Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa,
kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain. Namun darifaktor-faktor itu, guru dan siswa
faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat dirunut melalui
pemahaman hakikat pebelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
dapat belajar dengan kebutuhan minatnya.
Bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia kiranya
merupakan hal yang tak dapat dibantah. Pada kenyataanya pendidikan telah dilaksanakan
semenjak adanya manusia, hakikatnya pendidikan merupakan serangkian peristiwa yang
komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain: tujuan, peserta didik, pendidik,
isi/bahan cara/metode dan situasi/lingkungan. Hubungan keenam faktor tersebut berkait satu
sama lain dan saling berhubungan dalam suatu aktifitas satu pendidikan (Hadikusumo,
1995;36).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada SD Negeri 2 Pengatigan
dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Kondisi lingkungan yang kurang kondusif,
karena letak SD tersebut berdekatan dengan jalan dan rumah penduduk, (2) Berdekatan
dengan penggergajian kayu. Dari situasi dan kondisi seperti ini mempengaruhi proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung, seperti kebisingan suara gergaji, dan banyaknya
kendaraan yang berlalu lalang, sehingga perhatian siswa dapat terganggu. Selain itu perhatian
orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti saat guru memberikan
informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak orang tua bersikap
masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran di SD Negeri 2 Pengatigan tidak kondusif, sehingga menyebatkan penurunan
nilai mata pelajaran IPA. Adapun nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa SD tersebut pada
tahun ajaran 2003/2004 dibawah nilai standar yaitu 6,1, sedangkan nilai standar yaitu 6,5
maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tidak kurang
optimal.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal
adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran ini merupakan model
percepatan belajar (Accelerated Learning) dengan metode belajar Quantum Teaching.
Percepatan belajar yang di Indonesia dikenal dengan program akselerasi tersebut dilakukan
dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses alamiah dari belajar
melalui upaya-upaya yang sengaja. Penyingkiran hambatan-hambatan belajar yang berarti
mengefektifkan dan mempercepat proses belajar dapat dilakukan misalnya : melalui
penggunaan musik (untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus memperkuat konsentrasi
melalui kondisi alfa), perlengkapan visual (untuk membantu siswa yang kuat kemampuan
visualnya), materi-materi yang sesuai dan penyajiannya disesuaikan dengan cara kerja otak,
dan keterlibatan aktif (secara intelektual, mental, dan emosional).
Model pembelajaran ini menekankan kegiatannya pada pengembangan potensi
manusia secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu: mudah,
menyenangkan, dan memberdayakan. Setiap anggota komunitas belajar dikondisikan untuk
saling mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan bekerja sebagai
pemain tim guna mencapai kesuksesan bersama. Dalam konteks ini, sukses guru adalah
sukses siswa, dan sukses siswa berarti sukses guru.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi
pembelajaran Quantum Teaching, karena strategi tersebut bisa diterapkan di sekolah dasar.
Seperti yang telah dikutip oleh Bobbi De Porter (dalam Ari Nilandri, 1994;4) menyatakan
bahwa Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik, untuk menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses
belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang yang dikemukakan diatas diperoleh beberapa identifikasi
masalah sebagai berikut :
a) Adanya prestasi belajar untuk mata pelajaran IPA yang rendah.
b) Adanya faktor Lingkungan sekolah yang kurang mendukung dalam proses belajar
mengajar.
c) Kurangya perhatian siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
d) Adanya karektristik siswa yang berbeda serta kelebihan dan kelemahan sehingga
mempengaruhi penerimaan mata pelajaran IPA.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu: Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
melalui pembelajaran Quantum Teaching bagi siswa SD Negeri 2 Pengatigan, Kecamatan
Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu :
a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan atau lembaga terkait, hasil penelitian dapat
dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan bidang pendidikan, terutama berhubungan
dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas, hasil penelitian dapat membantu meningkatkan
pembinaan profesional dan supervisi kepada para guru secara lebih efektif dan efisien.
c. Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan guna
melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam
pelaksanaan tugas profesinya
d. Bagi SD Negeri 2 Pengatigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi sabagai
subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama
dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tercapai
prestasi belajar yang optimal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan Tentang Teknologi Pendidikan
a. Pengertian Teknologi Pendidikan
Menurut Assosiation For Education And Technology (1994;l) “Intrument
tecnology is the theory and praetice of’ the sains Development utilization,
management and evalution of processes and resourses forleraning” Definisi ini
diterjemahkan sebagai teknologi pembelajaran adalah merancang mengembangkan,
memanfaatkan, dan mengevaluasi prosesproses dan sumber-sumber teknologi
pembelajaran terbagi dalam beberapa komponen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Barbara B. Seels dan Rita Richcy (1994;9) yang menyatakan bahwa teknologi
pembelajaran meliputi :
1) Teori dan praktik.
2) Rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi.
3) Proses dan sumber.
4) Untuk belajar.
Berdasar uraian tersebut, maka teknologi pendidikan merupakan ilmu yang
menaruh perhatian pada semua aspek belajar melalui sumber – sumber belajar, baik
yang dirancang, dikembangkan, dikelola, dimanfatkan dan dievaluasi baik secara
langsung maupun tidak…..dst
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah, diujicobakan dalam situasi
sebenarnya dengan melihat kekurangan dan kelebihan serta melakukan perubahan yang
berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan
tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di
kelas. Penelitian tindakan adalah merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa, suatu
kerja sama dengan perspektif berbeda. Misalnya bagi guru, demi peningkatan profesi
anaknya dan bagi siswa peningkatan prestasi belajarnya. Bisa juga antara guru dan kepada
sekolah, kerja sama kolaborarif ini dengan sendirinya juga partisipasi setiap tim secara
langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan PTK pada tahap awal sampai akhir.
Penelitian tindakan ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang berbentuk
kolaboratif. Menurut Suyanto (1996;18) yang dikutip oleh Kasiani Kasbolah (1988;123)
bahwa penelitian kolaboratif melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah maupun
dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran,
menyumbang pada perkembangan teori, kolaboratif diberi makna kerja sama antar guru
dengan peneliti dari luar sekolah untuk melakukan penelitian tindakan kelas secara bersama
di kelas atau di sekolah.
Adapun Kelebihan penelitian tindakan menurut Sumsky seperti yang dikutip oleh
Suwarsih Madya (1994;13-15) adalah sebagai berikut :
1. Kerja sama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki. Dalam pembelajaran
bertujuan untuk menimbulkan rasa memliki terhadap siswa sehingga dengan rasa
memiliki terhadap siswa merasa bertanggung jawab.
2. Kerja sama dalam penelitian tindakan mendorong kualitas dan pemikiran kritis. Dengan
penelitian tindakan guru akan bertambah pengetahuan dan memiliki pemikiran yang kritis
dalam intropeksi diri tentang tugas yang dikerjakan sebelum dilakukan penelitian
tindakan.
3. Kerja sama meningkatkan kemungkinan untuk berubah. Dengan kerja sama guru
berusaha untuk merubah strategi yang diterapkan sebelumnya dengan tujuan memperoleh
hasil yang lebih baik.
4. Kerja sama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan. Dengan kerja sama, guru
mempunyai kesepakatan bersama untuk menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan
guna meningkatkan hasil belajar. Adapun penelitian tindakan juga mengandung
kelemahan sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar
penelitian tindakan pada pihak peneliti.
2. Berkenaan dengan waktu.
3. Berhubungan dengan konsepsi proses kelompok.
4. Berkenaan dengan keuletan terhadap pertanyaan agar dapat meyakinkan orang lain
bahwa metode, strategi dan teknik yang diteliti benar-benar berjalan secara efektif.
Meskipun penelitian tindakan mempunyai banyak kelebihan-kelebihan, namun
demikian kelemahan masih tetap ada yaitu dengan terbatasnya waktu, biaya, serta
sarana dan pra sarana yang mendukung.
Pendapat yang telah diuraikan mengenai pemilihan tindakan, sesuai dengan penelitian
yang dilakukan yaitu dengan mengadakan perbaikan tritmentritmen untuk memperoleh
peningkatan kualitas tindakan yang diberikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian.
SD Negeri 2 Pengatigan terletak di Desa Pengatigan, Kecamatan Rogojampi,
Kabupaten Banyuwangi. SD ini terdiri dari enam kelas dengan dengan didukung oleh
tenaga pengajar yang terdiri dari 6 guru kelas, 1 guru Agama Islam dan 1 guru Olah raga.
Fasilitas yang dimiliki SD Negeri 2 Pengatigan antara lain UKS, Koperasi Siswa,
Perpustakaan dan ruang bermain. di SD Negeri 2 Pengatigan juga diselenggarakan
kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler.
2. Data Penelitian.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data
pengamatan terhadap prestasi siswa kelas V dalam pelajaran IPA.
