XI MIPA 3
Keesokan paginya ketika Ayah ingin membangunkan Nayara untuk siap-siap ke sekolah. Ia
mendapati bahwa Nayara tidak ada di kamarnya.
Ayah : (sambil mengetuk pintu kamar Nayara) Nayara... bangun nak, nanti kamu terlambat
loh datang ke sekolahnya. Nay, buka pintunya nak. Nay... (membuka pintu kamar Nayara) loh
tidak dikunci. Kertas apa ini (membaca surat yang ditulis Nayara). Bu, Ibu…..
Ibu : “Aduh ada apa sih yah, pagi-pagi sudah teriak-teriak aja. Malu tau didengar
tetangga.”
Ayah : “Lihat ini. Gara-gara kamu Nayara jadi pergi dari rumah.” (memberikan surat kepada
ibu)
Ibu : (membaca surat) Aduh ayah, dia itu hanya pergi kerumah kakeknya, paling-paling
besok juga sudah pulang.”
Ayah : “Kamu ini gimana sih anak pergi malah dibiarkan.’
Ibu : “Haduh bikin pusing saja anak kamu yang satu ini. Beda sama kakaknya yang
penurut.” (sambil meletakkan surat di atas meja kamar Nayara)
Ayah : “Kamu bisa tidak sih untuk berhenti membanding – bandingkan Nayara dengan
Kevin.”
Ibu : (menatap suaminya dengan acuh) “Sudahlah, aku ingin melanjutkan masak dulu.
Kamu jangan khawatir, palingan juga besok Nayara sudah pulang. Lagiankan dia hanya
ketempat kakeknya, mungkin saja dia kangen dengan kakeknya.”
Ayah : “Kamu harus datang ke rumah bapakmu dan membujuk Nayara agar dia mau
pulang.”
Ibu : “Iya – iya.” (sembari melangkah pergi)
Setelah Nayara menulis surat untuk ayah dan ibunya. Ia lalu pergi ke rumah kakeknya untuk
tinggal sementara waktu.
Nayara : “Asslamualaikum kek.”
Kakek : “Waalaikumsalam, loh ada apa datang pagi-pagi begini Nay? Dan kenapa dengan
matamu yang terlihat seperti orang habis menangis.”
Nayara : “Aku ingin tinggal sementara disini kek. Karena aku merasa tidak bebas di rumah,
ibu selalu memaksaku untuk menjadi dokter.”
Kakek : “Jadi kamu ini kabur dari rumah ya?”
Nayara : “Iya kek, tidak apa-apa kan jika aku tinggal di rumah kakek untuk sementara
waktu?”
Kakek : “Sebenarnya kakek sangat senang kamu tinggal disini. Tapi seharusnya jika kamu ada
masalah dengan ibumu, coba selesaikan dengan baik-baik dan bukan malah kabur dari
masalahmu.’
Nayara : “Iya kek aku paham, tapi aku masih merasa sedikit kesal dengan ibuku.”
Kakek : “Ibumu melahirkan dan membesarkanmu butuh perjuangan dan pengorbanan. Dan
sekarang ibumu memintamu untuk menjadi dokter, kamu tidak mau itu?”
Nayara : “Iya kek aku paham itu. Tapi impianku bukanlah menjadi seorang dokter kek,
impianku adalah menjadi seorang pianis.” (sembari menatap wajah kakek)
Kakek : “Iya kakek paham itu. Yasudah kamu istirahat dulu sana di kamar.”
Nayara : “Baiklah kek, aku masuk kamar dulu ya.” (pergi meninggalkan kakek)
Pada sore harinya, ketika ibu hendak pergi kerumah kakek untuk menjemput Nayara. Tiba –
tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.
Kevin : “Assalamualaikum….”
Ibu : “Waalaikumsallam. Kevin kamu sudah pulang nak.” (memeluk Kevin)
Kevin : (membalas pelukan ibunya) “Sudah bu. Aku kangen sekali dengan Ibu, Ayah, dan
Nayara.”
Ibu : “Iya nak, ibu juga kangen sekali denganmu apalagi dengan celotehmu yang tidak bisa
berhenti itu. Ngomong – ngomong bagaimana kuliahmu. Baik-baik saja kan?” (sembari menarik
kevin untuk masuk ke dalam rumah)
Kevin : “Baik – baik saja bu, semua aman dan berjalan dengan lancar. Nanti akan aku
ceritakan kegiatan kuliahku. Ngomong-ngomong Ibu mau kemana? Dan ayah serta Nayara
dimana bu?
Ibu : “Ayahmu belum pulang karena katanya ia akan ada rapat, jadinya ayahmu akan
pulang terlambat hari ini. Dan ibu mau kerumah kakek kamu untuk menjemput Nayara.”
Kevin : “Loh ada apa bu sama Nayara ? tumben pake dijemput segala. Biasanya juga dia
pulang sendiri.”
Ibu : “Biasalah Vin. Adikmu yang satu itu susah sekali diatur.”
Kevin : “Yah namanya juga remaja bu. Aku ikut ya bu kerumah kakek.” (sembari meletakkan
tas nya di atas kursi)
Ibu : “Loh tidak usah, kamu istirahat saja dirumah Vin. Kamu kan baru datang, pasti capek
kan habis menempuh perjalanan jauh.”
Kevin : “Tidak ah bu, aku juga kangen sama kakek dan ingin melihat kondisi kakek.’
Ibu : “Ya sudah ayo. Jangan lupa kamu kunci pintunya ya. Ibu tunggu dimobil.”
Tidak butuh waktu lama untuk Ibu dan Kevin pergi ke rumah kakek, mereka hanya perlu
menempuh perjalanan selama 15 menit untuk sampai kerumah kakek. Sesampainya mereka
dirumah kakek, Kevin langsung turun dan disusul dengan ibu yang habis memarkirkan mobilnya
di garasi rumah kakek.
Kevin & Ibu : “Assalamualaikum”
Kakek : “Waalaikumsallam.” (sambil membuka pintu)
Kevin : “Kakek…..” (memeluk kakek)
Kakek : “Kevin… cucu kakek sudah pulang.” (membalas pelukan Kevin)
Kevin : “Iya kek, barusan saja aku sampai namun aku melihat ibu ingin pergi kerumah kakek.
Jadinya aku ikut deh, soalnya aku kangen banget sama kakek.”
Kakek : “Kakek juga, sudah lama sekali kakek tidak bertemumu. Ayo masuk-masuk.
Bagaimana kabarmu Vin?”
Kevin : “Alhamdulillah baik kek. Kakek sendiri bagaimana? Aku dengar dari ibu bahwa kakek
akhir – akhir ini sering mengalami asam urat.”
Kakek : Kamu ini bisaan saja (sembari menepuk pundak Kevin). Ya Alhamdulillah kakek sehat
– sehat saja, tapi memang akhir – akhir ini lutut kakek sering sakit Vin. Ya namanya saja sudah
berumur, maklumlah.
Kevin : Heheheh kakek bisa saja. Oh iya, ngomong – ngomong Nayara dimana kek ?
Sesaat setelah Kevin bertanya mengenai Nayara kepada kakek, tiba – tiba Nayara terbangun
dan berjalan keluar kamar, karena ia mendengar ada suara kakak dan ibunya yang sedang
berbincang dengan kakek.
Kakek : “Nah itu Nayara sudah bangun.”
Kevin : “NAYARAAAA…..” (sambil berlari memeluk Nayara)
Nayara : “Kak Kevin. Kakak sudah pulang?? Aku kangen sekali dengan kakak.” (membalas
pelukan Kevin)
Kevin : “Sudah Nay. Baru saja kakak sampai dan langsung kesini karena katanya ibu ingin
menjemputmu.”
Ibu : “Nayara ayo pulang nak.”
Nayara : “Tidak, aku tidak mau. Aku tidak mau pulang hanya karena ibu ingin aku menjadi apa
yang ibu inginkan.”
Ibu : “Nayara kamu itu harus nurut apa kata orang tuamu.” (berbicara dengan nada
lantang)
Nayara : “Tidak. Aku tidak mau pulang.” (sambil berlari pergi)
Setelah Nayara pergi meninggalkan ibu, kakaknya, serta kakeknya. Kevin semakin dibuat
bingung dengan apa yang terjadi antara ibu dan adiknya itu.
Kevin : “Sebenarnya ada apa sih ini bu? Mengapa Nayara pergi ketika ibu mengajaknya
pulang.”
Kakek : “Vina seharusnya kamu tidak memaksakan kehendakmu kepada anakmu. Kamu juga
harus beri dia kebebasan dalam menentukan pilihannya.”
Ibu : “Pak, dia itu masih anak-anak. Tidak ada salahnya kan kalo aku ingin dia menjadi
orang sukses seperti Kevin. Lagian kan aku hanya menyuruhnya menjadi dokter, apa yang salah
coba dengan menjadi dokter. Dokter itukan pekerjaan yang mulia.”
