnya sekaligus merepresentasi bentuk paling umum dan
paling sulit dari modal sosial.
pemerintahan dan sistem peradilan berfungsi dengan baik, dan terdapat kebebasan
berekspresi, maka institusi-institusi lokal akan berkembang pesat dan melengkapi fungsi-
fungsi dari institusi-institusi makro. Sebaliknya, ketika tidak berfungsi dengan baik,
institusi-institusi lokal akan mencoba untuk menggantikan ketidakberdayaan dimaksud.
Dengan demikian, apa yang diperlukan adalah pandangan yang seimbang terhadap peran
dari pusat (negara) dan institusi – institusi pada aras lokal.
Dalam banyak hal ketiga konsep yang dikatakan oleh Grootaert (1996) tadi sangat
mendukung proses pembangunan sebuah negara. Norma-norma sosial dapat bekerja untuk
mengurangi biaya transaksi melalui peningkatan harapan-harapan, aturan-aturan informal
dan pemahaman bersama yang memungkinkan orang untuk melakukan interaksi sosial dan
bisnis secara efisien. Jejaring yang telah berkembang baik juga bisa mengurangi biaya
transaksi. Dalam politik, jejaring yang diciptakan lewat trust dari seseorang kandidat selama
menjadi anggota masyarakat akan mengurangi biaya kampanye dibandingkan kandidat
yang baru ingin mengangkat elektabilitasnya.
Bertambahnya bentuk-bentuk modal sosial tertentu tampaknya menambah kecepatan
penyebaran ide-ide, pengetahuan dan informasi ke seluruh lapisan masyarakat. Secara
umum, semakin erat hubungan-hubungan di dalam masyarakat, semakin mudah bagi orang
untuk meneruskan informasi dan semakin banyak yang akan memperoleh informasi. Pada
lain pihak, beberapa elemen atau manifestasi dari modal sosial terkait dengan kuatnya
dinamika kelompok-kelompok masyarakat, yang secara potensial dapat mengurangi aliran
informasi ke dalam suatu kelompok dan merintangi terjadinya inovasi- inovasi
pembangunan. Hal ini memengaruhi perbedaan pengaruh antara bridging dan bonding
social capital. Bridging social capital mencakup keterkaitan lintas kelompok dengan ciri
yang berbeda-beda, sedangkan bonding social capital menunjukkan keterkaitan antara
orang dengan karakteristik yang sama.
dengan tujuan peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup bersama dalam kerangka
pembangunan masyarakat.
Berkembangnya modal sosial di tengah masyarakat akan menciptakan suatu situasi
masyarakat yang toleran, dan merangsang tumbuhnya empati dan simpati terhadap
kelompok masyarakat di luar kelompoknya. Hasbullah (2006) memaparkan mengenai
jaringan-jaringan yang memperkuat modal sosial akan memudahkan saluran informasi dan
ide dari luar yang merangsang perkembangan kelompok masyarakat. Hasilnya adalah
lahirnya masyarakat peduli pada berbagai aspek dan dimensi aktifitas kehidupan,
masyarakat yang saling memberi perhatian dan saling percaya. Situasi yang mendorong
kehidupan bermasyarakat yang damai, bersahabat, dan tenteram.
PENUTUP
Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai investasi
untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu modal sosial
diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas
ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama,
khususnya pembangunan. Fukuyama (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang
peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat
modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia,
pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi. Berbagai permasalahan dan
penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdilnya
modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat.
Daftar Pustaka
Coleman, J., 1990. Foundations of Social Theory. Cambridge Mass: Harvard University
Press.
Fukuyama F., 1995. Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity. New York:
Free Press.
Fukuyama, Francis. 1999. The End of History and The Last Man: Kemenangan Kapitalisme
dan Demokrasi Liberal. Yogyakarta: Penerbit Qalam.
Granovetter, M., 1985. "Economic Action and Social Structure: the Problem of
Embeddedness.", American Journal of Sociology.
Grootaert, Christian. 1998, Social Capital : The Missing Link?, The World Bank Social
Development Family, Enviromentally, and Socially Sustainable Development
Network, Social Capital Initiative, Working Paper No. 3
Hasbullah, Jousairi. 2006. Sosial Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia). Jakarta: MR United Press.
Jenkins, Richard, 2004, Membaca Pikiran Pierre Bourdieu, Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Lang, Robert T., dan Steven P. Hornburg, 1998. What is Social Capital and Why Is it
important to Public Policy, Housing Policy Debate, Volume 9, Issue 1, Fannie Mae
Foundation.
Levi, 1998. Trust and Governance, New York: Russell Sage Foundation Limited.
Pantoja, Enrique, 2000, Exploring the Concept of Social Capital and Its Relevance for
Community-Based Development: The Case of Coal Mining Areas in Orissa, India, The
World Bank Social Development Family and Socially Sustainable Development
Network, Social Capital Initiative, Working Paper No. 18
Portes, A., 1998. Social Capital: Its Origins and Applications in Modern Sociology.
Annual Review of Sociology.
Putnam, R.D. 1993. The Prosperous Community: Social Capital and Public Life. American
Prospect, 13, Spring, 35- 42. In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Foundation of
Social Capital. Massachusetts: Edward Elgar Publishing.
Serageldin, Ismail and Christian Grootaert, Defining Social Capital : An Integrating View,
dalam Dasgupta, Partha and Ismail. 1999, Social Capital- A Multifaceted Perspective,
The World Bank, Washington D.C.
Williamson, Oliver E., 1993. ―Calculativeness, Trust, and Economic Organization.‖Journal
of Law and Economics.