B. Hasil Penelitian
1. Keadaan Awal Hasil Belajar Siswa
Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode Quantum
Teaching, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas V SD Negeri 2 Pengatigan
menunjukkan adalah 6,1. Kondisi tersebut menjadikan indikator pada penelitian ini
bahwa kemampuan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Pengatigan adalah rendah.
Rendahnya kemampuan siswa tersebut di atas disebabkan karena siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari IPA. Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru
mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat monoton,
satu arah, kurang komunikatif, cenderung bersifat ceramah, serta siswa kurang terlibat
aktif.
Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu suatu pendekatan pembelajaran
yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam belajar,
terjadinya komunikasi dua arah, serta siswa meningkat motivasunya untuk belajar.
Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan metode Quantum Teaching
yang dilaksanakan dalam tiga siklus.
2. Siklus I
a. Perencanaan
1) Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan.
2) Guru mempersiapkan alat peraga gambar orang terkena penyakit.
3) Guru menugaskan kepada siswa untuk membawa buku IPA
4) Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.
5) Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari 4 anak.
b. Pelaksanaan
1) Sebelum di mulai pelajaran anak di ajak menyanyi, untuk menumbuhkan minat
belajar
2) Anak-anak menyebutkan penyakit yang pernah dideritanya.
3) Anak-anak bersama guru memberi nama penyakit yang pernah dideritanya
tersebut.
4) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan gambar-gambar yang ada
hubungannya dengan macam-macam penyakit.
5) Anak-anak diajak menyanyi lagi baru kemudian mengulangi materi yang telah
diterangkan guru.
6) Anak-anak diberi pujian bila bisa menjawab pertanyan dari guru.
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam penerapan metode pembelajaran
Quantung Teaching.
1) Pengamatan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok Berdasarkan data hasil
observasi kerja sama siswa dalam kelompok saat pengajaran pada siklus I
dengan metode Quantung Teaching pada lampiran skor keaktifan siswa sebesar
52 dengan persentase 72,22% dan termasuk kategori sedang. Ditinjau dari
keaktifan masing-masing siswa, sebagian besar siswa cukup baik dalam kerja
sama kelompok, yaitu 9 dari 24 siswa atau 38,5% siswa dengan kerja sama yang
tinggi, sebanyak 10 dari 24 siswa atau 41,7% siswa dengan kerja sama yang
sedang dan sebanyak 5 dari 24 siswa atau 20,8% siswa dengan kerja sama yang
rendah.
2) Pengerjaan soal-soal siklus I Perilaku siswa terhadap pengerjaan soal-soal siklus
I ada yang serius, ada yang masih acuh tak acuh, ada yang tampak bingung dan
belum jelas.
3) Nilai hasil tes siklus I Berdasar data hasil tes siklus I pada lampiran dapat
diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 6,6. Naik dari nilai sebelum
dilakukan pembelajaran metode Quantum Teaching yaitu 6.1. lebih jelasnya
hasil belajar pada siklus satu tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini :
Gambar 3. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklus I
4) Dampak perlakuan siklus I Siklus I yang diawali dengan perencanaan, tindakaan
dan pengamatan berpengaruh pada diri siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat
pada kerja sama siswa dalam kelompok dan hasil nilai tes yang dilakukan. Hasil
belajar dapat diketahui peningkatannya yaitu pada nilai sebelum dilakukan
pembelajaran, rata-rata 6,1 dengan sesudah dilakukan pembelajaran dengan
metode Quantum Teaching, ratarata 6,6.
d. Refleksi siklus I
Berdasar hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
siswa meskipun ada siswa yang kurang dalam kerjasama dalam kelompoknya.
Beberapa siswa masih sibuk bermain sendiri, bentuk pembelajaran yang diawali
dengan menyanyi secara bersama-sama menumbuhkan minat belajar yang lebih baik,
namun kekurangannya adalah bila siswa tersebut kurang suka bernyayi.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1) Guru mempersiapkan materi yang akan diajarakan.
2) Guru mengatur kelas supaya siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Guru mempersiapkan contoh gambar-gambar.
b. Pelaksanaan
1) Siswa mengelompok berdasar kelompok masing-masing.
2) Anak-anak diajak bernyanyi dan bermain untuk menumbuhkan minat belajar.
3) Anak-anak menyebutkan aktifitas fisik dan istirahat yang mereka ketahui di
sekitarmya..
4) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan gambar-gambar yang termasuk
aktifitas fisik dan istirahat.
5) Anak-anak diajak mengulang materi secara bergilir.