Kevin : “Jadi ini masalahnya yang membuat Nayara tidak ingin pulang kerumah. Menurutku,
aku dan Nayara itu tidak sama bu. Kami memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing –
masing. Mungkin aku dulu terlalu nurut dengan apa yang ibu katakan. Sehingga ibu yang
menentukan masa depanku, aku tidak bisa memilih karena aku takut untuk menolak perintah
ibu. Tapi aku minta sekarang biarkan Nayara menentukan masa depannya sendiri bu. Aku tidak
ingin Nayara merasa terpaksa seperti apa yang aku rasakan dulu.”
Ibu : “Tapi ibu tidak salah kan mengarahkan kamu selama ini. Toh sekarang buktinya kamu
jadi orang yang sukses.”
Kakek : “Tapi Vina, kamu tidak seharusnya memaksa Nayara seperti itu. Bapak takut kelak
nanti dia akan menjadi anak yang memberontak sama orang tua. Biarkan dia menentukan masa
depannya sendiri. Dan seharusnya kamu cukup mendukung apa yang menjadi keinginannya
selama ini. Lagi pula menjadi seorang pianis itu bukan hal yang buruk.”
Ibu : “Menjadi pianis itu masa depannya tidak jelas pak. Bapak sama saja seperti ayahnya
selalu membela Nayara dengan keinginannya yang tidak jelas itu. Sudahlah aku pulang saja.
Assalamualikum.” (berjalan pergi)
Kevin : “ Yasudah, Kevin juga pulang dulu ya kek. Assalamualaikum.” (sambil bersalaman
mencium tangan kakek)
Kevin : Waailaikumsallam. Hati – hati dijalan ya. (mengantar sampai ke depan pintu)
Lalu disebuah taman bermain terdapat Nayara yang sedang menangis dan ada Risa juga disana
yang sedang berusaha untuk menenangkan Nayara yang menangis.
Risa : “Sudahlah Nay kamu jangan menangis. Kamu turuti saja apa yang ibumu katakan. Lagi
pula menjadi dokter itu tidak buruk kok.” (sambil mengusap pundak Nayara)
Nayara : “Tidak, aku tidak mau menjadi dokter. Impianku dari dulu adalah menjadi pianis
terkenal Ris. Aku tidak mungkin mengubur impianku sedari kecil hanya karena ibuku
memintaku untuk menjadi dokter.”
Risa : “Aku tahu itu Nay. Tapi daripada kamu selalu berada dibawah tekanan ibumu, lebih
baik kamu turuti saja apa mau ibumu.”
Nayara : “Tidak. Aku tetap tidak mau menjadi dokter.”
Risa : “Ohh atau begini saja, bagaimana kalau kamu membuktikan kemampuanmu dalam
bermain piano itu di acara festival sekolah kita minggu depan. Ini adalah waktu yang tepat
untuk kamu bisa membuktikkan kepada ibumu bahwa kamu bisa membuatnya bangga.”
Nayara : “Tapi bagaimana cara melakukannya? Aku belum pernah menunjukkan bakatku ini di
depan banyak orang.”
Risa : “Kamu harus bisa menampilkan yang terbaik didepan orang tua mu Nay.”
Nayara : “Baiklah aku akan berusaha dan berlatih sekeras mungkin agar aku bisa memberikan
penampilan terbaikku di depan orang tua ku. Terimakasih Risa atas sarannya, kau memang
selalu menjadi sahabat terbaikku.” (memeluk Risa)
Seminggu kemudian, acara festival yang sudah ditunggu – tunggu oleh seluruh siswa dan siswi
SMP Pelita Harapan tiba. Seluruh siswa berkumpul di depan panggung untuk menyaksikan
berbagai macam pertunjukkan yang ada. Seluruh siswa merasa senang dan bahagia, tetapi tidak
dengan Nayara. Ia merasa gugup sebab ia akan menjadi orang yang tampil pertama sekaligus
menjadi pembuka dari acara festival tersebut.
Pembawa acara : “Baiklah teman – teman semua, untuk pertujunkkan pembuka dalam
Festival kita hari ini akan dibawakan oleh Nayara Fernando. Ia akan menampilkan kepiawaian
nya dalam bermain piano. Baiklah tanpa menunggu lama – lama. Kita sambut ini dia Nayara.”
Saat Nayara menaikki panggung, banyak penonton yang bersorak karena tidak sabar untuk
melihat penampilan Nayara. Nayara kali ini benar – benar ingin membuktikkan kepada semua
orang bahwa dia bisa sukses dengan impiannya. Ia juga kali ini ingin membuktikan kepada
keluarganya, terutama ibunya bahwa ia bisa membuat ibunya bangga kepadanya.
