Anda di halaman 1dari 2

Sudah empat hari gadis itu berlatih dengan keras untuk perlombaan yang akan dilaksanakan dua

minggu lagi. Panggil saja gadis itu Lia, gadis yang berasal dari keluarga Chandara. Lia diutus sekolahnya
untuk mengikuti lomba piano antar sekolah dalam rangka memperingati Hari Musik Internasioal. Dari
kecil lia sangat menggemari musik, tak hanya bermain piano, lia juga dapat memainkan beberapa alat
musik lainnya. Lia itu ibarat bunga Geranium yang dapat mengharumkan nama sekolahnya. Lia selalu
memenangkan perlombaan yang dia ikuti, tak heran sekolah selalu mengutus lia untuk mengikuti.

Ada sesuatu yang tak biasa bagi lia pada perlombaan yang akan ia ikuti dua minggu yang akan
datang. Ya, orang tua Lia yang bisa dikatakan sangat sibuk dengan pekerjaanya berjanji kepadanya untuk
menghadiri perlombaan yang akan ia ikuti dua minggu lagi. Lia sangat senang mendengar penuturan
orang tuanya malam itu, sejak saat itu pun Lia berlatih keras untuk memperlihatkan penampilan
terbaiknya kepada kedua orang tuanya.

Lia menjalani hari biasanya, tak terasa kini tinggal dua hari lagi perlombaan akan segera
dilaksanakan, tepatnya hari Minggu, 12 Juni 2022. Lia sangat menantikan hari itu. Lia sudah menyiapkan
yang terbaik untuk perlombaaanya minggu besok. Mulai dari merias piano yang ia miliki, pakaian yang
akan ia pakai saat perlombaan, Lia tidak akan menyia nyiakan kesempatan bagus ini, ia tak mau
menampilkan sesuatu yang tidak spesial ketika dua orang spesialnya hadir ketika perlombaan. Jika kalian
tau kadar kebahagiaan lia sekarang sudah penuh melebihi isi bumi hanya dengan membayangkan kedua
orang tuanya berada di kursi penonton, melihat dirinya sedang mengikuti perlombaan.

Malam ini Lia sedang melakukan rutinitas makan malam bersama kedua orang tunya. keadaan meja
hening sampai ayah ku memecah keheningan yang terjadi saat makan malam “ Lia anak ayah, besok ayah
dan ibu izin pergi keluar kota hanya untuk semalam ya?”. Aku sangat terkejut dengan penuturan ayah,
bagaimana bisa mereka izin pergi sedangkan mereka sudah berjanji untuk menghadiri acaraku dua hari
lagi? . “ Tapi ayah dan ibu sudah berjanji untuk menghadiri acara ku minggu besok, apakah pekerjaan
kalian sangat penting sehingga kalian lebih memilih pekerjaan kalian dari pada aku?” tanya Lia dengan
raut muka sedih. “ Lia, Ibu dan Ayah hanya pergi selama satu hari dan kami akan pulang sebelum kau
lomba nak, ada sedikit masalah yang mengharuskan ayah dan ibu pergi kesana nak.” jawab ibu dengan
nada lembut. Tak ada percakapan lagi aku hanya diam mencerna perkataan ibu dan ayah tadi.

Pagi sebelum berangkat sekolah aku berpamitan dengan ibu dan ayah yang hendak pergi ke luar
kota. Ya, Lia mengizinkan orang tuanya pergi lagipun lia tidak punya hak untuk melarang ayah dan
ibunya yang bekerja yang hasilnya juga diperuntukkan untuk lia nantinya, yang terpenting ayah dan ibu
juga sudah berjanji akan hadir sebelum acara dimulai.

Hari yang ia nanti telah tiba, hari dimana ia akan melakukan perlombaan, Tentang ayah dan ibu ,
mereka sudah bersiap siap untuk pulang. Lia mendapat banyak semangat dari guru dan teman teman
sekolahnya, mereka membantu Lia dalam mempersiapkan segala hal yang lia butuhkan untuk
perlomabaan, walaupun lia ingin ibu dan ayahnyalah yang membantunya mempersiapkan semua
kebutuhannya hari ini tetapi Lia tidak dapat memaksakan keadaan yang telah terjadi saat ini, yang
terpenting ayah dan ibunya bisa melhatnya ketikan tampil, itu saja harapannya kali ini

Waktu terus berjalan, kini lomba pun dimulai, orang tua lia tak kunjung datang. Perasaan lia kini
tengah sedih ketika orang tunya tak kunjung memberi kabar keberadaan mereka sekarang . Kabar terakhir
yang ia dapatkan ayah dan ibunya sudah landing dari pesawat yang mereka naiki.
Dan kini telah sampai ke giliran lia untuk menampilkan penampilannya.Sebelum tampil ia masih
berharap edatangan orang tuanya di pintu masuk, namun nihil, kedua orang tua lia rak kunjung terlihat
hinggan akhir penampilan lia.

