Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“KASUS 12 SANTRIWATI KORBAN PEMERKOSAAN GURU


PESANTREN DI BANDUNG”

DISUSUN OLEH:

ABHI ARBIAN

ADI NOVIANTO

CANDRA DWI SAPUTRA

SALSA FITRIANI

SIPA HIJRAH AULIA

SITI NUR ASIAH

X IPS 4

SMA NEGERI 1 CISEENG

JL.Cibeuteung Muara RT 02/06 Desa Putatnutug Ciseeng kabupaten


Bogor(16120). Tahun ajaran 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Waarahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang kasus 12 santriwati korban pemerkosaan guru
pesantren di Bandung. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan
Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan
kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan
maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga
nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan makalah yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik
dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan
kualitas di kemudian hari.

Terima kasih untuk semuanya, tiada lain yang diucapkan selain kata semoga kiranya
mendapat balasan dari Allah SWT dan mudah-mudahan semuanya selalu dalam lindungan
Allah SWT, amin. Sesungguhnya Allah mengetahui akan niat baik hamba-hambanya.

Assalamu’alaikum Waarahmatullahi Wabarakatuh

BOGOR,01 Februari 2022

Penulis,

KELOMPOK 1

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................3
BAB II........................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.....................................................................................................4
A. PERILAKU MENYIMPANG.............................................................................4
1. Tindak Pidana Pemerkosaan...................................................................4
B. TEORI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG..................................................5
1) Menurut Soetandyo Wignjosoebroto.......................................................5
2) Menurut R. Sugandi..................................................................................5
3) Menurut Michael Rubenstein...................................................................6
4) Menurut Elli N. Hasbianto.........................................................................6
BAB III.......................................................................................................................7
METODEOLOGI PENELITIAN.....................................................................................7
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN..........................................................7
B. JENIS DATA...................................................................................................7
C. SUMBER DATA..............................................................................................7
1. Sumber Data Primer...............................................................................7
2. Sumber Data Sekunder...........................................................................7
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.....................................................................8

iii
BAB IV.......................................................................................................................9
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN.............................................................................9
A. ANALISIS DATA............................................................................................9
B. PEMBAHASAN..............................................................................................9
BAB V......................................................................................................................11
KESIMPULAN & SARAN..........................................................................................11
A. KESIMPULAN..............................................................................................11
B. SARAN.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................13
LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................................14

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Posisi anak dalam masyarakat sangat rentan mengingat kondisi fisik dan mental yang
belum kuat dan dewasa. Banyaknya kasus kejahatan kesusilaan akhir-akhir ini justru
menempatkan anak paling sering terlibat dalam kejahatan tersebut, sebagai pelaku atau
korban. Pemahaman secara tepat terhadap hak anak jelas sangat penting dan utama untuk
dilakukan mengingat kepada anak terdapat semua harapan bangsa Indonesia.

Pembicaraan tentang santri atau anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti
sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus yang akan datang. Baik
buruknya masa depan bangsa tergantung pula pada baik buruknya kondisi anak saat ini.
Berkaitan hal tersebut, maka perlakuan terhadap anak dengan cara yang baik adalah
kewajiban kita bersama, agar ia bisa tumbuh berkembang dengan baik dan dapat menjadi
pengemban risalah peradaban bangsa ini.

Perlindungan terhadap anak bukanlah hal yang baru, sebenarnya perlindungan tersebut
telah menjadi bagian dari anak. Sejak lahir manusia telah memiliki hak hakiki yaitu hak
asasi, dengan hak asasi tersebut manusia dapat mendapatkan perlindungan serta
menentukan hidupnya sendiri.Apabila seorang anak menjadi korban kejahatan maka untuk
perlindungan hukumnya sudah tentu harus lebih diperhatikan karena anak adalah generasi
penerus bangsa. Untuk tindak pidana pelecehan seksual yang dialami oleh korban anak-
anak sudah tentu memiliki efek trauma atau ingatan buruk yang dalam terhadap anak, ini
mempengaruhi tingkah, pola hidup dan perilaku anak kedepannya.

