Anda di halaman 1dari 4

Bawang Merah Bawang Putih

Pada dahulu kala tinggalah sebuah keluarga di sebuah desa. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan
seorang gadis remaja dengan nama bawang putih. Mereka adalah sebuah keluarga yang hidup
bahagia. Kendati ayah bawang putih hanyalah seorang pedagang biasa, namun mereka bisa hidup
dengan sangat rukun dan sentosa hingga pada suatu hari ibu bawang putih sakit parah yang akhirnya
meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka dengan meninggalnya ibund tercintanya itu, begitu
juga dengan ayahnya, ia merasakan duka yang sangat mendalam harus menerima kenyataan itu.

*Bawang putih masuk lalu menyanyikan reff lagu Bunda*

Kata mereka diriku selalu dimanja


Kata mereka diriku selalu ditimang
Ohh.. Bunda ada dan tiada dirimu kan selalu
Ada didalam hatiku

Bawang putih : ‘’Ayah kenapa sih ibu harus pergi meninggalkan kita dengan begitu cepatnya?’’
Ayah : ‘’Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha Kuasa nak’’
Bawang putih : ‘’Ya sudahlah, yah. Memang sudah menjadi ketentuan yang maha Kuasa’’
Ayah : ‘’Ya, benar anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya’’

Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak yang bernama bawang merah. Semenjak ibu
bawang putih meninggal ibu bawang merah sering menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah
bawang putih. Ibu bawang merah sering membawakan makanan untuk bawang putih dan ayahnya.
Membnatu bawang putih bersih-bersih rumah dan juga menemani bawang putih dan ayahnya
berbagi lewat obrolan.

Oh inikah cinta, inikah cinta


Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta, oh inikah cinta
Terasa getaran dalam dada dengan dirinya

Kedekatan ayah bawang putih dan ibu bawang merah yang dirasanya sangat baik hati membuat
ayah bawang putih kepikiran untuk menikahi ibu bawang merah. Dengan meminta pertimbangan
dari bawang putih, kemudian ayah bawang putih menikah dengan ibu bawang merah.
Di awal-awal pernikahan ibu bawang merah dan bawang merah bersikap sangat baik kepada bawang
putih. Namun lama kelamaan tabiat sesungguhnya mereka mulai kelihatan.

Ibu : ‘’Putih kamu harus membersihkan lantai ya! Cuci piring dan semua pekerjaan
rumah harus kamu bereskan!’’
Bawang putih : ‘’Iya baik, Bu! Akan putih kerjakan.’’
Bawang merah : ‘’Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan tidak
berantakan’’
Bawang putih : ‘’Baik, Kak. Akan putih kerjakan’’
Pada suatu hari ayah bawang putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia. Kini bawang putih
tidak lagi punya ayah dan ibu.

Ayah : ‘’Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin bisa
disembuhkan lagi’’
Bawang putih : ‘’Ayah, putih mohon sama ayah, jangan tinggalin putih, yah! Putih akan sama siapa
lagi yah?’’
Ayah : ‘’Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya, nak. Bu, aku titip putih
ya? Tolong jagain putih dan aku mohon ibu bisa menganggap dia seperti anak ibu sendiri’’
Ibu : ‘’Baik, yah. Aku menyayangi putih dan aku akan menganggapnya seperti anakku
sendiri’’
Bawang putih : ‘’Ayah.. Jangan tinggalkan Putih, ya!’’

Aku hanya memanggilmu ayah


Disaat ku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu ayah
Jika aku tlah jauh darimu

Sejak saat itu bawang merah dan ibunya semakin leluasa bertindak semena-mena terhadap bawang
putih. Bawang putih seperti buruh bawang merah dan ibunya.

Ibu : ‘’Putih nanti kamu harus bangun sebelum adzan subuh, kamu harus persiapkan air
mandi dan sarapan untuk ibu dan bawang merah. Terus kamu harus memberi makan pada ternak,
lalu menyiram di kebun, dan mencuci baju di sungai. Sesudah itu kamu lekas menyetrika baju dan
membersihkan rumah. Paham?!’’
Bawang putih : ‘’Ya putih mengerti bu’’
Bawang merah : ‘’Jangan bermalas malasan ya!’’
Bawang putih : *mengangguk*

Meski diperlakukan seperti seorang pembantu, namun bawang putih selalu mengerjakan perintah
ibu bawang merah dengan hati riang. Dia berharap suatu saat ibu tirinya itu bisa mencintainya
seperti anak kandungnya sendiri.

*bawang putih berjalan menuju sungai dan membawa beberapa pakaian yang akan dicuci*

Don’t let them him, don’t let them see, be the good girl you always had to be.
Conceal, don’t feel, don’t let them know. Well now they know.
Let it go, let it go. Can’t hold it back anymore
Let it go, let it go. Turn my back and slam the door.
And here I stand and here I’ll stay
Let it go, let it go the cold never bothered me anyway

Bawang putih : ‘’Bajukuu.. Bajuku..!!’’ *teriak bawang putih panik*


Bawang putih : ‘’Aku harus menemukan baju ibu, karena itu adalah baju kesayangannya. Jika tidak
ibu akan sangat marah padaku’’
Setelah berusaha mencarinya dengan menyusuri sungai, bawang putih tidak berhasil menemukan
baju kesayangan ibu tirinya itu. Dengan wajah putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakan
kejadian itu kepada ibunya.

Bawang putih : ‘’Bu, putih ingin meminta maaf kepada ibu. Maafkan putih Bu, baju ibu hanyut
terbawa arus’’
Ibu : ‘’Terbawa arus?! Dasar kamu ceroboh! Aku tidak mau tau, pokoknya kamu harus
mencari baju itu sampai ketemu! Ingat, kamu tidak boleh pulang jika tidak menemukan baju itu.
PAHAM?’’
Bawang merah : ‘’Dasar anak tidak berguna! Hanya bisa menyusahkan orang lain’’
Bawang putih : *diam kemudian pergi*

Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja


Selagi ayah disampingku, ku di puja dan dimanja
Tapi bila ayah pergi ku dinista dan dicaci
Bagai anak tak berbaktii....

Bawang putih : ‘’Dimana baju itu? Hari mulai gelap, aku harus istirahat dimana?’’
Bawang putih : ‘’Apa itu? Ada cahaya, aku harus segera kesana barangkali aku bisa istirahat
disana’’ *berlari menghampiri cahaya tersebut*
Bawang putih : ‘’Permisi!’’
Nenek : ‘’Kamu siapa, nak?’’
Bawang putih : ‘’Saya bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hilang
dibawa arus sungai dan sekarang kemalaman. Apa boleh saya numpang disini malam ini nek?’’
Nenek : ‘’Tentu. Tadi baju itu tersangkut didepan rumahku. Sayang padahal aku menyukai
baju itu, baiklah aku akan mengembalikannya. Tapi kamu harus menemani nenek disini selama
seminggu karena sudah lama nenek tidak mengobrol dengan siapa pun. Bagaimana apa kamu
setuju?’’
Bawang putih : ‘’Baiklah nek kalau begitu. Saya akan menemani nenek selama satu minggu.
Asalkan nenek tidak jenuh pada saya’’

Selama satu minggu bawang putih pun tinggal bersama nenek itu. Setiap hari bawang putih
membantu nenek itu membantu nenek itu mengerjakan pekerjaan rumah nenek, nenek itu pun
merasa sangat senang sampai akhirnya genap sudah satu minggu. Nenek itu memanggil bawang
putih.

Nenek : ‘’Nak, sudah satu minggu kamu tinggal digubuk nenek dan nenek senang sekali
karena kamu anak rajin dan berbakti karena itu sesuai janji nenek sebelumnya kamu boleh
membawa pulang baju ibu kamu dan satu lagi kamu boleh memilih salah satu dari labu kuning ini
sebagai hadiah dari nenek’’
Bawang putih : ‘’Jangan nek! Nenek tidak perlu memberiku hadiah’’
Nenek : ‘’Sudah lah ambil saja bawang putih’’
Bawang putih : ‘’Ya sudah kalau begitu putih memilih yang kecil nek’’
Nenek : ‘’Kenapa kamu memilih yang kecil?’’
Bawang putih : ‘’Kalau yang besar, saya takut tidak kuat membawanya, nek’’
Nenek tersenyum....

Akhirnya pun bawang putih kembali ke rumah . Bawang putih segera menyerahkan baju merah milik
ibu tirinya.

Bawang putih : ‘’Ibu, ini baju sudah aku temukan.’’


Ibu : ‘’Mana? Ya sudah pergi kamu’’
Bawang putih : ‘’Iya bu’’

Bawang putihpun pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Betapa terkejutnya bawang
putih ketika labu yang terbelah itu ternyata berisi emas permata yang sangat banyak.

Bawang putih :”Haaaa? Emas? Ibu aku dapat emas permata!’’


Bawang merah : ‘’Kamu dapat permata emas ini dari mana? Kok bisa dapat emas permata sebanyak
ini? Dapat darimana kamu putih?’’
Bawang putih : ‘’Emas itu aku dapat dariii......’’
Bawang merah : ‘’Ayo cepat ngomong!’’

Akhi

Anda mungkin juga menyukai