Anda di halaman 1dari 3

Kepergian Nenek

(Oleh: Widya Lubis Vanessa)

Pada zaman dahulu ada seorang anak yang bernama Neyla Indah Purnama Ulfa, biasa
dipanggil Nipu. Sejak dia kecil, dia tinggal di rumah nenek meskipun orang tuanya sudah
menyiapkan rumah untuk mereka. Mereka merasa lebih nyaman tinggal di rumah neneknya.
Disana ada 5 orang penghuni, yaitu: Neyla, Ibu, Tante, Nenek dan Kakeknya yang semuanya
menyayanginya. Ayahnya tidak tinggal di rumah itu karena dia bekerja di luar negeri. Rumah
Om Neyla berada di dekat rumah neneknya, sehingga beliau sering main ke rumah nenek.
Neyla lebih suka memanggil Nenek dengan sebutan Mak Haji, untuk Kakek biasa dia panggil
Abah Kong, dan Tante Neyla panggil Mbak karena dia masih muda.

Saat dilaksanakannya tahlil 1000 hari Mak Haji,


Neyla menjadi teringat hari itu, waktu Mak Haji merasa
tidak enak badan. Ibunya segera memberinya obat yang
pernah diberi oleh dokter langganan Mak Haji. Mak Haji
sering merasa tidak enak badan setelah beliau mengalami
kecelakaan dengan Abah Kong beberapa bulan yang lalu.
Setelah agak siangan, Mak Haji istirahat sedangkan Ibu Neyla merebus pisang untuk Mak Haji.
Pisang rebusnya sudah matang, Ibu Neyla segera menyiapkannya di piring sambil membuatkan
Mak Haji teh hangat.

”Mak, ini pisang rebusnya sudah matang, mau dimakan sekarang apa nanti?” tanya ibu
Neyla berulang kali dari dapur. Karena tak ada sautan dari Mak Haji Ibu menyuruh Neyla
untuk melihat keadaan Mak Haji.sampai di kamarnya Neyla dapati Mak Haji yang sedang
dalam posisi tiduran tetapi matanya tidak terpejam.

Neyla berkata,”Mak Haji, pisang rebusnya sudah matang, mau dimakan sekarang apa
nanti?” Beliau hanya diam sambil mengedip-edipkan matanya bagaikan suatu isyarat dari orang
tunawicara. Dia ulangi perkataannya karena Dia kira Mak Haji hanya bercanda, ternyata
hasilnya sama saja.

Dengan panik Neyla menceritakan itu semua kepada Ibunya. Ibu segera menemui Mak
Haji di kamarnya. Ibu bertanya,”Mak, sekarang Mak minta dibawa ke mana? Ke Rumah Sakit
Kusuma atau Rumah Sakit Umum Daerah?” Beliau tetap diam. Segeralah Ibu Neyla menelpon
om tetapi lebih akrab dipanggil Pakde. Ternyata Mak Haji tak bisa bicara menulis, berdiri dan
berjalan. Untuk menuju mobil beliau diangkat oleh Pakde dan Abah Kong. Ibu Neyla dan
Pakde Agung yang mengantar Mak Haji ke RSUD Jombang. Neyla, Mbak Rani dan Abah
Kong tetap di rumah sambil menunggu berita selanjutnya dari Ibu Neyla. Kami semua sedih
dan khawatir.
Saat sang raja siang sudah digantikan oleh bintang dan bulan, barulah Pakde datang
sendirian untuk mengambil perlengkapan yang dibutuhkan sedangkan ibu Neyla masih
menjaga Mak Haji di Rumah Sakit. Pakde mengatakan bahwa Mak Haji dinyatakan dokter
terkena penyakit stroke. Saat Pakde kembali ke Rumah Sakit Neyla minta izin untuk ikut, tetapi
Pakde tak mengizinkannya.

Beberapa hari setelah Mak Haji dirawat, barulah Neyla dan Mbak Rani diizinkan
untuk ikut. Sampai disana Mak Haji seperti orang tidur, ”itulah keadaannya sejak dirawat di
situ,” kata ibu Neyla. Tetapi setelah Mbak dan Neyla membisikkan sepatah kata di telinga
beliau, mata beliau terbuka dan beliau mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas, seperti
perkataan orang yang mulutnya ditutup laksban. Sekitar 13 hari beliau dirawat, kesehatannya
semakin membaik dan dokter memperbolehkan Mak Haji dirawat jalan meskipun beliau masih
belum bisa bicara, jalan dan melakukan aktivitas lain. Beliau hanya bisa tiduran dan dirawat
oleh Pakde karena Ibu Neyla juga repot mengurus toko.

Selain diobati secara medis, Mak Haji juga diobati dengan cara terapi. Beberapa hari
dirawat di rumah, Mak Haji memperlihatkan keadaan yang semakin sehat. Harapan Neyla dan
keluarga yang ingin bisa berkumpul bersama lagi dengan Mak dalam keadaan sehat wal afiat
semakin terbuka lebar.

Tetapi Allah berkehendak lain malam itu, setelah Ibu dan Pakde pergi ke rumah orang
yang dulunya sakit seperti Mak Haji ternyata sekarang sudah sembuh dan dapat melakukan
kegiatan seperti sebelum semula.Waktu itu,Neyla dan Mbak Rani yang menjaganya.Mereka
agak cemas karena tubuh Mak Haji terasa dingin. Setelah Ibu Neyla datang, beliau sangat
panik.Ibu Neyla memberi minyak kayu putih di kaki dan badan Mak Haji, dipakaikan kaos kaki
dan selimut tebal dengan maksud untuk menghangatkannya. Tetapi ada yang aneh dengan kuku
Mak Haji, kukunya berwarna agak kebiruan-biruan. Setelah pukul 21.30 WIB keadaan Mak
Haji sangat menurun.

Pakde segera menyiapkan mobil untuk mengantar Mak Haji ke rumah sakit. Tetapi
sebelumnya Pakde meminta bantuan tetangga yang merupakan ulama di desa,”Bukannya ingin
mendahului kehendak Allah, tapi percuma bila dibawa ke Rumah Sakit dia tetap tidak bisa
terselamatkan.” Kata beliau. Beliau menyimpulkan begitu karena melihat kuku Mak Haji.
Ternyata orang yang kukunya agak kebiru-biruan alami bukan karena diberi pewarna kuku itu
tanda-tanda orang tersebut akan meninggal. Keluarga Neyla tetap berkeputusan membawa Mak
Haji ke Rumah Sakit.Menurut mereka tidak ada yang percuma demi keselamatan dan
kesembuhan orang yang mereka sayang.

Waktu akan diangkat ke mobil, tepat pukul 22.00 WIB hari Kamis Wage bulan
September 2007 Mak Haji menghembuskan nafas terakhirnya. Seketika itu juga tumpahlah
tangisan Neyla dan keluarga. Ulama tersebut memberi tahu ke semua tetangganya.Tetangga
Neyla langsung berdatangan ke rumah Neyla untuk menenangkan dan ikut berbela sungkawa.
Kenyataan itu membuat Neyla sangat sedih dan terpukul karena harus kehilangan nenek yang
sangat-sangat menyayanginya.

Saat Mak Haji akan dibawa ke pemakaman yang tidak


begitu jauh dari rumah Neyla, teringat semua kenangan saat
Neyla sedang bersamanya. Dulu setiap pagi, Neyla diajak ke
pasar dan diizinkan memilih makan dimanapun yang Neyla
suka.Setiap hari bila Neyla berangkat ngaji dan les beliau yang
mengantarkannya, apabila Neyla dimarahi ibu, beliau yang
selalu ada untuk menghiburnya,semua keinginan itu selalu
diturutinya. Saat ada beliau Neyla selalu dimanja, dan masih
banyak kenangan yang muncul di benak Neyla, tetapi tak
mungkin dia sebutkan satu persatu.

Sampai 7 harinya Mak Haji, Neyla belum juga bisa menghentikan tangisannya, Neyla
takut tak bisa menjalani hidup selanjutnya bila tak ada Mak Haji meskipun ada Ibu. Karena saat
itu Neyla memang lebih dekat ke Mak Haji daripada Ibunya.Ibu tak henti-henti menasehati
Neyla untuk bersabar, ikhlas, dan lebih baik mendoakan Mak daripada menangis.

Lama-kelamaan akhirnya Neyla mulai sadar, percuma dia menangis tak henti-henti, itu
semua tak akan bisa mengembalikan Mak Haji ke hadapannya lagi. Dia berusaha mengambil
sisi positifnya saja, agar dia tak terpuruk selamanya dalam kesedihan dan kepedihan. Itu semua
kejadian saat Neyla sedang kelas 3 SD.

Anda mungkin juga menyukai