Terhadap perbuatan pelecehan seksual ini memiliki perhatian khusus karena merupakan
atensi dari pihak-pihak internasional pada saat ini. Pelecehan seksual terhadap anak ini
harus ditangani dengan serius karena kejahatan ini seringkali terjadi disekitar masyarakat
dan semakin berkembang modus dari pelakunya.

Perkembangan di Indonesia sendiri telah dibuktikan pembaruan dibidang hukum agar


selalu mengikuti perkembangan yang ada dalam masyarakat juga, dapat terlihat dengan
adanya beberapa kali perubahan terhadap undang-undang perlindungan anak khususnya
dalam pasal terhadap pelecehan seksual yang ancaman hukumnya dinaikkan dan ditambah
dengan adanya pemberatan tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan rasa
perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat khususnya anak yang menjadi korban.

1
Anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap pelecehan seksual karena anak
selalu diposisikan sebagai sosok lemah atau yang tidak berdaya dan memiliki
ketergantungan yang tinggi dengan orang-orang dewasa di sekitarnya, hal inilah yang
membuat anak tidak berdaya saat diancam untuk tidak memberitahukan apa yang
dialaminya, hampir dari setiap kasus yang diungkap pelakunya adalah orang yang dekat
korban, sedikit pula pelakunya adalah orang yang memiliki penguasaan atas korban.

Pelecehan seksual terhadap anak akan berdampak panjang, di samping berdampak pada
masalah kesehatan di kemudian hari, juga berkaitan dengan trauma yang berkepanjanggan
bahkan hingga dewasa, dampak trauma akibat pelecehan seksual yang dialami oleh anak-
anak, antara lain pengkhianatan atau hilangnya kepercayaan anak terhadap orang dewasa
trauma secara seksual, merasa tidak berdaya. Secara fisik memang mungkin tidak ada hal
yang harus dipermasalahkan pada anak yang menjadi korban pelecehan seksual, tapi
secara psikis bisa menimbulkan ketagihan, trauma, bahkan pelampiasan dendam bila tidak
ditangani serius, pelecehan seksual terhadap anak dapat menimbulkan dampak sosial yang
luas di masyarakat.

Anak tetaplah anak dengan segala ketidak mandirian, yang ada mereka sangatlah
membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dari orang dewasa disekitarnya. Masalah
perlindungan hukum dan hak-haknya bagi anak merupakan salah satu sisi pendekatan
untuk melindungi anak-anak Indonesia. Agar perlindungan hak-hak anak dapat dilakukan
secara teratur, tertib dan bertanggung jawab maka diperlukan peraturan hukum yang
selaras dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang dijiwai sepenuhnya oleh
Pancasila dan Undangundang dasar 1945. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa tidak hanya
anak-anak, akan tetapi setiap individu dapat menjadi korban kejahatan, tetapi tidak ada
individu yang siap untuk menjadi korban kejahatan. Menjadi korban kejahatan adalah hal
yang paling tidak diinginkan oleh individu. Apalagi sebagai korban tentunya seseorang
dapat mengalami banyak hal yang tidak diinginkan.

Seperti kasus yang terjadi di Bandung yaitu kasus pemerkosaan 12 santriwati yang
dilakukan oleh Herry Wirawan yaitu gurunya dipesantren , dimana guru tersebut
melakakukan pemerkosaan sudah berlangsung bertahun-tahun yaitu sejak 2016 hingga
2021 yang membuat 12 santriwati yang menjadi korban mengalami trauma berat.Bahkan
empat dari 12 korban sampai hamil dan melahirkan 8 bayi,selain itu dari santriwati yang
hamil tersebut ada yang sampai melahirkan sebanyak 2 kali.Dan aksi bejatnya ini dilakukan
diberbagai tempat.Beberapa tempat itu adalah di yayasan KS,Yayasan pesantren
TM,Pesantren MH,Basecamp terdakwa,Apatemen TS,dan beberapa hotel di kota Bandung.

