Anda di halaman 1dari 10

INTEGRASI DAN DISINTEGRASI

Disusun oleh :

Nama : Leni Susanti


Kelas : XI IIS 1
Guru Pembimbing : Dra. Rohaini, M.Si

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
PENGESAHAN

Laporam pembelajaran tentang Integrasi dan Disintegrasi yang telah disetujui


dan disahkan oleh guru pembimbing Sosiologi, jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial kelas
XI.

Tanggal 05 April 2018

Palembang, 05 April 2018

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Integrasi dan Disintegrasi”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah pengentahuanpenyusun dan


untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi. Demi kesempurnaan makalah ini,
penyusun mohon kritik dan saran dari pembacayang bersifat membangun.

Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua. Apabila ada kekurangan, mohon maaf sebesar-besarnya.

Palembang, 05 April 2018

Penulis
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Menurut Devid Lockwood, konsensus dan konflik merupakan dua sisi
dari suatu kenyataan yang sama dan dua gejala yang melekat secar bersama-
sama di dalam masyarakat. Seperti halnya dengan konflik yang dapat terjadi
antar individu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Demikian pula
halnya dengan konsensus, hal ini dapat pula terjadi antar individu, individu
dengan kelompok, dan antarkelompok. Menurut R. William Liddle, konsensus
nasional yang mengintegrasikan masyarakat yang pluralistic pada hakikatnya
adalah mempunyai dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya suatu
integrasi nasional yang tangguh. Pertama, sebagian besar anggota suku bangsa
bersepakat tentang batas-batas territorial dari negara sebagai suatu kehidupan
politik di mana mereka sebagai warganya. Kedua, apabila sebagian besar
anggota masyarakatnya bersepakat mengenai struktur pemerintah dan aturan-
aturan dari proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat di atas wilayah
negara yang bersangkutan. Nasikun menambahkan bahwa integrasi nasional
yang kuat dan tangguh hanya akan berkembang di atas konsensus nasional
mengenai batas-batas suatu masyarakat poitik dan sistem politik yang berlaku
bagi seluruh masyarakat tersebut. Kemudian, suatu konsensus nasional
mengenai “sistem nilai” yang akan mendasari hubungan-hubungan social di
antara anggota suatu masyarakat negara.
1.2. Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan integrasi?
3. Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk integrasi sosial!
4. Apa saja faktor dari integrasi?
5. Apa saja syarat berhasilnya integrasi sosial?
6. Apa yang dimaksud dengan pengertian disintegrasi?
7. Apa saja faktor dari disintegrasi?
8. Jelaskan upaya mencegah disintegrasi!
BAB II
Pembahasan

2.1. Pengertian Integrasi


Secara arti kata integrasi berasal Dari bahasa inggris “integration” yang
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Dalam hal ini integrasi social dimaknai
sebagai proses penyesuaian diantara unsur- unsur yang saling berbeda dalam
kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang
memiliki keserasian fungsi.
Sedangkan definisi lain dari integrasi adalah suatu keadaan dimana
kelompok- kelompok etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-
masing. Sehingga integrasi memiliki dua pengertian, yaitu:
1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan social dalam suatu sistem
sosial tertentu.
2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsure- unsure tertentu.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme integrasi social dalam
masyarakat senantiasa terkait dengan dua landasan berikut:
 Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi diatas tumbuhnya consensus
(kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-
nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendassar).
 Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus
menjadi anggota dari berbagai kesatuan social lainnya akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (crosscutting loyalities) Dari
anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan social.
2.1.1. Bentuk- Bentuk Integrasi Sosial
Bentuk integrasi social dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua
bentuk yakni:
 Asimilasi, yaitu pembaruan kebudayaan yang disertai dengan hilangnya
cirri khas kebudayaan asli.
 Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsure- unsure asing tanpa
menghilangkan kebudayaan asli.
2.1.2. Faktor Integrasi
Adapun faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi integrasi social dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
 Faktor internal : kesadaran diri sebagai makhluk social, tuntutan
kebutuhan, dan semangat gotong royong.
 Faktor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persaman kebudayaan,
terbukanya kesempatan, berpartisipasi dalam kehidupan bersama,
persamaan visi, dan tujuan, sikap toleransi, adanya consensus nilai, dan
adanya tantangan Dari luar.

3. Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial


Untuk mencapai integrasi sosial dalam masyarakat diperlukan
setidaknya dua hal berikut untuk menjadi solusi atas perbedaan yang
terdapat dalam masyarakat:
1. Pada setiap diri individu masing-masing harus mengendalikan
perbedaan/ konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan
sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat meraas saling dapat mengisi kebutuhan antara
satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam masyarakat tercipta
keharmonisan dan saling memahami antara stu sama lain, maka konflik
pun dapat dihindarkan.
Maka dari itu ditawarkan empat system berikut untuk mengurangi
konflik yang terjadi, antara lain:
1. Mengedepankan identitas bersama seperti sistem budaya yang
berasaskan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
2. Menerapkan sistem sosial yang bersifat kolektiva sosial dalam
masyarakat dalam segala bidang.
3. Membiasakan sistem kepribadian yang terintegrasi dengan nilai-nilai
sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam pola-pola penglihatan
(persepsi), perasaan (cathexis), sehingga pola-pola penilaian yang
berbeda dapat disamakan sebagai pola-pola keindonesiaan.
4. Mendasarkan pada nasionalisme yang tidak diklasifikasikan atas
persamaan ras, melainkan identitas kenegaraan.

2.2. Pengertian Disintegrasi


Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan
atau persatuan; perpecahan. Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai
perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling terpisah
(Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu
pada kata kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by
breaking into parts”. Potensi disintegrasi bangsa Indonesia menurut data
empiris relatif tinggi. Salah satu indikasi dari potensi ini adalah homogenitas
ethnik dan linguistic yang rendah.
Pola disintegrasi sosial: Pertama, kebodohan dan kemiskinan,
jaminan pendidikan untuk orang banyak yang tidak tersedia. Kedua,
penyimpangan yang mengganggu kepentinagn umum dengan modus
operandi yang beragam, penyimpangan lain yaitu ketergantungan obat dan
heroin dan penyakit menular seksual. Ketiga, rendahnya ketaatan publik
terhadap berbagai peraturan dan suatu komunal. Nilai kemanusiaan
menipis. Keempat, tidak berfungsinya institusi-institusi sosial dan jaringan
sosial karena persoalan birokrasi. Pelayanan publik tidak dapat berlangsung
dengan baik, dilanda sistim birokrasi. Korupsi melanda berbagai pihak
dalam pelayanan publik.
2.2.1. Faktor Disintegrasi
Yang menjadi faktor desintegrasi bangsa adalah kurang
adanya rasa nasionalisme yang tinggi, kurangnya rasa toleransi
sesama bangsa, campur tangan pihak asing dalam masalah
bangsa. Selain faktor kemajemukan budaya, penyebab disintegrasi
bangsa Indonesia juga terpicu oleh sentralisasi pembangunan yang
selama ini lebih terfokus di pulau Jawa, sehingga menyebabkan
kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul
keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI.
2.2.2. Upaya Mencegah Disintegrasi
Untuk mencegah disintegrasi, soal pertama yang harus
diselesaikan adalah membangun kesadaran politik umat. Kedua,
Kaum Muslim selayaknya jangan mau didikte oleh pihak asing dan
tunduk pada negara-negara kafir seperti AS. Ketiga, umat Islam
harus bersikap menolak penguasa yang menjadi kepanjangan tangan
AS maupun negara-negara kafir penjajah lain. Keempat, harus ada
sistem yang dapat mensejahterakan rakyat. Tingkat kesejahteraan
masyarakat merupakan parameter yang berpotensi melahirkan
disintegrasi.
Oleh karena itu diperlukan landasan pemikiran yang terkait,
diantaranya
1. Pancasila sebagai landasan Idiil.
2. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional.
3. Wawasan Nusantara sebagai landasan visional.
4. Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional.
5. Ketetapan MPR Nomor : V / MPR / 2000 tentang Pemantapan
Persatuan dan Kesatuan Nasional.
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi masyarakat dapat


diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan
persenyawaan- persenyawaan berupa adanya konsesus nilai- nilai yang sama- sama
dijunjung tinggi. Sedangkan disintegrasi suatu keadaan tidak bersatu padu atau keadaan
terpecah belah, hilangnya keutuhan atau persatuan, perpecahan yang pada umumnya
disintegrasi merupakan faktor terpenting yang dilancarkan imperialisme untuk
mendominasi pemerintahan suatu negara sehingga pembangunan masyarakatnya
diorientasikan pada corak Barat. Untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus
diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis dalam rangka
mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Rumah Koplax, Integrasi dan Disintegrasi,


http://rumahkoplax21.blogspot.co.id/2011/09/integrasi-disintegrasi.html, diakses pada
tanggal 03 April 2018 pukul 21:52 WIB.

Tugas Galau, Makalah Integrasi Sosial,


http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/11/makalah-integrasi-sosial.html, diakses pada
tanggal 03 April 2018 pukul 21:54 WIB

Anda mungkin juga menyukai