Rasanya lia hendak menangis diatas panggung mengingat bahwa orangtuanya tidak melihat
penampilannya barusan. Setelah turun dari panggung Lia langsung berlari ke pelukan teman temannya
untuk menenangkan hatinya. Bagaimana tidak sedih? Lia sudah mempersipakan dengan sangat matang
perlombaan ini untuk menampilkan kepada orang tuanya tetatpi mereka berdua justru tidak hadir, bahkan
sekedar mengabari saja, tidak sama sekali.

Setelah puas menangis Lia kembali masuk kedalam ruangan perlombaan untuk mengikuti
pengumuman pemenang perlombaan tersebut. Seperti yang diharapkan Lia mendapatkan juara satu di
perlombaan ini. Bagi lia kemenanangannya saat ini tak ada rasanya, Hatinya masih sangat sedih sekarang.
Sampai ketika lia berada diatas pentas untuk mengambil hadiah, lia melihat seseorang yang sangat ia
kenali. Dia Tifanny sepupu Lia. Tifanny datang dengan senyum haru yang ia tujukan kepadaku. Sambil
memegang seikat bunga Tifanny menunggu Lia turun dari pentas.

Setelah pengambilan hadiah Lia menghampiri Tifanny dengan beribu tanda tanya di
kepalanya.Tifanny berlari memelukku sambil menangis kebingungan.”Ada apa dengan anak ini?”
tanyaku didalam pikiranku. Setelah puas menangis Tifanny memandangku dan memegang pundakku.”
Lia mungkin ini aneh bagimu ketika melihatku datang ke acara mu ini. tapi sebelumnya aku tidak mau
merusak kebahagiaanmu atas pernghargan yang kau dapat tetap aku mohon sebelumnya dengarkan aku
dan jangan potong ucapanku.oke?”. Aku pun hanya diam dan membalas dengan anggukan.” Lia, Aku
datang kesini membawa bunga. Dan apa kau tau? ini adalah bunga pemberian ibu dan ayahmu untukmu.
Aku datang untuk memberikan ini untukmu”. Lia terdiam.Banyak sekali pertanyaan yang hendak ia
tanyakan.Dima ayah dan ibunya kini berada? mengapa tifanny yang memberikan bunga ini kenpa tidak
mereka saja? . Namun aku hanya diam untuk mendengarkan penuturan Tifanny.” Pasti kau heran Lia
mengapa aku yang bawa bunga ini kepadamu.Sebelumnya aku ingin memberi tau mu bahwa aku sangat
percaya bahwa kaunadalah perempuan yang sangat kuat yang pernah aku temui. Aku kesini ingin
memberi kabar bahwa ayah dan ibumu mengalami kecelakaan saat perjalanan kemari.dan sayang nya
kami terlambat datang dan kini nyawa ayah dan ibumu tidak dapat terselamatkan”.Bagai disambar petir,
ucapan Tifanny tadi membuat ku terduduk lemas.

Aku menatap kosong bunga yang ada di genggamanku saat ini. Apakah ini jawaban dari
pertanyaanku? mengapa rasanya sungguh tidak adil?. Air mataku turun perlahan,Tidak ada yang dapat
kubanggakan lagi semuanya hancur sia sia rasanya. Apakah ini semua salahku yang memaksakan
kehendakku kepada kedua orang tua ku untuk menghadiri acaraku?. Rasanya tidak sanggup utukku
menahan semua gejolak yang ada di tubuhku ini.Kulihat lagi bunga yang ada di genggaman ku dan
kubaca secarik surat yang di selipkan diantara bunga itu. Surat itu bertajuk “KADO UNTUK
LIA” .Kubaca setiap rangkaian kata ynag ditulis sendiri oleh ibuku.

Aku menangis haru membaca surat itu.Aku sadar ini bukan akhir dari segalanya.Aku tidak dapat
menyalahkan takdir untuk semua yang kualami saat ini. Yang dapat aku lakukan hanya berusaha dan
berusaha agar bukan hanya orang disekitarku bahagia namun ayah dan ibu pun bahagia melihatku dapat
bangkit dari segala keterpurukanku.

Anda mungkin juga menyukai