Herry Wirawan juga berbicara kepada para korban untuk harus tetap patuh dan menuruti
kemauannya dan dalam aksinya Herry Wirawan diduga memberikan janji kepada para
korbannya akan bertanggung jawab jika ada yang hamil. Aksi yang dilakukan oleh Harry
Wirawan ini sudah pasti membuat fisik dan mental ke dua belas santriwati menjadi
rusak.Yang dilakukan Herry Wirawan juga telah membuat banyak orang tua yang khawatir

2
untuk meninggalkan anaknya sendiri di pesantren.Sehingga hal ini sangat bertentangan
dengan hukum pidana.Berdasarkan hal tersebut,maka kami tertarik untuk mengangkat
kasus ini untuk di teliti lebih lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor-faktor penyebab Herry Wirawan melakukan tindakan pelecehan
seksual terhadap anak didiknya?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kasus pelecehan seksual terhadap anak ?
3. Bagaimana modus yang dilakukan Herry Wirawan saat melakukan pelecehan
seksual terhadap santriwati ?
4. Bagaimana penangulangan yang dilakukan agar tidak terjadi kembali pelecehan
seksual terhadap santriwati dilingkungan pesantren?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab Herry Wirawan melakukan
tindakan pelecehan seksual terhadap anak didiknya.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kasus pelecehan seksual
terhadap anak.
3. Untuk mengetahui modus yang dilakukan Herry Wirawan saat melakukan
pelecehan seksual terhadap santriwati.
4. Untuk mengetahui penangulangan yang dilakukan agar tidak terjadi kembali
pelecehan seksual terhadap santriwati dilingkungan pesantren.

D. MANFAAT PENELITIAN
Sebagai tambahan bagi masyarakat terutama pada pihak orang tua yang memiliki
anak-anak remaja dan ingin menyekolahkan anaknya di pesantren agar lebih
memahami tentang fenomena pelecehan seksual yang terjadi didalam lingkungan
pesantren,apa saja faktor dan dampak apabila sampai terjadi pelecehan seksual
(sexual harassment) serta panggulangan-penanggulangan yang dapat dilakukan jika
terjadi pelecehan seksual.

3
BAB II

LANDASAN TEORI
A. PERILAKU MENYIMPANG

1. Tindak Pidana Pemerkosaan

a) Pengertian Tindak Pidana Pemerkosaan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perkosaan berasal dari kata “perkosa” yang berarti
paksa, gagah, kuat, perkasa. Memperkosa berarti menundukkan dengan kekerasan,
menggagahi, melanggar (menyerang, dsb) dengan kekerasan. Sedangkan pemerkosaan
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memperkosa, melanggar dengan kekerasan. Jadi
Pemerkosaan dalam penelitian ini adalah suatu tindakan pemaksaan atau menundukkan
dengan kekerasan oleh seseorang laki-laki terhadap perempuan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka pengertian perkosaan adalah:

a. Suatu hubungan kelamin yang dilarang dengan seseorang wanita tanpa persetujuannya.

b. Persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang wanita yang dilakukan
dengan paksaan dan bertentangan dengan kemauan/kehendak wanita yang bersangkutan.

c. Perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan seorang pria terhadap seorang wanita yang
bukan istrinya atau tanpa persetujuannya, dilakukan ketika wanita tersebut ketakutan atau
di bawah kondisi ancaman lainnya.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia itu menunjukkan bahwa unsur utama yang melekat
pada tindakan pemerkosaan adalah adanya perilaku kekerasan yang terkait dengan
hubungan seksual, yang di lakukan dengan jalan melanggar hukum. Hal tersebut menurut
abdul Wahid, bahwa tidak selalu kekerasan terkait dengan hubungan seksual dapat
dikategorikan sebagai perkosaan.

b) Faktor penyebab terjadinya tindak pidana pemerkosaan


Faktor-faktor penyebab terjadinya pemerkosaan dapat dilihat dari dua sisi yaitu secara
internal dan secara eksternal. Secara internal pemerkosaan terjadi karena adanya
dorongan pemuasan seksual , usia yang bertambah, moral , serta religiusitas dan
sebagainya. Secara eksternal pemerkosaan bisa terjadi karena adanya keinginan untuk
mencari fantasi seksual yang pernah dialami sebelumnya, misalkan sering terpapar oleh
media-media pornografi. Individu yang sering mengkonsumsi pornografi membuat individu
memiliki hasrat dan fantasi yang tinggi terkait dengan hubungan seksual yang menjadikan
subjek tidak mempu untuk mengendalikan diri.

