Anda di halaman 1dari 4

Melodi Keberhasilan

Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Fajar yang bercita-cita menjadi pemain musik
terkenal. Namun, kehidupan keluarganya yang sederhana membuatnya sulit untuk mengikuti
pendidikan musik formal. Meskipun begitu, Fajar tidak menyerah.

"Nak, walau kita dari keluarga yang sederhana, tetaplah fokus pada tujuan mu ya, ibu dan ayah akan
selalu mendukung niat baik mu." ujar ibu, menyemangati Fajar.

"Baik, bu, Fajar punya cita cita dari hobi Fajar ini, semoga bisa mengangkat derajat keluarga kita, Bu,
doakan terus Fajar, semoga bisa jadi musisi terkenal." saut fajar.

"Aamiin", jawab Ibu.

Fajar mulai memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya, belajar secara otodidak dengan
meminjam buku musik dari tetangga dan menggunakan alat musik sederhana yang dimilikinya. Saat
teman-temannya mengikuti kursus musik, Fajar tetap fokus pada pendekatannya yang unik.

Suatu hari dihari libur, Fajar yang masih disibukkan dengan alat musik dihalaman rumah nya, ia kerap
kali mendapatkan ejekan dari teman-temannya, tak terkecuali Andi, yang cenderung lebih mampu yang
dapat mengikuti kursus musik.

"wah, liat itu teman-teman, seniman jalan yang cuma mampu menghibur diri lagi merakit alat
musiknya". ujar Andi yang mengejek Fajar.

"Iya tu, maksa banget kalau nggak mampu, nggak mampu aja, punya mimpi jadi musisi, buat kamu
ketinggian, hati hati jatuh sakit lo", sahut teman Andi.

Fajar yang sudah kenyang akan cacian tetap merasa tegar dan merasa bahwa semua hal yang dilakukan
dengan usaha pasti berbuah manis di kemudian hari, walaupun iya berasal dari keluarga yang tidak
mampu, ia yakin ada banyak jalan dalam memperoleh kesuksesan.

"hehe, ya seperti inilah usahaku, walau aku dari keluarga yang sederhana tapi tetap, ada orang tua yang
harus aku banggakan", jawab Fajar dengan nada penuh rendah hati.

"Terserah, yang pasti aku yang akan berada diatas, ayo lanjut latihan teman-teman, tidak ada gunanya
ngomong sama orang sush", jawab Andi dengan ketus.

Keesokan harinya, dibawah hangatnya mentari dan hembusan embun pagi, Fajar yang tengah
membantu ibunya menjemur baju, tidak sengaja mendengar para warga yang tengah nongkrong
sembari membicarakan Festival Desa yang akan dilaksanakan pekan depan. Ia teringat tentang Festival
Dasa tersebut tahun lalu, yang dimana ia masuk kedalam kategori juar lima besar, hal tersebut
mendorong Fajar untuk lebih giat lagi dalam berlatih, berharap posisi kesatu ada di tangannya.

"Ayah, Ibu, Fajar dengar mau ada Festival Desa lagi ya tahun ini?", tanya Fajar.
"Iya nak, kamu harus ikut ya, siapa tahu hadiah tahun ini meningkat", jawab ayah.

"tentu saja Yah, kapan lagi Fajar bisa mengetes kemampuan musik Fajar".

"tapi Yah, apakah Ayah sama Ibu tidak keberatan dengan biaya pendaftarannya?".

"Tenang saja nak, kamu fokus saja latihan musiknya, urusan biaya biar Ayah sama ibu yang nanggung".
jawab orang tua Fajar dengan wajah kebingungan.

Melihat jawaban orang tuanya, Fajar mengurungkan kembali niatnya, hati kecilnya merasa iba akan
kondisi dirinya dan keluarganya yang serba kekurangan, ia berfikir apakah perlu orang tuanya
mengeluarkan uang hanya untuk kesenangannya, sementara masih ada banyak kebutuhan yang perlu
diperhatikan.

Fajar yang tak ingin membebani orang tuanya, berfikir untuk secara diam-diam mencoba pekerjaan
sampingan, ia teringat akan bisnis kecil yang pamannya jalani.

redup senja tiba, Fajar dengan tas sampingnya pergi dari rumah secara diam-diam untuk menemui
pamannya dan meminta pekerjaan sampingan. Disisi lain.

"Yah, Fajar dimana Yah, sudah hampir magrib kok belum pulang". tanya Ibu dengan raut wajah cemas".

"Mungkin lagi nginap dirumah temannya, Bu, kan mau ada Festival Desa , biasanya Fajar juga ikut bantu-
bantu". jawab Ayah.

"Ooo, yaudah kalau gitu, takutnya kelayapan tidak ingat rumah".

Sesampainya di rumah pamannya, Fajar langsung menemui pamannya dan menjelaskan kondisinya,
paman Fajar, langsung mengerti dan mendukung niatnya beliau lantas memberikan pekerjaan shift
malam menjaga kantornya. hingga pagi pun tiba, sesuai janji paman Fajar, Fajar diberi upah atas
pekerjaannya.

"Ini, Nak terimakasih ya, sudah menjaga kantor paman, walau nggak banyak, insyaallah bisa
membantumu dan keluarga."

Fajar pun menerima seamplop uang dari paman nya.

"Terimakasih Paman, Fajar sangat terbantu sekali". jawab Fajar penuh suka ria.

Melihat matahari terbit, Fajar bergegas kembali ke rumah, berharap orang tuanya tidak khawatir akan
kepergiannya. Sesampainya di rumah terlihat dari kejauhan, Ayah Fajar yang tengah mengurusi kebun
belakang rumah, dan bertanya.

"Habis dari mana Nak." tanya ayah Fajar.

"Itu Yah, dari rumah teman Fajar, yang kebetulan dekat dengan tempat Festival Desa, jadi Fajar ikut
membantu." jawab Fajar dengan muka cemas.
"Ooo yaudah, mandi dulu sana, Ibu sudah menyiapkan makanan di meja." jawab ayah.

"Baik Yah."

Makan pagi keluarga kecil itupun dimulai, Fajar yang telah pergi dari rumah mencoba untuk bercerita
dengan jujur.

"Yah, Bu, Fajar minta maaf, karena kemarin pergi dari rumah tidak bilang, sebenernya Fajar pergi
kerumah paman untuk minta pekerjaan sampingan jaga shift malam kantor paman."

"Astaghfirullahaladzim, Nak kenapa kamu lakuin itu, Ayah dan Ibu kan sudah bilang, kamu fokus belajar
musik saja, biar Ayah sama Ibu yang mengurus biayanya," jawab ibuk dengan wajah sedih.

"Tidak apa-apa, Bu, Fajar tidak mau menambah beban, dikeluarga, ini ada sedikit Rizky dari paman untuk
kita." sahut Fajar

"Yaudah sudah terjadi, mau gimana lagi, yang penting Fajar fokus apa yang Fajar kejar, biar Ayah sama
Ibu yang mengurus keperluannya." Jawab ayah yang sebenarnya sudah tahu apa yang telah Fajar
lakukan.

Festival Desa pun tiba, Fajar dengan antusias mengikutinya, Fajar tampil memainkan lagu ciptaannya
sendiri dengan alat musik buatannya. Meskipun tidak memiliki pelatihan formal, keunikan dan
semangatnya menarik perhatian banyak orang. Seorang musisi terkenal yang kebetulan berada di acara
tersebut tertarik pada bakat Fajar dan memberikan kesempatan padanya untuk mengembangkan
keterampilannya diajang pencarian bakatnya.

Mendengar hal itu Andi yang merasa semakin dibawahnya Fajar tidak terima, ia lantas meminta ayahnya
untuk membelikan golden tiket agar bisa secara langsung masuk diajang pencarian bakat tersebut.

"Yah, aku tidak terima, si Fajar dari anak orang biasa itu bisa masuk ke ajang pencarian bakat, mau tidak
mau Ayah harus cari cara supaya aku dengan mudah masuk juga", sahut Andi.

"Andi tenang saja, Ayah bisa membeli golden tiket dari peserta lain, dengan begitu kamu bisa langsung
masuk ke ajang pencarian bakat itu", jawab Ayah Andi.

Disisi lain, Fajar yang penuh rasa semangat dan senang, bergegas berlari kerumah untuk
memberitahukan orang tuanya.

"Yah/Bu, lihat apa yang Fajar bawa",

"Ada apa nak, kamu kelihatan senang sekali",

"tadi, sewaktu Fajar tampil di Festival desa, ada seorang musisi terkenal yang menghampiri Fajar, musisi
itu bilang kalau Fajar sangat berbakat, lantas memberikan sebuah golden tiket ajang pencarian bakat."

"wah, benarkah itu nak, manfaatkan dengan baik nak, itu sebuah anugerah dari Allah untuk kita", jawab
ibu dengan sukacita
"Terus asah kemampuan mu ya nak, siapa tahu bisa jadi musisi kelas atas." sahut Ayah sembari tertawa
pelan."

"Tapi Yah, apakah Fajar bisa menyisihkan peserta yang lain, Ayah tahu sendiri, Fajar hanya berlatih
sendiri sementara yang lain pasti dapat bimbingan dari orang yang sudah terlatih."

"Bisa nak, Ibu dan Ayah yakin, Fajar pasti bisa.

Anda mungkin juga menyukai