Kevin : “Wah aku tidak menyangka bahwa Nayara memiliki kemampuan sehebat ini. Ia
memainkan piano nya dengan lihai. Aku bangga sekali memiliki adik seperti kamu Nay. Lihat lah
bu, semua penonton seperti terhipnotis mendengar nada nada dari piano yang Nayara
mainkan. Ibu mulai sekarang harus bangga dengan kemampuan yang Nayara miliki bu.”
Ayah : “Iya ayah juga tidak menyangka bahwa anak bungsu ayah memiliki kemampuan yang
luar biasa. Aku juga setuju dengan Kevin. Kamu harus bangga kepada Nayara bu. Dia sudah
berlatih sangat keras demi membuktikkan kemampuannya dan membuat dirimu bangga.”
Ibu : “Iya, ibu sekarang sadar bahwa apa yang ibu inginkan belum tentu disukai juga dengan
orang lain. Menjadi seorang pianis ternyata bukanlah suatu hal yang buruk. Justru sekarang ibu
bangga dengan Nayara. Dia menyadarkan ibu bahwa ambisi ibu untuk menekan dia menjadi
dokter itu salah.”
Setelah Nayara selesai menampilkan penampilannya, ia turun dari panggung dan berlari untuk
menemui keluarganya yang duduk dibarisan kursi penonton.
Nayara : “Ibu, ayah, kak Kevin.” (memanggil keluarganya sembari berlari menghampiri)
Ibu : “Nayara……(sambil memeluk Nayara) maafkan ibu ya nak selama ini ibu selalu
menuntut kamu untuk jadi seperti apa yang ibu inginkan tanpa memikirkan keinginanmu
sendiri. Sekarang ibu sudah sadar, dan sekarang ibu akan mendukung impianmu untuk menjadi
seorang pianis terkenal.”
Nayara : “Iya bu, aku juga minta maaf ya. Aku akhir – akhir ini sering membantah kata – kata
ibu.” (membalas pelukan ibu)
Ibu : “Ibu bangga sama kamu Nay. Dan ibu juga bangga sama kamu Vin.” (menagis dan
terharu)
Ayah : “Ayah juga bangga sama kalian berdua. Dan ayah tidak meyangka bahwa anak – anak
ayah memiliki kemampuan yang luar biasa. Ayah yakin kelak kalian akan menjadi orang yang
sukses.”
Pada akhirnya mereka menjadi keluarga yang saling menghargai satu sama lain dan hidup
dengan diselimuti kebahagiaan. Ibu dan ayah kini menjadi kedua orang tua yang selalu
mendukung apapun itu yang menjadi impian kedua anaknya. Kevin melanjutkan kuliahnya yang
sekarang sudah semester akhir dan ia bertekad untuk menjadi peneliti hebat yang bisa berguna
bagi banyak orang. Lalu, Nayara, ia sekarang mulai mengikuti les piano yang sejak dulu ia
impikan. Ia berjanji kepada kedua orang tuanya untuk berusaha keras dan sebisa mungkin tidak
mengecewakan ibu dan ayahnya. Ia akan membuktikan kepada ibu, ayah, kakaknya, dan dirinya
sendiri bahwa ia bisa dan mampu menjadi seorang pianis yang sukses dan terkenal.
KELOMPOK 2
Anggota :
1. Dinda Salsabila S sebagai Inara Audia (Nara)
2. Fuad Rasyid F sebagai Dimas Wijaya Putra (Dimas)
3. M. Dero Citrajaya sebagai Abian Segnantio (Bian)
4. Nanda Ikhsan H sebagai Fajar Alandra (Fajar)
5. Silvia Ramadhanti sebagai Selavia Ignora (Sela)
6. Zhafira Nurul Q sebagai Farah Adia Putri (Farah)
ArtTrika
Selama beberapa hari ini siswa Ekstrakurikuler Kesenian SMA Negeri Sentosa dibuat
kebingunan setelah Bu Heni, pembina ekskul seni sekaligus guru bahasa Indonesia memberikan
tugas kepada mereka. Mereka diberi tugas untuk mewakili sekolah membuat sebuah karya
dengan bertemakan kebudayaan yang ada di Indonesia untuk ditampilkan di acara Pameran
Seni Rupa yang akan diadakan di Museum Seni Lampung. Siswa-siswa yang diberi tugas itu
adalah Nara, Dimas, Sela, Fajar, Farah, dan Bian.
Saat jam istirahat, Nara dan Farah yang ingin pergi ke kantin tiba-tiba dipanggil oleh Sela. Ia
ingin mengumpulkan teman-temannya itu untuk membicarakan karya yang akan mereka buat
nanti.
