DRAMA 5 ORANG
DISUSUN OLEH :
KELAS : XI IPA 1
Tokoh :
1. Febby
2. Mala
3. Dina
4. Bu Yulianti
5. Dokter
Dialog :
Febby, Mala, dan Dina saling bersahabat. Meskipun begitu, Febby dan Mala lebih dekat
karena mereka sudah bersahabat sejak kecil. Sedangkan Dina bersahabat dengan Febby
dan Mala baru dua tahun yang lalu atau tepatnya saat kelas satu SMA.
Sepulang sekolah, Febby dan Dina pun mengikuti ekskul AutoCAD. Jam setengah
empat ekskul selesai dan mereka segera ke tempat parkir kenderaan untuk pulang.
Namun di tengah perjalanan ke tempat parkir, mereka melihat sesosok gadis yang
sedang berdiri di pinggir lapangan basket.
Dina :Dia siapa ya ?
Febby :Murid pindahan mungkin. (memerhatikan gadis yang sedang membelakangi
mereka)
Dina : Kalau dia murid pindahan, kenapa dia ada di sekolah saat jam ekskul basket?
Febby : Tau. Kita samperin yuk!
Dina : Bentar-bentar.
Febby menghampiri gadis yang ada di pinggir lapangan tersebut untuk menjawab rasa
penasarannya.
Febby : (Bergumam karena penasaran) Kok dia mirip Mala ya? Mala! (memanggil
gadis tersebut)
Mala :(berbalik) Febby?
Febby :Mala, kamu kok nggak masuk sekolah? terusi kenapa kamu jam segini di
sekolah?
Mala : (Menggenggam secarik kertas) Aku datang kesini karena aku mau kasih tahu
sesuatu ke kamu.
Febby : Kasih tahu apa?
Mala : Aku mau ngucapin terima kasih karena selama ini kamu sudah baik banget
sama aku. Kamu sudah mau jadi sahabat aku, pengertian sama aku, dan aku juga minta
maaf kalau aku punya salah sama kamu.
Febby : Kamu kenapa La? Kenapa kamu ngomong begitu? Apa yang kamu
sembunyiin dari aku?
Mala : (Menangis tersedu-sedu) Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan untuk
ngebalas kebaikanmu di sisa-sisa waktuku ini.
Febby : Sisa-sisa waktu? Maksudnya? Memangnya kamu mau kemana La?
Mala : Kamu tahu kan kalau kepala aku itu sering sakit?
Febby : Iya. Terus kenapa memangnya?
Mala : Karena aku sudah nggak tahan sakitnya, kemarin aku periksa ke dokter, terus
saat itu juga dokter menyuruhku untuk dironsen, dan tadi pagi aku ambil hasil
ronsennya.
Febby : Terus, bagaimana hasil ronsennya?
Mala tak menjawab pertanyaan Febby. Langsung saja Febby merebut secarik kertas
yang sedari tadi digenggam oleh Mala.
Febby :Apa? Ini nggak mungkin. Saudari Mala Salsabila Putri positif mengidap
kanker otak? Kamu bohong kan La?
Mala : Kamu bisa lihat sendiri kan Febby. Itu semua bukan rekayasa. Hidup aku
sebentar lagi berakhir. Sebentar lagi aku akan ninggalin kamu untuk selama lamanya.
Harapan hidup aku sudah kecil banget.
Febby : Nggak, kamu nggak boleh bilang begitu, kita nggak boleh pisah, nggak
boleh.
Mala : Tapi Febby, setiap ada pertemuan, di situ juga pasti ada perpisahan.
Febby : Nggak, aku nggak mau La. Aku nggak mau pisah sama kamu.
Tiba tiba Mala merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Lalu kemudian
pingsan.
Mala : (Memegangi kepalanya) Aw, sakit. Kepalaku sakit Febby.
Febby : Mala, kamu kenapa? (Menopang tubuh Mala yang pingsan)
La bangun La! Bangun! Ya Tuhan, Mala kenapa? Tolong… tolong…
Mala pun segera dibawa ke rumah sakit. Kemudian, Mala segera ditangani oleh Dokter.
Febby pun menelfon ibu Mala, Bu Yulianti agar segera datang melihat keadaan Mala.
Febby : Hallo Bu Yulianti
Bu Yulianti : Hallo. Ada apa Febby?
Febby : Ibu bisa datang ke rumah sakit Sehat Sejahtera, tidak bu?
Bu Yulianti : Memangnya ada apa nak?
Febby :Mala pingsan bu. Dan saat ini ada di rumah sakit.
Bu Yulianti : Iya. Ibu secepatnya kesana. Terima kasih ya sudah memberi tahu.
Febby : Iya bu. Sama-sama.
Tak berapa lama kemudian, Bu Yulianti pun datang. Setelah satu jam menunggu,
akhirnya Dokter pun telah selesai memeriksa keadaan Mala. Namun, Dokter terlihat
tidak bahagia.
Bu Yulianti : Dokter, bagaimana keadaan Mala?
Dokter :Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar besarnya, saya sudah bekerja
dengan semaksimal mungkin, tapi saya bukanlah Tuhan yang bisa mengubah jalan
hidup seseorang. Maaf, anak ibu tidak bisa di selamatkan. Kondisinya sudah sangat
kritis, dan sel kanker tersebut telah menyebar keseluruh tubuhnya.
Bu Yulianti : Maksud Dokter, Mala sudah meninggal?
Dokter : Saya sudah berusaha bu. Ini sudah takdir.
Bu Yulianti : Mala, ini tidak mungkin. tidak mungkin.
Dokter pun pergi meninggalkan Febby dan Bu Yulianti. Febby pun menghampiri Bu
Yulianti yang sedang meratapi kepergian Mala.
Febby : Ibu yang sabar ya bu. Saya yakin di balik semua ini pasti ada hikmah yang
bisa dipetik.
Bu Yulianti :Terima kasih selama ini kamu sudah menjadi sahabat terbaik Mala .
Febby : Sudah bu, saya juga sedih karena kepergian Mala. Tapi nasi sudah menjadi
bubur. Dan semua itu sudah tisak bisa kembali.
Bu Yulianti : Ya, kamu benar. Semoga saja Mala tenang disisi-Nya.
Febby : Amin…
Sesampai di pemakaman, Febby dan Dina melihat Bu Yulianti yang berlinang air mata.
Febby :Mala, kenapa kamu cepet banget tinggalin aku? Aku nggak mau pisah sama
kamu.
Dina : Sudahlah Febby, kita harus relakan kepergian Mala. Ini semua sudah takdir
Tuhan.
Febby : (Menangis sambil memandangi batu nisan Mala )Mala, kenapa kamu pergi
sebelum aku bisa bikin kamu bahagia. Asal kamu tahu La, di hatiku nggak ada sahabat
sebaik kamu. Kamu itu sahabat sejatiku yang selalu bisa menemaniku dalam suka
ataupun duka. La, semoga kamu tenang di alam sana. Aku harap, kamu nggak akan
lupakan aku dan Dina, karena kami juga nggak akan pernah lupakankamu. Selamat
jalan ya sobat! (Beranjak pergi meninggalkan rumah abadi milik sahabatnya)
** TAMAT **