4
Tindakan pemerkosaan terjadi karena pada dasarnya individu memiliki rangsangan,
dorongan dan tujuan dalam memenuhi kebutuhan biologis yaitu hubungan seksual. Jelas
bahwa hubungan seksual adalah kebutuhan mendasar yang dimiliki oleh setiap individu
namun hal tersebut tidak diperbolehkan ketika subjek yang menjadi mitra hubungan
seksual tersebut melakukan secara terpaksa, karena ada unsur paksaan yang dilakukan
oleh sebelah pihak dengan cara-cara melanggar hukum, tidak atas persetujuan kedua belah
pihak, bahkan dengan cara kekerasan. Timbulnya rangsangan dan dorongan untuk
berhubungan seksual muncul karena adanya stimulus yang meningkatkan gairah seksual
individu. Hal terjadi menjadikan subjek cenderung tidak dapat mengendalikan hasrat untuk
berhubungan seksual. Contohnya adanya unsur kesempatan yaitu kondisi lingkungan yang
sepi, dan korban yang memakai pakaian yang minim sehingga memicu terjadinya tindakan
perkosaan. Ditambah lagi keadaan yang tidak seutuhnya sadar karena adanya pengaruh
alkohol dan obat-obatan lainnya.

Kebanyakan individu yang telah dinyatakan sebagai pemerkosaan pasti akan dikucilkan
atau dipandang sebelah mata oleh lingkungan sekitarnya, sehingga muncul perasaan
menyesal dan bersalah pada diri individu. Perasaan bersalah terjadi karena individu merasa
bahwa tindakan atau prilakunya tidak sesuai dengan aturan, norma, dan nilai-nilai yang
ada. Perilaku pemerkosaan merupakan suatu tindakan yang sudah sangat jelas melanggar
aturan hukum, melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), norma, dan nilai-nilai agama.

B. TEORI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG

1) Menurut Soetandyo Wignjosoebroto


Perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual seorang lelaki terhadap
seorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan atau hukum yang berlaku adalah
pelanggaran. Dalam pengertian seperti ini, apa yang disebut perkosaan, di satu pihak dapat
dilihat sebagai suatu perbuatan (ialah perbuatan seseorang yang secara paksa hendak
melampiaskan nafsu seksualnya), dan di lain pihak dapat dilihat pula sebagai suatu
peristiwa (ialah pelanggaran norma-norma dan demikian juga tertib sosial).

2) Menurut R. Sugandi
Perkosaan adalah seorang pria yang memaksa seorang wanita bukan istrinya untuk
melakukan persetubuhan dengannya dengan ancaman kekerasan, yang mana di haruskan
kemaluan pria telah masuk ke dalam lubang kemaluan seorang wanita yang kemudian
mengeluarkan air mani.Pendapat Sugandhi itu jelas tidak mengenal istilah yang
dipopulerkan ahli belakangan ini, terutama kaum wanita mengenai “marital rape”, yang
artinya perkosaan terhadap istri sendiri.Suami yang memaksa istrinya untuk bersetubuh
(berhubungan seksual) tidak dapat dikatakan sebagai perkosaan. Adapun unsur-unsur
selengkapnya tentang perkosaan menurut sugandhi adalah sebagai berikut:

a. pemaksaan bersetubuh oleh laki-laki kepada wanita yang bukan menjadi istrinya.

5
b. pemaksaan bersetubuh itu diikuti dengan tindak atau ancaman kekerasan.

c. kemaluan pria harus masuk pada lubang kemaluan wanita.

Pendapat itu menunjukkan pada suatu perkosaan yang terjadi secara tuntas, artinya
pihak pelaku (laki-laki pemerkosa) telah menyelesaikan perbuatannya sampai selesai
(mengeluarkan air mani).Jika hal ini tidak sampai terjadi , maka secara eksplisit, apa yang
dilakukan laki-laki itu belum patut dikategorikan sebagai perkosaan.

