Mala, seorang gadis yang tinggal bersama ibunya, Bu Yulianti di sebuah rumah di
tengah kota. Mala menjalin persahabatan dengan Farel dan Dion. Namun, suatu
hari terjadi sesuatu yang membuat persahabatan mereka berjauhan bahkan
berpisah karena kematian Mala, yang merupakan perpisahan yang sangat berat
dihadapi oleh Farel dan Dion.
Farel, Mala, dan Dion saling bersahabat. Meskipun begitu, Farel dan Mala lebih dekat karena
mereka sudah bersahabat sejak kecil. Sedangkan Dion bersahabat dengan Farel dan Mala
baru dua tahun yang lalu atau tepatnya saat kelas satu SMA.
Dion : Duh, Farel. sepertinya aku nggak bisa ikiut jenguk Mala. Soalnya
kakakku SMS, katanya dia mau ke bandara jemput temannya yang datang dari
luar kota. Aku disuruh menemani adikku dirumah. Maaf ya. Sampaikan salamku
untuk Mala ya.
Farel : Ya sudah deh. Nggak apa-apa kok.
Dion : Kalau gitu, aku pergi dulu ya..
Farel : Ya. Hati-hati di jalan.
Farel menghampiri gadis yang ada di pinggir lapangan tersebut untuk menjawab rasa
penasarannya.
Farel : (Bergumam karena penasaran) Kok dia mirip Mala ya? Mala! (memanggil
gadis tersebut)
Mala :(berbalik) Farel?
Farel :Mala, kamu kok nggak masuk sekolah? terusi kenapa kamu jam segini di
sekolah?
Mala : (Menggenggam secarik kertas) Aku datang kesini karena aku mau kasih
tahu sesuatu ke kamu.
Farel : Kasih tahu apa?
Mala : Aku mau ngucapin terima kasih karena selama ini kamu sudah baik
banget sama aku. Kamu sudah mau jadi sahabat aku, pengertian sama aku, dan
aku juga minta maaf kalau aku punya salah sama kamu.
Farel : Kamu kenapa La? Kenapa kamu ngomong begitu? Apa yang kamu
sembunyiin dari aku?
Mala : (Menangis tersedu-sedu) Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan
untuk ngebalas kebaikanmu di sisa-sisa waktuku ini.
Farel : Sisa-sisa waktu? Maksudnya? Memangnya kamu mau kemana La?
Mala : Kamu tahu kan kalau kepala aku itu sering sakit?
Farel : Iya. Terus kenapa memangnya?
Mala : Karena aku sudah nggak tahan sakitnya, kemarin aku periksa ke dokter,
terus saat itu juga dokter menyuruhku untuk dironsen, dan tadi pagi aku ambil
hasil ronsennya.
Farel : Terus, bagaimana hasil ronsennya?
Mala tak menjawab pertanyaan Farel. Langsung saja Farel merebut secarik kertas
yang sedari tadi digenggam oleh Mala.
Farel :Apa? Ini nggak mungkin. Saudari Mala Salsabila Putri positif mengidap
kanker otak? Kamu bohong kan La?
Mala : Kamu bisa lihat sendiri kan Farel. Itu semua bukan rekayasa. Hidup aku
sebentar lagi berakhir. Sebentar lagi aku akan ninggalin kamu untuk selama
lamanya. Harapan hidup aku sudah kecil banget.
Farel : Nggak, kamu nggak boleh bilang begitu, kita nggak boleh pisah, nggak
boleh.
Mala : Tapi Farel, setiap ada pertemuan, di situ juga pasti ada perpisahan.
Farel : Nggak, aku nggak mau La. Aku nggak mau pisah sama kamu.
Tiba tiba Mala merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Lalu kemudian
pingsan.
Mala pun segera dibawa ke rumah sakit. Kemudian, Mala segera ditangani oleh
Dokter. Farel pun menelfon ibu Mala, Bu Yulianti agar segera datang melihat keadaan
Mala.
Tak berapa lama kemudian, Bu Yulianti pun datang. Setelah satu jam menunggu,
akhirnya Dokter pun telah selesai memeriksa keadaan Mala. Namun, Dokter terlihat tidak
bahagia.
Dokter pun pergi meninggalkan Farel dan Bu Yulianti. Farel pun menghampiri Bu
Yulianti yang sedang meratapi kepergian Mala.
Farel : Ibu yang sabar ya bu. Saya yakin di balik semua ini pasti ada
hikmah yang bisa dipetik.
Bu Yulianti :Terima kasih selama ini kamu sudah menjadi sahabat terbaik Mala .
Farel : Sudah bu, saya juga sedih karena kepergian Mala. Tapi nasi sudah
menjadi bubur. Dan semua itu sudah tisak bisa kembali.
Bu Yulianti : Ya, kamu benar. Semoga saja Mala tenang disisi-Nya.
Farel : Amin…
Dion : Farel! (berlari dengan terengah-engah) Aku sudah dengar dari teman-
teman kalau Mala meninggal karena kanker otak.
Farel : Iya. Hari ini dia akan dimakamkan.
Dion : Kalau begitu, ayo kita ke pemakaman Mala. Aku ingin melihat Mala
meski untuk yang terakhir kalinya.
Farel : Ya. (bergegas menuju pemakaman)
Sesampai di pemakaman, Farel dan Dion melihat Bu Yulianti yang berlinang air mata.
Farel :Mala, kenapa kamu cepet banget tinggalin aku? Aku nggak mau pisah
sama kamu.
Dion : Sudahlah Farel, kita harus relakan kepergian Mala. Ini semua sudah
takdir Tuhan.
Farel : (Menangis sambil memandangi batu nisan Mala )Mala, kenapa kamu
pergi sebelum aku bisa bikin kamu bahagia. Asal kamu tahu La, di hatiku nggak
ada sahabat sebaik kamu. Kamu itu sahabat sejatiku yang selalu bisa menemaniku
dalam suka ataupun duka. La, semoga kamu tenang di alam sana. Aku harap, kamu
nggak akan lupakan aku dan Dion, karena kami juga nggak akan pernah
lupakankamu. Selamat jalan ya sobat! (Beranjak pergi meninggalkan rumah abadi
milik sahabatnya)
** TAMAT **