Aku Aisyah, Aisyah Claudia Putri. Lahir di Kasongan pada tanggal 18 Mei
2002. Dan saat menulis cerita ini aku sudah mandi dan wangi, tetapi aku sedang
lapar.
“Ingat ya Syah, jangan pacaran dulu. Kamu masih perlu mengejar cita cita mu.”
Ucap ibuku.
“Hehe, iyanih tadi aku lambat bangun dan aku lupa menyiapkan buku untuk hari
ini.” Jawabku.
Sesampainya kami di kelas aku dan Farrel pun menaruh tas lalu menuju ke
kantin, banyak yang mengatakan bahwa kami dekat bahkan sedekat nadi tapi
kami tidak pernah menghiraukan apa yang mereka katakana, karena kami telah
menjaga komitmen satu sama lain.
Aku dan Farrel pun kembali ke kelas dan melihat ada sebuah kotak di atas
mejaku, seharusnya aku yang sangat antusias untuk mengetahui apa isi kotak
tersebut tapi kali ini berbeda, Farrel lah yang sangat antusias dengan kotak
misterius itu.
“Sudahlah, kita buka sekarang aja, siapa tau ini penting buat mu. Apa kamu
mempunyai secret admire Syah?”
Farrel pun membuka kotak itu dengan semangat dan berharap mendapatkan
sesuatu yang bisa menjawab pertanyaannya.
“Kalau isinya bom gimana? Aku gak mau tanggung jawab loh ya hehe, kalau
masalah secret admirer sih aku gak tau, lagian ngapain juga mereka ngeidolain
aku? Aku kan biasa biasa aja. Iyakan Rel?” jawabku.
Kotak itupun berhasil di buka dan ternyata isi kotak itu hanyalah selembar
kertas dan permen lollipop berbentuk hati.
“Nah kan, bener ni dugaan ku Syah. Kamu punya secret admirer di sekolah ini.”
Tak lama setelah Farrel keluar tiba tiba Hendro datang dan duduk di
sebelahku, bangku farrel lebih tepatnya. Dia menanyakan banyak hal tentang
kepribadianku, dari apa yang aku suka sampai yang tidak aku suka, bahkan
Hendro juga mengetahui bahwa pagi hari tadi aku telah mendapatkan sebuah
kotak misterius dari seseorang. Aku sempat curiga dan ingin bertanya pada
Hendro tapi saat dia mengatakan bahwa dia membutuhkan bantuan dariku untuk
bisa mendekatkan dia dengan salah satu dari sahabatku rasa curiga ku pun hilang
seketika, dan aku tidak jadi melontarkan pertanyaan padanya.
Bel sekolah pun berbunyi tetapi aku tak juga lekas untuk pergi dari kelas,
bahkan Farrel pun sama, dia menungguku sambil menatapku, sehingga itu
membuatku sangat tidak nyaman.
“Iya Farrel, ini juga mau pulang kok. Duluan aja kalau kamu lagi buru buru”
Aku pun menyusun beberapa alat tulisku dan mulai berjalan menuju
parkiran sepeda motor.
“Waalaikumsalam.”
Setelah deruan motor tak terdengar lagi dan Farrel tidak terlihat dari
pandanganku, aku langsung memarkiran motorku di depan teras.
“Assalamualaikum bu, assalamualaikum yah, kak Arin, kak Haqi, Kak Dika.”
Setelah ku ulang untuk beberapa kali akhirnya aku sadar bahwa tidak ada
satu orangpun yang berada di dalam satu kotak kecil ini yang biasa kalian sebut
sebagai rumah.
Keesokan harinya aku di jemput oleh Farrel dan kami berangkat menuju
sekolah, aku tidak mengatakan apapun kepada Farrel dan Farrel pun juga. Hanya
deruan motor yang terdengar di pagi hari yang dingin ini. Farrel pun akhirnya
memecahkan hening yang telah terjadi di antara dinginnya embun yang menusuk
jantung.
“Hah? Kamu ketemu sama ayah ibu? Dimana? Aku aja gak tau, setelah pulang
sekolah sampai detik ini mereka semua tidak ada yang bisa aku hubungi.”
“Iya Rel.”
“Yaudah nanti aku coba bantu buat nyari keberadaan mereka Syah.”
Kami pun melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti hari hari biasa,
hanya saja sebagian dari mereka berubah menjadi dingin dan acuh padaku.