Selain itu, kekerasan atau ancaman kekerasan itu hanya berlaku di luar ikatan
perkawinan.Dengan kata lain, kekerasan atau ancaman kekerasan sehubungan dengan
persetubuhan (pemaksaan hubungan seksual) dalam ikatan perkawinan tidak disebut
sebagai kejahatan perkosaan.Artinya rumusan itu tidak memasukkan istilah “marital rape”
(perkosaan dalam ikatan perkawinan) di dalamnya. Dalam hukum Islam pun, tidak dikenal
istilah perkosaan dalam perkawinan. Soal hubungan biologis (seksual) antara suami istri
diatur mengenai etikanya, seperti tentang keharusan (kewajiban) suami menberikan nafkah
batin (seks) pada isterinya dengan cara menpergaulinya yang baik (tidak perlu dilakukan
dengan kekerasan), sedangkan isteri (perempuan) berkewajiban melayani kebutuhan
seksual kepada suaminya

Sementara itu, Islam sebagai agama yang yang dating membawa misi penyelamatan dan
pembebasan, juga membawa misi keseimbangan hak antara lakilaki dan perempuan
(suami-istri) dan meletakkan status perempuan sebagai mitra, yang kedudukannya jelas
tidak berada di bawah kaum lelaki. Bagi seorang perempuan muslim yang bersetubuh atau
berbuat zina karena diperkosa, tidak ada hukuman Hadd baginya. Hal ini berdasarkan atas
firman Allah Swt dalam surah Al Baqarah ayat : 173 Firman Allah Swt :"Tetapi Barangsiapa
dalam Keadaan terpaksa sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” Demikian ayat tersebut di atas menjelaskan Barangsiapa dalam keadaan
terpaksa sedang dia tidak mengingikannya dan dia tidak pula melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya.

3) Menurut Michael Rubenstein


Menurut Michael yang diutarakan Rohan Coller Pelecehan seksual adalah sifat perilaku
seksual yang tidak diinginkan atau tindakan yang didasarkan pada seks yang menyinggung
si penerima.

4) Menurut Elli N. Hasbianto


Pelecehan seksual adalah perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara searah,
sehingga menimbulkan reaksi yang negatif pada orang yang menjadi sasaran. Dari definisi
di atas, maka sangatlah jelas bahwa pelecehan seksual dilakukan secara sepihak oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan hal tersebut menimbulkan ketidak
senangan korban atas perbuatan yang dilakukan kepadanya.

6
BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan model analisis wacana. Model yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah satu model yang diperkenalkan oleh van Dijk.
Teun Adrianus van Dijk adalah seorang sarjana di bidang linguistik teks, dirinya pun sudah
menjadi seorang profesor studi wacana. Analisis wacana dirasa analisis yang paling tepat
dalam penelitian ini. Model van Dijk adalah model analisis wacana yang paling sering
digunakan. Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial dan
konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam
satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi
sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu wartawan.
Sementara itu aspek konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang
dalam masyarakat akan suatu masalah.

B. JENIS DATA
Data yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah teks berita mengenai pemerkosaan
santriwati pada media online kompas.com Media online tidak seperti media cetak pada
umumnya, media online tidak mempunyai edisi tetapi mempunyai fasilitas pencari (search)
tema berita. Jadi semua berita yang berkaitan dengan pemberitaan pemerkosaan
santriwati akan penulis teliti dengan analisis wacana model van Dijk. Tercatat ada banyak
pemberitaan mengenai kasus pemerkosaan terhadap santriwati pada media online
kompas.com

C. SUMBER DATA

1. Sumber Data Primer


Sumber data primer berupa teks berita, diperoleh dari media online kompas.com,
tentang pemberitaan kasus pemerkosaan 12 santriwati di Bandung yang dilakukan oleh
gurunya di pesantren.