Sela : “Ra, Far, kesini sebentar deh ! Aku ingin membicarakan tugas yang diberi Bu Heni
saat rapat ekskul kemarin.” (Memanggil Nara dan Farah yang akan menuju kantin)
Farah : “Oh iya Aku hampir saja lupa sama tugas itu. Karena kan kita akhir-akhir ini memang
sedang dilanda dengan banyaknya tugas.”
Nara : “Benar juga sih. Sebenarnya aku sudah ada pendapat tentang apa yang akan kita
buat nanti. Tetapi lebih baik kita kumpul dulu agar bisa dibahas bersama.”
Sela : “Oke nanti kita kumpul setelah pulang sekolah saja ya. Kebetulan kan hari ini
pulang nya lebih cepat karena guru-guru akan rapat untuk persiapan ulangan tengah semester.
Oh ya, jangan lupa nanti kasih tau Bian, Fajar, sama Dimas juga.”
Nara : “Oke deh Sel. Kalau begitu Aku sama Farah ke kantin dulu ya keburu masuk nih
kasian perut udah minta diisi aja hehehe.” (Sambil tertawa memegang perutnya)
Bel yang menandakan selesainya kegiatan belajar mengajar itu membuat seluruh siswa SMA
Sentosa berbondong-bondong meninggalkan kelas nya masing-masing untuk kembali ke rumah.
Namun tidak untuk enam siswa yang sedang kumpul di ruang kesenian membahas rencana
kegiatan mereka ini.
Sela : “Oke, karena kita semua udah kumpul disini jadi kita mulai aja ya. Nara gimana
pendapat kamu yang tadi ingin diomongin ?” (Sambil melihat ke arah Nara)
Nara : “Jadi begini teman-teman, karena kita akan mengambil tema Kebudayaan Melalui
Kesenian jadi Aku punya ide bagaimana kalau kita menampilkan karya-karya seni rupa yang
jarang sekali diketahui oleh masyarakat. Selain menambah pengetahuan, kita juga dapat
memberikan informasi kepada mereka bahwa banyak sekali keberagaman yang ada di
Indonesia ini bukan hanya satu atau dua saja namun banyak sekali.”
Bian : “Wah, Aku setuju tuh sama pendapat Nara. Dengan begitu, orang-orang pasti akan
penasaran sehingga banyak yang datang ke tempat kita.”
Fajar : “Betul kata Bian. Siapa tau mereka suka dan kagum sama karya-karya seni yang kita
tampilkan. Jadi dengan itu kita bisa menjadi juara nya di ajang kali ini.”
Farah : “Baik karena sudah pada setuju semua kira-kira mulai kapan nih kita
mempersiapkannya ?” (Sambil melihat teman-temannya)
Dimas : “Karena acara nya dua minggu lagi, bagaimana kalau kita persiapkan mulai minggu
ini saja. Kan lebih cepat jadi lebih baik. Selain itu, kita juga bisa mempersiapkannya dengan baik
dan tidak terburu-buru sehingga karya-karya kita nantinya dapat menjadi sesuatu yang
membuat orang-orang terkagum saat melihatnya.”
(Diangguki dan disetujui oleh teman-temannya)
Berbagai macam properti mulai mereka siapkan dari karya seni rupa dua dimensi hingga tiga
dimensi yang berasal dari berbagai Provinsi di Indonesia. Tidak lupa pula mereka membuat
hiasan yang akan di pajang disana nantinya.
Hingga tibalah di hari pelaksanaan Pameran Seni Rupa yang digelar di Museum Seni Lampung.
Keenam siswa itu tak menyangka kalau acara ini akan dikunjungi oleh 7.000 orang yang akan
melihat karya-karya seni rupa mereka.
Nara : “Wah, banyak sekali orang yang mengunjungi pameran ini. Aku jadi penasaran
bagaimana pendapat mereka tentang seni rupa milik kita ya. Apakah mereka akan suka ?”
(Sambil bertanya kepada teman-temannya)
Sela : “Kalau menurut Aku sih mereka pasti akan suka. Karena karya-karya kita kan jarang
sekali mereka lihat jadi pasti mereka penasaran dan menghampiri tempat kita.” (Menjawab
pertanyaan Nara dengan percaya diri)
Dimas : “Iya bener tuh apa kata Sela. Tenang aja Ra yakin kalau punya kita gak kalah
menarik dari sekolah-sekolah lain.”
Tidak lama kemudian satu persatu orang mengunjungi tempat mereka untuk melihat karya-
karya seni rupa disana dan berdecak kagum saat itu juga. Mereka yang melihat pengunjung
menyukai karya-karya seni rupa tersebut menyunggingkan senyum karena usaha mereka
rupanya tidak sia-sia.