6) Anak-anak diberi hukuman bila tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.
c. Pengamatan
1) Pengamatan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok Pengamatan dilakukan
dengan melihat partisipasi siswa dalam kelompok. Berdasar hasil pengamatan
pada lampiran menunjukkan diperoleh skor 62 dengan persentase 86,11 dan
termasuk kategori tinggi. Ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa dalam
kelompok, sebagian besar siswa yaitu 15 dari 24 siswa atau 62.5% partisipasinya
dalam kelompok tinggi, 8 dari 24 siswa atau 33.3% partisipasinya dalam
kelompok sedang dan 1 dari 24 siswa atau 4.2% partisipasinya dalam kelompok
rendah.
2) Pengerjaan soal-soal Siklus II Siswa mengerjakan soal dengan antusias, hal
tersebut dikarenakan minat belajar semakin tinggi setelah mendapat perlakuan
siklus II. Dalam mengerjakan soal tes kedua ini, siswa lebih serius, tidak
menoleh ke kanan dan kiri serta lebih cepat menyelesaikan soalsoal.
3) Nilai hasil tes Siklus II Berdasar hasil penelitian pada lampiran, diketahui nilai
rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 7.3 atau mengalami kenaikan
sebesar 0,7 atau 10,61% dari hasil belajajar rata-rata siklus I. Lebih jelasnya
kenaikan hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat diperhatikan pada diagram
berikut.
Gambar 4. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklusII
4) Dampak perlakuan siklus II Siklus II diawali dengan momen refleksi siklus I,
siklus II berdampak pada diri siswa yaitu dengan adanya peningkatan nilai tes.
Hal tersebut dikarenakan semakin antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran.
d. Refleksi
Pengamatan yang dilakukan pada siklus II yaitu partisipasi siswa terhadap
kelompok menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kelompok sudah bagus,
meskipun masih ada satu orang siswa yang kurang dalam partisipasi kelompok.
4. Siklus III
a. Perencanaan
1) Guru menyiapkan materi pelajaran.
2) Guru mengatur siswa untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Guru mempersipkan alat peraga.
b. Pelaksanaan
1) Anak-anak berkelompok menurut kelompoknya masing-masing.
2) Anak-anak diajak menyanyi, bermain dan menari untuk menimbuhkan minat
belajar.
3) Anak-anak menyebutkan jenis permukaan bumi yang mereka ketahui.
4) Anak-anak bersama guru menyebutkan jenis-jenis permukaan bumi.
5) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan permukaan bumi dengan globe.
6) Anak-anak diajak mengulang materi secara bergilir bila kurang lengkap guru
melengkapi.
7) Anak diberi pujian bila bisa menjawab pertanyaan, serta anak diberi hukuman
bila anak tidak bisa menjawab pertanyaan dengan menyanyi dan baca puisi di
depan kelas.
c. Pengamatan
1) Pengamatan dilakukan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok Pengamatan
dilakukan dengan melihat partisipasi siswa dalam kelompok. Berdasar hasil
pengamatan pada lampiran menunjukkan diperoleh skor 67 dengan persentase
93,06 dan termasuk kategori tinggi. Ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa
dalam kelompok, sebagian besar siswa yaitu 19 dari 24 siswa atau
79,2%partisipasinya dalam kelompok tinggi, 5 dari 24 siswa atau
20,8%partisipasinya dalam kelompok sedang dan tidak ada satupun siswayang
partisipasinya dalam kelompok rendah.
2) Pengerjaan soal-soal sklus III Siswa secara antusias mengerjakan soal-soal yang
ditugsakan setelah mendapat perlakuan siklus II, dalam mengerjakan soal siswa
lebih serius dan tampak berlomba dalam menyelesaikan soalsoal.
3) Nilai hasil tes siklus III Berdasar hasil tes siklus III pada lampiran diketahui nilai
rata-rata hasil belajar siswa adalah 7,9 atau mengalami kenaikan sebesar 0,6 atau
8,22 % dari nilai rata-rata hasil belajar siklus II. Lebihjelasnya kenaikan hasil
belajar siswa pada siklus III ini dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 5. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklus III
4) Dampak perlakuan siklus III, Siklus III yang diawali dengan momen refleksi
siklus II berpengaruh pada hasil belajar siswa. Refleksi dari proses pembelajaran
pada siklus I, siklus II sangat berpengaruh terhadap siklus III dalam peningkatan
nilai siswa. Selain itu diberlakukannya pembelajaran metode Quantum Teaching
ini juga menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran yang
ditunjukkan dari tingginya konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran, tidak ada
siswa yang berbicara sendiri ataupun bermain sendiri….dst

Anda mungkin juga menyukai