7
2. Sumber Data Sekunder
Untuk data sekunder, penulis lebih banyak mengambil dari berbagai rujukan. Pada
umumnya diperoleh dari berita di TV, media massa cetak dan elektronik, internet dan lain-
lain, yang berhubungan dan relevan dengan masalah yang diteliti sehingga mendukung
penelitian ini.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Untuk pengumpulan data, penulis mengambil dari arsip berita yang diarsipkan media
online kompas.com .Selain itu data juga didapatkan melalui cara observasi dan wawancara.
Observasi yang dimaksud adalah observasi teks-teks berita pada media online kompas.com
mengenai kasus pemerkosaan 12 santriwati. Wawancara adalah dengan mewawancarai
wartawan media online kompas.com ,sedangkan wawancara berkisar pandangan mengenai
kasus pemerkosaan. Dan terakhir adalah menelaah data sekunder berupa buku yang
berkaitan dengan penelitian terutama buku mengenai teori van Dijk.

8
BAB IV

ANALISIS DATA & PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA
Kamus besar bahasa Indonesia menyatakan analisis adalah melakukan penyelidikan
mendalam terhadap suatu hal agar diketahui maksud sebenarnya. Dengan demikian
penulis akan merumuskan data apa saja yang akan dianalisa. Sesuai dengan tujuan analisis
data adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pemberitaan pelecehan
seksual dan bagaimana berita berhasil dibuat. Analisis datanya sebagai berikut:

1. Mengkategorisasikan berita yang akan diteliti

2. Mengumpulkan data primer dan sekunder

3. Menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan analisis wacana model van Dijk

4. Menyimpulkan antara teks dengan teori dan mengintepretasikan hasil penelitian

B. PEMBAHASAN
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual yang dilakukan Herry
Wirawan terhadap 12 santriwati diantaranya karena faktor ekonomi yaitu
kemiskinan, faktor tingkat pendidikan yang rendah, faktor media sosial baik dalam
bentuk tontonan, gambar atau bacaan pornografi, serta faktor kondisi keluarga dan
lingkungan masyarakat yang tidak mau peduli terhadap lingkungan pesantren.

2. Selain dampak fisik, anak juga bisa mengalami dampak psikis. Ia bisa terkena
depresi, kecemasan, gangguan stres pasca trauma atau PTSD, gangguan makan, dan
masalah seksual. Masalah seksual bisa jadi serius seperti fobia terhadap hubungan
seks, atau bisa juga terbiasa melakukan kekerasan pada saat berhubungan seksual.

3. Modus yang dilakukan oleh Herry Wirawan saat ingin melakukan pelecehan seksual
terhadap santri diantaranya dilakukan pelaku dengan pelaku melakukan
pendekatan terhadap santri dengan menawarkan sesuatu seperti menjanjikan akan
membiayai kuliah dan akan mendaftarkan polwan, pelaku seringkali membisikkan
sesuatu jika ingin melakukan aksi bejatnya tersebut yang membuat santriwati
menjadi nurut dengannya.

9
4. Edukasi tentang seksualitas harus dilakukan sejak dini, bagaimana seorang anak
harus bisa menjaga tubuhnya, menjaga pandangan, menjaga kemaluan. Edukasi ini
dilakukan sebelum anak masuk ke pesantren.
-Sadarkan keluarga terutama anak-anak untuk mengenali situasi potensial yang
dapat menyeret ke jurang pelecehan.
-Jangan segan dan sungkan membahas masalah pelecehan seksual yang muncul di
pemberitaan media massa.
-Latih diri dan anak-anak untuk dapat bersikap tegas walau mungkin itu
bertentangan dengan karakternya.

10
BAB V

KESIMPULAN & SARAN


A. KESIMPULAN
1. Korban perkosaan perlu mendapat perlindungan karena korban mengalami dampak
yang sangat kompleks. Dampak yang dirasakan korban adalah penderitaan ganda
yang meliputi penderitaan fisik, psikis, dan sosial. Kedudukan dan peran korban
perkosaan sebagai saksi di dalam persidangan turut menambah penderitaan
korban. Penderitaan korban perkosaan dialami korban pada saat sebelum
persidangan, selama persidangan dan sesudah persidangan oleh karenanya korban
perkosaan memerlukan perlindungan agar korban merasa aman dari segala bentuk
ancaman dan untuk menjamin korban dalam usaha pemulihannya.

