17
Nama pemeran
Reihan : Ahmad Sufadil
Karin : Vanita Christina
Nico : Muhammad Gibran
Vera : Nunaya Syaila
Sasa : Naisya Luthfi
Sultan : Muhammad Fiqriansyah
Mama Reihan : Vanita Christina
Tetangga Reihan : Naisya Luthfi
Ibu Panti : Nunaya Syaila
Prolog
Senja mulai tiba, angin berhembusan menerbangkan dedaunan. Burung burung terbang
dilangit, menunjukkan bahwa magrib mulai tiba. Seorang anak kecil terduduk di lantai kamar
yang dingin, namun tidak sedingin hawa yang ia pancarkan semenjak kepergian ayahnya
untuk selama lamanya., ia memeluk lutut dan menopang dagunya.
Tatapannya menyiratkan kesedihan, kehampaan, kekosongan dan luka yang amat mendalam.
Hanya keheningan dan kesunyian yang senantiasa menemani anak lelaki itu.
Luka yang membekas cukup dalam sehingga menjadi rasa sakit . anak itu terseyum miris.
“papa, apa kabar?” entah kepada siapa ia bertanya. Ingin rasanya menyalahkan takdir dan
mengulang kembali masa masa ketika ayahnya masi ada menemani ia untuk sekedar bermain.
Ia harus menerima takdir, dimana ia harus hidup berdua dengan ibunya yang selalu sibuk
bekerja dari pagi hingga malam. Banting tulang demi menghidupi keluarga kecilnya
walaupun tanpa seorang kepala keluarga.
I
Hari demi hari berlalu, tak terasa anak kecil yang merindukan keberadaan ayahnya kini sudah
beranjak dewasa. Ia tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan. namun sayang, karena
kurang mendapatkan perhatian dari orangtua nya ia menjadi anak yang sangat nakal.
Reihan pun pergi dari rumahnya dengan perasaan yang kesal. Di sisi lain, Mama nya mulai
termenung, memikirkan perkataan anaknya. Ya, ada benarnya perkataan Reihan tadi. Sejak
ayahnya meninggal, Mamanya menjadi jarang dirumah, hanya memikirkan pekerjaan saja.
Bahkan pulang pun hanya sekedar mandi dan berganti pakaian saja lalu pergi bekerja lagi.
Mamanya tidak melihat pertumbuhan anak semata wayangnya yang kini sudah besar dan
mengerti apa artinya kesepian tanpa adanya sosok ayah dan ibu yang menemani masa
pertumbuhannya.
( Sesampainya dikelas )
Reihan : “hai”
Nico : “eh rei, pagi pagi uda lesu aja tuh muka”
Sultan : “iya nih, kenapa rei?”
Reihan : “hah gapapa kok, efek belum sarapan kayanya. kantin kuy, cabut aja gausah belajar.
toh cuma bahasa indonesia, ga penting banget. kalian semua juga orang indonesia kan, yakali
gabisa bahasa indo. jadi buat apa dipelajari.”
Nico : “wah kacau, gamau deh tar dimarahin.”
Reihan : “yaudah kalau gamau, aku sendiri aja.” Reihan pun meninggalkan kelas dan berjalan
menuju kantin.
( Di kantin )
Jam pulang sekolah pun tiba. Kebetulan, besok adalah hari minggu. hari yang menjadi
rutinitas Reihan untuk mengunjungi panti asuhan. Bermain bersama anak kecil disana
membuat rasa kesepian Reihan lumayan terbayarkan.
Ibu panti : "Terima kasih ya nak Reihan udah mau berkunjung ke sini."
Reihan : "Sama-sama, Bu. Reihan juga senang bisa berkunjung ke sini."
Ibu panti : "Oh ya Reihan, jangan lupa hadir ya. panti asuhan kami mengadakan acara
unjuk bakat. Saya juga mengundang beberapa orang untuk berpartisipasi."
Reihan : "Siap Bu, saya pasti akan datang." (Sambil tersenyum)."
Hari demi hari berganti, dan acara unjuk bakat di panti asuhan pun dimulai. Ternyata, di sana
juga ada Karin.
Ternyata, apa yang ada dipikiran karin selama ini salah. Yang karin tau reihan adalah anak
yang nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Karin belum melihat sisi baik reihan yang
ternyata sangat menyayangi anak anak yang berada di panti asuhan itu.
