Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TENTANG
INTEGRASI SOSIAL

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK I
KETUA: 1. ALI YUSUF
ANGGOTA:




SMAN 1 BOLO
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Latar belakang disusunnya makalah ini pertama untuk memenuhi tugas, kedua
penulis melihat bagaimana pentingnya masalah integrasi social dan mobilitas sosial, itu
terbukti jika kita perhatikan disetiap literature kajian tentang sosiologi, maka integrasi
dan mobilitas social itu memang penting bagi masyarakat. Karena memang integrasi
merupakan suatu pola hubungan yang mengakui tentang adanya perbedaan dalam
masyarakat dan dengan adanya mobilitas social kita dapat melihat pergerakan social
dalam masyarakat akan terjadi setiap saat. Walaupun makalah ini hanya membahas
sepintas saja akan tetapi mengandung penafsiran yang amat luas, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Integrasi Sosial


Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur -unsur
yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu
keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas
terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan
kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu.
2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain
itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.Dalam KBBI di sebutkan bahwa
integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan
bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuikan,
menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu. Banton (dalam Sunarto, 2000: 154)
mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan
ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan makna penting pada perbedaan ras
tersebut.Menurut pandangan para penganut fungsionalisme structural, system social
senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut:
· Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus di antara
sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat
fundamental.
· Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi
anggota dari berbagai kesatuan social (cross-cutting affiliations).
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial
budaya.Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan
karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Masalahnya adalah, di sisi yang lain, perbedaan adalah Sunnatullah. Setiap manusia
diberikan kebebasan untuk menggunakan akal dan nuraninya untuk mencari jalan
yangterbaik menuju Allah. Dalam term ini, Islam (Syariah) sebagai sistem nilai yan g idiil
hampir menemukan kemapanannya. Tentunya kesatuan tauhid akan keesaan Allah
dankerasulan Muhammad SAW adalah mutlak. Kemapanan ini akan berbeda ketika sudah
memasuki wilayah sosiologis masyarakat beragama.

2.2. Pentingnya Integrasi


Pentingnya Integrasi Nasional munculnya rasa keberamaan ini dilatarbelakangi
oleh adanya kesamaan nasib, kebutuhan, kondisi dan cita cita dari beberapa manusia.
perasaan yang sama menjadikan mereka tidual mudah untuk diadu domba dan terpecah
belah, tetapi memunculkan semangat persatuan dan kesatuan serta semangat untuk
berbuat demi kepentingan bersama oleh karna itu membangun integrasi nasional itu
sangat penting pada kehidupan bernegara dan juga mewujudkan cita cita, dan tujuan
negara bahkan memelihara rasa kebersamaan. Enam faktor yang perlu diperhatikan untuk
membangun integrasi nasional yang mantap dan kokoh di Indonesia. sebagai berikut
adanya kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan sara dan
keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang diwilayah
nusantara. perbedaan tersebut hendaknya dimaknai sebagai kekayaan dan potensi bangsa
bukan dipertentangkanadanya kemampuan untuk mereaksi penyebaran ideologi
asingadanya kemampuan untuk mereaksi dan mencegah dominasi ekonomi asingmampu
berperan aktif dalam percaturan dunia di era globalisasi dalam berbagai aspeknyabertekad
untuk membangun sistem budaya sesuai dengan ideologi nasional (pancasila) dan UUD
1945menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya dengan cara melakukan pengkajian
kritis dan sosialisasi terhadap identitas nasional seperti bahasa Indonesia, lagi Indonesia
Raya, bendera Merah Putih dan Garuda Pancasila Tujuh cara yang diyakini mampu
membangun integrasi nasional sebagai berrikut Anggota masyarakatnya merasa berhasil
salign mengisi kebutuhan kebutuhan satu dengan lainnyaterciptanya kesepakatan
(konsensus) berrsama mengenai norma norma dan nilai nilai sosial yang dilestarikan dan
dijadikan pedomannorma norma dan nilai nilai sosial dijadikan aturan baku dalam proses
integrasimengembangkan dan membangun kebanggaan akan identitas nasional dalam
benruk lambang negara, dasar negara, lagu kebangsaan, bahasa nasional dan bndera
nasionalmelaksanakan kegiatan pembangunan yang adil sehingga penigkatan
kesejahteraan rakyat meratamembangun rasa keadilan rakyatmenjaga dan membangun
rasa aman dan tentram.
2.3. Kebutuhan Manusia
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi
secara sosial budaya. Menurut pandangan para penganut funsionalisma struktur sistem
sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus (kesepakatan) di
antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang
bersifat fundamental (mendasar)
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota
dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di
antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya
loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai
kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan
karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas -batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.

