Anda di halaman 1dari 6

TATAPAN PERTAMA DAN TERAKHIR

Farrel seorang remaja, ia tinggal di Komplek Indah. Suatu pagi hari, ada satu keluarga yang
pindah ke depan rumah Farrel, yang dimana terdapat Ibu, Ayah, dan seorang anak perempuan
yang bernama Tasya. Farrel yang sedang menjaga toko milik ibunya di depan halamannya pun,
tidak sengaja bertatapan dengan Tasya yang saat itu sedang membantu Ayahnya mengangkat
barang. Mengetahui hal tersebut, Farrel langsung mengalihkan wajahnya, dan langsung menuju
ke dalam rumahnya.
Besok harinya, Farrel yang duduk di bangku kelas 11 berada di sekolah, dalam kelas.
Dimana Pak Dani selaku Wali kelas nya datang membawa murid baru, yang tak lain adalah
Tasya.
"Pagi anak - anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan diri ya" Ucap
Pak Dani.
"Hi, perkenalkan nama saya Anastasya Khaidir, panggil saja Tasya, saya pindahan dari
Kota Balikpapan. Salam kenal ya" Ucap Tasya.
Farrel sangat terkejut, saat tau bahwa murid baru itu adalah tetangganya. Di saat jam makan
siang, Tasya berjalan menuju ke arah Farrel untuk berkenalan.
"Hi, aku Tasya. Kita tetanggaan bukan?" Ucap Tasya.
"Ia, aku Farrel, kita bertetangga, rumah kita saling berhadapan" Ucap Farrel.
Mereka pun duduk sampingan pada saat makan siang, namun ada rasa risih di wajah Farrel.
Selesainya sekolah, Farrel pulang berjalan kaki menuju ke rumahnya. Tasya yang saat itu
sedang jalan kaki juga menuju ke rumah, bertemu dengan Farrel di jalan, dan langsung
menghampirinya.
"Hi Farrel, kau pulang sering lewat jalan sini ya?" Ucap Tasya.
"Ia, soalnya lewat disini sedikit lebih cepat menuju rumah" Ucap Farrel
"Oh..." Ucap Tasya.
Farrel dan Tasya punya jalan bersama menuju ke rumah mereka.
Hari berganti hari, di Awal pagi masuk sekolah. Farrel, Tasya, beserta teman-temannya pun
belajar seperti biasanya. Di jam Istirahat, Farrel tidak sengaja melihat Tasya yang membawa dua
bekal, ia berpikir bahwa Tasya sedang ingin makan banyak. Yang nyatanya, Tasya menuju ke
tempat duduk Farrel sembari membawa bekal satu miliknya untuk di berikan kepada Farrel.
"Eh, ini kenapa?" Ucap Farrel.
Tasya yang memberi tanpa mengeluarkan satu kata patah pun, dan langsung pergi kembali
ke tempat duduknya. Farrel yang merasa terheran akan kelakuan Tasya pun, hanya bisa terdiam.
Ia tidak memakan bekal pemberian dari Tasya, hingga akhirnya di jam pulang ia membawa bekal
tersebut kerumah. Menuju ke kamarnya, Farrel masih kepikiran akan hal perlakuan dari Tasya
terhadap dirinya.
Di keesokannya hari Minggu, Libur sekolah. Farrel membantu Ibunya menjaga toko,
dikarenakan sang Ibu ada kegiatan di tempat Kerjanya. Ia menjaga warung sembari menonton
televisi, hingga datang Tasya untuk membeli beberapa bahan makanan
"Rel, aku beli Tepung sekilo 1, Gula sekilo 1, sama merica bubuk 2". Ucap Tasya.
"Oh ia, bentar ya" Ucap Farrel.
Sembari di ambilkan barang - barangnya, terlihat Tasya yang membawa surat untuk di
berikan Farrel. Namun tidak jadi, karena Farrel tidak mendengar panggilan dari Tasya.
"Ini barangnya, totalnya enam belas ribu". Ucap Farrel.
"Ini uangnya, Makasih ya" Ucap Tasya dengan wajah sedikit murung pada saat keluar dari
toko. Farrel yang mengetahui mengenai perasaan Tasya, berusaha untuk menghindarinya.
Pada saat jam pelajaran, di kelas. Terlihat Tasya yang mencuri pandang terhadap Farrel,
yang membuat Farrel sedikit risih akan hal itu, membuat ia memalingkan wajahnya. Di jam
istirahat di kantin pun, Tasya berusaha untuk duduk samping di dekat Farrel, namun Farrel
menghindar dengan cara pindah ke tempat duduk lain. Tasya yang tidak putus asa, di jam pulang
menunggu Farrel di depan pintu kelas agar bisa menyapa Farrel, namun Farrel tidak
menghiraukan sapaan dari Tasya.
Di sore hari Minggu, Farrel berjalan - jalan bersama teman - temannya, dan bercerita
mengenai Tasya yang berusaha untuk mendekatinya. Dia mengatakan bahwa dia tidak menyukai
sikap dan perilaku Tasya yang seperti seorang penguntit, namun berbeda hal nya dengan
pendapat temannya Farrel yang mengatakan bahwa Farrel hanya belum siap membuka hati untuk
wanita, karena dia belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Mendengar ucapa teman -
temannya, Farrel merenung dan memikirkan mengenai perkataan temannya tersebut. Pada saat di
sekolah, Farrel yang merasa bersalah karena terus menghindar dari Tasya, ia pun mencoba untuk
mengajak nya mengobrol pada saat jam istirahat. Ia mendekati tempat duduk Tasya, dan
mencoba untuk mengajak nya ngobrol, namun ia sungguh terkejut melihat wajah dari Tasya yang
sangat pucat.
"Eh, kamu kenapa?". Ucap Farrel
" Gakpapa kok, aku cuman sakit perut aja". Ucap Tasya
Sembari berkata, Tasya memuntahkan darah dari mulutnya. Teman sekelasnya pun terkejut
mengenai hal tersebut, Haikal selaku ketua kelas langsung memanggil Pak Dani. Tasya pun di
bawa ke UKS dan diperiksa oleh Dokter Sekolah setempat. Tasya pun mengaku bahwa dia
punya penyakit bawaan dari lahir yaitu kanker lambung, seisi UKS pun terdiam pada saat
mendengar pernyataan dari Tasya. Akhirnya Tasya pun di bawa Pulang ke rumahnya oleh Pak
Dani, untuk beristirahat dan menyarankan untuk izin tidak masuk sekolah terlebih dahulu.
Sebelum dipulangkan dari sekolah, Tasya diam - diam menyelipkan surat di antara buku - buku
pelajaran Farrel.
Esok harinya, Farrel yang duduk di tempat duduknya terus memperhatikan bangku Tasya
yang sedang kosong. Ia memikirkan kejadian kemarin, mengenai Tasya yang muntah darah
hingga saat mengetahui bahwa Tasya memiliki penyakit kanker lambung.
Sudah seminggu Tasya tidak turun, Pak Dani pun mengabari Anak kelas
"Anak - anak, teman kalian Tasya sekarang sedang rawat inap di rumah sakit, jadi mungkin
beberapa hari ia tidak turun. Kita doakan biar Tasya cepat sembuh". Ucap Pak Dani.
mendengar kabar dari Pak Dani, Farrel duduk terdiam mendengar hal tersebut. Haikal,
merencanakan untuk mengajak Farrel dan teman sekelas menjenguk Tasya di rumah sakit yang
ia tempati.
Sesampainya di rumah sakit, ternyata hanya di izinkan dua orang untuk menjenguk, jadi
hanya Haikal dan Farrel pun yang memasuki ruang inap Tasya. Orang tua Tasya yang
menemaninya menyambut kedatangan Farrel dan Haikal, dan mengizinkan mereka untuk masuk,
Haikal yang mendekati Tasya sembari membawa buah tangan untuk Tasya, mereka pun saling
mengobrol. Beda halnya dengan Farrel, ia hanya terduduk diam memandangi Tasya yang asik
ngobrol dengan Haikal. Setalah berjam - jam di ruang inap, Haikal dan Farrel berpamitan dengan
Tasya untuk pulang, Haikal yang keluar deluan, sementara Farrel yang masih memakai
sepatunya dipanggil oleh Tasya
"Rel". Ucap Tasya
"Eh ia, kenapa?". Ucap Farrel
"Makasih banyak ya". Ucap Tasya sambil tersenyum
Ia membalas senyuman dari Tasya, dan kemudian pergi dari ruang inap dan langsung
pulang menuju ke rumahnya.
Di kelas, Pak Dani masuk dan membawa kabar bahwa Tasya baru saja meninggal pagi hari
tadi, dan mayatnya pun akan dimakamkan di kota asalnya Balikpapan . Satu kelas bersedih atas
meninggalnya Tasya, sama halnya dengan Farrel ia bersedih akan kabar yang di bawa Pak Dani,
merasa tak percaya, sepulang sekolah Farrel pulang dan menuju ke rumah Tasya, namun tidak
ada orang sama sekali pun.
Ia pun bertanya kepada ibunya mengenai berita tersebut.
"Bu, benar kah Bu, Tasya meninggal?". Ucap Farrel
"Kamu yang sabar ya nak, kita doakan yang terbaik". Ucap Ibu
Farrel menuju ke kamar, dan melempar tasnya sambil bersedih mengenai duka meninggal
nya Tasya. Ia pun tak sengaja melihat secarik surat yang keluar dari tasnya, ia membuka dan
membaca surat tersebut yang ternyata dari Tasya, yang berisi
Rel, entah mengapa pada saat melihat mu aku merasakan hal yang berbeda. Semakin dekat
aku mengetahui tentang diri mu, membuat ku semakin suka terhadap dirimu.
Tapi entah mengapa kau menjauhi diriku, apa karena aku selalu berusaha mendekatimu?,
aku minta maaf jika cara ku salah, karena aku belum pernah merasakan yang namanya cinta
dan aku juga tidak tau bagaimana cara mengungkapkan perasaan. Ku harap, kau mau membuka
surat ini dan membacanya.
Aku tak tahu apa isi perasaan mu untuk ku, tapi yang ku tau perasaan ku ini tak akan
berubah pada saat pertama kali aku melihat mu
Tasya
Berderai air mata, terlihat rasa penyesalan dari Farrel atas perlakuannya selama ini terhadap
Tasya. Ia terus mengeluarkan air mata sembari memeluk surat dari Tasya sambil mengingat
kenangannya bersama Tasya.
Keesokan harinya di kelas, ia berusaha untuk mengikhlaskan atas kepergian Tasya, dan
berusaha untuk menjalani semuanya seperti biasa.
Profil Penulis

Muhammad Fahreza lahir di Samarinda,


08 April 2006. Ia merupakan Pelajar asal
Madrasah Aliyah Negeri 1 Samarinda.
Mempunya Hobi menulis, karya terbaru
yang ia buat adalah Tatapan pertama dan
Terakhir yang mengisahkan rasa suka
terhadap seseorang yang hanya bisa di
pendam.

Anda mungkin juga menyukai