Hari demi hari berlalu, sejak mereka bertemu di panti asuhan, keduanya pun menjadi semakin
akrab. Mulai berangkat dan pulang sekolah bersama, kekantin, atau hanya membaca buku
diperpustakaan. Sampai sampai, satu sekolah mengira mereka berpacaran.
Vera yang sedang berjalan, melihat karin dan reihan sedang berada ditaman sambil bersenda
gurau.
Vera : “ih apaan sih, kok karin sama reihan makin lama makin deket. jangan jangan berita
tentang mereka pacaran bener lagi. terus aku gimana dong? aku kan suka reihan udah lama,
bisa bisanya aku keduluan karin.”
Vera yang merasa kesal pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Namun, ia dikejutkan
dengan kehadiran Nico yang entah sejak kapan berada dibelakangnya.
Nico pun menjelaskan rencana nya kepada Vera. diam diam ternyata Nico menyukai Karin.
makanya ia mau membantu Vera bersama dengan Reihan, walaupun harus melibatkan
pertemanan yang sudah terjalin cukup lama.
IV
( Di kantin )
Waktu demi waktu berlalu, mereka sudah menyelesaikan ujian sekolahnya. Sampai akhirnya
acara perpisahan pun tiba, semua berjalan lancar sesuai keinginan. Mereka berfoto bersama
untuk kenang kenangan.
Sasa : “eh karin, vera, dan nico kemana ya? padahal mau foto kok mereka malah menghilang
sih”
Reihan : “yaudah kamu tunggu disini aja sama sultan, biar aku yang pergi nyari mereka”
Sultan : “hati hati rei”
Reihan pun berkeliling sekolah mencari keberadaan mereka, alangkah terkejutnya reihan
melihat pemandangan yang sangat menyakiti hatinya. Ia melihat karin dan nico sedang
berpelukan. Lalu ia pun langsung pergi begitu saja dengan perasaan yang sangat kacau.
Karin : “ih kamu apaansih nic, main meluk aja. kalo dilihat yang lain bagaimana? bisa bisa
mereka salah paham. udah deh aku mau balik ke mereka aja”
Karin pun pergi meninggalkan Nico, kemudian Vera pun keluar dari tempat
persembunyiannya.
Vera : “ya emang itu si tujuan nico meluk kamu, biar reihan salah paham hahaha. lagian
daritadi reihan udah merhatiin”
Nico : “reihan udah liat kan? harusnya rencana kita berhasil. sana kamu susul reihan dan
hibur dia, pasti dia lagi galau tuh hahaha”
Reihan yang merasa kecewa pun pulang kerumahnya, lalu menelfon mamanya
Reihan : “mah, tawaran pindah keluar kota mama masih berlaku? aku mau pindah sekarang.”
Mama : “kenapa tiba tiba? yaudah kamu packing aja, sekalian kuliah disana ya”
Reihan : “oke, secepatnya ya ma”
Karin : “aneh, ga biasanya reihan kaya gini. apa dia sengaja ngehindarin aku ya?”
Karin pun pulang kerumahnya, lalu keesokan harinya ia pun mengunjungi rumah reihan lagi.
hasilnya sama saja seperti kemarin, tidak ada orang dirumahnya.
Kemudian, ada tetangga Reihan lewat.
Karin pun pergi dengan perasaan kecewa, mengapa reihan tiba tiba pindah? Kenapa dia ga
bales pesanku? Aku ada salah sampai dia ngehindar begini? Semua pertanyaan itu
menghantui pikiran karin.
VI
Beberapa hari pun berlalu , Karin tetap dihantuin dengan rasa bersalah soal masalah kemarin.
Keesokan harinya tiba tiba saja sultan dengan Sasa mengunjungi Karin di rumah tanpa
sepengetahuan Karin.
VII
Mendengar hal itu Karin pun makin tambah rasa bersalah karena tidak sempat menjelaskan
semuanya ke Reihan , dan di satu sisi Karin kecewa dengan Vera dan Nico soalnya kejadian
itu. Tetapi pada akhirnya menerima itu semuanya , ia memaafkan Vera dan Nico mereka pun
kembali berteman seperti dulu sambil menempuh jalan nya masing-masing. Disamping itu
tiba tiba di suatu hari Karin menerima surat yang nama pengirimnya adalah dari Reihan yang
berisi
“ untuk Karin dari Reihan,”
“ makasih untuk selama ini waktu kamu , dan kenangan yang kamu kasih ke aku ,
mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita berdua. Semoga dilain kesempatan kita bisa
berjumpa lagi dan aku berharap kita bisa menemukan kebahagiaan kita masing-masing.”