Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MODAL SOSIAL

DISUSUN OLEH

Dyah Puji p.

Entie rosela

Herlina Avenika C

Muhammad Arief N.

Nur Khalimah

Onny wulandari

Pinilih Pangesti U.

Putri Pardhana P.T.

Rafida Wahyu T.U.

Ratnaningtyas K.

Rina Yulistyawati

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D IV KEPERAWATAN MAGELANG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

Dari berbagai penjelasan tentang masyarakat sebagai suatu sistem, ciri-ciri

masyarakat aktif dan agen perubahan yang dapat menggerakkan masyarakat mencapai

kemajuan diperoleh gambaran yang lebih lengkap dan ideal mengenai sasaran

pemberdayaan, kondisi yang ingin dicapai, cara-cara yang harus dilakukan dan aktor-

aktor yang berperan dalam pemberdayaan. Di samping faktor-faktor yang terkait

dengan kelompok sasaran dan agen perubahan, faktor yang sangat penting dalam

pemberdayaan adalah modal yang digunakan untuk memberdayakan masyarakat.

Dalam pembahasan mengenai pemberdayaan telah disinggung mengenai beberapa

jenis modal, seperti modal fisik, modal alam, modal finansial, modal manusia dan

modal sosial. Seluruh modal tersebut mempunyai peranan penting dalam

pemberdayaan tetapi sebagaimana telah dikemukakan dalam pembahasan mengenai

pengembangan masyarakat yang terpadu diketahui bahwa kegiatan-kegiatan

pemberdayaan tidak selalu bisa dilakukan secara serentak. Rangkaian kegiatan

pemberdayaan perlu dilakukan secara sistematis dan saling melengkapi.

Tujuan pemberdayaan harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat pada semua aspek. Namun ada aspek-aspek tertentu yang

dipandang harus lebih dulu dikuatkan agar masyarakat dapat mengembangkan aspek-

aspek lainnya. Dari telaahan mengenai kelemahan modal fisik sebagai pintu masuk

program pemberdayaan dan telaahan mengenai dampak-dampak negatif bantuan

modal ekonomi maka kedua jenis modal tersebut kurang tepat untuk digunakan

sebagai modal dasar dalam pemberdayaan. Selain kedua jenis modal tersebut, masih

ada modal alam, modal manusia dan modal sosial. Modal manusia dan modal sosial

adalah bagian yang tidak terpisahkan walaupun keluaran yang dihasilkan berbeda.
Modal manusia dapat dilihat dari keluaran berbentuk pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan bertindak. Modal sosial merupakan modal yang sangat abstrak dan

keluarannya hanya dapat dilihat dalam bentuk aksi -reaksi antar manusia.
BAB II

ISI

A. Definisi

Definisi modal sosial secara sederhana menurut Fukuyama (2001: 1) adalah “an

instantiated informal norm that promotes co-operation between two or more

individuals. By this definition, trust, networks, civil society, and the like, which have

been associated with social capital, are all epiphenominal, arising as a result of

social capital but not constituting social capital itself”. Modal sosial memiliki peran

yang sangat penting pada beberapa kelompok masyarakat dalam berbagai aktivitas.

Namun Fukuyama juga mengatakan bahwa tidak semua norma, nilai dan budaya

secara bersama-sama dapat saling melengkapi untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi. Sama seperti halnya modal fisik dan modal finansial, modal sosial juga bisa

menimbulkan dampak negatif. Fukuyama (2001) mengatakan bahwa modal sosial

dibangun oleh kepercayaan-kepercayaan antar individu. Rasa saling percaya dibentuk

dalam waktu yang tidak sebentar serta memerlukan proses-proses sosial yang berliku.