Lonceng pulang pun berdentang dan aku mulai menyusun alat tulisku untuk ku
bawa pulang kembali. Kali ini Farrel mengantarkanku kembali. Sesampai kami di
rumah Farrel tidak menyuruhku untuk masuk tetapi dia hanya diam, karna
sikapnya berbeda aku pun bertanya padanya.
“ Udah, mandi aja dulu, pakai baju terbaikmu, jangan banyak tanya.”
Tanpa basa basi akupun langsung pergi meninggalkan Farrel dan menuju
kedalam rumah untuk mandi dan bersiap siap.
Aku mendengar deruan motor mendekat ke arah teras depan rumah ku. Aku
hanya berharap itu adalah deruan motor kakak ku. Setelah aku selesai bersiap aku
pun keluar rumah dan mendapati bahwa Hendro ada di sana bersama Farrel.
“Gak ada apa apa kok, tadi kebetulan lewat dan lihat ada Farrel di sini jadi
sekalian aja mampir hehe.”
“Oh iyadeh, yuk Rel aku udah siap, maaf lama nunggu hehe.”
Tanpa basa basi Farrel pun mengantarku untuk datang ke sebuah rumah
besar nan megah dan aku di persilahkan untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
“Rumah siapa? Kok kayaknya banyak orang ya Rel, malu ah Rel, balik aja yuk,
kalau enggak kita nyari ayah sama ibu aja gimana?” cerocosku.
Setelah aku membuka pintu rumah itu, tanganku gemetar bahkan tak
sanggup lagi rasanya aku untuk berdiri, aku menangis dengan sangat histerisnya,
untuk bicarapun aku tak sanggup rasanya bibir ku bagai di tutup dengan lakban.
Suara yang menggema di telinga ku hanyalah happy birthday happy birthday
happy birthday Aisyah.
Ibu memeluk, mencium dan mengelus kepalaku, di detik itu aku sungguh
sangat bahagia lebih bahagia dari mendapatkan nilai 100 di ujian matematika.
“Maaf ya Syah, selama dua hari ini kami sangat dingin padamu. Karena itu semua
sebagian dari rencana Farrel.” Teman temanku mulai angkat suara.
“Iya nak, dia ingin di ulangtahun mu yang ke tujuhbelas ini sangat berati dan tak
akan kau lupakan dari benak mu.” Ibu ku menjawab.
Aku pun keluar dan mencari keberadaan Farrel, bukannya menemukan
keberadaan Farrel tetapi lagi lagi aku mendapatkan sebuah kotak misterius di
depan rumah megah ini. Saat ku buka ternyata isi dari kotak misterius itu adalah
sebuah surat yang sama, dengan isi surat yang sama pula, yang mengatakan
bahwa “jangan pernah lupakan aku, aku akan tetap menjaga komitmen kita.” serta
permen lolipop berbentuk hati, yang berbeda hanyalah di kotak itu kali ini dia
meninggalkan inisial namanya dan inisial tersebut adalah “F.I” saat mengetahui
bahwa selama ini Farrel lah yang sering mengirimkan kotak, bunga dan beberapa
coklat misterius itu, entah hati ku mulai berdegup dengan sangat kencang.
Aku pun masuk ke dalam rumah itu dan bertanya pada Hendro tentang
keberadaan Farrel tetapi Hendro hanya mengatakan bahwa Farrel malam ini pergi
ke Jakarta dan Farrel telah pindah sekolah di SMA Bintang Jakarta Selatan.
“Ibu, coba lihat bu dimana Farrel? Dia yang telah mempersiapkan semua ini untuk
membuatku bahagia, tetapi dia juga yang telah membuatku sedih dengan
kepergiannya tanpa memberi tahu ku bu.”
“Sudah Aisyah, Farrel tidak akan sejahat itu padamu. Dia melakukan ini untuk
kebaikanmu, dia sangat menyayangimu bahkan melebihi sayangnya pada dirinya
sendiri, yakin saja jika Allah berkehendak maka dia pasti akan kembali padamu.
Sudah jangan menangis, ingat kata Farrel kalau kamu menangis kamu terlihat
lebih jelek.” Ibu menguatkan aku.
Aku pun hanya bisa tertawa setelah ibu mengingatkan aku tentang
perkataan Farrel.