2.4 Motivasi
Motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang membangkit topangan
dan mengarah tindak-tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan
emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia. Prasangka
dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi
masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya.
Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap cenderung
membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka. Apabila individu
mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras yang diprasangka.
Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang yang
bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan
akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap semua
tingkah laku diri.
Motivasi juga bias di bilang dorongan yang berasl dari dalam diri seseorang untuk
bertindak. Dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Meski pada
dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri manusia dan faktor luar (lingkungan)
hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut, terdapat dikotomi Motivasi, yakni
Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik merupakan dorongan yang
secara murni berasal dari dalam diri individu tanpa adanya pemicu atau stimulus dari
lingkungan. Sedangkan Motivasi Eksterinsik merupakan motivasi yang sebagian besar
dipengaruhi uleh rangsangan dari luar diri individu, yakni lingkungan. Fokus motivasi
adalah pada dasarnya adalah pencapaian tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri
individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku untuk mendapatkan
keinginannya. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, sebab lahirnya
motivasi sangat dipengaruhi oleh sifat dasar individu (motivasi intrinsik), kenyataan yang
diperoleh (motivasi ektrinsik), perbuatan yang pernah dilakukan, minat, bakat, angan -
angan dan cita-citanya.

2.5. Kepemimpinan
Keterampilan kepemimpinan diperlukan untuk mengelola sumber waktu yang
sangat tergambar pada keterampilan komunikasi interpersonal. Pemimpin adalah sumber
dan model peran bagi bawahan dalam bagaimana mengelola waktu. Fungsi manajemen
termasuk dalam menggunakan sumber waktu secara bijaksana lebih berhubungan dengan
produktivitas. Manajer harus mampu memprioritaskan aktivitas fungsional unit untuk
memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. Pemimpin atau manajer yang
berhasil mengintegrasikan keterampilan kepemimpinan dan fungsi manajemen; mereka
mencapai tujuan unit dengan tepat waktu dan cara yang efisien dalam usaha kerja sama
dengan bawahannya. Mereka juga menghargai waktu sebagai sumber unit yang bernilai
dan berbagi tanggung jawab untuk menggunakan sumber tersebut dengan bawahannya.
Pemimpin atau manajer yang terintegrasi dengan keterampilan manajemen waktu yang
baik adalah mampu mempertahankan pengawasan sepanjang waktu dan keterbatasan
energi dalam dirinya dan kehidupan profesionalnya. Dalam suatu organisasi, kelompok
atau masyarakat pada umumnya pasti ada pemimpinnya. Bahkan, suatu masyarakat yang
ingin berkembang membutuhkan tidak saja adanya pemimpin namun juga bentuk dan tipe
kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, sekaligus menegakkan aturan main yang telah disepakati oleh kelompok
masyarakat tersebut. Ada korelasi antara tipe kepemimpinan yang berkembang di suatu
masyarakat dengan sistem kepemerintahan dalam masyarakat tersebut. Sebagai contoh,
sistem kepemerintahan monarkhi akan mengembangkan tipe kepemimpinan yang
menempatkan raja sebagai pemimpin tunggal yang bisa jadi memiliki kecenderungan
otoriter.
Secara konseptual Kepemimpinan (leadership) dibedakan dengan Kekepalaan
(Headship). Kepemimpinan merupakan proses interaksi antara seseorang (pemimpin)
dengan sekelompok orang yang menyebabkan orang seorang atau kelompok berbuat yang
sesuai dengan kehendak pemimpin. Kepemimpinan yang efektif adalah yang mampu
menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Efektivitas seorang pemimpin mensyaratkan
agar pemimpin tersebut memperlakukan orang lain dengan baik, sementara memberikan
motivasi agar mereka menunjukkan performa yang tinggi dalam melaksanakan
tugas.Headship lebih mengacu pada hirarkhi pada suatu organisasi yang menyangkut
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Seorang
kepala belum tentu leader, sedangkan seorang leader belum tentu memiliki kedudukan
sebagai kepala.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur -unsur
yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
2. Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu
hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung
arti masuk ke dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu.
Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial
adalah:
a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-
kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik berupa sandang dan
pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh budayanya. Terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu saling menjaga keterikatan
antara satu dengan lainnya.
b Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-
norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam berinteraksi
satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag menurut
kebudayaannya.
c. Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara konsisten
serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam
melangsungkan proses interaksi sosial.

3.2 Saran
Apabila terjadi konflik antar individu atau individu dengan kelompok, maka yang
pertama kali harus di lakukan adalah melakukan integrasi sosial, karena suatu integrasi
sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan,
baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial diakses tgl, 30 Januari 2014


http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/integrasi-sosial.html, diakses tgl, 30 Januari 2014
http://sosiologikita166.blogspot.com/2012/12/integrasi-sosial.html, diakses tgl, 30
Januari 2014
M, Idianto. 2005. Sosiologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Maryati, Kun dan Juju Suriawati. 2007. Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas XI.
Bandung:
PT.Gelora Aksara Pratama
Kun Maryati dan Juju Suryawati. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta :
ESIS.

Anda mungkin juga menyukai