Namun tiba-tiba seorang wartawan disana mendekati Farah alih-alih ingin bertanya konsep seni
rupa dari sekolah mereka yang ditampilkan di Pameran Seni Rupa ini.
Wartawan : “Selamat siang dek, perkenalkan saya Adiswara Kencana salah satu wartawan
dari MMC TV yang akan meliput acara Pameran Seni Rupa ini. Biar enak panggil saja Kak Adi ya.
Disini kakak ingin mewawancarai adek tentang konsep kalian nih.”
Farah : “Oh begitu, baik kak.” (Menyetujui maksud wartawan itu)
Wartawan : “Oke sebelumnya maaf dengan adek siapa dan asal sekolah dari mana ?”
Farah : “Perkenalkan nama saya Farah Adia Putri biasa dipanggil Farah dan saya disini
bersama kawan-kawan yang lainnya berasal dari SMA Negeri Sentosa.”
Wartawan : “Lalu di acara Pameran Seni Rupa tahun ini kalian mengambil tema seperti
apa ? Boleh dijelaskan kepada para pemirsa di sana ?”
Farah : “Baiklah saya akan menjawab pertanyaan ini mewakili teman-teman saya. Jadi
kami mengambil tema Melestarikan Kebudayaan Melalui Kesenian yang kami beri judul yaitu
“ArtTrika”. Nama ArtTrika sendiri merupakan singkatan dari Arti Kebudayaan Indonesia. Dimana
kami memiliki tujuan untuk memperlihatkan bahwa kebudayaan di Indonesia ini sangat
beragam dan memiliki banyak arti sendiri di dalamnya.”
Wartawan : “Lalu untuk karya-karya seni rupa nya, apa saja yang kalian perlihatkan disini ?”
Farah : “Untuk karya seni rupa nya, kami menampilkan karya seni rupa dua dimensi
dan tiga dimensi yang berasal dari berbagai macam Provinsi di Indonesia. Karya-karya seni rupa
ini sengaja kami perlihatkan karya seni yang jarang atau bahkan tidak orang ketahui. Alasannya
karena kami ingin seni-seni di Indonesia ini dikenal semua tidak hanya seni yang itu-itu saja.
Selain itu, kami juga ingin para masyarakat tahu bahwa banyak karya seni yang tidak mereka
ketahui itu tidak kalah menarik dari yang biasa mereka lihat.”
Wartawan : “Wah keren sekali ide kalian. Saya disini sangat kagum meskipun kalian masih
menginjak sekolah menengah tetapi sudah mempunyai ide yang seperti itu. Seperti nya kalian
nih yang akan menjadi juara nya tahun ini. Pasti pemirsa disana juga sangat setuju dengan ini.”
Farah : “Aamiin, terima kasih atas doa nya kak dan pemirsa yang ada disana.”
Wartawan : “Sama-sama. Baiklah mungkin itu saja wawancara dari saya. Terima kasih adek
telah meluangkan waktunya. Kakak mohon pamit undur diri, sekali terima kasih dan semoga
sukses untuk kalian.” (Sambil menyemangati Farah)
Farah : “Iya kak, terima kasih juga atas doa nya untuk kami.”
Hingga beberapa jam kemudian acara Pameran Seni Rupa ini pun akhirnya selesai. Dan SMA
Negeri Sentosa juga dinyatakan sebagai juara terbaik dan terfavorit atas tema yang mereka
ambil. Hal itu membuat keenam siswa tersebut sorak gembira saat mendengarnya.
Sampai Bu Heni pun menghampiri mereka untuk mengucapkan selamat dan mengapresiasi.
Bu Heni : “Wah selamat ya kalian memang anak-anak ibu yang hebat. Ngga salah ibu milih
kalian untuk mewakili sekolah di acara ini.” (Sambil mengacungkan jempol ke arah enam anak
muridnya)
Bian : “Iya terima kasih juga bu. Tanpa campur tangan dan bimbingan dari Bu Heni juga
kami ngga akan bisa mendapatkan juara ini.” (Mengucapkan terima kasih mewakili teman-
temannya)
Bu Heni : “Oh ya karena bapak kepala sekolah tidak bisa hadir disini jadi ibu ingin mewakili
beliau kalau kalian nanti akan dikasih hadiah dari beliau sebagai bentuk apresiasi dan ucapan
terima kasih karena telah membawa nama sekolah menjadi lebih baik lagi.”
Nara : “Ah yang benar bu kita jadi ngga sabar nih mau liat apa yang dikasih oleh bapak
kepala sekolah. Iya ngga teman-teman.” (Diangguki oleh teman-temannya)
Tiba di hari senin, ketika pelaksanaan upacara bendera, di sela-sela kegiatan amanat bapak
kepala sekolah nama mereka dipanggil untuk maju ke depan mengambil piala dan medali. Saat
mereka maju ke depan riuh gemuruh pun terdengar dari teman-temannya dan mereka pun tak
henti-hentinya tersenyum mengingat usaha dan perjuangan mereka membuahkan hasil yang
baik dan tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.
KELOMPOK 3
Anggota :
1. ALYSSIA LUTHFIA APSARI
2. ANDINI SYERALUNA
3. KEYSHA DEVINA
4. MUHAMMAD DAFFA ARDIANSYAH
5. MUHAMMAD FAIRUZ SALEH
6. M. SYAHRUR RAMADAN
JOJO
Panggil saja Jojo, dia merupakan salah satu siswa kelas dua di salah satu Madrasah Tsanawiyah
di Kota Metropolitan. Jojo merupakan anak yang cukup familiar disekolahnya, ini bukan karena
Jojo seorang bermodis ataupun orang tajir.
Ini karena Jojo merupakan anak yang paling pendiam, tak heran Jojo menjadi bahan bulian
teman-temannya. Bukan Jojo tak bisa melawan ejekan teman-temannya, namun Jojo tidak mau
ada masalah lain yang nantinya menimpanya.
Kala itu hari masih pagi, Jojo dengan mengenakan tas gendong berwarna biru, dengan bergegas
ke arah kelas. Namun, tak sengaja menyenggol salah satu geng yang cukup badung di
sekolannya.
Dialog Drama
Saprudin : “Woooy. . . !! Maen serobot aja loh?”
(sambil menarik tas Jojo)
Robby : “Hajar Aja Din, gak sopan tuh orang”
(sambil melotot)
Jojo : “Maaf Din, gak sengaja”
(Jojo nunduk)
Lalu dari arah belakang Yoyo, ada salah satu anggota genk yang meringkus kepala Jojo dengan
kantong plastik.
Aang : “Ayo.. ! Jangan nyantai saja, bawa Jojo ke WC nanti Kepsek dateng.”
Genk badung tersebut membawa Jojo ke WC, hal tersebut tidak diketahui oleh guru ataupu staf
sekolah lainnya. Anak-anak pun tidak berani ikut campur masalah dengan Genk badung
tersebut. Jojo ditinggalkan di WC sekolah dan dihajar habis-habisan, sehingga seluruh wajah
Jojo memar terkena pukulan.
Bel sekolah pun berbunyi tanda masuk sekolah, Jojo pun bergegas masuk ke kelas dengan
wajah bonyok penuh memar.
Pak Guru : “Pagi Anak-anak, gimana kabar kalian hari ini?”
(Pak guru sambil mengeluarkan buku dalam tasnya)
Siswa : “Baik Pak” (dengan serentak)
Pak Guru :”Hmmm..! Tapi kayaknya ada yang lagi gak baik nih. Owh ya, Jo kena wajahmu
memar-memar?
(heran)
Jojo : “Anu Pak, tadi Jojo klepeset”
Pak Guru :”Owh.. Ya, udah nanti kamu harus lebih hati-hati lagi..
Jojo : “i..iya pak”
(jawab Jojo)
Pada peristiwa yang Jojo alami tersebut, tidak ada seorang pun yang mau ngasih tahu dan tidak
mau tahu apa yang menimpa Yoyo tersebut. Pelajaran pertama pun berakhir, lanjut dengan
pelajaran kedua yaitu pelajaran Aqidah Ahlak.
Pada pelajaran tersebut Bu guru menerangkan bahwa tentang hukuman orang yang
berbohong, pada pelajaran tersebut Jojo merasa bersalah karena telah berbohong pada Pak
Guru. Waktu istirahat pun tiba, Yoyo pun bergegas ke ruang guru untuk menemui Pak Nono.
Jojo : ” Assalamualaikum Pak, maaf sebelumnya ganggu Bapak”
Pak Guru : “Gak lagi sibuk kok yo, ada apa ya jo. Tumben, gak biasanya”
Jojo : “Gini Pak, Saya minta maaf telah berbohong tadi. Sebenarnya Saya habis digebukin anak
geng badung”
Pak Guru : “Loh, emang ada masalah apa kalian?”
(heran)
Jojo : “Jojo gak sengaja menyeggol mereka pak”
Pak Guru : “Ya udah nanti saya panggil mereka jo. Kamu gak usah takut lagi”
Jojo : ”Makasih ya Pak, Jojo pamit dulu mau ke kelas”
Jojo pun kembali ke kelas dengan tenang. Ke esokan harinya anak genk badung dipanggil ke
kantor sekolah, untuk dimintai pertanggung jawabannya. Akhirnya, Jojo pun mendapatkan
pujian dari teman sekelasnya karena Jojo berani melaporkan kenakalan genk badung.
Wawan selaku teman sekelas Jojo merasa kagum dengan Jojo, walaupun Jojo seorang paling
pendiam tapi dia berani melaporkan genk badung. Saat pulang sekolah, tidak biasanya Jojo
pulang bareng bersama wawan, sambil bercengkrama akrab.
Wawan : “Jo, gue salut sama lu. Berani ngelaporin tingkah jelek genk badung itu”
Jojo : “Sebetulnya, gue juga takut. Tapi, ini harus”
Wawan : “Iya Jo, semoga mereka sadar”
Jojo : “Itu yang gue harapkan wan”
Wawan : “Owh ya jo, nanti siang kita ngerjain PR matematika bereng yuk. Soalnya, gue gak
paham betul”
Jojo : “Hayu, nanti kita belajarnya di rumah nenek gue aja, kan deket rumah lu tuh”
Wawan : “Ok, sampai ketemu nanti ya”
Pada hari itu Jojo sangat senang sekali karena seluruh teman sekelasnya bangga padanya.
Walaupun hal tersebut sangat susah baginya, namun Jojo harus berkata sebenarnya.
KELOMPOK 4
Anggota :
1. Adinda Krisna sebagai Gavin
2. Erjo Arifin sebagai Dikta
3. Indra Dewan sebagai Raka
4. Nabila Putri A.N sebagai Ara
5. Sivana Jasmine sebagai Clara
6. Hana Qanitha sebagai Cleonny
BERBAGI
Di sebuah ruang kelas, Farhan, Zafran, Fatih, Jihan, Fatma, dan Cantika sedang berdiskusi.
Farhan : "Jadi kita bakalan buat jadwal jum'at berbagi nih?"
Zafran : "Iya."
Farhan : "Emangnya harus?"
Fatma : "Ngga harus sih, cuma kan kita udah dari lama ngerencanain semua."
Cantika : "Iya tuh, kebetulan juga kita udah deket sama pengumuman SNMPTN, baiknya buat
orang senang Insya Allah kita juga dapat kabar yang menyenangkan."
Jihan : "Aamiin, pokoknya jum'at ini kita harus melaksanakannya ya."
Fatih : "Setuju, nanti sekalian aku bilangin sama papa, kali aja papa mau bantu."
Zafran : "Mantap, siap."
Fatih : "Ini ya bu, buat ibu sama anak ibu." (Memberi uang Rp.100.000 dan tersenyum)
Ibu paruh baya : "Terima kasih, semoga umurmu dan rezeki orang tuamu berlipat ganda dan
sehat selalu."
Fatih : "Aamiin. "
Fatma : "Kamsahamnida."
Cantika : "Makasih Ji."
Zafran dan Farhan meneguk teh.
Cantika : "Makasih ke Jihannya mana?"
Zafran : "Makasih Ji."
Fatih : "Makasih Ji, boleh nambah ngga?"
Jihan : "Boleh, bentar ya lagi dibuatin. Sambil nunggu, ayo kita belajar."
Zafran : "Oalah, jadi resensi itu kaya review suatu karya ya?"
Fatih : Iya."
Sepulang sekolah.
Farhan : "Gausah aja sih, lagian hasil nanti ga ngaruh sama kita berbagi atau ngga."
Fatma : "Ya kalau lo gamau ikut gapapa loh."
Zafran : "Iya, gapapa kali kalo lo gamau ikut."
Fatih : "Gaboleh, kita kan temen, harus bareng-bareng terus dong. "
Farhan : "Aneh banget."
Zafran : "Lo gila yang aneh."
Fatih : "Jangan ribut, yaudah kalau Farhan gamau ikut, gapapa Han."
Farhan : "Jelas gamau, ngapain ngasih orang-orang yang ga kita kenal."
Zafran : "Kan berbagi, lo ga pernah berbagi sih ya."
Farhan : "Hahahaha, berbagi mah gue sering kali."
Zafran : "Pamer amat."
Farhan berdiri.
Zafran berdiri.
Farhan menarik baju Zafran.
Zafran : "Apa? Udahlah Farhan, lo keluar aja. Ngerusak aja lo ini bisanya."
Farhan : "Berbagi tuh yang banyak, ini malah sokong-sokongan hahaha, ga banget."
Zafran : "Mending sokongan daripada ngga sama sekali ditambah ngerusak acara hahahhaa."
Farhan : "Ribut aja kita! Muka lo gua tonjok nih."
Zafran menonjok wajah Farhan. Dibalas oleh Farhan.