2. Bentuk upaya perlindungan yang dapat diberikan kepada korban perkosaan adalah
perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban jo Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2008
tentang pemberian Kompensasi, Restitusi, serta Bantuan Kepada Saksi dan Korban
melalui LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban). Bentuk-bentuk
perlindungan tersebut meliputi :
a. Restitusi
Korban perkosaan berhak mendapat restitusi karena perkosaan merupakan
tindak pidana khususnya kejahatan kesusilaan yang diatur di dalam Buku II
KUHP Pasal 285.Korban perkosaan berhak mendapat restitusi karena
perkosaan merupakan tindak pidana khususnya kejahatan kesusilaan yang
diatur di dalam Buku II KUHP Pasal 285.
b. Bantuan Medis dan Bantuan Psiko-sosial Korban perkosaan berhak
mendapatkan bantuan medis dan bantuan psiko-sosial karena korban
perkosaan adalah korban tindak pidana yang berhak dipulihkan ke dalam
keadaan semula.

B. SARAN
1. Hendaknya para santriwati harus dapat diberikan pengajaran tentang bahayanya
praktek pelecehan seksual yang mungkin akan menimpanya, sehingga para
santriwati dapat terhindar jika ada pihak-pihak yang hendak melakukan perbuatan
pelecehan seksual terhadapnya untuk dapat segera melaporkan hal tersebut
kepada orang yang lebih dewasa untuk dapat diproses.

11
2. Hendaknya diharapkan pihak kepolisian dapat berkerjasama dengan pihak pondok
pesantren Manarul Huda terkait dengan penyuluhan hukum atau sosialisasi secara
rutin agar para santriwati maupun pekerja di pondok pesantren Manarul Huda yang
hendak melakukan pelecehan seksual menjadi berpikir dua kali dalam melakukan
tindakannya.

3. Pemerintah selaku legislator perlu melakukan revisi Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2006 karena belum sepenuhnya melindungi dan menjamin kepentingan
korban khususnya korban perkosaan. Diharapkan ke depan ada suatu peraturan
perundang-undangan yang sepenuhnya melindungi dan menjamin kepentingan
korban perkosaan baik sebelum persidangan, selama persidangan, dan sesudah
persidangan.

4. Hendaknya keluarga lebih pintar dan jelih dalam menjaga anak perempuannya dan
juga apabila ingin mendaftarkan anaknya ke pondok pesantren harus bisa memilih
pesantren yang baik dan juga bagus agar hal-hal yang tidak diinginkan terjadi

12
DAFTAR PUSTAKA

Kompas.com , 2021. “Kasus 12 Santriwati Korban Pemerkosaan Guru Pesantren di


Bandung”.http://regional.kompas.com/read/2021/12/11/055000578/fakta-di-balik-
kasus-12-santriwati-korban-pemerkosaan-guru-pesantren-di
Detiknews.com , 2021. “Tujuh Fakta Ngeri Pemerkosaan 12 Santriwati di Bandung”.
https://news-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/news.detik.com/berita-jawa-
barat/d-5848595/tujuh-fakta-ngeri-pemerkosaan-12-santriwati-di-bandung

Jabar.inews.id , 2021. “7 Fakta Kasus Pemerkosaan 12 Santriwati oleh ustadz HW di


Bandung, No. 6 bikin darah mendidih”.
https://jabar-inews-id.cdn.ampproject.org/v/s/jabar.inews.id/amp/berita/7-fakta-
kasus-pemerkosaan-12-santriwati-oleh-ustaz-hw-di-bandung-nomor-6-bikin-darah-
mendidih

Suaramerdeka.com , 2021. “8 Fakta Kasus Pemerkosaan 12 Santriwati di Bandung.Poin 3


bikin miris”.
https://www-suaramerdeka-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.suaramerdeka.com
/nasional/amp/pr-042121313/8-fakta-kasus-pemerkosaan-12-santriwati-di-
bandung-poin-ketiga-bikin-miris

m.liputan6.com , 2021. “Cerita Pilu Korban Pemerkosaan Guru Pesantren di


Bandung”.https://m.liputan6.com/news/read/4734937/cerita-pilu-santriwati-
korban-pemerkosaan-guru-pesantren-di-bandung

13
14
LAMPIRAN-LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai