Anda di halaman 1dari 3

TOKOH PENDIRI PARTAI POLITIK PERTAMA DI INDONESIA

Judul buku : DOUWES DEKKER

(Sang Inspirator Revolusi)

Penulis : Purwanto Setiadi d.k.k

Penerbit : Keperpustakaan Populer Gramedia

dengan Majalah Tempo

Pencetak : PT Gramedia

Waktu terbit : 2012

Tebal : 168 halaman

Bahasa : Bahasa Indonesia

Pembukaan

Ernest Francois Eugene Douwes Dekker yang di dalam tubuhnya mengalir darah
Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa tapi rasa nasionalisme nya sangat kuat melebihi warga
negara Indonesia asli. Beliau mendirikan partai pertama di Indonesia yang bernama Indische
Partij. Tidak hanya mendirikan partai, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker juga
mendirikan sebuah media cetak yang bernama De Expres, yang selalu mengkritik pemerintah
kolonial dan menyuarakan penderitaan rakyat Indonesia.

Sinopsis

Douwes Dekker atau yang dikenal sebagai Danudirja Setiabudi atau DD, lahir di
Pasuruan, Jawa Timur pada tanggal 8 Oktober 1879. Beliau terlahir dengan nama Ernest
Francois Eugene Douwes Dekker. Di tubuh putra Pasuruan tersebut bersemayam darah
campuran. Auguste memiliki darah Belanda dari ayahnya, Jan (adik Eduard “Multatuli”
Douwes Dekker), dan dari ibunya, Louise Bousquet. Ibu Ernest, Louisa Neumann, lahir di
Pekalongan, Jawa Tengah, dari pasangan Jerman – Jawa.

Douwes Dekker aktif dalam banyak organisasi yang menyerukan penyingkiran


kesombongan rasial serta keistimewaan ras dalam ketatanegaraan dan kemasyarakatan. Salah
satu organisasi Douwes Dekker yang menyerukan permaslahan tersebut adalah Indische
Partij, yang bertujuan membangkitkan rasa patriotisme orang Hindia untuk tanah yang
memberinya kehidupan, yang mendorongnya untuk bekerja sama atas dasar persamaan hak
politik nasional untuk mengembangkan tanah air Hindia ini, dan untuk mempersiapkan
sebuah kehidupan bangsa yang merdeka.
Douwes Dekker juga menerbitkan surat kabar De Expres yang di setiap terbitannya
mengecam Belanda dan membangkitkan nasionalisme. Tetapi akibatnya pada tahun pertama
koran itu terbit terdapat 5 gugatan hukum. Setelah Indische Partij di bubarkan oleh kolonial
Belanda. Douwes Dekker kembali aktif di organisasi Insulinde tetapi akhirnya kembali di
tentang Belanda. Lalu pada akhirnya Douwes Dekker melanjutkan cita – cita Indische Partij
melalui Ksatrian Instituut yang selalu mengajarkan pentingnya bangsa merdeka dan mandiri.

Perjalanan rumah tangga Douwes Dekker menikah sebanyak 3 kali dalam hidupnya
dengan istri pertamanya bernama Clara Charlotte Deije, perempuan Jerman asli. Mereka
menikah pada 1904, saat usia Douwes Dekker 25 tahun. Douwes Dekker memperoleh 5 anak
dua diantaranya lelaki tapi meninggal saat masih kecil. Tetapi mereka berpisah pada tahun
1915, resminya lima tahun kemudian. Pengadilan Belanda memutuskan tiga putri mereka
diserahkan kepada Clara karena Douwes Dekker tidak memiliki penghasilan tetap dan anti
Belanda.

Berikutnya Douwes Dekker menikahi Johanna Petronella Mosel. Pada 22 September


1926, disaksikan adik Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, mereka nekat menikah di
Bandung tetapi pada pernikahan kedua ini tidak berlangsung lama karena Douwes Dekker
diasingkan di Ngawi lalu Suriname.

Mengetahui bahwa Johanna telah menikah dengan Djafar Kartodirejo, Douwes


Dekker tak lama kemudian menikahi Nelly Alberta Kruymel, pada tahun 1947. Douwes
Dekker kemudian menggunakan nama Danudirja Setiabudi dan Nelly menggunakan nama
Harumi Wanasita, nama-nama yang diusulkan oleh Sukarno. Tetapi kondisi Douwes Dekker
tak pernah membaik. Beliau terkena serangan bronkitis dan jantung. Pada tanggal 28 Agustus
1950 kisah cinta keduanya berakhir di rumah mereka di Jalan Lembang, Bandung Utara.
Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung

Kelebihan dan Kekurangan Buku DOUWES DEKKER (Sang Inspirator Revolusi)

Kelebihan buku ini yaitu memiliki illustrasi yang banyak sehingga menarik perhatian
dan mempermudah pembacanya. Buku ini juga menjelaskan tentang kehidupan Douwes
Dekker dengan lengkap, detail dan mudah dipahami. Serta kualitas dari kertas buku ini tidak
mudah sobek.
Dan Kekurangan buku ini yaitu alur maju dan mundur sehingga beberapa bagian sulit
dipahami

Kesimpulan

Buku ini sangat saya rekomendasikan karena di dalam nya terkandung semangat
Douwes Dekker dalam menyuarakan kesetaraan ras dan juga upaya untuk terlepas dari
kolonialisme Belanda. Kedua beliau tidak takut dalam melawan Belanda, diwujudkan dalam
pembentukan organisasi yang beliau bentuk dan beliau ikuti demi terwujudnya cita – cita
bangsa Indonesia.
Serta Douwes Dekker selalu bersemangat dalam menularkan rasa nasionalisme,
khusus nya untuk para generasi muda yang terwujud dengan dibukanya Ksatrian Institut.
Douwes Dekker juga selalu berani dalam membela Bangsa Indonesia. Dimana hal – hal diatas
mulai luntur termakan perubahan zaman. Oleh karena itu buku ini paling cocok dibaca oleh
kalangan generasi muda, supaya lebih terbentuk rasa nasionalisme cinta tanah air Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai