Anda di halaman 1dari 4

CERPEN DENGAN ALUR CAMPURAN

(Go For Back)


Oleh : metafora lintang
Bay..Bay.. Bayu. Bangun Bayu ! bangun !, kamu bisa dengar
aku kan ? keras suara Faris bersaing dengan suara derasnya air yang
berlomba jatuh ke lantai toilet. Di pangkuan Faris, badan Bayu terkulai
lemas, mukanya putih pucat, sudah tak sadarkan diri. Sesegera Faris
meminta bantuan teman lain untuk membawa Bayu ke UKS.
Sudah dua hari Bayu tidak berangkat sekolah sejak kejadian di toilet
senin lalu, tak ada keterangan sakit atau ijin, yang ada hanyalah A alias
Alfa yang tertera didaftar hadir. Tak ada teman lain yang tau sebab
ketidak hadiran Bayu. Begitupun Faris, dia yang sangat dekat dengan
Bayu, sahabatnya dari Sekolah Dasar, hingga duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas kini. Rumah keduanyapun berdekatan, hanya terpaut dua
rumah.
Ada yang tahu kenapa Bayu tidak berangkat? Ibu Rani selaku wali
kelas menanyai seluruh anak. Namun memang tak ada yang mengetahui.
Ibu Rani yang paham betul jika Bayu sangat dekat dengan Faris, dan
kebetulan Faris juga menjabat ketua kelas menanyainya tentang Bayu.
Faris, rumah kamu kan dekat dengan rumah Bayu? Ibu minta
tolong, kamu jenguk dia, tanyakan kenapa tidak masuk sekolah?, yaa.
Gimana kalo kita semua bareng-bareng buuuu? cletuk salah satu
kawan.
Oh, kalo kalian mau, itu lebih bagus.
sepulang sekolah mereka menjenguk Bayu
***
Keesokan harinya, kamis pagi, Bayu tidak hadir lagi, bu Rani
memanggil Faris selaku ketua kelas untuk menghadapnya ke ruang guru.
Bagaimana hasil kemarin? Kenapa Bayu masih tidak berangkat?
Pertanyaan bu Rani ini sudah dipersiapkan jawabanya oleh Faris sejak
jalan menuju ruang guru tadi, karena dia sudah mengira bu Rani akan
menanyakan hal ini.
Kemarin waktu kami ke rumahnya, tidak ada sipa-siapa bu. Sudah
berulang kali kami ketuk pintu rumahnya, kami beri salam, tapi tetap tidak
ada jawaban. Lagi pula rumahnya sudah berdebu, seperti sudah tak
berpenghuni bu. Panjang Faris jelaskan pada bu Rani.
kalo memang begitu, yasudah, nggapapa, makasih ya Ris, biar
nanti dari pihak sekolah coba datangi rumahnya. Ucap bu Rani sambil
memberesi buku di mejanya
iya bu samasama. Faris kembali menuju kelas. Sebenarnya Ia
ingin ceritakan tentang kecurigaannya terhadap Bayu kepada bu Rani,
tetapi dia coba ceritakan terlebih dahulu pada sahabatnya, Tama, yang
juga cukup dekat dengan Bayu.
Pulang sekolah keduanya bertemu.
Tam, ada yang mau aku ceritakan, ini menyangkut Bayu
masalah perubahannya itu ? Tama Nampak penasaran.
iya, sebenarnya aku sudah mulai curiga akan tingkah lakunya sejak
dua pekan lalu.
dua pekan lalu ? Tama membenarkan posisi duduknya senyaman
mungkin untuk mendengarkan cerita Faris.
Faris coba jelaskan pada Tama perubahan-perubahan Bayu sejak
dua pekan lalu se-detail yang Ia bisa.
Ini cerita dua pekan lalu, tepatnya hari kamis, usai pembelajaran di
sekolah, Faris seperti biasanya, mengajak Bayu belajar bersama di
rumahnya.
Namun kali itu dia menolak tanpa memberi alasan jelas pada Faris.
Baru pertama kalinya dia menolak ajakan Faris. Biasanya dia yang
bersemangat bila belajar bersama. Dalam benak Faris terheran-heran,
namun Faris masih mewajarkan itu.
Jumat paginya Faris cukup pangling melihat penampilan Bayu di
depan pintu gerbang sekolah. Muka yang biasanya berseri, meski dikala
mendung, kini kusam merata disetiap lini mukanya yang kalem. Rambut
lurus yang biasanya tertata rapi, justru terlihat bagai bulu ketek manusia
purba yang engga pernah disalonin. Pakaian seragamnya yang biasanya
selalu dimasukkan, kini celana seragamnya yang Ia masukkan, alias acak-
acakan.
Bay, kamu salah makan obat ? Candaan Faris tidak digubris Bayu.
hey ada apa denganmu sobat ? Faris coba sapa lagi.
engga singkat, padat , jelas, itu jawaban Bayu.
Usai sekolah keduanya bertemu, karna Bayu ingin bicara banyak
pada Faris. Bayu menceritakan permasalahan keluarganya. Ayahnya yang
saat itu pengangguran, membuat perekonomian keluarganya turun.
Hampir setiap pulang sekolah dia mengurung diri di kamarnya, dia tidak
ingin melihat kedua orang tuanya yang selalu beradu cek cok. Kondisi
seperti ini membuat batin Bayu tertekan. Kadang Ia berpikir untuk putus
sekolah, karena baginya, sekolah itu hanya menambah beban ekonomi
orang tuanya. Tidak jarang Ia mendengar bila keduanya orang tuanya
bertengkar dan yang dipermasalahkan adalah biaya sekolah yang tinggi.
Menangis Bayu jika mendengarnya. Mungkin baginya adu mulut mereka
itu lebih menyakitkan daripada serangan rudal Israel..
kira-kira gitu deh Tam ucapan Faris membuat mulut Tama yang
mlongo sejak tadi mulai merapat.
kasian juga ya dia.
iya, pas hari sabtunya, aku juga liat dia pulang malem,
tampilannya udah ngga karuan, kaya orang habis mabuk gitu
ah masa dia mabok ? sangkal Tama
itu baru presepsiku, kebenerannya siiii.. Faris menyambung
perkataannya itu hanya dengan mengangkat kedua bahunya, diikuti
kepala yang sedikit dimiringkan.
Setelah cukup puas mereka bercerita, keduanya kembali kerumah
masing-masing.
***
Tanpa diduga, saat Faris melewati sebuah gang yang dekat dengan
terminal bus. Dia melihat sosok lelaki yang tak sing baginya, muka yang
masih yang masih membekas dalam ingatannya, saat terakhir kalinya
terkulai pucat dipangkuannya. Bayuuu??? dalam hati Faris berkata,
namun tak mampu mengucapkannya lewat lisan. Niat untuk
menghampirinya pupus, karena Ia lihat Bayu bersama dengan anak
brandalan terminal dan di tangannya, sebotol minuman yang akan Ia
tenggak.
***
Pagi ini Faris berangkat lebih awal dari biasanya. Dia ingin
menceritakan semua yang dilihatnya tentang Bayu kepada bu Rani. Dia
harap dari pihak sekolah akan menindak lanjuti permasalahan
sahabatnya. Karena Faris tidak ingin masa depan sahabatnya akan
hancur.
Pulang sekolah sekitar pukul 15.00 Faris berniat mencari Bayu di
gang dekat terminal kemarin. Setelah lama mengintai dari kejauhan. Faris
mencoba mengikuti Bayu yang pergi meninggalkan gerombolannya,
menuju sebuah rumah yang sangat sederhana yang tak jauh dari
terminal. Ternyata disanalah sekarang Ia bersama keluarganya tinggal.
Faris coba beranikan diri mengetuk pintu rumah Bayu. Tak lama pintu
dibuka.
Bayuuu Faris mendekati Bayu dan memeluknya. Perlahan Bayu
membalas pelukan Faris.
ngapain kamu disini Ris ? Tanya Bayu
aku pengen tau kondisi kamu Bay, kenapa kamu ngga masuk
sekolah?, ngga ada kabar sama sekali, ceritakan padaku Bay!
Ayahku sudah meninggalkan kami Ris kini aku hanya bersama
ibu dan adiku, aku harus bantu ibuku cari uang Ris.
kemarin aku liat kamu mabuk. Benar kamu mabuk Bay ?,Faris
ingin memastikan yang dilihatnya kemarin itu Bayu atau bukan.
i..i..iya itu aku, awalnya aku hanya coba coba, tapi jadi ketagihan,
aku sadar aku salah, ternyata itu semua hanya menambah
permasalahanku.
iya aku tau Bay, yasudah, yang penting kamu sudah
menyadarinya. Besok kamu berangkat yaa
ngga bisa Ris, aku ngga ada uang untuk berangkat, aku juga harus
cari uang buat keluargaku
udah ngga usah pikirin itu, entar biar aku yang bayarin kamu,
masalah keluarga, aku udah bilang ke sekolah buat bantu kamu.
tapii. tapi apa ?, udah ngga usah pikirin, aku akan bantu kamu
sambar Faris.
terimakasih banyak kawan senyum bayu mulai mengembang,
setelah sekian lama tertutupi mendung akibat kemelut masalahnya.
iya sama sama, aku pulang dulu Bay, udah mulai gelap
hati hati dijalan Ris
***
Pagi yang indah, perasaan Faris yang senang bisa melihat
sahabatnya duduk disampingnya kembali. Begitupun Bayu, dia pergi dari
rumahnya untuk datang kembali merasakan tempat duduk yang cukup
lama tidak berpenghuni, go for back, mungkin kata yang tepat untuknya.
Dan beban keluarganya kini sudah tak lagi berat karena telah mendapat
bantuan dari sekolah. Bayu merasa beruntung memiliki sahabat seperti
Faris, rela berkorban banyak demi Bayu agar Ia bisa masuk sekolah
kembali.

Anda mungkin juga menyukai