Menurut Loury dalam Coleman (2009 : 415) modal sosial adalah :


“kumpulan sumber yang melekat dalam relasi keluarga dan dalam organisasi sosial

komunitas dan yang bermanfaat untuk perkembangan kognitif dan sosial anak-anak

atau pemuda. Sumber-sumber ini berbeda untuk orang yang berbeda dan dapat

memberikan keuntungan penting untuk perkembangan modal manusia anak-anak dan

orang dewasa”.

B. Dimensi Modal Sosial


Modal sosial berbeda dari modal lainnya. Apabila modal manusia (human

capital) dapat dilihat dan diukur dari pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai

oleh seseorang maka modal sosial hanya dapat dirasakan dari kapabilitas yang muncul

dari kepercayaan umum dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian di dalamnya.

Menurut Fukuyama (2001) modal sosial ditransmisi melalui mekanisme-mekanisme

kultural, tradisi atau kebiasaan sejarah. Modal sosial dibutuhkan untuk menciptakan

komunitas moral yang tidak bisa diperoleh atau dibentuk seperti dalam pembentukan

modal manusia. Penanaman dan pengembangan modal sosial memerlukan

pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah komunitas dan dalam konteksnya

sekaligus mengadopsi kebajikan-kebajikan seperti kejujuran, kesetiaan dan

kemandirian.

Menurut Woolcock dan Narayan dalam Agus Supriono dkk (2009 : 4), dimensi modal

sosial tumbuh pada suatu masyarakat yang di dalamnya berisi nilai, norma dan pola-

pola interaksi sosial yang mengatur kehidupan keseharian anggotanya. Adler dan

Kwon dalam Agus Supriono dkk (2009 : 4) mengatakan bahwa “dimensi modal sosial

merupakan gambaran dari keterikatan internal yang mewarnai struktur kolektif dan

memberikan kohesifitas dan keuntungan-keuntungan bersama dari proses dinamika

yang terjadi dalam masyarakat”. Dasgupta dan Serageldin masih dalam Agus

Supriono dkk (2009 : 4) mengemukakan bahwa “dimensi modal sosial

menggambarkan segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai

tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan

norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi”. Coleman (2009 : 421 – 434)

menggambarkan dimensi modal sosial secara rinci dengan mengemukakan bahwa

dimensi modal sosial inhern dalam struktur relasi sosial dan jaringan sosial di dalam

suatu masyarakat yang menciptakan berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan


iklim saling percaya, membawa saluran informasi dan menetapkan norma-norma serta

sanksi-sanksi sosial bagi para anggota masyarakat tersebut.

C. Bentuk-bentuk dan unsur-unsur modal sosial

Coleman (2009 : 418) mengemukakan bahwa modal sosial ditetapkan

berdasarkan fungsinya, yaitu “Modal sosial bersifat produktif”, yang memungkinkan

pencapaian beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya. Seperti

modal fisik dan modal manusia, modal sosial tidak sepenuhnya dapat ditukar, tetapi

dapat ditukar terkait dengan aktivitas-aktivitas tertentu. Bentuk modal sosial tertentu

yang bernilai untuk memudahkan beberapa tindakan bisa jadi tidak berguna atau

merugikan orang lain. Tidak seperti bentuk modal lainnya, modal sosial melekat pada

struktur relasi di antara orang dan di kalangan orang”.


Bentuk-bentuk modal sosial menurut Coleman (2009 : 421 – 432) adalah 1)

kewajiban dan ekspektasi, 2) potensi informasi, 3) norma dan sanksi efektif, 4) relasi

wewenang, 5) organisasi sosial yang dapat disesuaikan dan 6) organisasi yang

disengaja. Sama halnya terhadap modal alam, modal fisik dan modal lainnya yang

dapat digunakan dan dikembangkan namun sekaligus dapat terjadi pengrusakan maka

menurut Coleman (2009 : 439 – 444) modal sosial dapat diciptakan, dipelihara dan

dirusak oleh konsekuensi keputusan para individu itu sendiri. Faktor-faktor yang

dapat menciptakan, memelihara sekaligus merusak modal sosial adalah :


1. Penutupan
Penutupan yang dimaksud di sini adalah dapat berupa penutupan terhadap

jaringan sosial, penutupan terhadap kepercayaan (trust), penutupan terhadap

sistem atau penutupan terhadap komunitas. Sebagai contoh : suatu komunitas

yang tertutup bagi kehadiran orang dari luar memungkinkan mereka untuk

mampu memelihara dan mempertahankan secara ketat nilai-nilai dan norma-

norma sosial yang berlaku serta mengendalikan perilaku anggotanya. Di sisi


lain, komunitas yang menutup diri terhadap kehadiran orang luar menyebabkan

rusaknya modal sosial antar kelompok dan berpotensi terhadap punahnya

komunitas tersebut karena pada saat terjadi bencana, ancaman atau serangan

dalam skala yang besar maka pihak luar tidak dapat membantu atau bantuan

yang diberikan tidak sesuai karena karakteristik komunitas yang sangat tertutup

tersebut.
2. Stabilitas
Stabilitas yang dimaksud oleh Coleman (2009 : 442) adalah stabilitas struktur

sosial. Setiap bentuk modal sosial sangat tergantung pada stabilitas, kecuali

modal sosial yang berasal dari organisasi resmi yang strukturnya berdasarkan

posisi. Kekacauan suatu organisasi sosial atau relasi sosial dapat sangat merusak

modal sosial.
3. Ideologi
Coleman (2009 : 422) menjelaskan bahwa sebuah ideologi dapat menciptakan

modal sosial dengan menuntut individu yang memiliki modal sosial agar

bertindak demi kepentingan sesuatu atau seseorang selain dirinya sendiri. Faktor

ideologi ini dapat sangat mudah dilihat pada modal sosial yang berdasarkan

ideologi suatu agama.


4. Kelas dan Kekayaan
Kelas dan kekayaan digolongkan oleh Coleman (2009 : 423) sebagai faktor-

faktor lain yang dapat menciptakan dan juga merusak modal sosial. Contoh

yang dikemukakan oleh Coleman dan dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari

adalah perbedaan kelas kekayaan seseorang yang menimbulkan kecenderungan

sikap individualisme dan eksklusifif.

Menurut Hasbullah (2006 : 9 – 16), unsur-unsur pokok modal sosial adalah :

1. Partisipasi dalam suatu jaringan


Kemampuan orang atau individu atau anggota-anggota komunitas untuk

melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial merupakan salah satu kunci
keberhasilan untuk membangun modal sosial. Manusia mempunyai kebebasan

untuk bersikap, berperilaku dan menentukan dirinya sendiri dengan kekuatan

yang dimilikinya. Pada saat seseorang meleburkan diri dalam jaringan sosial dan

menyinergiskan kekuatannya maka secara langsung maupun tidak, ia telah

menambahkan kekuatan ke dalam jaringan tersebut. Sebaliknya, dengan menjadi

bagian aktif dalam suatu jaringan, seseorang akan memperoleh kekuatan

tambahan dari jaringan tersebut.


2. Hubungan Timbal Balik (Reciprocity)
Modal sosial selalu diwarnai oleh kecenderungan saling bertukar kebaikan di

antara individu-individu yang menjadi bagian atau anggota jaringan. Hubungan

timbal balik ini juga dapat diasumsikan sebagai saling melengkapi dan saling

mendukung satu sama lain. Modal sosial tidak hanya didapati pada kelompok-

kelompok masyarakat yang sudah maju atau mapan. Dalam kelompok-kelompok

yang menyandang masalah sosial sekalipun, modal sosial merupakan salah satu

modal yang membuat mereka menjadi kuat dan dapat melangsungkan hidupnya.

3. Rasa Percaya (Trust)


Hasbullah (2006 : 11) mengatakan bahwa “rasa percaya adalah suatu bentuk

keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang

didasari perasaan yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang

diharapkan dan akan selalu bertindak dalam suatu pola yang saling mendukung”.

Rasa percaya menjadi pilar kekuatan dalam modal sosial. Seseorang akan mau

melakukan apa saja untuk orang lain kalau ia yakin bahwa orang tersebut akan

membawanya ke arah yang lebih baik atau ke arah yang ia inginkan.Rasa percaya

dapat membuat orang bertindak sebagaimana yang diarahkan oleh orang lain

karena ia meyakini bahwa tindakan yang disarankan orang lain tersebut

merupakan salah satu bentuk pembuktian kepercayaan yang diberikan kepadanya.


Rasa percaya tidak muncul tiba-tiba. Keyakinan pada diri seseorang atau

sekelompok orang muncul dari kondisi terus menerus yang berlangsung secara

alamiah ataupun buatan (dikondisikan). Rasa percaya bisa diwariskan tetapi harus

dipelihara dan dikembangkan karena rasa percaya bukan merupakan suatu hal

yang absolut.
4. Norma Sosial
Norma-norma sosial merupakan seperangkat aturan tertulis dan tidak tertulis yang

disepakati oleh anggota-anggota suatu komunitas untuk mengontrol tingkah laku

semua anggota dalam komunitas tersebut. Norma sosial berlaku kolektif. Norma

sosial dalam suatu komunitas bisa saja sama dengan norma sosial di komunitas

lain tetapi tidak semua bentuk perwujudan atau tindakan norma sosial bisa

digeneralisir.Norma sosial mempunyai konsekuensi. Ketidaktaatan terhadap

norma atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku

menyebabkan seseorang dikenai sanksi. Bentuk sanksi terhadap pelanggaran

norma dapat berupa tindakan (hukuman) dan bisa berupa sanksi sosial yang lebih

sering ditunjukkan dalam bentuk sikap, seperti penolakan atau tidak melibatkan

seseorang yang melanggar norma, untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan

komunitas.
5. Nilai-nilai
Menurut Hasbullah (2006 : 14), “nilai adalah suatu ide yang dianggap benar dan

penting oleh anggota komunitas dan diwariskan secara turun temurun”. Nilai-nilai

tersebut antara lain mengenai etos kerja (kerja keras), harmoni (keselarasan),

kompetisi dan prestasi. Selain sebagai ide, nilai-nilai juga menjadi motor

penggerak bagi anggota-anggota komunitas. Nilai-nilai kesetiakawanan adalah

ide yang menggerakkan anggota komunitas untuk melakukan kegiatan secara

bersama-sama. Pada banyak komunitas, nilai prestasi merupakan tenaga


pendorong yang menguatkan anggotanya untuk bekerja lebih keras guna

mencapai hasil yang membanggakan.


6. Tindakan yang proaktif
Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk terlibat dan melakukan

tindakan bagi kelompoknya adalah salah satu unsur yang penting dalam modal

sosial. Tindakan yang proaktif tidak terbatas pada partisipasi dalam artian

kehadiran dan menjadi bagian kelompok tetapi lebih berupa kontribusi nyata

dalam berbagai bentuk. Tindakan proaktif dalam konteks modal sosial dilakukan

oleh anggota tidak semata-mata untuk menambah kekayaan secara materi

melainkan untuk memperkaya hubungan kekerabatan, meningkatkan intensitas

kekerabatan serta mewujudkan tujuan dan harapan bersama. Keterikatan yang

kuat dan saling mempengaruhi antar anggota dalam suatu komunitas menjadi

penggerak sekaligus memberi peluang kepada setiap anggota untuk bertindak

proaktif. Tindakan proaktif juga dapat diartikan sebagai upaya saling membagi

energi di antara anggota komunitas.


Dari telaahan terhadap pendapat para ahli dan pemikiran-pemikiran

mengenai modal sosial, dipandang perlu untuk mengkaji modal sosial di lokasi

penelitian bersama-sama dengan komunitas itu sendiri. Pengkajian ini

dimaksudkan agar komunitas mengenali dan memahami unsur-unsur modal sosial

yang dipandang dapat mendukung program pemberdayaan. Selanjutnya,

pengembangan modal sosial dalam komunitas bertujuan untuk memodifikasi

unsur-unsur yang dianggap akan menghambat pemberdayaan. Meminta warga

untuk memodifikasi atau mengurangi unsur-unsur yang kurang menguntungkan

dalam modal sosial komunitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan

mungkin akan mendapat penolakan. Oleh karena itu, langkah awal yang paling

penting untuk dilakukan adalah meningkatkan kesadaran komunitas terhadap

tantangan dan perubahan yang datang dari luar serta memotivasi warga untuk
menggunakan modal sosialnya dalam mengatasi berbagai tantangan dan

perubahan tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Modal sosial memiliki peran yang sangat penting pada beberapa

kelompok masyarakat dalam berbagai aktivitas. Namun Fukuyama juga

mengatakan bahwa tidak semua norma, nilai dan budaya secara bersama-sama

dapat saling melengkapi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Modal

sosial berbeda dari modal lainnya. Apabila modal manusia (human capital)

dapat dilihat dan diukur dari pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai oleh

seseorang maka modal sosial hanya dapat dirasakan dari kapabilitas yang

muncul dari kepercayaan umum dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian

di dalamnya. Menurut Woolcock dan Narayan dalam Agus Supriono dkk

(2009 : 4), dimensi modal sosial tumbuh pada suatu masyarakat yang di

dalamnya berisi nilai, norma dan pola-pola interaksi sosial yang mengatur

kehidupan keseharian anggotanya. Bentuk-bentuk modal sosial menurut

Coleman (2009 : 421 – 432) adalah 1) kewajiban dan ekspektasi, 2) potensi

informasi, 3) norma dan sanksi efektif, 4) relasi wewenang, 5) organisasi

sosial yang dapat disesuaikan dan 6) organisasi yang disengaja.


DAFTARPUSTAKA

Calhoun, Craig (Ed). 1993. Habermas and the Public Sphere, New York : Massachusetts Institute of

Technology.

Cutlip, Scott M. Allen H. Center, Glen M. Broom, Effective Public Relations, Eighth Edition, Prentice

Hall International, Inc., 2000.

Grootaert, C. (2001, Juni). Does Social Capital Help The Poor? Working Papers (The World Bank) .

Habermas, Jurgen, 1970. Toward a Rational Society : Student Protest, Science, and Politics, New

York : Beacon Press.

_______________, 2007. Ruang Publik : Sebuah Kajian Tentang Kategori Masyarakat Borjuis,

Penerjemah Yudi Santoso, Yogyakarta : Kreasi Wacana.

_______________, 2007. Teori Tindakan Komunikatif II : Kritik atas Rasio Fungsionalis, Penerjemah

Nurhadi, Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Juliawan, B. Hari., 2004. Ruang Publik Habermas : Solidaritas tanpa Intimitas, tulisan dalam Majalah

Basis No. 11 – 12, Tahun Ke- 53, November – Desember 2004.

Noer, Deliar, 2000. Pemikiran Politik di Negeri Barat (Edisi Revisi), Bandung : Penerbit Mizan.

Rousseau, Jean Jacques, 2007. Du Contract Social ( Perjanjian Sosial), Penerjemah Vincent Bero,

Jakarta : Transmedia Pustaka.

Ruben, Brent D., & Lea P. Stewart, 1998. Communication and Human Behavior, Fourth Edition,

London : Allyn & Bacon,.

Sabato, Larry J, 1981. The Rise of Political Consultant : New Ways of Winning Elections, New York :

Basic Books, Inc., Publisher.

Anda mungkin juga menyukai