Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses terencana yang dilakukan oleh golongan


tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan
perdamaian. Ciri yang paling mendasar dalam pembangunan yakni direncakan dan
adanya campur tangan dari pihak tertentu. Kalau dalam negara pihak yang merancang
konsep melaksanakan, intervensi terhadap pembangunan yakni pemerintah dengan
objek pembangunan masyarakat.
Modal sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat dipandang sebagai
inventasi untuk mendapatkan sumber daya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu
modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan
kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk
mencapai kemajuan bersama. Fukuyama (1999) menyatakan bahwa modal sosial
memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat
kehidupan masyarakat modern. Modal sosial meruapakan syarat yang harus dipenuhi
bagi pembangunan masyarakat, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas
demokrasi. Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara
determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah
masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong,
memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan
menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Salah satu bagian dari modal sosial yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah
modal sosial kepercayaan (trust) yang dapat memberikan andil yang besar dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Ikatan-iktan sosial yang ada dalam masyarakat
harus direkatkan dengan kepercayaan. Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat
adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal
komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara
semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila
berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Jika warga masyarakat saling
bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai-nilai universal yang ada,
1
maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya
sehingga ketimpangan-ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya
akan bisa diminimalkan. Hal inilah yang menjadi latar belakang dari pembuatan
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apakah pengertian dari modal sosial ?


2.Apakah unsur-unsur dari modal sosial ?
3.Apakah peran modal sosial dalam pembangunan ?
4.Bagaimana kaitan modal sosial dan pembangunan masyarakat ?
5.Bagaimanakah konsep pembangunan berkelanjutan ?
6.Apakah pengertian dari pembangunan berkelanjutan ?
7.Apakah prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan ?
8.Apakah indikator pembangunan berkelanjutan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat dan untuk mengetahui
mengenai modal sosial dalam pembangunan masyarakat berkelanjutan.
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi modal sosial.


b. Untuk mengetahui unsur- unsur modal sosial.
c. Untuk mengetahui peran modal sosial dalam pembangunan masyarakat
berkelanjutan.
d. Untuk mengetahui kaitan modal sosial dan pembangunan masyarakat.
e. Untuk mengetahui konsep pembangunan berkelanjutan.
f. Untuk mengetahui pengertian dari pembangunan berkelanjutan.
g. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
h. Untuk mengetahui indicator pembangunan berkelanjutan.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modal Sosial


Putnam, et al (dalam Suharto, 2007) menyatakan modal sosial adalah
penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma (atau hal timbal
balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi
masyarakat dengan memfasilitasi adanya kordinasi dan kerja sama bagi keuntungan
bersama.
Eva cox (1995) menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses
hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan
sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerja sama untuk
keuntungan dan kebajikan bersama.
Menurut Suharto (2007) modal sosial adalah sebagai sumber (resource) yang
timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dan komunitas. Dari berbagai definisi
diatas maka pengertian modal sosial dapat disimpulkan sebagai sumber daya yang
muncul dari hasil interaksi dalam suatu komunitas, baik antar individu maupun
institusi yang melahirkan ikatan emosional berupa kepercayaan, hubungan-hubungan
timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang
membentuk struktur masyarakat yang berguna untuk kordinasi dan kerja sama dalam
mencapai tujuan bersama. Modal sosial akan tumbuh dan berkembang kalau
digunakan bersama dan akan mengalami kepunahan kalau tidak dilembagakan secara
bersama, oleh karena itu pewarisan nilai modal sosial dilakukan melalui proses
adaptasi, pembelajaran serta pengalaman dalam praktek nyata.

2.2 Unsur-Unsur Modal Sosial


Blakeley dan Suggate, dalam Suharto (2007) menyatakan bahwa unsur- unsur
modal sosial adalah (1) Kepercayaan (Trust), tumbuhnya sikap saling percaya antar
individu dan antar institusi dalam masyarakat; (2) Perasaaan tidak egois dan tidak
individualistik yang mengutamakan kepentingan umum dan orang lain diatas
kepentingan sendiri; (3) Gotong-royong, sikap empati dan perilaku yang mau
menolong orang lain dan bahu-membahu dalam melakukan berbagai upaya untuk
kepentingan bersama; (4) Jaringan, dan kolaborasi sosial, membangun hubungan dan
kerjasama antar individu dan antar institusi baik dalam komunitas sendiri/kelompok

3
maupun diluar komunitas/kelompok dalam berbagai kegiatan yang memberikan
manfaat bagi masyarakat.
Hasbulah (2006) mengatakan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan
berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu:
1. Participation in a network.
Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan
hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan
dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality),
kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok
atau anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan
yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya
modal sosial suatu kelompok.

2. Reciprocity.

Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau
alam kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka
panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan.
Pada masyarakat dan kelompok- kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki
bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat
modal sosial yang tinggi.
3. Trust.
Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan- hubungan
sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan
sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola
tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak
merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993). Tindakan kolekti yang didasari
saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagi bentuk
dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan
masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi paa peningkatan modal
sosial.

4. Social norms.

Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam

4
suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya ter-institusionalisasi, tidak
tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks
hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma
sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang
kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh
karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial.

5. Values.

Suatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota
kelompok masyarakat. Nilai merupkan hal penting dalam kebudayaan, biasanya ia
tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat
tertentu serta mempengaruhi aturan- aturan bertindak dan berperilaku masyarakat
yang pada akhirnya membentuk pola cultural.

6. Proactive action.

Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi
senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan
masyarakat. Anggota kelompok melibatkan diri dan mencari kesempata yang dapat
memperkaya hunungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. Perilaku
inisiatif dalm mencari informasi berbagi pengalaman, mencari ide, pengetahuan,
dan beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu maupun kelompok,
merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat.

2.3 Peran Modal Sosial dalam Pembangunan


Perkembangan pradigma dan teori pembangunan telah mengalami perubahan
sejak 30 tahun lalu. Perubahan ini dipicu oleh ketidakpuasan pada perkembangan
pembangunan di banyak Negara berkembang dan Negara miskin di benua Asia dan
Afrika. Pradigma pembangunan yang ada sebelumnya telah menjerumuskan negara -
negara tersebut dalam kemiskinan akibat lemahnya kontrol negara terhadap pengaruh
dan intervensi negara asing dalam bidang perekonomian, perdagangan, industri,
budaya, dan politik, yang berimbas pada lemahnya kebijakn publik yang dibuat oleh
pemerintah yang berpihak pada kepentingan masyarakat.
Perubahan pradigma yang terjadi kemudian, banyak negara belum juga
berdampak positif bagi masyarakat. Upaya penanggulangan kemiskinan dan upaya
5
membebaskan bangsa dari keterbelakangan senantiasa tidak menghasilkan sesuatu
yang optimal. Hal ini erat kaitannya dengan tidak dimasukannya modal sosial sebagai
faktor penting dalam mempengaruhi efisiensi dan efektivitas kebijakan. Kenyataan
ini menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dimensi cultural dan pendayagunaan
peran lembaga-lembaga yang tumbuh dalam masyarakat umtuk mempercepat dan
mengoptimalkan proses- proses pembangunan. Fakuyama (2002) misalnya
menyebutkan faktor cultural, khususnya modal sosial menempati posisi yang sangat
penting sebagai faktor yang menentukan kualitas masyarakat.

2.4 Modal Sosial dan Pembangunan Mansyarakat


Putnam dalam Hasbullah (2006) menyatakan bahwa bangsa yang memiliki
modal sosial tinggi cenderung lebih efisien dan efektif dalam menjalankan berbagai
kebijakan untuk mensejahterakan dan memajukan kehidupan rakyatnya. Modal sosial
dapat meningkatkan kesadaran individu tentang banyaknya peluang yang dapat
dikembangkan untuk kepentingan masyarakat.
Dalam konteks pembangunan masyarakat, modal sosial mempunyai pengaruh
yang besar sebab beberapa dimensi pembangunan masyarakat sangat dipengaruhi
oleh modal sosial antara lain kemampuan untuk menyelesaikan kompleksitas sebagai
permasalahan bersama, mendorong perubahan yang cepat dalam masyarakat,
menumbuhkan kesadaran kolektif untuk memperbaiki kualitas hidup dan
memperbaiki peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Hal ini
terbangun karena adanya rasa saling mempercayai, kohesifasitas, tindakan proaktif,
dan hubungan internal-eksternal dalam membagun jaringan sosial didukung oleh
semangat kebijakan untuk saling menguntungkan sebagai refleksi kekuatan
masyarakat. Situasi ini akan memperbesar kemungkinan percepatan perkembangan
individu dan kelompok dalam masyarakat tersebut. Bagaimanapun juga kualitas
individu akan mendorng peningkatan kulaitas hidup masyarajat itu berarti
pembanguna manusia pararel dengan pembagunan sosial.

2.5 Modal Sosial dan Pembangunan Sosial


Masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi akan membuka
kemungkinan menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Dengan

6
saling percaya, toleransi, dan kerjasama mereka dapat membangun jaringan baik
dalam kelompok masyarakat maupun dengan kelompok
masyarakat lainnya.
Pada masyarakat tradisional, diketahui memiliki asosiasi-asosiasi informal
yang umumnya kuat dan memiliki nilai-milai, norma, dan etika kolektif sebagai
sebuah komunitas yang saling berhubungan. Hal ini merupakan modal sosial yang
dapat mendorong munculnya organisasi-organisasi modern dengan prinsip
keterbukaan, dan jaringan-jaringan informal dalam masyarakat yang secara mandiri
dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dengan tujuan peningkatan
kesejahteraan dan kualitas hidup bersama dalam kerangka pembangunan
masyarakat.
Berkembangnya modal sosial tengah masyarakat akan menciptakan suatu
situasi masyarakat yang toleran, dan merangsang tumbuhnya empati dan simpati
terhadap kelompok masyarakat dilaur kelompoknya. Hasbullah (2006) memaparkan
mengenai jaringan-jaringan yang memperkuat modal sosial akan memudahkan
saluran informasi dan ide dari luar yang merangsang perkembangan kelompok
masyarakat. Hasilnya adalah lahirnya masyarakat peduli pada berbagai aspek dan
dimensi aktifitas kehidupan, masyarakat yang saling member perhatian dan saling
percaya. Situasi yang mendorong kehidupan bermasyarakat yang damai, bersahabat,
dan tenteram.

2.6 Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)


Pembangunan yang sekarang sedang marak adalah pembangunan yang hanya
bersifat sementara. Dengan tuntutan globalisasi, Indonesia mengikuti perkembangan
jaman tanpa melihat prospek kedepan. Perkembangan masyarakat yang serba instan
dan asal jadi, budaya konsumtif telah mendarah daging pada sebagian besar
masyarakat Indonesia. Sedang sebenarnya, hakikat pembangunan adalah
pembangunan yang berkelanjutan yang tidak parsial, instan dan pembangunan kulit.
Maka, dengan adanya konsep Sustainable Developmentyang kemudian disebut SD
akan berusaha memberikan wacana baru mengenai pentingnya melestarikan
lingkungan alam demi masa depan, generasi yang akan datang. “Pembangunan yang
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.”

7
2.7 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris
sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan
tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
(Brundtland Report dari PBB, 1987)
Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial,
lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat (laporan dari KTT dunia 2005)
Deklarasi Universal keberagaman Budaya (ONESCO, 2001) lebih jauh
menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa
“keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaamn hayati
bagi alam”. Dengan demikian “pembangunan tidak hanya dipahami sebagai
pembangunan ekonomi, moral, dan spiritual”. Dalam pandangan ini, keragaman
“pertumbuhan ekonomi” itu sendiri bermasalah, karena sumber daya bumi itu sendiri
terbatas.
Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup
pada upaya untuk mewujudkan terjadinya :
1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergeneration
equity) yang berarti pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali
ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumbernya alam yang
replaceable dan menekankan serendah mungkin eksspoitasi sumber daya alam
yang unreplaceable.
2. Safeguarding atau pengaman terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.
3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar petumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutann antar generasi.
4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik
masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari
8
atar generasi.
6. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya.

Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan perlu perencanaan dan pencegahan


yang bersfat ekologis dengan melakukan evaluasi terhadap kondisi kawasan-kawasan
di kota tersebut, proses-proses yang terjadi didalam masyarakat dan lingkungannya.
Ada tiga kriteria pembangunan berkelanjutan diperkotaan disebut 3 PRO :
1. Pro keadilan sosial, yaitu keadilan dan kesejahteraan dan kelestarian
akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan publik, mengahargai diversitas
budaya dan kesetaraan gender.
2. Pro ekonomi kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk
kesejahteraan semua anggota masyarakat, dapat dicapai melalui
tehnologi inovatif yang berdampak minimum terhadap linkungan.
3. Pro lingkungan berkelanjutan, etika lingkungan non-antroposenris menjadi
pedoman hidup masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakan kelestarian
dan keseimbangan lingkungan, konversi sumberdaya alam vital, dan
mengutamakan peningkatan kualitas hidup non-material.

Peningkatan jumlah penduduk dunia diiringi dengan peningkatan jumlah


penduduk kota dan peningktan jumlah penduduk miskin diperkotaan telah membuat
beban lingkungan perkotaan bertambah berat. Permasalahan pokok perkotaan di
negara sedang berkembang terhadap subsistem besar yang komponennya saling
berinteraksi secara terus menerus yaitu :

1. Subsistem ekonomi: rendahnya tingkat pendapatan dan lemahnya

tingkat pemberdayaan ekonomi masyarakat.


2. Subsistem sosial: masyarakat yang menderita kemiskinan (seperti
pengangguran, kriminalitas, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tidak
memadai ).
3. Subsistem lingkungan yang menderita kerusakan (seperti pencemaran air, udara
dan tanah, pengelola limbah, kelangkaan air bersih dan pemukiman yang
kumuh)

2.8 Prinsip – Prinsip Pembangunan Berkelanjutan


9
Memang diakui bahwa konsep berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana
namun kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multimedimensi dan
multi-interpretasi. Menurut Heal dalam (Fauzi, 2004) Konsep keberlanjutan ini paling
mengandung dua dimensi :
1. Dimensi Waktu, berkelanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa
yang akan datang.
2. Dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan
lingkungan.

Pezzey (1992) dalam melihat aspek berkelanjutan dari sisi yang berbeda.
Keberlanjutan dari sisi statik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam
terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dari sisi
dinamik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan
dengan tingkat teknologi yang terus berubah. Karena adanya multidimensi dan
multiinterpresi ini, maka para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian
yang telah disepakati oleh komisi Brundtland yang menyatakan bahwa “pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memnuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.”
Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari setiap
elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang perlu
diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif
jangka panjang (Askar Jaya : 2004):
1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi
hal-hal seperti; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produktif, meratanya
peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan
keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal yang
secar langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak
secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal
yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan secara kaya dan miskin semakin
melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika
lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek
generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas genari
masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan

10
generasi masa datang dan memenuhi kebutuhannya.
2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa
sumber data alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa
datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan
ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang
merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai
masyarakat dapat lebih mengerti.

3. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan


alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak.
Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang kompleknya keterkaitan antara
sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka
pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan
pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam
kelembagaan.

4. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang

Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi
pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.
Pembangunan berkelanjutan masyarakat dilaksanakan penilaian yang berbeda
dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah
perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka
pendek mendominasi pemikiran para pengambilan keputusan ekonomi, oleh
karena itu perlu dipertimbangan.

