Pencetak : PT Gramedia
Pembukaan
Ernest Francois Eugene Douwes Dekker yang di dalam tubuhnya mengalir darah
Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa tapi rasa nasionalisme nya sangat kuat melebihi warga
negara Indonesia asli. Beliau mendirikan partai pertama di Indonesia yang bernama Indische
Partij. Tidak hanya mendirikan partai, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker juga
mendirikan sebuah media cetak yang bernama De Expres, yang selalu mengkritik pemerintah
kolonial dan menyuarakan penderitaan rakyat Indonesia.
Sinopsis
Douwes Dekker atau yang dikenal sebagai Danudirja Setiabudi atau DD, lahir di
Pasuruan, Jawa Timur pada tanggal 8 Oktober 1879. Beliau terlahir dengan nama Ernest
Francois Eugene Douwes Dekker. Di tubuh putra Pasuruan tersebut bersemayam darah
campuran. Auguste memiliki darah Belanda dari ayahnya, Jan (adik Eduard “Multatuli”
Douwes Dekker), dan dari ibunya, Louise Bousquet. Ibu Ernest, Louisa Neumann, lahir di
Pekalongan, Jawa Tengah, dari pasangan Jerman – Jawa.
Perjalanan rumah tangga Douwes Dekker menikah sebanyak 3 kali dalam hidupnya
dengan istri pertamanya bernama Clara Charlotte Deije, perempuan Jerman asli. Mereka
menikah pada 1904, saat usia Douwes Dekker 25 tahun. Douwes Dekker memperoleh 5 anak
dua diantaranya lelaki tapi meninggal saat masih kecil. Tetapi mereka berpisah pada tahun
1915, resminya lima tahun kemudian. Pengadilan Belanda memutuskan tiga putri mereka
diserahkan kepada Clara karena Douwes Dekker tidak memiliki penghasilan tetap dan anti
Belanda.
Kelebihan buku ini yaitu memiliki illustrasi yang banyak sehingga menarik perhatian
dan mempermudah pembacanya. Buku ini juga menjelaskan tentang kehidupan Douwes
Dekker dengan lengkap, detail dan mudah dipahami. Serta kualitas dari kertas buku ini tidak
mudah sobek.
Dan Kekurangan buku ini yaitu alur maju dan mundur sehingga beberapa bagian sulit
dipahami
Kesimpulan
Buku ini sangat saya rekomendasikan karena di dalam nya terkandung semangat
Douwes Dekker dalam menyuarakan kesetaraan ras dan juga upaya untuk terlepas dari
kolonialisme Belanda. Kedua beliau tidak takut dalam melawan Belanda, diwujudkan dalam
pembentukan organisasi yang beliau bentuk dan beliau ikuti demi terwujudnya cita – cita
bangsa Indonesia.
Serta Douwes Dekker selalu bersemangat dalam menularkan rasa nasionalisme,
khusus nya untuk para generasi muda yang terwujud dengan dibukanya Ksatrian Institut.
Douwes Dekker juga selalu berani dalam membela Bangsa Indonesia. Dimana hal – hal diatas
mulai luntur termakan perubahan zaman. Oleh karena itu buku ini paling cocok dibaca oleh
kalangan generasi muda, supaya lebih terbentuk rasa nasionalisme cinta tanah air Indonesia.