PENDAHULUAN
Salah satu bagian dari modal sosial yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah
modal sosial kepercayaan (trust) yang dapat memberikan andil yang besar dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Ikatan-iktan sosial yang ada dalam masyarakat
harus direkatkan dengan kepercayaan. Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat
adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal
komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara
semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila
berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Jika warga masyarakat saling
bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai-nilai universal yang ada,
1
maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya
sehingga ketimpangan-ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya
akan bisa diminimalkan. Hal inilah yang menjadi latar belakang dari pembuatan
makalah ini.
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
maupun diluar komunitas/kelompok dalam berbagai kegiatan yang memberikan
manfaat bagi masyarakat.
Hasbulah (2006) mengatakan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan
berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu:
1. Participation in a network.
Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan
hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan
dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality),
kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok
atau anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan
yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya
modal sosial suatu kelompok.
2. Reciprocity.
Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau
alam kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka
panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan.
Pada masyarakat dan kelompok- kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki
bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat
modal sosial yang tinggi.
3. Trust.
Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan- hubungan
sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan
sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola
tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak
merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993). Tindakan kolekti yang didasari
saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagi bentuk
dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan
masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi paa peningkatan modal
sosial.
4. Social norms.
Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam
4
suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya ter-institusionalisasi, tidak
tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks
hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma
sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang
kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh
karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial.
5. Values.
Suatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota
kelompok masyarakat. Nilai merupkan hal penting dalam kebudayaan, biasanya ia
tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat
tertentu serta mempengaruhi aturan- aturan bertindak dan berperilaku masyarakat
yang pada akhirnya membentuk pola cultural.
6. Proactive action.
Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi
senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan
masyarakat. Anggota kelompok melibatkan diri dan mencari kesempata yang dapat
memperkaya hunungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. Perilaku
inisiatif dalm mencari informasi berbagi pengalaman, mencari ide, pengetahuan,
dan beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu maupun kelompok,
merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat.
6
saling percaya, toleransi, dan kerjasama mereka dapat membangun jaringan baik
dalam kelompok masyarakat maupun dengan kelompok
masyarakat lainnya.
Pada masyarakat tradisional, diketahui memiliki asosiasi-asosiasi informal
yang umumnya kuat dan memiliki nilai-milai, norma, dan etika kolektif sebagai
sebuah komunitas yang saling berhubungan. Hal ini merupakan modal sosial yang
dapat mendorong munculnya organisasi-organisasi modern dengan prinsip
keterbukaan, dan jaringan-jaringan informal dalam masyarakat yang secara mandiri
dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dengan tujuan peningkatan
kesejahteraan dan kualitas hidup bersama dalam kerangka pembangunan
masyarakat.
Berkembangnya modal sosial tengah masyarakat akan menciptakan suatu
situasi masyarakat yang toleran, dan merangsang tumbuhnya empati dan simpati
terhadap kelompok masyarakat dilaur kelompoknya. Hasbullah (2006) memaparkan
mengenai jaringan-jaringan yang memperkuat modal sosial akan memudahkan
saluran informasi dan ide dari luar yang merangsang perkembangan kelompok
masyarakat. Hasilnya adalah lahirnya masyarakat peduli pada berbagai aspek dan
dimensi aktifitas kehidupan, masyarakat yang saling member perhatian dan saling
percaya. Situasi yang mendorong kehidupan bermasyarakat yang damai, bersahabat,
dan tenteram.
7
2.7 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris
sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan
tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
(Brundtland Report dari PBB, 1987)
Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial,
lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat (laporan dari KTT dunia 2005)
Deklarasi Universal keberagaman Budaya (ONESCO, 2001) lebih jauh
menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa
“keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaamn hayati
bagi alam”. Dengan demikian “pembangunan tidak hanya dipahami sebagai
pembangunan ekonomi, moral, dan spiritual”. Dalam pandangan ini, keragaman
“pertumbuhan ekonomi” itu sendiri bermasalah, karena sumber daya bumi itu sendiri
terbatas.
Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup
pada upaya untuk mewujudkan terjadinya :
1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergeneration
equity) yang berarti pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali
ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumbernya alam yang
replaceable dan menekankan serendah mungkin eksspoitasi sumber daya alam
yang unreplaceable.
2. Safeguarding atau pengaman terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.
3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar petumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutann antar generasi.
4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik
masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari
8
atar generasi.
6. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya.
Pezzey (1992) dalam melihat aspek berkelanjutan dari sisi yang berbeda.
Keberlanjutan dari sisi statik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam
terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dari sisi
dinamik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan
dengan tingkat teknologi yang terus berubah. Karena adanya multidimensi dan
multiinterpresi ini, maka para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian
yang telah disepakati oleh komisi Brundtland yang menyatakan bahwa “pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memnuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.”
Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari setiap
elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang perlu
diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif
jangka panjang (Askar Jaya : 2004):
1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi
hal-hal seperti; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produktif, meratanya
peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan
keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal yang
secar langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak
secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal
yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan secara kaya dan miskin semakin
melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika
lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek
generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas genari
masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan
10
generasi masa datang dan memenuhi kebutuhannya.
2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa
sumber data alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa
datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan
ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang
merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai
masyarakat dapat lebih mengerti.
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi
pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.
Pembangunan berkelanjutan masyarakat dilaksanakan penilaian yang berbeda
dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah
perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka
pendek mendominasi pemikiran para pengambilan keputusan ekonomi, oleh
karena itu perlu dipertimbangan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai
tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi.
Modal sosial (social capital) sangat tinggi pengaruhnya terhadap perkembangan dan
kemajuan berbagai sektor ekonomi. Pembangunan industri, baik industri besar, sedang
mupun industri kecil akan mengalami hambatan di negara yang memiliki tingkat modal
14
sosial yang rendah. Modal sosial akan menghasilkan energi kolektif yang memungkinkan
berkembangnya jiwa dan semangat kewirausahaan di tengah masyarakat, yang
selanjutnya akan mendorong berkembangnya dunia usaha dan pembangunan di
masyarakat yang berkelanjutan.
3.2 Saran
15