Budimanta (2005) menyatakan,untuk suatu proses pembangunan berkelanjutan, maka


perlu diperhatikan hal sebagai berikut :
1. Cara berpikir yang integrative.
2. Pembangunan berkelanjutan harus dilihat dalam perspektif jangka panjang.
3. Mempertimbangkan keanekaragaman hayati.
4. Distribusi keadilan sosial ekonomi.
11
2.9 Indikator Pembangunan Berkelanjutan
Surna T.Djajadiningrat (2005:123) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
memerlukan perspektif jangka panjang. Lebih lanjut secara ideal keberlanjutan
pembangunan membutuhkan pencapaian keberlanjutan dalam hal ekologis, ekonomi,
sosial budaya, politik dan keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Secara ideal
keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap
keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup ;
keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan.
1. Keberlanjutan Ekologis
Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan
kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi.
Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai
berikut:
a. Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang
kehidupan dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas,
dan pemulihan tanah, air, udara dan seluruh kehidupan berkelanjutan.
b. Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan
lingkungan yaitu : daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan
pemanfaatan sumberdaya terpulihkan.
2. Keberlanjutan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan dasar, ekonomi makro
merupakan landasan bagi terselenggaranya berbagai kebijakan pemenuhan hak-
hak dasar. Dalam rangka pemenuhan hak- hak dasar, kebijakan ekonomi makro
perlu memperhitungkan empat tujuan yang saling berkaitan, yaitu menjaga
stabilitas ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas
kesempatan kerja, dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Tiga elemen utama
untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan
ekonomi yang berkesinambungan dan meningkatkan pemerataan dan distribusi
kemakmuran.
Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi
mencakup reformasi fiscal, meningkatkan efisiensi sector public, mobilisasi
tabungan domestic, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan
pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia
dan peningkatan distribusi pendapatan dan asset.
12
3. Keberlanjutan Sosial Budaya
Keberlanjutan sosial budaya memunyai empat sasaran , yaitu :
a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaanya mensyaratkan komitmen politik
yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan
status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan kerja.
b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan memerangi kemiskinan dan
menguragi kemiskinan absolut.
c. Mempertahankan keanekaragam budaya, dengan mengakui dan
menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan
memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional dan manfaat
masyarakat dan pembangunan ekonomi.
d. Mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu,


prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program diserahkan untuk
manfaat bersama, investasi pada perkembanagn sumberdaya misalnya
meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan ekonomi
harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan harus selaras
dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif, kesenjangan antar regional
dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan local tentang prioritas dan
alokasi sumber daya.
4. Keberlanjutan Politik
Keberlanjutan politik diarahkan paa respek human right, kebebasan individu
sosial dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial, dan politik
demokrasi yang dilaksanakan perlu meperhatikan proses demokrasi yang
transparan dan bertanggung jawab, kepastian kesediaan pangan, air, dan
pemukiman.
5. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan
Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman
dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang
dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu
diperhatikan (Askar Jaya;2004)

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai
tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi.
Modal sosial (social capital) sangat tinggi pengaruhnya terhadap perkembangan dan
kemajuan berbagai sektor ekonomi. Pembangunan industri, baik industri besar, sedang
mupun industri kecil akan mengalami hambatan di negara yang memiliki tingkat modal

14
sosial yang rendah. Modal sosial akan menghasilkan energi kolektif yang memungkinkan
berkembangnya jiwa dan semangat kewirausahaan di tengah masyarakat, yang
selanjutnya akan mendorong berkembangnya dunia usaha dan pembangunan di
masyarakat yang berkelanjutan.

3.2 Saran

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pembangunan berkelanjutan dan ikut juga


berpartisipasi demi tercapainya tujuan nasional pembangunan berkelanjutan jangka
pendek maupun jangka Panjang. Perlu juga pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya
dari masing-masing individu-individu dipemerintahan supaya tidak ada hambatan yang
memang bias dihindari dari pembangunan berkelanjutan.

15

Anda mungkin juga menyukai